Disusun oleh :
NIM :
P17321211011
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku atau pola makan adalah kebiasaan yang diatur tidak hanya oleh
mekanisme homeostatis, tetapi juga oleh jalur hedonis yang mengontrol proses nafsu
makan dan rasa kenyang. Faktor kognitif, emosional, sosial, ekonomi, dan budaya,
serta sifat organoleptik makanan, merupakan aspek dasar yang perlu diperhatikan
untuk memahami perilaku makan dan dampaknya terhadap kesehatan. Ulasan ini
menyajikan pandangan integratif multisensori tentang makanan baik pada tingkat
homeostatis maupun non-homeostatis. Informasi ini akan menjadi kepentingan ilmiah
untuk menentukan pendorong perilaku yang mengarah pada makan berlebihan dan,
dengan demikian, untuk mengusulkan tindakan yang efektif, baik pada tingkat
individu maupun populasi, untuk pencegahan obesitas dan penyakit metabolik terkait.
Menurut Pollan (2008), pola makan tidak sehat adalah sebagai berikut :
1) Melewatkan sarapan
Belum ada penelitian yang mampu membuktikan bahwa makan sebelum tidur
dapat menyebabkan bertambahnya berat tubuh seseorang, namun menyantap
makanan terlalu banyak atau menyantap makanan pedas, berlemak dan minum
kafein minimal 3 jam sebelum tidur dapat mengurangi kualitas dan lamanya
tidur lelap yang seharusnya kita dapatkan. Akibatnya, esok hari kita terbangun
dengan tubuh lemas, lunglai dan tak bersemangat. Para ahli mengatakan
bahwa menyantap makanan berlemak sebelum tidur dapat membuat kerja
lambung menjadi lebih lambat sehingga makanan masih tetap tertinggal di
lambung pada saat kita tidur.
Selain terlihat tidak sopan, tapi makan sambil berbicara di telepon, bermain
video game atau yang lebih parah, menonton TV secara tak sadar dapat
membuat makan lebih banyak. Jika melakukan hal ini, jangan heran jika angka
timbangan kita terus bertambah. Makan sembari melakukan kegiatan lain,
akan membuat Kita mengabaikan jumlah kalori yang kita santap. Apalagi jika
kita mengonsumsi snack favorit. Biasanya lebih sulit lagi menghentikan
jumlah kalori yang terus masuk ke tubuh.
Air putih sangat penting bagi kehidupan setiap makhluk hidup di bumi.
Namun yang tak diketahui oleh banyak orang adalah bahayanya kurang
minum air putih. Kurang minum air putih ternyata dapat membuat proses
metabolisme tubuh terganggu, contohnya adalah tubuh membutuhkan air
untuk membakar kalori, jika kita kurang minum air putih, otomatis proses
pembakaran tak berjalan lancar. Sebaiknya, minum banyak air putih setiap
hari. Para ahli menganjurkan minum air putih minimal 8-10 gelas perhari
untuk menjaga kesehatan.
Menurut Sulistyoningsih (2011), pola makan terdiri dari tiga komponen yaitu;
jenis, frekuensi, dan jumlah makanan.
a. Jenis makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari
terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah
yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan
utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau sekelompok
masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu, umbiumbian, dan tepung.
b. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan
pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan. Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap
orang atau setiap individu dalam kelompok.
Menstruasi adalah pengeluaran cairan berupa darah, mukus, dan debris sel dari
mukosa uterus atau vagina secara berkala selama masa usia reproduktif (Ramaiah,
2006). Menstruasi terjadi dalam interval-interval kurang lebih teratur, siklus, dan
dapat diperkirakan waktu-waktunya, sejak menarche sampai menopause kecuali saat
hamil, menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi farmakologis (Cunningham,
2005). Menstruasi adalah peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah berasal dari
rahim dan timbul akibat terlepasnya selaput lendir rahim yang mengalami proses
kemunduran dan kerusakan akibat sel telur yang tidak dibuahi. Pada umumnya, darah
bersifat cair atau hanya sedikit mengandung bekuan darah, berwarna merah atau
merah tua. Lamanya pendarahan haid berlangsung antara 2-6 hari.
Siklus menstruasi dikontrol oleh hormon yang dimulai dari sekresi hormone
gonadotropin (GnRH) di hipotalamus yang kemudian ke hipofisis anterior. GnRH akan
memberi sinyal hipofisis anterior mengeluarkan follicle stimulating hormone (FSH) dan
luitenizing hormone (LH) di ovarium. Ketika kadar progesteron meningkat akan terjadi
umpan balik negatif pada hipofisis anterior untuk menurunkan kadar hormon FSH dan LH
(Thiyagarjan et al., 2020). Siklus menstruasi terbagi menjadi dua fase yaitu fase folikuler atau
proliferatif dan fase luteal atau sekretori. Durasi dari fase luteal relatif konstan pada semua
wanita yaitu 14 hari, namun terjadi variasi pada panjang siklus dari fase folikuer yang terjadi
antara 10 hingga 16 hari (Reed et al., 2018).
