PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan kelainan ovarium?
b) Apa yang dimaksud dengan polip endometrium ?
c) Apa yang dimaksud dengan endometritis ?
d) Apa yang dimaksud dengan endometriosis ?
e) Apa yang dimaksud dengan myometritis ?
f) Apa yang dimaksud dengan parametritis ?
b) Bagi mahasiswa
1. Agar dapat menambah wawasan mengenai kelainan ovarium, endometrium,
endometritis, endometriosis, myometritis, parametritis pada wanita sehingga dapat
menerapkan dilapangan.
2. Agar dapat meningkatkan pengetahuan bagi calon tenaga bidan (mahasiswa
kebidanan) yang nantinya dapat menjadi bekal ilmu untuk bekerja secara
professional sebagai tenaga paramedis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelainan ovarium merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan
pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan pada ovarium tidak diketahui dengan
pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal,
lingkungan endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat
teratogenik dan infeksi khususnya infeksi virus.
3
5. Infeksi
d. Patofisiologis
Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan kemudian cairan
intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi
juga dapat terjadi secara artificial dimana gonadrotropin diberikan secara
berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang
spesipik. Jarang menimbulkan rasa sakit, ruftur atau perdarahan. Ada yang
menghubungkan dengan siklus menstruasi (Wiknjosastro hanifa, 2011)
e. Tanda dan gejala
Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :
1) Gejala akibat pertumbuhan
a. Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
b. Mengganggu BAK atau defekasi
c. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tungkai
bawah.
2) Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon wanita, sehingga bila menjadi tumor
menimbulkan gangguan siklus menstruasi. Gejala klinik akibat komplikasi
yang terjadi pada tumor yaitu, terjadi perdarahan, menimbulkan gejala
klinik nyeri abdomen.
f. Gambaran klinis
Penemuan kista folikel dapat dilakukan melalui pemeriksaan USG transvaginal.
Diagnosis banding kista folikel adalah salpingitis, endometriosis, kista lutein
dan kista neoplastik lainnya.
g. Penatalaksanaan
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan peralatan
laparaskopi. Pastikan dulu bahwa kista yang akan dilakukan fungsi adalah kista
folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan kemudian kista tersebut
tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan menyebar didalam
rongga peritoneum.
2. Kista Ovarium
4
a. Pengertian kista ovarium
Kista ovarium adalah bentuk atau jenis yang paling sering terjadi pada
ovarium yang mempunyai struktur dinding yang tipis, mengandung cairan
serosa dan sering terjadi selama masa menopouse.
Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum
yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan
terdiri atas sel- sel embrional yang tidak berdiferensiasi, kista ini tumbuh lambat
dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sabasae kental
berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit.
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam- macam. Kista yang berada di
dalam maupun permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau
tumor ovarium
b. Klasifikasi
5
3. Kista tuba lutein, ditemui pada kehamilan mola, terjadi 50% dari semua
kehamilan dibentuk sebagian hasil lamanya stimulasi ovarium,
berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.
4. Kista stein lavental, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium dengan produk kista yang banyak.
Hiperplasi endometrium dan karsinoma dapat terjadi pengobatan dengan
kontrasepsi oral untuk menekan produksi dan overektomi.
2). Kista neoplasma jinak
a. Kista ovari simpleks. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi.
Diduga kista ini adalah jenis kista denoma serosum yang kehilangan
kelenjar karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistoderma ovari musinosum. Asal kista ini belum pasti, namun diduga
berasal dari suatu teratonema yang pertumbuhannya 1 elemen
mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari epitel germinativum.
c. Kristoderma ovari serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium. Bila
kista terdapat implantasi pada peritoneum disertai asites maka harus
dianggap sebagai neoplasma yang ganas dan 30% sampai 50% akan
mengalami keganasan.
d. Kista endrometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin,
pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel- sel yang menyerupai
lapisan epitel endometrium.
e. Kista dermoid. Pada suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektoderma dengan deferensiasi sempurna seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebastea putih menyerupai lemak
nampak lebih menonjol daripada elemen- elemen ektoderm. Tumor
berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
c. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya
diketahui, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam
pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium hipotalamus.
Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab terentuknya kista pada
ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium
yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan
6
salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium.
Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
karena itu terbentuk kista didalam ovarium.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,
tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini
terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat
dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.
