JURNAL KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
A. MASALAH PENELITIAN
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun. Hasil survei
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, di Indonesia bronkopneumonia menjadi urutan kedua
penyebab kematian pada balita dan angka kejadian paling banyak terjadi pada usia 12-23
bulan yaitu 21,7%. Begitu juga halnya di Sumatera Barat, pneumonia juga menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Sumatera barat khususnya pada balita, hal ini dibuktikan
dari laporan Kemenkes RI tahun 2017 terdapat kasus pneumonia pada balita di Sumatera
Barat sebanyak 10.576 kasus (7.635 kasus usia 1-4 tahun) dan kematian akibat pneumonia
sebanyak 28 jiwa dengan CFR 0,26%. Masalah umum yang sering ditemukan pada
bronkopneumonia adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Salah satu cara untuk
bersihan jalan tidak efektif pada pasien anak usia 1-5 tahun dengan bronkopneumonia di
B. DESIGN PENELITIAN
eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan desain One Group Pretest-Posttest design.
Pada penelitian ini, diberikan satu perlakuan yaitu pemberian aromaterapi peppermint pada
satu kelompok perlakuan. Pengukuran dan observasibersihan jalan nafas (frekuensi nafas,
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui rata-rata nilai bersihan jalan nafas
esensial oil peppermint 2,40 dengan standar deviasi 0,843 dimana rentang nilai
bersihan jalan nafas yang diukur meggunakan skala ukur NOC berada pada rentang
antara 1 (deviasi berat) sampai 3 (deviasi sedang) dengan rata-rata frekuensi nafas
47 kali/menit, akumulasi sputum (+) dan Ronchi/ suara nafas tambahan (+).
Dari hasil analisis statistik diketahui rata-rata nilai bersihan jalan nafas pada pasien
peppermint 3,40 dimana rentang nilai bersihan jalan nafas berada pada rentang
antara 2 (deviasi cukup berat) sampai 4 (deviasi ringan) dengan rata-rata frekuensi
nafas 43 kali/menit dan akumulasi sputum (-), sedangkan ronchi atau suara nafas
didapatkan perbedaan rata-rata nilai bersihan jalan nafas pada pasien anak dengan
terhadap bersihan jalan nafas pada pasien anak dengan bronkopneumonia antara
sebelum dan sesudah diberikan produk aromaterapi esensial oil peppermint, dimana
terlihat hasil signifikan sebesar p-value 0,002 (<0,05) yang artinya H0 ditolak,
nafas pada anak usia 1-5 tahun dengan bronkopneumonia, dimana terjadi
Berdasarkan hasil analisis data dilakukan pada penelitian ini tentang pengaruh
jalan nafas pada pasien anak usia 1-5 tahun dengan bronkopneumonia. Berdasarkan
hasil penelitian ini maka aromaterapi peppermint dapat dijadikan terapi non
ABSTRAK
Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah
5 tahun. Hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, di Indonesia bronkopneumonia menjadi urutan
keduapenyebab kematian pada balita dan angka kejadian paling banyak terjadi pada usia 12-23 bulan yaitu
21,7%. Masalah umum yang sering ditemukan pada bronkopneumonia adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemberian aromaterapi peppermint. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi peppermint terhadap bersihan jalan tidak efektif pada
pasien anak usia 1-5 tahun dengan bronkopneumonia di RSUD Padang Panjang. Desain penelitian ini
menggunakan Quasi EksperimentOne Group Pretest-Posttest design. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling dengan jumlah sampel 10 orang. Cara pengumpulan
data dengan pemeriksaan fisik dan observasi kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji
Wilcoxon Sign Rank test. Hasil diperoleh data p-value 0,002 < 0,05 yang artinya ada pengaruh aromaterapi
peppermint terhadap masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien anak usia 1-5
tahun dengan bronkopneumonia. Berdasarkan hasil penelitian ini maka aromaterapi peppermint dapat dijadikan
terapi non farmakologi untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien
anak dengan bronkopneumonia.
