Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak, begitu

juga dengan manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin

(seksual/generatif). Laki-laki dan perempuan memiliki sistem reproduksi yang berbeda

sesuai dengan fungsinya.

Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba fallopi, uterus dan

vagina. Ovarium terletak di bawah perut, dan berfungsi sebagai tempat produksi ovum

(Sel Telur). Tuba Fallopi (saluran telur atau oviduk) berbentuk seperti pipa dan

ujungnya berbentuk corong dengan rumbai-rumbai. Rumbai ini berfungsi untuk

menangkap ovum yang dilepaskan ovarium. Uterus atau rahim merupakan tempat

tumbuh dan berkembangnya janin. Vagina merupakan tempat keluarnya bayi saat

dilahirkan.

Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna.

Beberapa penderita kelainan kongenital tidak memerlukan tindakan pembedahan.

Kelainan kengenital merupakan penyebab kedua terbanyak pada kasus-kasus

amenorhoe primer setelah disgenesis gonad.

Tindakan yang tepat serta motivasi yang cermat dari para tenaga kesehatan

untuk menetukan bentuk dan terapi yang diberikan pada penderita dan keluarganya

sangat penting dalam usaha pencapaian keberhasilan pengobatan yang diberikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kelainan pada sistem reproduksi wanita?


1
2

2. Bagaimana etiologi pertumbuhan jaringan abnormal pada organ reproduksi wanita?


3. Apa saja jenis-jenis abnormal pada organ reproduksi wanita?
4. Bagaimana patofisiologi pertumbuhan jaringan abnormal pada organ reproduksi
wanita?
5. Bagaimana diagnosis jaringan abnormal pada organ reproduksi wanita?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan abnormal pada organ reproduksi
wanita?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari kelainan pada sistem reproduksi wanita


2. Mengetahui etiologi pertumbuhan jaringan abnormal pada organ reproduksi wanita
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis abnormal pada organ reproduksi wanita
4. Mengetahui patofisiologi pertumbuhan jaringan abnormal pada organ reproduksi
wanita
5. Mengetahui diagnosis jaringan abnormal pada organ reproduksi wanita
6. Mengetahui penatalaksanaan dan pengobatan abnormal pada organ reproduksi
wanita?
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelainan Sistem Reproduksi (Abnormality of Genital Tract)

Kelainan bawaan pada saluran reproduksi wanita adalah masalah

perkembangan yang terbentuk pada embrio. Bisa di vagina, leher rahim, rahim dan

saluran tuba yang terjadi saat anak tumbuh di dalam rahim. Beberapa persen dari

populasi wanita memiliki kelainan kongenital pada saluran reproduksi. Kelainan ini

dapat muncul dari gen yang abnormal atau hilang, tetapi mereka yang tidak memiliki

kelainan genetik juga dapat memiliki kondisi ini. Tidak seperti gangguan

perkembangan, kelainan kongenital saluran reproduksi tidak mungkin terlihat segera

setelah anak lahir. Ini mungkin tidak diperhatikan bahkan selama masa pubertas atau

setelah menstruasi dimulai, didiagnosis hanya ketika mereka hamil atau mencoba untuk

hamil.

B. Etiologi

Penyebab kelainan bawaan pada saluran reproduksi wanita adalah terkait

dengan kelainan genetik, penggunaan obat-obatan tertentu selama kehamilan.

Berdiskusi dengan dokter mengenai riwayat medis dan keluarga dimasa lalu ketika

berencana untuk hamil dapat membantu mengetahui apakah seseorang menderita

kelainan bawaan.

3
4

C. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala tergantung pada usia dan tingkat keparahan kondisinya.

