Anda di halaman 1dari 10

Nama : Alvi Nur Puspita Putri

NIM : P17321211011
Mata Kuliah : Ginekologi
Dosen : Arika Indah Setyarini, M.Keb
TUGAS MERANGKUM GINEKOLOGI
Pertemuan 1
 Jenis Kelainan , Gangguan, dan Masalah pada Sistem Reproduksi
(Kelainan Konginental, Gangguan Haid, Infertilitas )
Ginekologi berasal dari kata Gyruecologt yang secara harfiah berarti "ilmu mengenai
wanita" atau science of woman yaitu cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari dan
menangani penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita (rahim, vagina, dan ovarium).
Kata ginekologi sendiri berasal dari gyno/gynaikos = perempuan dan logos = ilmu, ilmu
tentang perempwur. Sehingga Ginekologi adalah ilmu yang mempelaiari segala sesuau
tentang organ (reproduksi) wanita diluar kehamilan. Bapak ginekologi adalah J. Marion Jims.
Ginekologi mempelajari mengenai gangguan haid, perdarahan uterus abnormal,
keputihan,endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis, mioma uteri, hrmor ovarium
neoplastik jinak, infertilitas, dan menopause.
A. Lingkup Ginekologi
a. Pengertian
Ginekologi berasal dari kata Gynaecology yang secara harfiah berarti "ilmu mengenai
wanita" atau science of woman yaitu cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari dan
menangani penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita.
b. Batasan Ginekologi Ginekologi mempelajari mengenai gangguan haid, perdarahan
uterus abnormal,keputihan, endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis, mioma uteri,
tumor ovarium neoplastik jinak, infertilitas, dan menopause. Batasan lingkup ginekologi
hanya terbatas menurut jenisnya yaitu dari bawah abdomen atau perineum.
c. Istilah-istilah yang berkaitan dengan Ginekologi
1) Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil. Infertilitas primer
menunjuk pada pasien yang belum pernah hamil sama sekali. Infertilitas sekunder digunakan
pada pasien yang sudah pernah hamil sebelumnya.
2) Amenorhoe
Amenorhoe adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika menstruasi tidak pernah terjadi maka
disebut amenorhoe primer, jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6
bulan atau lebih maka disebut amenorhoe sekunder. Amenore yang normal hanya terjadi
sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menopause.
Ginekologi
3) Dismenorhea
Dismenorhea adalah nyeri kejang otot (spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke
dalam paha atau bagiuan bawah pinggang yang terjadi menjelang haid atau selama haid
akibat kontraksi rahim. Hal ini disebabkan oleh produksi progesteron yang meningkat.
4) Metrorhagia
Yaitu perdarahan yang tidak teratur dan tidak menurut siklus.
5) Endometritis
Adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeiksi bakteri pada
jaringan. Endometritis sering ditemukan setelah seksio caesarea, terutama apabila pasien
sebelumnya telah menderita korioamnionitis, partus lama, atau pecah ketuban dalam waktu
yang lama.
6) Menopause
Penghentian menstruasi secara permanen akibat dari hilangnya aktivitas volikular uvarium.
Setelah 12 bulan amenorae secara berturut-turut, periode menstruasi terakhir secra
restropektif ditetapkan sebagai saat menopause.
7) Carcinoma servik
Perdarahan abnormal dari vagina peningkatan jumlah, frekuensi dan lamanya. Perdarahan
kontak saat hubungan seksual. Urgensi berkemih,disuria, hematuria.
8) Abses Bartolini
Abses bartholini adalah suatu kista duktus bartholin terinfeksi yang disebabkan oleh infeksi
gonokokus,basil kasilfolmis,atau organisme lainnya.
9) Hyperplasia endometrium
Hyperplasia endometrium adalah keadaa dimana endometrium tumbuh secara berlebihan.
Kelainan ini bersifat benigna (jinak), akan tetapi pada sejumlah kasus dapat berkembang
kearah keganasan uterus.
10) Kista ovarium
Kista ovarium adalah sebuah kantung kecil yang berisi cairan yang berkembang pada
ovarium wanita. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian
besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid,
produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
11) Nyeri Pelvik
Nyeri panggul (nyeri pelvik) mengacu sakit di perut bagian bawah pusar. Nyeri ini dapat
menyertai berbagai kondisi. Ini mungkin merupakan tanda berbahaya kesuburan, gangguan
pencernaan. Keadaan ini juga mendorong pasien untuk memeriksakan dirinya ke tenaga
kesehatan. Nyeri pelvis merupakan kondisi nyeri yang dirasakan di daerah pelvis dan
mengindikasikan adanya penyakit kandungan, yang dapat terjadi secara mendadak atau
menahun dengan tingkat nyeri dari ringan hingga berat yang juga mempengaruhi aktivitas
dan psikologis seseorang.
Penegakan diagnosa nyeri pelvis dapat dilakukan dengan cara inspeksi palpasi, auskultasi,
USG, foto abdomen maupun Laparoskopi.
Penyebab nyeri pelvis dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Nyeri abdomen akut : pada kejadian ini penyakit yang mungkin menjadi penyebab
adalah kehamilan ketopik, perdarahan ovarium, perdarahan folikel, torsi kista/mioma,
peritonitis, abses tuboovarial, dan abses douglas.
2. Tumor ginekologi : penyakit yang disebabkan oleh tumor gine kologi meliputi kista
ovarium, mioma uteri, adenometriosis, endometriosis, kista coklat, dan hamil ektopik
intak.
Pada kejadian nyeri abdomen dan tumor genikologi pengobatan yang dilakukan sesuai
dengan penyebabnya.
3. Tanpa kelainan : pada nyeri pelvis tapa kelainan mungkin dapat disebabkan
psikosomatis, neurologis.