77 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
77 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak menimbulkan manifestasi klinis yang ada
berusia di bawah5 tahun (balita). sehingga muncul masalah dan salah satu
Pneumonia menjadi salah satu target dalam masalah tersebut adalah ketidakefektifan
Millenium Development Goals (MDGs), bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan
sebagai upaya untuk mengurangi angka bersihan jalan nafas merupakan keadaan
kematian anak. Berdasarkan data WHO dimana individu tidak mampu mengeluarkan
pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian sekret dari saluran nafas untuk
anak di dunia dan sebesar 935.000 (15%) mempertahankan kepatenan jalan nafas.
kematian anak disebabkan oleh pneumonia, Karakteristik dari ketidakefektifan bersihan
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia jalan nafas adalah batuk dengan akumulasi
Tenggara. Sedangkan di Indonesia kasus sputum, sesak, suara nafas abnormal atau
pneumonia mencapai 22.000 jiwa Ronchi. Apabila masalah bersihan jalan
menduduki peringkat ke delapan sedunia nafas ini tidak ditangani secara cepat maka
(WHO, 2014). bisa menimbulkan masalah yang lebih berat
Menurut Riset Kesehatan Dasar seperti pasien akan mengalami sesak yang
(Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia hebat bahkan bisa menimbul kan
pneumonia menjadi urutan keduapenyebab kematian(Potter dan Perry, 2006).
kematian pada balita setelah diare. Angka Aromaterapi merupakan salah satu
kejadian penderita pneumonia maupun terapi non farmakologi atau komplementer
bronkopneumonia di Indonesia sebanyak untuk mengatasi bersihan jalan nafas.
13,6% pada usia 0-11 bulan, 21,7% pada Aromaterapi merupakan tindakan terapautik
usia 12-23 bulan. Riskesdas melaporkan dengan menggunakan minyak esensial yang
bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir bermanfaat untuk meningkatkan keadaan
(period prevalence) mengalami peningkatan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih
pada tahun 2007 sebesar 2,1% menjadi baik. Ketika esensial dihirup, maka molekul
2,7% pada tahun 2013. Kematian pada akan masuk ke rongga hidung dan
balita yang disebabkan oleh pneumonia merangsang sistem limbik adalah daerah
pada tahun 2007 cukup tinggi, yaitu sebesar yang mempengaruhi emosi dan memori
15,5%.Begitu juga halnya di Sumatera serta secara langsung terkait dengan
Barat, pneumonia juga menjadi masalah adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus,
kesehatan masyarakat di Sumatera barat bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut
khususnya pada balita, hal ini dibuktikan jantung, tekanan darah, stress memori,
dari laporan Kemenkes RI tahun 2017 keseimbangan hormon, dan pernafasan.
terdapat kasus pneumonia pada balita di Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan
Sumatera Barat sebanyak 10.576 kasus dikonversikan menjadi suatu aksi dengan
(7.635 kasus usia 1- pelepasan substansi neurokimia berupa
4 tahun) dan kematian akibat pneumonia perasaan senang, rileks, tenang atau
sebanyak 28 jiwa dengan CFR 0,26% terangsang. Melalui penghirupan, sebagian
(Kemenkes RI, 2017). Menurut data yang molekul akan masuk ke dalam paru-paru.
diperoleh dari Riskesdas 2007 prevalensi Molekul aromatik akan diserap oleh lapisan
pneumonia berdasarkan diagnosis oleh mukosa pada saluran pernafasan, baik pada
tenaga kesehatan di kabupaten/ kota bronkus maupun pada cabang halusnya
Sumatera Barat, Kota Padang Panjang (bronkioli). Pada saat terjadi pertukaran gas
menjadi yang tertinggi dengan prevalensi di dalam alveoli, molekul tersebut akan
2,99% (Riskesdas, 2007). diangkut oleh sirkulasi darah di dalam paru-
Proses peradangan dari proses paru. Pernafasan yang dalam akan
penyakit bronko pneumonia mengakibatkan
produksi sekret meningkat sampai
78 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
78 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
79 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
(-) 4 40
80 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
Tabel 2
Hasil Rata-Rata Bersihan Jalan Nafas Sebelum Diberikan ProdukAromaterapi Esensial Oil
Peppermint Pada Anak Dengan Bronkopneumonia
Aromaterapi n Mean SD Min-Max
Sebelum 10 2,40 0,843 1-3
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui jalan nafas yang diukur meggunakan skala
rata-rata nilai bersihan jalan nafas pada ukur NOC berada pada rentang antara 1
pasien anak dengan bronkopneumonia (deviasi berat) sampai 3 (deviasi sedang)
sebelum diberikan produk aromaterapi dengan rata-rata frekuensi nafas 47
esensial oil peppermint 2,40 dengan standar kali/menit, akumulasi sputum (+) dan
deviasi 0,843 dimana rentang nilai bersihan Ronchi/ suara nafas tambahan (+).