Kista ini disebut dengan kista dermoid.
d. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/
fisiologis pada pasien muda yang sehat.Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih muda
adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan paska operasi
setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedah abdomen dengan satu pengecualian.Penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat.Komplikasi ini dapat
dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan guruta abdomen yang ketat.
3. Kanker Ovarium
a. Pengertian
Kadang – kadang tumor kanker berkembang dari kista ovarium,
tetapi lebih sering penyakit ini terjadi tanpa ada tanda – tanda peringatan
dini.Ada beberapa jenis kanker ovarium.Umumnya kanker ini terbentuk dari
sel – sel yang menutupi permukaan ovarium.Kanker berkembang dari sel – sel
yang membuat telur dalam ovarium. Seringkali gejala muncul hanya setelah
7
kanker telah menyebar dari situs asli di ovarium ( sebuah proses yang di kenal
dengan metastasis) ketika ada rasa sakit dan pembengkakan di organ lain.
b. Gejala
c. Perawatan
Seperti halnya dengan sebagian jenis kanker, pengobatan mungkin
melibatkan beberapa tahap dan tergantung pada seberapa jauh tumor itu telah
berkembang dan apakah kanker telah menyebar ke oragan lain. Yang
mendukung pengobatan adalah operasi dan kemoterapi.Setelah pengobatan
lakukan pemeriksaan teratur untuk memastikan bahwa kanker tidak kembali.
Pilihan bedah total histerektomi yang meliputi bilateral – salpingo –
ooforektomi yaitu operasi pengangkatan rahim,ovarium,dan tubafalopi.
8
b. Gejala
Gejala bias tidak terlihat dan penyakit ini mungkin hanya terdiagnosa ketika
fertilitas anda terganggu. Kemungkinan gejala meliputi :
1. Haid tidak teratur, atau bahkan tidak dating haid
2. Rambut, wajah tampak lebat
3. Kulit sangat berminyak dan berjerawat
4. Kelebihan berat badan
PCOS juga meningkatkan diabetes hingga diatas rata – rata .
c. Perawatan
Pengobatan PCOS tergantung pada seberapa parah gejalanya dan apakah anda
berencana untuk memiliki bayi. Mintalah dokter menjelaskan setiap potensi
efek samping pengobatan jika anda tidak berusaha untuk hamil, dokter
mungkin akan meresepi kontrasepsi oral untuk mengatur haid anda dan
menekan pertumbuhan kista ovarium. “pil “ itu juga akan membantu untuk
mengendalikan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Jika anda tidak
berovulasi dan ingin memiliki anak dan anda harus diobati dengan obat
penyubur seperti klomifem.Banyak wanita dengan PCOS berhasil hamil
dengan menjalani pengobatan ini. PCOS dapat menyebabkan kenaikan
kadarglukosa darah dan mungkin diabetes, mungkin dokter akan dapat
meresepkan asmetformin, obat menurunkan kadar glukosa.
A. Definisi
Polip Endometrium di sebut juga polip rahim. ini adalah pertumbuhan kecil
yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. mereka memiliki basis datar besar
dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. mereka dapat
bulat atau oval dalam bentuk dan mereka biasanya berwarna merah. besar yang
muncul menjadi warna lebih gelap dari merah. seorang wanita dapat memiliki satu
atau polip endometrium banyak, dan mereka kadang-kadang menonjol melalui vagina
menyebabkan kram dan ketidaknyamanan.
Mereka dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan
leher rahim.polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok kehilangan semua pasokan
9
darah mereka. ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang telah
mengalami polip endometrium sulit sekali untuk hamil.
Polip Endometrium Adalah tumor bertangkai lunak yang disebabkan oleh
produk hormon yang abnormal, penyebab paling sering adalah siklus anovulatorik
dengan produksi estrogen yang berkepanjangan dan tidak adanya progesteron
(berkaitan dengan perdarahan uterus disfungsional).
Hampir sebagian besar penderita tidak megetahui atau menyadari keberadaan
polip endometrium karena kelainan ini tidak menimbulkan gejala spesifik.
10
Bila ujung polip keluar melalui ostium serviks sehingga mudah untuk dicapai maka
pemutusan tangkai polip dapat dilakukan melalui dua cara.
