Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. Pengertian

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel berlebihan

atau abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong

tumor. Tumor jinak dapat bersifat epitecal, atau berasal

dari strauma gonat khusus. Secara klinis mereka dapat

memberikan gejala dan tanda yang sangat mirip sehingga

diagnosa hanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan

histopatologi (Brunner dan Suddarth, 2000).

Ovarium kista adalah ovarium yang mengandung kista

folikular kecil yang multiple yang terisi dengan cairan

serosa encer, berwarna kuning atau terwarnai oleh darah

(Kamus Kedokteran Dorland, 812).

B. Etiologi

Kista ovarium belum diketahui secara jelas dan

pasti, tetapi diperkirakan karena ada kemungkinan korpus

luteum gravidatatis ikut terangkat. Korpus luteum adalah

organ fisiologis lain yang berpotensi nengalami

pembentukan kista dan perdarahan, suatu folikel yang

matang tidak dilepaskan sel telur sehingga menetap dan

membesar selama siklus ovulasi tumbuh atau berkembang

dari folikel kista sederhana (normal) yang dipengaruhi

1
proses antresia folikel, korpus luteum yang mengalami

hematoma.

C. Fisiologis

Ovarium merupakan kelenjar terbentuk buah kenari

terletak dikiri dan kanan uterus dibawah tuba uterin dan

terikat disebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.

Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum

dilepaskan. Ovarium disebut juga indung telur,

didalamnya terdapat jaringan bulbus dan jaringan tubulus

yang menghasilkan telur (ovum), ovarium ini hanya

terdapat pada wanita letaknya di dalam pelviks sebelah

kiri, kanan uterus. Jaringan yang banyak mengandung

kapiler darah dan serabut kapiler saraf. Pada umumnya

bentuk kista-kista kecil banyak ditemukan di ovarium

yaitu dalam folikel dan korpus luteum. Selama proses

ovulasi folikel-folikel yang sudah matang akan

melepaskan satu telur. Tapi pada pembentukan kista, pada

proses ovulasi folikel tidak dapat mengeluarkan telur

sehingga folikel membesar dan menjadi kista. Selain itu

korpus luteum adalah organ fisiologis lain yang

berpotensi mengalami pembentukan kista pada perdarahan

korpus luteum persistem jarang didapatkan pada wanita

yang tidak hamil. Bila kemudian telah disingkirkan maka

pembesaran salah satu ovarium dapat akibat pembentukan

kista dalam pusat luteum yang gagal mengecil.

2
D. Patofisiologi

Ovulasi

Ketidakseimbangan hormon estrogen Atresia folikel


dan progesteron
Sel telur tidak bisa keluar
Folikel tidak bisa melepaskan sel telur

Sel telur tumbuh dan berkembang dalam ovarium



Korpus luteum hematom

Kista ovari

Fisiologis (ukuran < 5 Patologis (ukuran 5-10 cm)


cm tanpa pembedahan)

Pre op Post op
Peningkata Proses
n tekanan ovulasi Kurang Kista Perkembangan Prosedur pembedahan
intra terhamba pengetahuan tumbuh dan kista
abdomen t tentang berkembang
penyakit Ovarium Kerusakan integritas
Trauma Aminore Trauma ruptur
jaringan Ansietas jaringan
perdarahan
Dismonorea Nyeri intra abdomen

Nyeri akut Gangguan Resti
mobilitas infeksi
fisik

Pada proses ovulasi terjadi ketidakseimbangan

hormon esterogen dan progesteron sehingga folikel tidak

3
bisa melepaskan sel telur. Selain itu terjadi atersia

folikel yang juga menyebabkan sel telur tidak bisa keluar

di dalam ovarium. Sel telur tumbuh dan berkembang

sehingga menyebabkan kista ovari. Kista ovari dibagi

menjadi dua yairu kista ovari fisiologis dan patologis

terjadi suatu peningkatan tekanan intra abdomen yang

dapat menyebabkan trauma jaringan yang pada beberapa

perempuan menimbulkan disminore yang menimbulkan nyeri

pada saat menstruasi, karena kista ovari menyebabkan

terhambatnya proses ovulasi sehingga terjadi aminorea.