Tabel 3
Hasil Rata-Rata Bersihan Jalan Nafas Sesudah Diberikan Produk Aromaterapi Esensial Oil
Peppermint Pada Anak Dengan Bronkopneumonia
Aromaterapi N Mean SD Min-Max
Sesudah 10 3,40 0,843 2-4
Dari hasil analisis statistik diketahui rata-rata antara 2 (deviasi cukup berat) sampai 4
nilai bersihan jalan nafas pada pasien anak (deviasi ringan) dengan rata-rata frekuensi
dengan bronkopneumonia sesudah nafas 43 kali/menit dan akumulasi sputum (-
diberikan produk aromaterapi esensial oil ), sedangkan ronchi atau suara nafas
peppermint 3,40 dimana rentang nilai tambahan seluruh responden tidak
bersihan jalan nafas berada pada rentang mengalami perubahan
81 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
.
Tabel 4
Perbedaan Rata-rata Bersihan Jalan Nafas Sebelum Dan Sesudah Diberikan Produk
Aromaterapi Esensial Oil Peppermint Pada Anak Dengan Bronkopneumonia
Aromaterapi Mean Rank Z P value
Pre Test 5,50 -3,162 0,002
Post Test
Dari hasil analisis didapatkan perbedaan sehingga menjadi lebih baik. Setiap minyak
rata-rata nilai bersihan jalan nafas pada esensial memiliki efek farmakologis yang
pasien anak dengan bronkopneumonia unik seperti antibakteri, anti virus, diuretic,
sebelum diberikan produk aromaterapi vasodilator, penenang dan meransang
esensial oil peppermint dengan mean rank adrenal. Ketika minyak esensial dihirup,
adalah 5,50 dan Z (koefisien beda) -3,162. molekul masuk ke rongga hidung dan
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed meransang sistem limbik di otak. Sistim
Ranks Test terdapat perbedaansignifikan limbik adalah daerah yang mempengaruhi
terhadap bersihan jalan nafas pada pasien emosi dan memori serta secara langsung
anak dengan bronkopneumonia antara terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis,
sebelum dan sesudah diberikan produk hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang
aromaterapi esensial oil peppermint, dimana mengatur denyut jantung, tekanan darah,
terlihat hasil signifikan sebesar p-value stress, memori, keseimbangan hormone
0,002 (<0,05) yang artinya H0 ditolak. dan pernafasan (Runiari, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan yang
PEMBAHASAN dilakukan Siswantoro (2015) tentang
Gejala infeksi pernapasan bawah pengaruh aroma terapi daun mint dengan
pada balita biasanya lebih parah inhalasi sederhana terhadap penurunan
dibandingkan dengan penyakit pernapasan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru
atas dan dapat mencakupgejala gangguan dimana setelah diberikan aroma terapi daun
respiratori yaitu batuk, disertai produksi mint dengan inhalasi sederhana pada
sekret berlebih, sesak napas,takipnea, kelompok eksperimen responden
suara nafas tambahan (ronchi) dan lain-lain. terlihatpernafasannya tidak tersengal-
Selain itu infeksi yang tidak ditanggulangi sengal, karena aroma menthol yang
dengan tepat dapat menyebar keseluruh terdapat pada daun mint memiliki anti
tubuh dan menyebabkan peradangan dan inflamasi, sehingga nantinya akan membuka
gangguan fungsi dari organ-organ lainnya, saluran pernafasan. Sedangkan pada
kondisi ini disebut sebagai sepsis, yang kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan,
dapat berakhir dengan kematian (Wong, sehingga pada kelompok eksperimen
2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan mengalami penurunan nilai skala sesak
penelitian yang dilakukan Maidartati (2014) nafas sedangkan pada kelompok kontrol
tentang Pengaruh fisioterapi dada terhadap tidak mengalami penurunan nilai skala
bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 sesak nafas.
tahun yang mengalami gangguan bersihan Penelitian ini menggunakan produk
jalan nafas, dimana dari 17 responden rata- aromterapi esensial oil peppermint (mentha
rata dengan karakteristik frekuensi nafas 45 pipperita). Aromaterapi peppermint adalah
kali/menit, pernafasan cuping hidung dan suatu penyembuhan yang berasal dari alam
retraksi inter costal. dengan menggunakan aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan peppermint sebagai tambahan baku.