1. Dengan menjepit tangkai polip dan kemudian melakukan putaran atau torsi pada
tangkai sehingga terputus.
2. Dengan menggunakan ikatan laso longgar yang kemudian didorong hingga
mencapai dasar tangkai dan kemudian diikatkan hingga tangkai terputus.
2.3. Endometriosis
A. Definisi
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus,
atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.
11
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri.( Sarwono Prawirohardjo, 1999.
Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta)
B. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun)
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
5. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
6. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
7. Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-
sampah perkotaan.(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
Teori paling banyak diterima ialah migrasi transtuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama
menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain. (
Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta)
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
12
C. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia
dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium
biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan
bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat
dipengaruhi siklus endokrin normal.Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka
pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga
mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan
progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi
nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan
pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan
hubungan seks.Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
13
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi
di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya
infertil pada endometriosis.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis,
antara lain:
1. Uji serum
CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
14
Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam,
namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas
11%
MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
F. Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi
Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala
dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan
itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala
endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang
lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada
wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi
kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap
yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus dilakukan
pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya
dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat
diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa
nyeri.
Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
15
Obat Efek samping
Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
1. Konservatif
Laparatomi
Laparaskopi
2. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yakni :
Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika
dilaparotomi sekitar 5 hari.
Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
16
Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang
umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas
disertai banyak keluhan.Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total,
salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang
endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun
dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan ovarium
yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya
osteoporosis.
Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
2.4. Endometritis
A. Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
B. Etiologi
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis
diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik
seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum.
Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran,
sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio
sekundinarum, distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang tertunda.Selain itu,
endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan
17
jalan kelahiran sesudah melahirkan.Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan
kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uteruspada periode
sesudah melahirkan menurun.Endometritis juga sering berkaitan dengan
adanya Korpus Luteum Persisten (CLP).
Sedang menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi
pada wanita adalah:
Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
Pecahnya ketuban berlangsung lama.
Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
Teknik aseptik tidak dipatuhi.
Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
Kelahiran secara bedah.
Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
C. Klasifikasi
1. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis
post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis
post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum
terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi,
dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit
berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial.Sebab yang
paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.Gejala-gejala
endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam
18
keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang
bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus
di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus,
memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di
sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri,
dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu
haid.Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha
mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
Demam.
Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour
yang purulent.
Lochea lama berdarah, biasanya terjadi metrorrhagi.
Terapi :
Uterotonika.
Istirahat, letak fowler.
Antibiotika.
Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma.Dapat di beri uterotonika.
2. Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada
waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan
limfosit.Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan
dalam keadaan normal dalam endometrium.Gejala-gejala klinis endometritis
19
kronika adalah leukorea dan menorargia.Sedangkan Pengobatannya tergantung dari
penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan pada:
1. Pada tuberkulosis.
2. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4. Pada polip uterus dengan infeksi.
5. Pada tumor ganas uterus.
6. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua
dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Gejalanya :
Terapi :
D. Gambaran Klinik
Gambaran klinik dari endometritis:
1. Nyeri abdomen bagian bawah.
2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
20
4. Dapat terjadi penyebaran.
Miometritis (pada otot rahim).
Parametritis (sekitar rahim).
Salpingitis (saluran otot).
Ooforitis (indung telur).
Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
E. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium.Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis
serta cairan.Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan
terdiri atas lekosit-lekosit.Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
F. Komplikasi
Wound infection.
Peritonitis.
Adnexal infection.
Parametrial phlegmon.
21
Abses pelvis.
Septic pelvic thrombophlebitis.
G. Penatalaksanaan
Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran
terpi.Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan
petunjuk untuk terapi antibiotik.
Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut.Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk
memberikan nutrisi yang memadai.
Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
atau post partum.