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan (Konsep, Teori dan Isu). (2022). (n.p.): Media Sains


Indonesia.

A. Kelainan Konginetal
Kelainan Konginetal alat-alat genital dapat disebabkan oleh:
1. Faktor Lingkungan: keadaan endometrium yang mempengaruhi nutrisi
mudigah, penyakit metabolik, penyakit virus, obat-obat teratogenik.
2. Kelainan kromosom (khususnya kromosom sex) dan gangguan
hormonal: kelainan ini menimbulkan masalah interseks (jenis gonad
tidak sesuai dengan kromosom seksnya, atau dengan morfologi
genitalia interna dan morfologi genitalia eksternanya).
Kelainan kongenital dapat berupa :
a. Kelainan kongenital berupa gangguan organogenesis sistem
reproduksi pada janin yang genetik normal.
b. Kelainan kongenital pada sistem reproduksi karena keadaan
kromosom yang tidak normal atau karena pengaruh hormonal.
Kelainan kongenital: gangguan organogenesis Vulva:
1. Himen Imperforata:
 Adalah selaput dara yg tidak menunjukkan lubang (hiatus
himenalis) sama sekali.
 Suatu kelainan yg ringan dan cukup sering terjadi
 Menstruasi: darah terkumpul di vagina disebut hematokolpos.
Bila berlanjut terus maka uterus terisi darah haid dan membesar,
disebut hematometra. Selanjutnya terjadi: hematosalpinks.
 Diagnosa: tidak sukar
 Terapi: himenektomi
2. Atresia kedua labium minus:
 Disebabkan membrana urogenitalis yang tidak menghilang
 Di bagian depan vulva, di belakang klitoris ada lubang untuk
pengeluaran air kencing dan darah haid
 Koitus walaupun sukar masih dapat dilaksanakan
 Kelainan ini dapat juga terjadi sesudah partus karena radang
sehingga menyebabkan kedua labium minus melekat
 Terapi: melepaskan perlekatan dan menjahit lukanya.
3. Hipertrophi labium minus
 Beri pengertian: bahwa kelainan tersebut bukan suatu hal yang
mengkhawatirkan
 Bila penderita tetap merasa terganggu : dilakukan pengangkatan
jaringan yang berlebihan tersebut.
4. Duplikasi vulva:
 Jarang ditemukan
 Bila ditemukan, biasanya ditemukan juga kelainan lain yang
lebih berat sehingga bayi itu tidak dapat hidup
5. Hipoplasi vulva:
 Ditemukan bersamaan dengan genitalia interna yang juga kurang
berkembang
 Terjadi pada keadaan hipo-estrogenisme, infantilisme, dll
 Biasanya ciri seks sekunder juga tak berkembang
6. Kelainan Perineum :
 Karena septum urogenital tak tumbuh, bayi tidak mempunyai
lubang anus atau anus bermuara dalam sinus urogenital, dan
terdapat satu lubang dari mana keluar air kencing dan feses.
Vagina
1. Septum Vagina:
 Umumnya tidak menimbulkan keluhan.
 Disparenia dapat timbul: terapinya septum disayat dan diikat
 Pada persalinan, septum dapat robek spontan atau perlu disayat
dan diikat.
2. Aplasia dan Atresia Vagina:
 Terapi: pembuatan vagina baru saat wanita akan menikah.
3. Kista Vagina :
 Dikenal 2 macam yaitu:
1) Terjadi dari sisa-sisa duktus Mulleri
2) Terbentuk oleh sisa-sisa duktus Gartner yang letaknya di
bagian anterolateral vagina
 Pengobatan: pengangkatan kista dengan pengupasan dari
simpainya.
Uterus dan Tuba Fallopii
Kelainan yang timbul pada pertumbuhan Duktus Mulleri, berupa :