1. Tanda-tanda yang terlihat pada masa bayi antara lain :

a. Vagina yang tidak normal

b. Alat kelamin yang sulit diidentifikasi sebagai perempuan atau laki-laki (alat

kelamin ambigu)

c. Labia yang saling menempel atau ukurannya tidak biasa

d. Tidak ada lubang di area genital atau lubang dubur tunggal

e. Klitoris bengkak

f. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih

2. Saat mencapai usia dewasa gejala yang muncul antara lain :

a. Payudara tidak tumbuh

b. Tidak ada menstruasi (amenore) pada usia 15 tahun meskipun perkembangan

wanita normal

c. Kram atau nyeri bulanan, tanpa menstruasi

d. Benjolan di perut bagian bawah, biasanya disebabkan oleh darah atau lendir

yang tidak dapat mengalir dengan baik

e. Menstruasi yang menyakitkan yang memburuk seiring waktu

f. Menstruasi meluap dengan penggunaan tampon

g. Sakit saat berhubungan

h. Keguguran berulang atau kelahiran prematur (mungkin karena rahim abnormal)


5

D. Jenis-jenis kelainan kongenital saluran reproduksi wanita

Kelainan-kelainan kongenital pada sistem reproduksi dapat diklasifikasikan

berdasarkan keadaan kromosom yang tidak normal atau karna pengaruh hormonal,

diantaranya pada bagian vulva, vagina, uterus dan tuba falopi. Beberapa anomali ini

dapat berdampak buruk pada sistem reproduksi wanita dan berkontribusi pada masalah

terkait kehamilan.

1. Kelainan kongenital vulva : duplikasi vulva, hipoplasia vulva, hipertrofi labia

a. Duplikasi vulva

Duplikasi vulva jarang sekali ditemukan. Bila ada biasanya ditemukan pula

kelainan-kelainan lain yang lebi berat, sehingga bagi itu tidak dapat hidup.

b. Hypoplasia vulva

Ditemukan bersamaan dengan genetalia interna yang juga kurang berkembang

pada keadaan hipoestrogenisme, infantilisme, dan lain-lain. Biasanya ciri-ciri

seks sekunder juga tidak berkembang.

c. Kelainan perineum

Pada kloaka persisten karena septum urogenital tidak tumbuh, bayi tidak

mempunyai lubang anus atau anus bermuara dalam sinus urogenitaslis, dan

terdapat satu lubang darimana keluar air kencing dan fesis.

d. Atresia Labia Minora

Kelainan kongenital ini disebabkan karna membrane urogenitalis tidak

menghilang. Dibagian depan vulva dibelakang klitoris ada lubang untuk

pengeluaran air kencing dan darah haid. Koitus walaupun sukar masih dapat

dilaksanakan, malahan dapat terjadi helamilan. Pada partus hanya dapat

diperlakukan sayatan di garis tengah yang cukup panjang untuk melahirkan


6

janin. Kelainan atresia labia minora juga dapat terjadi pula sesudah partus.

Dalam hal ini radang menyebabkan kedua labia minora melekat, dengan masih

ada kemungkinan penderita dapat berkencing. Pengobatan terdiri atas

melepaskan perlekatan dan menjahit luka-luka yang timbul.

e. Hymen Impervorata

Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga

terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau

infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus

sinovaginal dengan sinusurogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis.

Hymen berasal dari endodermepitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari

duktus mullerian. Hymen mengalamiperforasi selama masa embrional untuk

mempertahankan hubungan antara lumenvagina dan vestibulum.

Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan berbagai jenis ketebalan

yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dindingbawah

uretra sampai ke fossa navikularis. Hymen Imperforata terbentuk karena ada

bagian yang persisten dari membranurogenital dan terjadi ketika mesoderm dari

primitive streak yang abnormal terbagimenjadi bagian urogenital dari membran

cloacal. Hymen Imperforata tanpa mukokolposyang berasal dari jaringan fibrous

dan jaringan lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya

vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi karenakegagalan perkembangan

duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk danlubang vagina hanya

berupa lekukan kloaka.


7

Pokorny & Kozinetz (1988) menerangkan bahwa secara anatomi, hymen pada

wanita usia prepubertas (anak-anak) dengan masalah organ genitalia, dijumpai

konfigurasi berupa hymen fimbrae, sirkum ferensial dan posterior ring.