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat
penting.Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan
dan hati-hati.Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin
ditemukan bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti
adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
2.5. Myometritis
A. Definisi
Miometritis / Metritis adalah radang miometrium.Metritis adalah infeksi uterus
setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu.Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis,
sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
22
B. Klasifikasi
a. Metritis akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari
infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang
(endometritis) dapat menimbulkan metritis akut.Pada penyakit ini miometrium
menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel
radang.Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan
kadang-kadang dapat terjadi abses.
b. Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan
leukorea.Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya
disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila pengobatan
terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
1) Abses pelvik
2) Peritonitis
3) Syok septic
4) Dispareunia
5) Trombosis vena yang dalam
6) Emboli pulmonal
7) Infeksi pelvik yang menahun
8) Penyumbatan tuba dan infertilitas
C. Faktor Predisposisi
1) Infeksi abortus dan partus
2) Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
3) Infeksi post curettage
D. Tanda Gejala
1) Demam
2) Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
3) Sakit pinggang
4) Nyeri abdomen
23
5) Nyeri saat berhubungan seksual
6) Nyeri di daerah pelvic
7) Nyeri di punggung kaki (betis)
8) Gangguan kesuburan
9) Gangguan buang air besar (sembelit atau kembung)
E. Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:
1) Parametritis (infeksi sekitar rahim)
2) Salpingitis (infeksi saluran otot)
3) Ooforitis (infeksi indung telur)
4) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
F. Penatalaksanaan
Terapi miometritis :
a. Antibiotika spektrum luas
Ampisilin 2 g iv / 6 jam
Gentamisin 5 mg kgbb
Metronidasol 500 mg iv / 8 jam
b. Profilaksi antitetanus
2.6. Parametritis
A. Definisi
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum.Radang
ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi
beberapa jalan:
Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara
yaitu:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum
3. Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua
24
jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di
atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi
bisa juga ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses. Apabila terjadi
abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan mencari jalan keluar yaitu di
atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal, melalui foramina obturatorium ke paha
bagian dalam, dan sebagianya. Parametritis dapat juga menahun dan di tempat radang
terjadi fibrosis.
Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan yang
mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini dapat terjadi
hanya pada dasar lig. Latum tetapi dapat juga bersifat luas misalnya dapat menempati
seluruh parametrium sampai ke dinding panggul dan dinding perut depan di atas lig.
Inguinale.
Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan pembengkakan di
belakang cervix.Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau menjadi abses.Abses dapat
memecah di daerah lipat paha di atas lig. Inguinale atau ke dalam cavum douglas.
Parametritis biasanya unilateral dan karena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih
sering terdapat pada primipara daripada multipara.
B. Etiologi
Parametritis dapat terjadi:
1. Dari endometritis dengan 3 cara :
Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
Lymphogen.
Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2. Dari robekan serviks
3. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
C. Patofisiologi
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi
menyebar ke miometrium → Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan
limfe/tromboflebitis → Parametritis
25
D. Tanda dan gejala
1. Kalor
2. Dolor
3. Nyeri hebat
4. Nafsu makan berkurang
5. Asam lambung meningkat
6. Reaksi mual
7. Vasodilatasi
8. syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
E. Diagnosis
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan
dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum.
Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrée tampaknya sakit,
suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya
juga lebih banyak.
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan
infeksi nifas.Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka
pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya.Terapi pada parametritis yaitu
dengan memberika antibiotika berspektrum luas.Dalam hal ini dapat diberikan
penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti
ampicillin dan lain-lain.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan
dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah
dilakukan.
Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri
dan penderita dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan yang berat-
berat.Dengan terapi ini biar pun sisa- sisa peradangan masih ada, keluahan-
keluhan penderita sering kali hilang atau sangat berkurang. Pada sellulitis pelvika
26
dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau
tidak.Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak
masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak
sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan pembukaan
tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke
jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat insici
ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.
2. Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6
jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah
sakit daerah.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data Subjektif
A. Identitas
Nama : Ny. M Nama suami : Tn. S
Umur : 45 tahun Umur : 49 tahun
Suku/ bangsa : Aceh/ indonesia Suku/ bangsa : Aceh/indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat rumah : Kuala Penaga Alamat rumah : Kuala Penaga
Telp :- Telp :-
Alamat kantor :- Alamat kantor : -
Telp :- Telp :-
28
4. Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Pola Konsumsi
Diet/ makan : 3 x sehari
Komposisi makan : nasi, sayur- sayuran, lauk pauk, buah
b. pola eliminasi
BAB : 3 hari sekali
Keluhan : ibu mengatakan susah buang air besar
BAK : 6-7 kali sehari
c. personal hygine
ganti pakaian dalam : 3 x/ hari
keputihan : tidak
iritasi Vagina : tidak
keluar cairan : encer
pemakaian obat cebok : tidak ada
d. pola seksual
Lamanya : 4 tahun
6. Perilaku Kesehatan
Gangguan Alkohol/ Sejenisnya : tidak ada
Obat- obatan/ jamu : tidak ada
Merokok : tidak ada
Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda vital
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
29
Denyut Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 23 x/ menit
Suhu tubuh : 37 °C
3. TB : 154 cm
BB : 51 Kg
4. pemeriksaan abdomen
Palpasi : teraba benjolan
Nyeri : ada
5. Pemeriksaan Genetalia
Vulva dan Vagina :
Luka : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Nyeri : ada
Gatal- gatal : tidak ada
Instansi : tidak ada
Lain- lain : tidak ada
Assesment
Ny.M usia 45 tahun dengan kista ovarium
Data Dasar :
TD : 130/90 mmHg - Pada pemeriksaan fisik, vagina mengeluarkan
Pols : 84 x/menit cairan keputihan dan berbau
Resp : 24 x/menit
Temp : 37°C
BB : 50 kg
Masalah : - Nyeri perut dibagian bawah, apabila diraba bagian perut teraba
benjolan (massa)
30
Kebutuhan : Beri penyuluhan kesehatan kepada ibu tentang kebutuhan yang harus
Dipenuhi
Penatalaksaan :
1. menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
ibu mau melakukan anjuran bidan
3. manganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang mengandung lemak, bahan
pengawet dan zat pewarna.
Hasil : ibu mau melakukan anjuran bidan
4. menganjurkan ibu untuk memeriksaan diri ke tenaga yang lebih ahli
hasil : ibu mau melakukan anjuran bida
5. melakukan pendokumentasian
hasil : pendokumentasian telah dilakukan
3.2. Endometriosis
A. SUBJEKTIF
31
Alamat : Baurung
Tanggal Masuk : 20 September 2010 jam 12.30 WIB
No. RM : 19-46-25
B. Objektif
1. Alasan Datang
Ibu datang dengan rujukan bidan
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya bagian bawah nyeri selama haid berlangsung.
3. Riwayat Obstetric dan ginekologi
a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
32
Nasehat yang diberikan : Makan-makanan bergizi, istirahat cukup
c. Riwayat persalinan sekarang
1. Waktu persalinan : tanggal 20 Agustus 2010 jam : 01.05 WIB
2. Jenis Persalinan : spontan, presentasi kepala
3. Penyulit waktu persalinan : tidak ada
4. Ketuban pecah jam : 00.50 WIB
- Warna : keruh
- Bau : khas
5. Bayi lahir jam : 01.05 WIB
Berat Badan : 3200 gr
Jenis kelamin : laki – laki
Cacat : tidak ada
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti asma,demam lebih dari 3
hari, kencing manis, darah tinggi dan penyakit yang dioperasi.
b. Kesehatan ibu sekarang
Ibu mengatakan saat ini merasa perut bagian bawah nyeri dan ibu hanya mengkonsumsi
feminak namun belum sembuh.
c. Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti asma,
demam lebih dari 3 hari, darah tinggi, kencing manis dan penyakit yang dioperasi serta
tidak ada keturunan kembar.
5. Kebiasaan
• Pantang makan : ada yaitu mutih
• Minum jamu : ibu minum jamu lancar ASI selama nifas
• Obat-obatan : feminax
• Miras/rokok : tidak
• Memelihara binatang : tidak
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
• Menarche : 13 th
• Siklus/teratur : Teratur/28 hari
33
• Lama/jumlah : 6 hari/3xganti pembalut
• Dysmenorhea : selama haid
• Fluor Albus : Ada
- Warna : putih
- Bau : tidak
- Lamanya : 3 hari sebelum haid
- Gatal : Tidak
• HPHT : 20 November 2009
• HPL : 27 Agustus 2010
• Umur kehamilan : 39 minggu
b. Riwayat penggunan kontrasepsi
• Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
• Rencana yang akan datang : Ibu mengatakan ingin memakai KB suntik 3 bulan.
• Alasan : lebih praktis.