 Tidak terbentuknya satu atau kedua duktus • Gangguan dalam


fusi ke-2 duktus
 Gangguan dalam kanalisasi setelah fusi. Kelainan tersebut
sering disertai kelainan traktus urinarius, sedangkan ovarium
biasanya normal.
1. Gangguan dalam Pembentukan:
 Bila satu duktus tak terbentuk: terjadi uterus unikornis. Dalam
hal ini, vagina dan serviks bentuknya normal sedangkan uterus
hanya mempunyai satu tanduk. Biasanya juga hanya ada satu
ovarium dan satu ginjal.
 Bila kedua duktus tak terbentuk: maka uterus dan vagina tidak
ada kecuali sepertiga bawah vagina.
 Karena kedua ovarium normal, maka ciri-ciri seks sekunder
tampak normal, akan tetapi terdapat amenorea primer.
2. Gangguan dalam mengadakan Fusi: Kegagalan untuk bersatu
seluruhnya atau sebagian kedua duktus Mulleri. Merupakan kelainan
yang paling sering dijumpai. Kelainannya:
a. Uterus t.d. 2 bagian yang simetris
b. Uterus t.d. 2 bagian yang asimetris
2A. Uterus t.d. 2 bagian yang simetris :
1) Terdapat 1 uterus, tetapi didalamnya terdapat dua ruangan yang
dipisahkan oleh sekat. Sekat ini memisahkan kavum uteri
seluruhnya (uterus septus) atau sebagian (uterus subseptus).
2) Dari luar tampak 2 hemiuterus yang masing-masing mempunyai
kavum uteri atau 1 kavum uteri dibagi dalam 2 bagian.
 Uterus bikronis bikolis (uterus didelphis)
 Uterus bikornis unikolis
 Uterus arkuatus: pada fundus tampak cekungan yang kedalam
menjadi subseptus.
2B. Uterus t.d. 2 bagian yang tidak simetris.
Satu duktus Mulleri berkembang normal, yang lain mengalami
kelambatan. Jadi hemiuterus tumbuh normal, dan yang lain
rudimenter. Tindakan pembedahan pada gangguan fusi dari uterus
hanya dilakukan bila ada indikasi (abortus berulang, infertilitas,
gangguan partus, gejala-gejala seperti kehamilan ektopik
terganggu, dll).
Ovarium