Patofisiologinya yaitu sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche,

setelah itu akan terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid),

yang dialami setiap bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada

neonatus atau anak kecil. Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos.

Bila diketahui sebelum pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik,

serta dilakukan hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang

merupakan kumpulan dari sekresi serviks. Darah yang terkumpul di dalam

vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan

menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya membran mukosa hymen.

Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada perut selama

menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka

darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis,

sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri

(hematometra). Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga

dapat memasuki tuba palopi dan menyebabkan hemotosalfing karena

terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga

darah tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum

membentuk hematoperitoneum. Gejala yang paling sering terjadi akibat over

distensi vagina, diantaranya rasa sakit perut bagian bawah nyeri pelvis dan sakit

di punggung bagian belakang.


8

Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke

uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah

supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria,

urgensi, inkontinensia over flow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada

rectum yang menimbulkan gangguan defekasi. Gejala teraba massa di daerah

supra pubik karena terjadinya pembesaran uterus, hematometra, distensi

kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan

peritonitis. Rock dkk (1997) mengamati 13 pasien hymen imperforata, 10 pasien

diantaranya mengalami distensi uterus dan vagina yang luas, setelah diamati

sampai usia dewasa,seluruh pasien mengalami endometriosis pelvik, diduga

akibat menstruasi retrograde yang terjadi ke dalam rongga abdolmen saat hymen

imperforata belum tertangani

f. Hipertrofi labia minora

Hipertrofi labia minora merupakan kondisi dimana terjadi disproporsi dari

ukuran labia minora relative dari ukuran labia mayora. Etiologi hipertrofi labia

minora bervariasi dan mungkin multifactor. Beberapa wanita lahir dengan labia

minora yang menonjol. Pada beberapa wanita, hipertrofi labia minora. Belum

ada standar baku dalam menentukan drajat hiprtrofi labia minora, berikut ini

adalah pembagiannya:

1) Tidak ada hipertrofi : labia minora tertutup dalam labia mayora

2) Ringan sedang, labia minora melebihi 1-3 cm dari permukaan labia mayora.

3) Berat, labia minora melebihi >3cm dari permukaan labia mayora

2. Kelainan kongenital vagina : Atresia vagina, septum vagina melintang, septum

vagina vertikal atau lengkap, agenesis vagina


9

a. Atresia vagina

Atresia vagina adalah adanya gangguan dalam pembentukan saluran vagina.

Septum yang terbentuk ada pada posisi horizontal. Septum dapat ditemukan

pada bagian proksimal vagina. Dapat juga ditemukan septum di bawah dan pada

sebelah atas hymen/selaput dara. (Prawirohardjo, 2011).

Jika penutupan terjadi secara menyeluruh biasanya akan menyebabkan

gangguan. Jika penutupan tidak menyeluruh, maka biasanya tidak menimbulkan

kesulitan, kecuali pada kala II persalinan

b. Septum Vagina

Septum vagina adalah sekat di vagina dapat ditemukan di bagian atas vagina,

septum vagina dapat dalam bentuk septum yang longitudinal atau vertical yang

dapat terjadi sepanjang vagina sehingga dapat menghalangi jalannya persalinan.

Septum vagina terjadi karena adanya gangguan fusi pada duktus mulleri,

kelainan ini biasanya tidak menimbulkan keluhan, menstruasi normal saat

hubungan sekseual dapat terjadi disparini. Tindakan septektomi dapat mengatasi

masalah tersebut.

Septum vagina yang vertical dapat menghalangi penurunan dan kesulitan

menilai pembukaan. Bila kepala sudah turun mencapai hodge III, septum

vertikal dapat digunting sehingga persalinan berlangsung dengan aman. Septum

yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separuh vagina yang

harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kelapa lahir. Akan

tetapi septum yang tidak lengkap kadang-kadang menghambat turunya kepala.

Struktur vagina yang kongenital menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang

disebabkan oleh perut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia. Dalam


10

keadaan demikian, tindakan persalinan dengan operasi merupakan pilihan

utama.