Selain kista ovarium yang patologis pada keadaan sebelum

operasi kista terus berkembang dan tumbuh yang bisa

menyebabkan trauma jaringan sehingga terasa nyeri dan

mengalami gangguan mobilitas fisik. Kista yang berkembang

sebelum operasi juga memungkinkan terjadinya ruptur pada

ovarium dan menimbulkan perdarahan intra abdomen sehingga

kemungkinan terjadi resiko tinggi infeksi karena masuknya

mikroorganisme dan timbul rasa nyeri karena kurang

pengetahuan tentang penyakit kista maka muncullah

ansietas. Pada keadaan setelah operasi yaitu setelah

pembedahan laparatormi terjadi deformitas jaringan yang

menyebabkan perlukaan yang menimbulkan kerusakan

integritas kulit dan memungkinkan terjadinya resiko

tinggi infeksi akibat proses pembedahan deformitas

jaringan tersebut juga bisa menyebabkan nyeri yang

menganggu mobilitas fisik.

4
E. Klasifikasi kista

Pembagian tumor ovarium

a. Tumor Non Neoplastic

b. Tumor akibat radang

c. Tumor lain :

Kista Folikel

Kista Korpus Luteum

Kista Lutein

Kista inklusi germinal

Kista endometrium

Kista stein leventhal

d. Tumor Neoplastic

1) Tumor jinak

a. Kistoma ovarii simpleks

b. Kistadenoma ovarii serasum

c. Kista dermoid

d. Tumor Brenner

2) Tumor ganas ovarium

F. Manifestasi Klinis

Seperti pada penyakit ganas, tumor ovarium dapat

tumbuh dengan tenang dan jarang penyebab gejala sampai

setelah mencapai ukuran besar. Ketika tumor berkembang

akan terjadi distensi abdominal. Pengaruh berat tekanan

5
terhadap usus dan kandung kemih. Pertumbuhan tumor

ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat

perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi. Tumor

jinak ovarium diameternya kecil sering ditemukan secara

kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang

berarti.

Sebagian besar tanda dan gejala adalah akibat dari :

a. Gejala akibat pertumbuhan

Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah

Mengganggu miksi atau defekasi

Tekanan tumor dapat menimbulkan konstipasi atau

edema pada tungkai bawah

b. Gejala akibat perubahan hormonal

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita,

sehingga bila berh ubungan dengan tumor menimbulkan

gangguan menstruasi, tumor sel granulase

c. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada

tumor

Perdarahan ke dalam kista (intra tumor)

Bila terjadi perdarahan dalam jumlah yang banyak

dapat menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan

memerlukan tindakan cepat.

Robek dinding kista

6
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi

robekan sehingga isi kista tumpah ke dalam ruang

abdomen.

Degenerasi ganas kista ovarium, Keganasan kista

ovarium sering dijumpai

a. Kista pada usia sebelum menarche

b. Kista pada usia diatas 48 tahun

d. Sindrome Meigs

Sindrom yang ditemukan oleh meigs menyebutkan terdapat

fibroma ovari, acites dan hidrothorak dengan tindakan

operasi fibroma ovari maka sindroma akan menghilang

dengan sendirinya.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Berguna untuk mengetahui apakah berasal dari ovari dan

juga dapat menentukan sifatnya.

2. Ultrasonografi

Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat

berkisar dari 1-6 cm. Berguna untuk memungkinkan letak

dan batasnya dan dapat pula dibedakan antara cairan

dalam rongga perut yang bebas dan tidak bebas

3. Foto Rongent

Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks,

selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang dapat

dilihat adanya gigi pada kista

7
H. Penatalaksanaan

a) Pada kista ovarium dengan keluhan nyeri perut

dilakukan laparatomi

b) Pada kista pvarium asimtomatik besarnya lebih dari 10

cm dilakukan laparatomi

c) Kista yang kecil (< 5 cm) umumnya tidak memerlukan

tindakan operatif

d) Kista 5-10 cm memerlukan observasi jika menetap atau

membesar dilakukan laparatomi

e) Jika pada laparatomi ada kecurigaan keganasan, pasien

perlu dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap untuk

evaluasi dan penanganan selanjutnya.

f) Observasi klinis pasien

g) Pengukuran kadar hematorit dan hemoglobin

h) Pencegahan komplikasi serius yang timbul dari

pembedahan

I. Tinjauan Asuhan keperawatan

a) Pengkajian

Anamnesa

8
1) Apakah pada perut terasa berat ?