1. Fase Folikuler
Fase folikuler terjadi pada hari ke nol hingga hari ke-14 siklus menstruasi dengan
estrogen sebagai hormon utama pada fase ini. Peningkatan hormon estrogen ini
karena terjadi peningkatan reseptor FSH yang memberikan umpan balik negatif pada
hipofisis anterior. Menebalkan lapisan endometrium adalah tujuan dari fase ini
(Thiyagarajan, 2020). Hal penting yang terjadi pada fase folikuler adalah
perkembangan folikel ovarium. Penurunan produksi steroid oleh korpus luteum dan
penurunan inhibin A meningkatkan follicle stimulating hormone (FSH). Selama fase
ini terjadi peningkatan estradiol seiring pertumbuhan ukuran folikel dan penambahan
jumlah sel granulosa. Peningkatan kadar estradiol membuat FSH merangsang
pembentukan reseptor LH untuk mensekresi sejumlah kecil progesteron yang
memberi umpan balik positif pada hipofisis agar estrogen menambah pelepasan LH
(Reed et al., 2018). Setelah 10 – 12 jam LH mencapai kadar puncak kemudian akan
terjadi ovulasi. Lonjakan LH membuat folikel yang telah matang pecah dan
melepaskan oosit. Perubahan yang terjadi di serviks yaitu terjadinya peningkatan
mukus yang lebih encer yang memudahkan sperma bertemu dengan oosit
(Thiyagarajan et al., 2020).
2. Fase Lutheal
Rata-rata fase ini berlangsung selama 14 hari. Setelah ovulasi selsel granulosa yang
tidak dilepaskan bersama oosit akan membesar yang akan menjadi korpus luteum
(Reed, 2018). LH menstimulasi progesteron untuk mempersiapkan korpus luteum dan
endometrium untuk implantasi sel telur. Progesteron akan memberikan umpan balik
negatif pada hipofisis anterior untuk menurunkan kadar FSH dan LH. Jika sel telur
tidak dibuahi maka korpus luteumm akan regresi sehingga kadar progesterone akan
menurun sehingga lapisan endometrium akan terlepas dan memulai siklus baru
(Thiyagarajan et al., 2020).
Pada wanita, siklus menstruasi dimulai saat pubertas dan selama tahun-tahun awal
inilah wanita mengalami perubahan paling banyak dalam siklus menstruasi mereka. Siklus
menstruasi yang normal adalah teratur dan berlangsung antara 24 dan 38 hari. Sekali per
siklus, wanita mengalami menstruasi, dengan aliran menstruasi yang biasanya berlangsung
dari 5 hingga 8 hari. Jumlah kehilangan darah yang biasa adalah antara 5 dan 80 mL. Nyeri
haid atau kram, juga dikenal sebagai dismenore, adalah masalah umum yang berkaitan
dengan siklus menstruasi pada wanita muda. Biasanya muncul sebagai nyeri panggul kronis
atau perut bagian bawah. Terkadang disertai dengan beberapa gejala lain, seperti perasaan
depresi, pusing, lekas marah, diare atau mual.
Paling sering, masalah ini tidak terkait dengan penyebab organik, dalam hal ini
dikenal sebagai dismenore primer. Masalah siklus menstruasi lainnya yang sering terjadi pada
dewasa muda adalah siklus yang tidak teratur dan jumlah perdarahan yang tidak teratur.
Gangguan kesehatan lainnya juga dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Ini adalah kasus
gangguan makan tertentu yang terkait dengan ketidakteraturan dan periode amenore.
a. Hipermenorea
Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan menstruasi yang lebih
banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab
kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanymioma
uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan
kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan
endometrium pada waktu menstruasi.
b. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau
lebih kurang dari biasa. Penyebabnya dapat terletak pada konstitusi
penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan
endokrin, dan lainlain. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
Masa remaja merupakan masa di mana perkembangan hormon akan naik turn
dan dapat menyebabkan terjadinya menstruasi khusususnya pada wanita. Menurut
(Perry, 2009) masa remaja adalah masa dimana terjadinya transisi dari masa kanak-
kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 - 20 tahun, yang mengalami perubahan
psikologi, kognitif, dan seksualitas.
Pola makan dipengaruhi oleh asupan kalori yang dikonsumsi per hari, pilihan
makanan yang lebih dipilih untuk dikonsumsi, sikap seseorang dalam mengontrol dan
menentukan makanan yang dikonsumsi, serta kebiasaan dalam menentukan waktu
makan. Konsumsi kalori per hari rata rata untuk perempuan adalah 2000 kalori.
Makanan yang baik untuk dikonsumsi adalah yang mengandung lemak tidak jenuh,
mengkonsumsi karbohidrat kompleks, protein, buah, dan sayur . Waktu makan yang
dianjurkan adalah tidak melewatkan waktu makan karena dapat menimbulkan
konsentrasi insulin postpandrial yang lebih tinggi dan terjadi peningkatan oksidasi
lemak.
Pola makan yang tidak sehat seperti konsumsi makanan yang mengandung
gula dan lemak trans tinggi, kurang konsumsi sayur, buah, dan sumber protein.
Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti makanan yang mengandung gula
dan lemak trans tinggi menyebabkan peningkatan fatty acid. Peningkatan fatty acid
menyebabkan peningkatan dari produksi hormon estrogen dimana hormone estrogen
akan menyebabkan penebalan pada endometrium menjadi lebih tebal dan akan
meningkatkan produksi prostaglandin.
2.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada
remaja perempuan.
DAFTAR PUSTAKA