Penyebab septum vagina timbul karena embriologis perkembangan duktus

mulleri. Bentuk yang paling parah adalah tidak terbentuknya saluran reproduksi

yaitu vagina, uterus dan tuba fallopi. Bentuk kelainan penyatuan yang paling

parah terjadi ketika duktus mulleri gagal bersatu disepanjang garis,

menyebabkan pembentukan dua vagina.

c. Kista Vagina

Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering

ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan adapula yang berbentuk

anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan

lainnya. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.

Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal disekitarnya dan

tidak dapat menyebar kebagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relative

mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan

penderitanya.

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan

neoplastic. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis

sendiri setelah 2 samapai 3 bulan. Sementara kita neoplastic umumnya harus

dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.

3. Kelainan kongenital uterus dan tuba palopi: rahim bersekat, rahim bikornuata,

rahim arkuata, unicorn, didelphys

a. Uterus Unikornis
11

Yaitu rahim yang mempunyai 1 “tanduk” sehingga bentuknya seperti pisang.

Kelainan ini disebabkan oleh jaringan yang membentuk rahim tidak

berkembang dengan baik. Pada uterus unikornis vagina dan serviks normal

sedangkan uterus hanya mempunyai satu tanduk dan satu tuba. Kelainan ini

biasanya terjadi pada orang yang punya satu ovarium dan satu ginjal. Bila kedua

duktus Mulleri tidak terbentuk uterus dan vagina tidak ada kecuali 1/3 bagian

bawah vagina dan kedua tuba tidak terbentuk.

Patofisiologinya pada unicornuate uterus, jumlah indung telur sama seperti biasa

(dua buah), tetapi hanya satu yang akan terhubung ke rahim. Wanita yang

memiliki kelainan ini bisa mengandung namun risiko kegugurannya akan lebih

besar. Kejadian abortus spontan pada kasus unikornis berkisar antara 20% dari

seluruh kelainan uterus, 15% persalinan kurang bulan dengan kemungkinan

kehidupan janin diperkirakan 39%. Yang termasuk kelainan kehamilan pada

kasus ini malpresentasi, IUGR, rupture uteri dan kehamilan ektopik.

Perempuan dengan uterus unikornis dan tidak ada riwayat kehilangan kehamilan

pada trimester kedua tetap dilakukan pengelolaan secara ekpestatif dengan

pengawasan ketat panjang dan anatomi serviks. Dianjurkan untuk melakukan

reseksi pada uterus dengan kornu yang rudimenter karena indikasi disminore

dan kematometra serta kemungkinan kehamilan ektopik.


12

b. Uterus bikornis

Etiologinya Uterus bikornis unikolis adalah uterus yang memiliki satu serviks

akan tetapi terdapat 2 tanduk masing-masing dengan 1 kavum uteru dan 1 tuba

dan 1 ovarium. Kelainan ini terjadi pada 10% dari kejadian kelainan duktus

Mulleri, sebagai akibat dari fusi yang tidak sempurna kornu uterus setinggi

fundus, sehingga terdapat dua cavum uteri yang saling berhubungan dan satu

serviks. Belahan sagital uterus yang dimulai dari luar uterus sampai mencapai

ostium uteri internum disebut uterus bikornis kompletus, sedangkan yang

kurang dari itu disebut sebagai uterus bikornis parsialis.

Patofisiologinya yaitu wanita yang mempunyai kelainan uterus bikornis dapat

dapat hamil namun mengalami resiko abortus spontan dan persalinan premature.

Secara umum kejadian abortus spontan antara 32%, persalinan premature 21%,

dan kemungkinan kehidupan janin 60%. Intervensi bedah yang dianjurkan

adalah metroplasti Strassman apabila diperlukan pada kasus dengan kehilangan

kehamilan dan persalinan premature berulang.