2) Apakah ibu dapat BAB dan BAK secara lancar ?

3) Apakah menstruasinya teratur ?

4) Apakah ada kelainan saat menstruasi ?

5) Apakah pernah perdarahan di luar menstruasi

6) Apakah pada tungkai bawah bengkak ?

7) Apakah pada perut terasa nyeri ?

Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Apakah ada perdarahan dari vagina?

Berapa banyak perdarahan yang dikeluarkan dari

vagina?

2) Palpasi

Dimana letak benjolan kista ?

Berapa ukuran kista tersebut?

3) Auskultasi

Bagaimana bunyi bising usus dan berapa kali ?

Apakah terdengar suara tambahan di abdomen atau

uterus ?

b) Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit dan prognosis

2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah

9
interpelasi informasi tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan sekunder terhadap tindakan operasi SOD.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

ketidaknyamanan sekunder adanya luka pembedahan

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

interupsi mekanis pada kulit, pengangkatan bedah

kulit atau jaringan

c) Rencana Asuhan Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit dan prognosis

Tujuan :

Pasien menunjukkan rentang yang tepat dari

perasaan dan berkurangnya rasa cemas atau takut.

Kriteria hasil :

1) Perasaan takut atau cemas berkurang

2) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas

berkurang pada tingkat dapat diatasi.

3) Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan

mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif

dalam aturan terapeutik

Implementasi dan rasional

10
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan

R/ Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa

takut realistik serta kesalahan konsep tentang

diagnosis.

2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa

aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak

bicara.

R/Membantu pasien untuk merasa diterima pada

adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan

meningkatkan rasa kontrol.

3. Pertahankan kontak sering dengan pasien

R /Memberikan keyakinan pada pasien bahwa pasien

tidak sendiri atau ditolak berikan respek dan

penerimaan individu mengembangkan kepercayaan.

4. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai

prognosis. Hindari memperdebatkan tentang

persepsi pasien terhadap situasi.

R/ Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan

pasien membuat pilihan atau keputusan

berdasarkan realita.

5. Jelaskan prosedur, berikan untuk bertanya dan

jawaban jujur

R/ Informasi akurat memungkinkan pasien

menghadapi situasi lebih efektif dengan

11
realitas, karena dapat menurunkan ansietas dan

rasa takut karena ketidaktahuan.

6. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya,

potensial efek samping membantu pasien

menyiapkan pengobatan.

R : Pengobatan dapat meliputi pembedahan

sehingga diharapkan pasien benar-benar siap

untuk melaksanakannya

2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah

interpelasi informasi tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

Tujuan

1) Menyatakan pemahaman kondisi

2) Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala

berhubungan dengan prosedur pembedahan dan

tindakan untuk menerimanya.

Intervensi

1. Beri penjelasan tentang semua permasalahan yang

berkaitan dengan penyakitnya

R : Informasi yang tepat menambah wawasan klien

sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya

2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode

istirahat periodik

12
R : Mencegah kelemahan, meningkatkan

penyembuhan dan perasaan sehat dan mempermudah

kembali ke aktivitas normal.

3. Masalah yang diantisipasi selama penyembuhan

R / Faktor fisik, emosi, sosial mempunyai

pengaruh kumulatif dapat memperlambat

penyembuhan.

4. Identifikasi kebutuhan diet

R/ Memfasilitasi penyembuhan atau regenerasi

jaringan

5. Kaji ulang perawatan insisi bila tepat

R/ Memudahkan perawatan diri secara mandiri

3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan sekunder terhadap tindakan operasi SOD.

Tujuan

Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam setelah

dilakukan tindakan operasi

Kriteria hasil

1. Nyeri dapat hilang atau terkontrol

2. Keadaan umum pasien baik

3. Pasien tampak tenang

Intervensi

1. Kaji nyeri, catat lokasi

13
R / Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,

kemajuan penyembuhan

2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

R/Lingkungan yang tenang dan nyaman

membuatpasien merasa aman dan yakin bahwa ia

dirawat dengan baik.