terapeutik dengan menggunakan minyak Aromaterapi peppermint mengandung
esensial yang bermanfaat untuk menthol sehingga sering digunakan juga
meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sebagai bahan baku obat flu. Aroma
81 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
menthol yang terdapat pada aromaterapi perubahan hal ini mungkin saja terjadi
peppermint memiliki anti inflamasi, sehingga karena responden yang rata-rata masih
nantinya akan membuka saluran berusia 1-5 tahun dimana dalam pemberian
pernafasan. Selain itu, aromaterapi aroamterapi, pada pelaksanaannya
peppermint juga akan membantu mengobati dilakukan 5 menit. Hasil penelitian ini juga
infeksi akibat serangan bakteri. Karena diperkuat oleh (Akhavani, 2005), Terjadi
aromaterapi peppermint memiliki sifat perbedaan nilai skala sesak nafas sebelum
antibakteri. Aromaterapi peppermint akan diberikan aroma terapi daun mint dengan
melonggarkan bronkus sehingga akan inhalasi sederhana dan setelah diberikan
melancarkan pernafasan. Untuk melegakan aroma terapi daun mint dengan inhalasi
pernafasan dapat menghirup aromaterapi sederhana. Inhalasi sederhana merupakan
peppermint secara langsung. Sedangkan hirupan uap hangat dari air mendidih yang
inhalasi sederhana adalah menghirup uap telah dicampur dengan aroma terapi
hangat dari air mendidih telah dicampur sebagai penghangat, misalnya daun mint.
dengan aroma terapi sebagai penghangat, Inhalasi merupakan salah satu cara yang
misalnya aromaterapi peppermint. Terapi diperkenalkan dalam penggunaan metode
inhalasi ditujukan untuk mengatasi terapi yang paling sederhana dan cepat.
bronkospasme, mengencerkan sputum, Pemberian aromaterapi peppermint sebagai
menurunkan hipereaktivitas bronkus serta terapi komplementer atau non farmakologi
mengatasi infeksi (Rasmin dkk, 2012). pada pasien yang mengalami
Dalam penelitian ini teknik pemberian ketidakefektifan bersihan jalan nafas
aromaterapi peppermint dengan inhalasi khususnya pasien anak dengan
sederhana yang dilakukan pada pasien bronkopneumonia sangat membantu untuk
anak usia 1-5 tahun dengan mengurangi ketidakefektifan bersihan jalan
bronkopneumonia selama 5-10 menit nafas selain.
selama 5 hari ternyata sangat efektif untuk
mengurangi masalah bersihan jalan tidak KESIMPULAN
efektif dengan karakteristik sesak nafas, Berdasarkan hasil analisis data dilakukan
akumulasi sputum (+). Namun tidak pada penelitian ini tentang pengaruh
menutup kemungkinan adanya pengaruh- aromaterapi peppermint terhadap masalah
pengaruh lain yang bisa mengurangi sesak keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dan akumulasi sputum, misalnya nafas pada pasien anak usia 1-5 tahun
pemberian oksigen masker dan inhalasi. dengan bronkopneumonia. Berdasarkan hasil
Dengan begitu aromaterapi peppermint penelitian ini maka aromaterapi peppermint
dengan inhalasi sederhana dapat menjadi dapat dijadikan terapi non farmakologi untuk
pengobatan alternatif pada pasien anak mengatasi masalah keperawatan
dengan bronkopneumonia. ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
Hasil penelitian ini menunjukkan pasien anak dengan bronkopneumonia.
bahwa ada pengaruh pemberian
aromaterapi peppermint dengan inhalasi UCAPAN TERIMA KASIH
sederhana terhadap masalah keperawatan Ucapan terimakasih disampaikan kepada
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Direktur, Karu dan Perawat Ruang Anak
anak usia 1-5 tahun dengan RSUD Padang Panjang atas izin untuk
bronkopneumonia, dimana terjadi melaksanakan penelitian ini. Serta keluarga
penurunan pada frekuensi nafas dan pasien yang telah bersedia menjadi
pengurangan pada akumulasi sputum. responden meluangkan waktunya untuk
Sementara pada ronchi tidak mengalami terlaksananya penelitian ini.
82 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. (2018). RNJ. 1(2) : 77-83
83 | R N J