13

c. Uterus didelfis

Etiologinya uterus bikornis bikollis atau uterus didelphys adalah uterus dengan

dua bagian terpisah yang jelas dan sering ditemukan bersaman dengan adanya

dua vagina atau satu vagina dengan sekat. Patofisiologinya Wanita dengan

Rahim ganda mampu hamil dan melahirkan, namun terkadang rentan

mengalami ketidaksuburan, keguguran, melahirkan premature dan kelainan

bentuk ginjal. Intervensi bedah belum terbukti secara ilmiah, namun septum

pada vagina akan menyebabkan kesulitan dalam hubungan seksual serta

persalinan melalui jalan lahir. Teknik bedah yang digunakan adalah metode

metroplasti Strassman.

d. Uterus septus dan subseptus

Septum uterus adalah akibat dari tidak terjadinya penyerapan yang tidak lengkap

septum uterovaginal yang mengikuti penyatuan dukstus Mulleri. Septum terjadi

dari jaringan fibromukular yang paling sedikit dimulai atau terjadi atau terjadi

pada fundus uteri atau dapat memanjang sampai membagi kavum uteri atas dua

bagian sampai dengan ostium uteri.


14

Patofisiologinya kondisi rahim hanya dapat diketahui bila wanita yang

mempunyai kelainan uterus septus mengalami hambatan dan gangguan

kehamilan seperti sulit hamil atau mengalami keguguran berulang. Kejadian

abortus pada masa awal kehamilan (<13 minggu) sebanyak 25% dan 6,2%

keguguran akhir masa awal kehamilan pada perempuan dengan septum uterus

Kelainan-kelainan bawaan pada uterus dan kedua tuba adalah kelainan yang

timbul pada pertumbuhan duktus mulerri berupa tidak terbentuknya satu atau kedua

duktus, dan gangguan dalam kanalisasi setelah fusi. Kelainan-kelainan tersebut

sering disertai oleh kelainan pada traktus urinarius, sedangkan ovarium sendiri

biasanya normal. Terjadinya kelainan bentuk ini dapat disebabkan oleh kelainan

kongenital dan kelainan yang didapat. Kelainan Kongenital dapat terjadi karena :

a. Kelainan Uterus Kongenital

1) Gagal dalam pembentukan

Apabila hanya terbentuk satu duktus mulleri, disebut uterus unikornis.

Dalam hal peristiwa ini vagina dan serviks bentuknya normal, sedangkan

uterus hanya mempunyai satu tanduk serta satu tuba, dan biasanya hanya ada

satu ovarium serta satu ginjal. Apabila kedua duktus mulleri tidak terbentuk,
15

maka uterus dan vagina tidak ada kecuali sepertiga bagian bawah vagina.

Selain itu kedua tuba juga tidak terbentuk atau terdapat rudimeter. Dengan

adanya ovarium yang normal ciri-ciri seks sekunder tampak normal, akan

tetapi terdapat amenorea primer (Sarwono, 2008).

2) Gangguan dalam mengadakan fusi

Kegagalan untuk bersatu seluruhnya atau sebagian dari kedua duktus mulleri

dan merupakan kelainan yang paling sering dijumpai.

b. Kelainan Uterus didapat

1) Perlekatan Intrauterin

Trauma intrauterin akibat kuretase endometrial yang berlebihan atau

endometritis pasca abortus adalah penyebab yang paling sering

menyebabkan perlekatan (adhesion). Synechiae intrauterin atau sindrom

asherman adalah kelainan uterus yang didapat berhubungan dengan

kehilangan kehamilan berulang. Kelainan yang terjadi dapat berupa

perlekatan ringan sampai dengan seluruh kavum uteri. Perlekatan ini diduga

akan menyebabkan penurunan volume kavum uteri dan dapat berpengaruh

pada pertumbuhan plasenta yang normal sehingga memicu terjadinya

kehilangan kehamilan (Sarwono, 2008).