7. Kebutuhan sehari-hari
Pola Hamil Sekarang
a. Nutrisi
- Makan
- Porsi
- Jenis
- Macam
- Gangguan
- Minum
- Jenis
- Gangguan 3x sehari
Sedang
Nasi, sayur, lauk
Bervariasi
Tidak ada
±6 gelas per hari
Air putih, teh
Tidak ada Jam 17.00 WIB makan nasi
½ piring habis
Nasi, sayur, lauk
34
Bervariasi
Tidak ada
Jam 19.50 WIB ±1 gelas
Teh hangat
Tidak ada
b. Eliminasi
- BAB
- Warna
- Konsistensi
- Gangguan
- BAK
- Warna
- Gangguan 1x sehari
Kuning kecoklatan
Lembek
Tidak ada
5-6 x/hari
Kuning jernih
Tidak ada Jam 04.00 WIB
kuning
lembek
nyeri
jam 20.15 WIB
Kuning jernih
Tidak ada
c. Istirahat
- Siang
- Malam
- Gangguan ± 2 jam
± 8 jam
Tidak ada -
± 4 jam
Perut bagian bawah nyeri.
d. aktivitas Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga seperti
35
mencuci, menyapu, memasak dan menyetrika. Ibu mengatakan hanya berbaring miring
dan tidur setengah duduk di tempat tidur.
e. Personal Hygiene
- Mandi
- Keramas
- Gosok gigi
- Ganti baju 2x/hari
3x/minggu
2x/hari
2x/hari Jam 07.00 WIB
1 hari yang lalu
2x/hari
Ganti bila basah atau kotor.
f. Seksual
- Frekuensi
- Gangguan 3x/minggu
Tidak ada 1 minggu yang lalu
Nyeri saat hubungan seksual
8. Data Psikologi
• Status yang dikandung : Sah
• Tanggapan ibu atas kehamilannya : Ibu merasa senang dengan kelahiran anaknya.
• Tanggapan suami dan keluarga : Suami dan keluarga merasa senang dengan
kelahiran anaknya.
• Kesiapan mental ibu : Ibu akan merawat anaknya dengan baik.
9. Data Sosial Ekonomi
• Penghasilan : Tetap
• Tanggung jawab perekonomian : Suami
• Pengambilan keputusan : Suami dan keluarga
10. Data perkawinan
• Status perkawinan : Sah
• Perkawinan ke- : Pertama
• Lama perkawinan : ± 1 tahun
11. Data Spiritual
36
Ibu mengatakan biasa melakukan sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian rutin tiap
minggunya.
12. Data Sosial Budaya
Ibu mengatakan masih ada budaya pantangan makanan seperti mutih selama masa nifas
13. Data Pengetahuan Ibu
Ibu mengatakan sudah mengerti tentang merawat kebersihan kelamin, dan ibu sudah tau
bahwa bayinya membutuhkannya untuk selalu disusui dan ibu sudah mengetahui tentang
perawatan tali pusat.
37
dada.
- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar.
- Genetalia : Tidak oedam, tidak ada varises
- Anus : Tidak ada hemoroid
- Ekstremitas atas : teraba dingin, agak pucat, tidak oedem, turgor kulit kurang,
Ekstremitas bawah: teraba dingin, agak pucat, tidak varises, tidak oedem, turgor kurang
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
• Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
• Mamae : Membesar, puting susu menonjol, areola mamae ASI sudah keluar
lancar, kebersihan terjaga
• Abdomen : tidak ada luka operasi, TFU tidak teraba, ada nyeri tekan pada bagian
adnexa dan terdapat masa keras terfiksasi.
• Genetalia : terdapat spotting
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Hb : 12,1 g/dL
GD : O
b. Pemeriksaan Rontgen : -
c. USG : tampak masa seperti kista pada ovarium dextra
38
endometrisosis
2. Beri perawatan dan tindakan menurunkan nyeri
Rasional : Dengan memberikan pengobatan hormone kombinasi, hormone progestin,
untuk membantu memicu terjadinya keadaan an ovulasi
3. Tindakan segera (di RS) / merujuk RS
4. Rasional : Masih bergantung pada keinginan klien, usia, derajat, yang dialami.
39
c. Ctm 4mg 3x1
• Persiapan laparatomi
Evaluasi : advis telah dilakukan
40
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Kepada para pembaca agar dapat menindaklanjuti jika terdapat tanda-tanda dari
radang genetalia interna.
41
Jika terdapat gejala- gejala dari radang genetalia interna,bisa segera mengunjungi
klinik bidan atau ke rumah sakit terdekat.
42
DAFTAR PUSTAKA
43