 Tidak adanya kedua atau satu ovarium merupakan hal yang jarang terjadi
 Biasanya tuba yang bersangkutan juga tidak ada.
 Dapat pula ditemukan ovarium tambahan: ovarium kecil dan letaknya
jauh dari ovarium yang normal.
Kelainan Kongenital : Kromosom tak normal atau Pengaruh
hormonal
B-1.Kelainan Kongenital kr. Kromosom abnormal.
1. Sindrom Turner (disgenesis gonad). Tak ditemukan sel kelamin
primordial dan tidak ada pertumbuhan korteks atau medulla pada gonad.
Gonad hanya dijumpai sebagai jaringan ikat putih seperti pita (streak
gonad)
 Wanita pendek ( < 150 cm ), epifisis tulang panjang lama terbuka,
amenorea primer, pterigium kolli (webbed neck), nevus di kulit cukup
banyak, koarktasi aorta, dan kubitus valgus.
 Ciri kelamin sekunder tidak tumbuh, genitalia eksterna kurang
tumbuh
 Kecerdasan normal
 Kadar FSH meningkat, estrogen rendah (sesuai dengan tidak adanya
ovarium yang berfungsi)
 Kelainan genetik terletak pada hanya ada satu kromosom “X”.
 Pengelolaan: sejak kecil diasuh sebagai wanita, perlakukan ini harus
diteruskan
 Estrogen jangan diberikan sebelum pertumbuhan tulang berhenti.
 Pemberian estrogen diberikan secara siklik untuk menimbulkan
withdrawal bleeding (kesannya: haid)
 Juga pemberian estrogen, mempengaruhi pembesaran mammae
sehingga secara mental penderita merasa lebih puas dan tenang.
2. Super-Female ( 47, XXX ) :
 1:1000 kelahiran bayi wanita
 Disebabkan Non-disjunction
 Seperti wanita biasa, perkembangan seks normal, subur, hanya
kecerdasannya seringkali rendah.
3. Sindrom Kleine-Felter (47, XXY)
 Fenotip laki-laki
 Pada masa pubertas: tumbuh ginecomastia, rambut badan serta muka
berkurang
 Genitalia eksterna tumbuh baik, ereksi dan koitus dapat berjalan
dengan baik.
 Testis atrofi → Azoospermia.
4. Hermafroditismus Verus:
 Amat jarang dijumpai
 Genitalia eksterna: tampak dominasi alat pria
 Pubertas: mammae mulai tumbuh dan seringkali haid dimulai
 Terdapat jaringan testis di satu sisi dan ovarium pada sisi yang lain.
5. Sindrom Down (Trisomi 21):
 1:570 janin yg dilahirkan hidup
 Akibat otosom yg abnormal
 Kejadian meningkat dengan makin tua umur ibu
 Terjadi translokasi pada kromosom-21 biasanya dari kromosom-d.
 Bayi sindrom Down:
o Kecerdasan rendah, sering mulutnya terbuka dengan lidah yg
menonjol.
o Oksiput dan muka gepeng
o Hipotoni tubuh yang jelas
o Tak ada refleks Moro
6. Sindrom Edward (Trisomi 18):
 Tidak begitus sering
 Ciri-cirinya:
o Pertumbuhan anak lambat
o Kepalanya memanjang dengan kelainan pada telinga
o Sering ada kelainan jantung, dada dengan sternum pendek
7. Sindrom Patau ( Trisomi 13 ):
 Lebih jarang lagi
 Gejala:
o Berat badan rendah saat lahir
o Pertumbuhan lambat
o Palatoskisis
o Labioskisis
o Mikrosefali
o Polidaktili
o Sering ditemukan kelainan jantung

B-2. Kelainan Kongenital kr. Pengaruh Hormonal


1. Sindrom Adreno-genital Kongenital:
a) Bentuk interseks yang paling sering dijumpai
b) Disebabkan pengaruh virilisasi oleh androgen yang dibuat sebagai
hasil gangguan dari metabolisme pada glandula adrenal ->
androgen dibuat berlebihan pada janin in utero.
c) Gambaran klinik: waktu lahir ditemukan bayi dengan lipatan
labium mayus kanan dan kiri menjadi satu dan klitoris membesar
o Uterus, tuba, dan ovarium tampak normal
o Anak tumbuh dengan cepat, tapi pada umur 10 tahun, epifisis
menutup sehingga pertumbuhan terhenti, hasilnya adalah
seorang wanita yang pendek
o Rambut pubis dan rambut ketiak keluar lebih dulu
o Mammae tidak tumbuh dan haidnya tidak datang
o Mungkin timbul keadaan yang menyerupai penyakit Addison
dengan deplesi natrium
d) Diagnosis perlu ditemukan :
o Kadar 17-ketosteroid dalam urin meningkat
o Peningkatan kadar pregnanetriol di urin
o Gangguan keseimbangan elektrolit: turunnya natrium serum
o Kromatin seks positip di buccal smear ▪ Gambaran kromosom:
44-XX
e) Penanganannya :
o Pemberian kortison akan menghentikan virilisasi
o Umumnya haid akan timbul setelah pengobatan 6 bulan
o Kelainan genitalia eksterna dapat diperbaiki dengan
rekonstruksi operasi (pada umur 2 tahun sebelum anak mengerti
jenis alat genitalianya).
2. Sindroma Feminiasi Testikular :
a. Suatu kelainan pada seorang dengan genotip pria dan fenotip wanita,
dan genitalia eksterna seperti pada wanita
b. Kelainan ini sering ditemukan dalam satu keluarga
c. Penyebabnya adalah gangguan dalam metabolisme endokrin pada
janin dimana tidak ada kepekaan jaringan alat-alat genitalia terhadap
androgen yang dihasilkan secara normal oleh testis janin (bukan
karena tidak ada androgen)
Gambarannya :
a. Ciri khas wanita, tapi tidak mempunyai genitalia interna wanita, dan
terdapat testis yang kurang tumbuh dan ditemukan dalam rongga
abdomen, di kanalis inguinalis atau di labium mayus.
b. Testis tidak menunjukkan adanya spermatogenesis
c. Rambut pubis kurang atau tidak ada, demikian juga rambut ketiak
(hairless woman)
d. Genitalia eksterna ada, tetapi vagina pendek dan menutup
e. Testis rudimenter -> kemungkiinan terjadi neoplasma, jadi testis
harus diangkat, khususnya sesudah dewasa.
Jadi prinsip pengelolan Interseks:

 Buat diagnosis yang tepat sebagai dasar untuk pengasuhan bayi ke arah
pria atau wanita
 Pada waktu pubertas: diberi terapi hormonal (androgen atau estrogen)
untuk menimbulkan ciri-ciri seks

B. Gangguan Haid
Gangguan haid berupa kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya
perdarahan pada haid antara lain:
1) Hipermenorea atau menoragia
Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari).
2) Hipomenorea
Perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti pembalut 1-2 kali per
hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
& progesteron, stenosis himen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri
(sindrom Asherman).
Gangguan berupa kelainan pada siklus antara lain :
1) Polimenorea Siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
Penyebabnya adalah gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, atau menjadi pendek masa lutea. Bisa juga
disebabkan oleh kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis
dan sebagainya.
2) Oligomenorea Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada
umumnya kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu dan
fertilitas cukup baik.
3) Amenorea Bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenorea,
diluar amenorea fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di
hipotalamus, hipofisis, ovarium, uterus, dan vagina.
Gangguan haid berupa perdarahan diluar haid
1) Metroragia Perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan
siklus haid. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip
endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks),
kelainan fungsional, dan penggunaan estrogen eksogen.
2) Perdarahan Uterus Abnormal Secara umum, penyebab perdarahan
uterus abnormal adalah kelainan organik (tumor, infeksi), sistemik
(kelainan faktor pembekuan), dan fungsional alat reproduksi.
Gangguan haid berupa gangguan lain yang berhubungan dengan haid
1) Premenstrual tension (ketegangan pra haid)
2) Mastodinia
3) Mittelschmez (rasa nyeri pada ovulasi)
4) Dismennorea
C. Infertilitas
a) Pengertian Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan menjadi hamil setelah I tahun dengan koitus
normal. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan
hubungan seksual yang sering tanpa kontrasepsi. Sedangkan menurut WHO,
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah
berhubrurgan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratu minimat 1-
2 tahun.
b) Pemeriksaan Infertilitas
1) Pemeriksaan Mikroskopik
Bagi orang yang berpengalaman, memeriksa setetes air mani dibawah
mikroskop sudah memungkinkan dalam menaksir konsentrasi, jenis
gerakan dan morfologi spermatozoa dengan ketepatan yang tidak jauh
berbeda dari kenyataan. Kadang-kadang tampak pula pulau pulau
aglutinasi spermatozoa, berkisar antara jarang sampai banyak. Terdapat 3
jenis aglutinasi: kepala dengan kepala, kepala dengan ekor, ekor dengan
ekor. Spermatozoa dibagian luar aglutinasi itu biasanya masih tampak
bergerak, akan tetapi dipusatnya sudah tidak bergerak lagi
2) Uji Ketidakcocokan Imunologik
Uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical mucus contact
test- SCMC test) yang dikembangkan oleh kremer dan jager dapat
mempertunjukkan adanya antibody local pada pria atau wanita.
3) Uji In Vitro
Menempatkan setetes air mani dan setetes lendir serviks pada gelas objek,
kemudian kedua bahan itu disinggungkan satu sama lain dengan
meletakkan sebuah gelas penutup diatasnya. Spermatozoa akan tampak
menyerbu ke dalam lendir serviks, didahului oleh pembentukan phalanges
air mani ke dalam lendir serviks.
4) Pemeriksaan Hormonal
Pemeriksaan FHS berturut - turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak
selalu mudah karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali
pada tengah - tengah siklus haid (walaupun masih kurang nyata
dibandingkan dengan puncak LH).

Anda mungkin juga menyukai