2) Kelainan pada Kavum Uteri

Kelainan pada kavum uteri seperti leiomiomas dan polip dapat

menyebabkan terjadinya kehilangan kehamilan. Mioma adalah tumor jinak

yang paling sering dijumpai pada perempuan usia reproduktif. Tumor ini

diklasifikasikan berdasarkan letaknya pada uterus dan disebut sesuai dengan


16

letaknya sebagai mioma uteri subserosa, intramural, dan submukosa

(Sarwono, 2008).

3) Inkompetensi Serviks (Cervical Incompetence)

Inkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks uteri untuk

mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering menyebabkan

kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat berhubungan

kelainan uterus yang lain seperti septum uterus, dan bikornis. Sebagian besar

kasus yang terjadi merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks yaitu

pada konisasi, prosedur eksisi loop electrosurgical, dilatasi serviks yang

berlebihan pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetric (Sarwono,

2008).

E. Diagnosis kelainan bawaan pada saluran reproduksi wanita

Spesialis ginekologi dapat mendeteksi beberapa kelainan pada pemeriksaan

fisik. Tes diagnostik lebih lanjut yaitu :

1. Kariotipe (pengujian genetik)

2. Tes kadar hormon

3. Ultrasound atau MRI daerah panggul

F. Pengobatan kelainan bawaan pada saluran reproduksi wanita

Sebagian besar kelainan kongenital pada saluran reproduksi ditangani

melalui pembedahan. Jika ada penyumbatan pada vagina dan/atau rahim, prosedur

operasi diperlukan untuk memperbaiki masalah tersebut. Jika kelainan terdeteksi pada
17

tahap awal, yang berarti, selama masa kanak-kanak, prosedur pembedahan ditunda

sampai anak lebih besar dan menstruasi dimulai (meskipun ada beberapa operasi untuk

gangguan saluran reproduksi yang dilakukan pada anak-anak). Setelah menilai area,

intensitas, gejala atau kekhawatiran tentang kehamilan yang sukses, jika dokter

menentukan Anda memerlukan pembedahan, metode operasi berikut dapat digunakan.

1. Laparoskopi

Laparoskopi adalah jenis operasi lubang kunci yang dilakukan di daerah perut

(perut). Ini memiliki keunggulan dibandingkan operasi terbuka, seperti pemulihan

yang cepat, mengurangi rasa sakit dan tidak ada bekas luka yang panjang. Saat

menjalani laparoskopi, seorang wanita yang mengalami kelainan bawaan reproduksi

tidak perlu menginap di rumah sakit semalaman karena laparoskopi adalah prosedur

invasif minimal.

2. Histeroskopi

Histeroskopi operatif digunakan untuk mengangkat septum uterus. Dalam kejadian

yang langka, jika seorang gadis dilahirkan tanpa vagina, pilihan untuk membuat

vagina untuknya dieksplorasi setelah dia melewati masa pubertas. ia mungkin

disarankan untuk menggunakan dilator karena ini adalah perawatan yang paling

sederhana dan efektif. Area di mana vagina seharusnya bisa diregangkan dan

dilebarkan dengan alat ini. Melalui jalur non-operatif ini, dibutuhkan empat hingga

enam bulan untuk membuat vagina baru.


18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelainan bawaan pada alat-alat genital dapat disebabkan oleh faktor

lingkungan, seperti keadaan endrometrium yang mempengaruhi nutrisi mudligah,

penyakit metabolic, penyakit virus, akibat obat-obat teratogenic, dan lain-lain yang

terdapat dalam masa kehamilan. Sebagian besar dari kelainan ini tidak mengikut

sertakan ovarium atau genetalia eksternal, sehingga banyak diantaranya tidak terdeteksi

sebelum menarche atau sebelum perkawinan. Kelainan-kelainan kongenital berupa

gangguan dalam sistem reproduksi dapat disebabkan oleh kromosom yang tidak normal

atau juga karena pengaruh hormonal, diantaranya pada bagian vulva, vagina, uterus dan

tuba falopi.

B. Saran

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,

karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan atau referensi yang ada hubungannya

dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan untuk

penulis pada khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.

18

Anda mungkin juga menyukai