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

R/Mengurangi ketegangan abdomen sehingga dapat

mengurangi nyeri

4. Pantau TTV

R/ Untuk mengenal dan mengetahui penyimpanan

dari perkembangan keadaan pasien secara dini.

5. Observasi tingkat nyeri

R/ Akan mengetahui lokasi perjalanan dan

lamanya

6. olaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgesik

R/ Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama

dengan intervensi terapi lain.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

ketidaknyamanan sekunder adanya luka pembedahan

Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas dalam

waktu 2 x 24 jam

Kriteria hasil :

14
1. Pasien mengatakan tidak nyeri pada luka

operasi

2. Pasien tidak tampak menyeringai kesakitan

3. Pasien tidak melindungi daerah yang nyeri

4. Skala nyeri berkurang

Intervensi :

1. Observasi TTV

R / Dapat menghindari rasa takut dan

ketidaknyamanan

2. Evaluasi rasa sakit secara reguler

R/ Menyediakan informasi mengenai efektifitas

intervensi

3. Lakukan reposisi sesuai petunjuk misal : semi

fowler

R/ Mengurangi rasa nyeri dan melancarkan

sirkulasi

4. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi misal

latihan nafas dalam

R / Melepaskan ketegangan emosional dan otot

5. Kolaborasi dalam pemberian analgesik

R / Menurunkan nyeri dan spasme otot

15
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

interupsi mekanis pada kulit, pengangkatan bedah

kulit atau jaringan

Tujuan : Luka operasi mencapai penyembuhan tepat

pada waktunya

Kriteria hasil :

1. Tercapainya penyembuhan luka

2. Mencegah komplikasi

3. Tidak timbul jaringan

Intervensi :

1. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik

dan integritas kulit

R / Mengobservasi adanya kegagalan proses

penyembuhan luka

2. Anjurkan pasien untuk tidak menyentuh daerah

luka

R / Mencegah kontaminasi luka

3. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut

saat mengganti balutan

R / Mengurangi resiko trauma kulit

4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

R/ Diberikan secara profilaksis atau untuk

mengobati infeksi khusus dan meningkatkan

penyembuhan.

16
6. Resti infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

pembedahan, prosedur invasif

Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan

di rumah sakit

Kriteria hasil :
o
1. Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36 37

C)

2. Tidak ada tanda infeksi

3. Tidak ada pus pada luka pasien

Intervensi dan Rasional :

1. Observasi TTV

R / Dapat mengidentifikasi terjadi infeksi

2. Lakukan tindakan keperawatam luka secara

antiseptik dan septik

R / Mencegah kontaminasi luka

3. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau

membesar

R / Keadaan rembesan dapat menandakan hematoma,

gangguan penyatuaan jahitan atau desisiensi luka

4. Dorong masukan cairan oral dan diit tinggi

kalori protein, vitamin C dan zat besi

R / Mempercepat proses penyembuhan

5. Bersihkan luka dan ganti balutan bila basah

R/ Lingkungan lembab merupakan media paling baik

untuk pertumbuhan bakteri

17
6. Tingkatkan istirahat

R/ Istirahat menurunkan proses metabolisme,

memungkinkan O2 dan nutrien digunakan untuk

penyembuhan

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

antibiotik

R/ Antibiotik mencegah terjadinya infeksi

c.Evaluasi

1. Pasien menyatakan ansietas terkontrol

2. Pasien dapat memahami kondisinya

3. Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam setelah

dilakukan tindakan operasi

4. Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang

lain

5. Tidak ada tanda kerusakan jaringan

6. Pasien menunjukkan tidak ada proses infeksi

18
DAFTAR PUSTAKA

Bagian obstetric dan Ginekologi F.K. Unpad. 1993.

Ginekologi Elster : Bandung

Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa

Keperawatan. Terjemahan Monica Ester. Edisi 8. EGC. Jakarta.

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan

keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta .

Doenchoelter, Johan H (1988). Ginekologi

Greeenhill. Terjemahan Chandra Sanusi. Edisi 120. EGC.

Jakarta.

Kamus Kedokteran Dorland. Cetakan I. 1998.

Terjemahan Poppy Kumala. EGC. Jakarta.

Media Aesculapius. (2000). Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapius. FKUI.

Labels: ASKEP, KEPERAWATAN, LP, TEORI

19

Anda mungkin juga menyukai