Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian Bayi BBLR

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu keadaan bayi

yang lahir dengan berat <2500 gram tanpa memandang usia kehamilan.

Berat lahir adalah berat badan bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam

setelah dilahirkan (Sembiring, 2019). BBLR adalah istilah lain untuk bayi

prematur, istilah ini dipakai sejak tahun 1961, selanjutnya istilah bayi

prematur diubah karena setelah diteliti ternyata tidak semua bayi dengan

berat badan lahir rendah lahir secara prematur. World Health Organization

(WHO) kemudian mengubah istilah bayi premature (premature baby)

menjadi BBLR (low birth weigth) dan juga mengubah kriteria BBLR dari

≤2500 gram menjadi <2500 gram(Amelia, 2019).

2. Etiologi

Etiologi atau penyebab kejadian dari BBLR menurut beberapa

sumber antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Penyebab kejadian BBLR menurut Sembiring (2019) adalah :

1) Faktor ibu

Faktor ibu yang dalam hal ini adalah riwayat penyakit yang

diderita ibu seperti :

a) Malaria

Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik yang

disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium dengan gejala

8
9

klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.

Penularan malaria dibedakan menjadi dua yaitu karena parasit

malaria (Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina.

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara

parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan

pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah

daripata koagulasi intravaskuler, karena skizogoni

menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia.

b) Anemia

Kadar Hb ibu hamil <11gr/dl dapat menimbulakn gangguan

pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas,

prematuritas, cacat bawaan atau janin lahir dengan BBLR.

Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen dan

nutrisi pada plasenta yang berpengaruh pada fungsi plasenta

terhadap pertumbuhan janin.

c) Syphilis, infeksi TORCH dan lain-lain.

Syphilis merupakan infeksi kronis yang disebabkan bakteri

Treponema pallidum (T.pallidum). Syphilis menyebabkan

berbagai dampak buruk bagi ibu dan janin apabila tidak

ditangani dengan tepat. Syphilis pada kehamilan dapat

menyebabkan bayi lahir mati dan abortus (40%), kematian

perinatal (20%) dan BBLR (20%). Ibu hamil yang terinfeksi

bakteri T.pallidum dapat menularkannya ke bayi melalui

plasenta atau pada saat persalinan.


10

2) Komplikasi pada kehamilan

Kejadian BBLR juga bisa disebabkan karena komplikasi pada

kehamilan seperti :

a) Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum merupakan salah satu faktor penyebab

kematian ibu maupun janin. Perdarahan anterpartum

menyebabkan aliran ureteroplasenta ternganggu yang

berpengaruh pada pertumbuhan janin sehingga dapat

menyebabkan BBLR.

b) Preeklampsia berat, eklampsia

Definisi preeklamsia adalah suatu keadaan hipertensi (tekanan

darahnya ≥140/90mmHg) yang terjadi pada kehamilan 20

minggu atau lebih yang disertai dengan proteinuria. Sementara

eklampsia adalah kejang yang biasanya terjadi pada pasien

preeklampsia, dan tersering terjadi pada preeklampsia berat.

Preeklampsia dapat dibedakan berdasarkan ringan tekanan

darah, proteinuria dan onsetnya. Berdasarkan onsetnya

preeklampsia early onset yang mempunyai komplikasi yang

berat, terutama terhadap bayi yang dikandungnya. Kasus

preeklampsia dan eklampsia early onset dapat menyebabkan

hambatan pertumbuhan karena kedua onset memiliki

patogenesis yang berbeda. Preeklampsia dan eklampsia early

onset berhubungan dengan kelainan plasenta, sementara

preeklampsia dan eklampsia late onset tidak terjadi kelainan


11

plasenta, jika terjadi hanya akan sedikit meningkatkan resistensi

arteri uterina yang dampaknya tidak begitu terlihat pada janin.

Preeklampsia dan eklampsia yang di alami ibu hamil dapat

berdampak bagi kesehatan ibu maupun janin yang

dikandungnya, seperti hambatan pertumbuhan janin intrauterin

sehinggamempengaruhi berat badan lahir.

c) Kelahiran preterm

Kelahiran preterm merupakan kelahiran sebelum usia

kehamilan 37 minggu lengkap.

3) Usia ibu dan paritas

Usia ibu yang muda mengakibatkan uterus tidak adekuat untuk

berkembang dan kelompok usia yang lebih tua disebabkan karena

pola makan yang buruk, peningkatan resiko penyakit kronis

(Diabetes Militus dan penyakit jantung) untuk usia ibu yang lanjut

juga dapa menyebabkan bayi premature serta pembatasan

perkembangan janin atau pertumbungan intrauterin karena

kesehatan ibu menurun. Angka kejadian BBLR tertinggi

ditemukan pada bayi yang dilahirkan ibu berusia < 20 tahun.

4) Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti merokok, pencandu

alkohol, dan ibu pengguna narkotika.

5) Faktor janin

Premature, hidramnion, kehamilan ganda (gemeli), kelainan

kromosom.
12

6) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh antara lain tempat

tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosial ekonomidan paparan zat-zat

beracun.

b. Menurut Kumalasari dkk (2018) tingginya angka kejadian BBLR dapat

disebabkan oleh multifaktor, diantaranya yaitu usia kehamilan, kadar

Hb, preeklampsia, eklampsia, kehamilan ganda dan pendidikan ibu.

3. Klasifikasi

Menurut Jamil (2017) klasifikasi BBLR adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan harapan hidupnya:

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir <1500 gram

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000 gram

b. Berdasarkan masa gestasinya:

1) Prematuritas murni

Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan usia kehamilan kurang

dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat

badan untuk masa kehamilan atau bisa disebut neonates kurang

bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).

2) Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

berat badan seharusnya untk masa kehamilan. Hal ini karena bayi

mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).


13

4. Tanda dan Gejala BBLR

Kondisi bayi dengan BBLR memiliki tanda gejala yang bisa kita

observasi secara langsung. Ada dua jenis tanda gejala dari bayi BBLR

sesuai klasifikasi dari BBLR itu sendiri yaitu tanda gejala bayi prematur

dan tanda gejala bayi dismatur. Terdapat ciri khusus dari masing-masing

tanda dan gejala dari bayi prematur dan dismatur yaitu sebagai berikut:

a. Tanda dan gejala bayi premature yaitu :

1) Umur kehamilan 37 minggu ataupun kurang

2) Berat badan < 2500 gram

3) Panjang badan 46 cm atau kurang

4) Lingkar kepala 33 cm atau kurang

5) Lingkar dada 30 cm atau kurang

6) Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang

7) Tonus otot lemah

8) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

b. Tanda dan gejala bayi dismatur yaitu :

1) Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala fisik bayi premature

ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan pelisutan.

2) Pada bayi aterm dan posterm gejala yang menonjol adalah

pelisutan

3) Gejala insufiensi plasenta bergantung pada berat dan lamanya bayi

menderita defisit.

4) Retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung lama

(kronis) (Jamil dkk, 2017).


14

5. Dampak BBLR

a. Jangka Pendek

Dampak atau masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR (Izzah ,

2018) adalah sebagai berikut :

1) Gangguan metabolik

Gangguan metabolik yang diikuti dengan hipotermi dapat terjadi

karena bayi BBLR memiliki jumlah lemak yang sangat sedikit di

dalam tubuhnya. Selain itu, pengaturan sistem suhu tubuhnya juga

belum matur. Yang sering menjadi masalah pada bayi BBLR yaitu

hipoglikemi. Bayi dengan asupan yang kurang dapat berdampak

kerusakan sel pada otak yang mengakibatkan sel pada otak mati.

Apabila terjadi kematian pada sel otak, mengakibatkan gangguan

pada kecerdasan anak tesebut. Untuk memperoleh glukosa yang

lebih harus dibantu dengan ASI yang lebih banyak. Kebanyakan

bayi BBLR kekurangan ASI karena ukuran bayi kecil, lambung

kecil dan energi saat menghisap sangat lemah.

2) Gangguan imunitas

a) Gangguan imunologik

Sistem imun akan berkurang karena diberikan rendahnya kadar

Ig dan Gamma globulin. Sehingga menyebabkan sering terkena

infeksi. Bayi BBLR juga sering terinfeksi penyakit yang

ditularkan ibu melalui plasenta.

b) Kejang pada saat dilahirkan


15

Untuk menghindari kejang pada saat lahir, bayi berat badan

lahir rendah (BBLR) harus dipantau dalam 1 x 24 jam dan

harus tetap dijaga ketat untuk jalan napasnya.

c) Ikterus (kadar bilirubin yag tinggi)

Ikterus pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

merupakan adanya gangguan pada zat warna empedu yang

dapat mengakibatkan bayi berwarna kuning

3) Gangguan pernafasan

a) Sindroma gangguan pemafasan

Gangguan sistem pernapasan pada bayi BBLR dapat

disebabkan karena kurang adekuatnya surfaktan pada paru-

paru.

b) Asfiksia

Pada bayi BBLR saat lahir biasanya dapat timbul asfiksia.

c) Apneu periodik

Terjadi apneu periodik karena kurang matangnya organ yang

terbentuk pada saat bayi BBLR dilahirkan.

d) Paru belum berkembang

Paru yang belum berkembang menyebabkan bayi BBLR sesak

napas. Untuk menghindari berhentinya jalan napas pada payi

BBLR harus sering dilakukan resusitasi.

e) Retrolenta fibroplasia

Retrolenta fibroplasia dapat terjadi akibat berlebihnya

gangguan oksigen pada bayi BBLR.


16

4) Gangguan sistem peredarah darah

a) Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi padi bayi BBLR karena terjadi

gangguan pada pembekuan darah. Gangguan fungsi pada

pembukuh darah dapat menyebabkan tingginya tekanan

vaskuler pada otak dan saluran cerna. Untuk mempertahankan

pembekuan darah normal dapat diberikan suntikan vitamin K.

b) Anemia

Anemia dapat terjadi karena kekurangan zat besi pada bayi

BBLR.

c) Gangguan jantung

Gangguan jantung dapat terjadi akibat kurang adekuatnya

pompa jantung pada bayi BBLR.

5) Gangguan cairan dan elektrolit

a) Gangguan eliminasi

Pada bayi BBLR kurang dapat mengatur pembuangan sisa

metabolisme dan juga kerja ginjal yang belum matang.

Sehingga, menyebabkan adsorpsi sedikit, produksi urin

berkurang dan tidak mampunya mengeluarkan kelebihan air

didalam tubuh. Edema dan asidosis metabolik sering terjadi

pada bayi BBLR.

b) Distensi abdomen
17

Distensi abdomen pada bayi BBLR dapat menyebkan

kurangnya absopsi makanan di dalam lambung. Akibatkan sari

– sari makanan hanya sedikit yang diserap.

c) Gangguan pencernaan

Saluran pencernaan pada bayi BBLR kurang sempurna

sehingga lemahnya otot – otot dalam melakukan pencernaan

dan kurangnya pengosongan dalam lambung (England, 2014).

b. Jangka Panjang

Dampak atau masalah jangka panjang yang terjadi pada BBLR (Izzah,

2018) adalah sebagai berikut :

1) Masalah psikis

a) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan

Pada bayi BBLR terdapat gangguan pada masa pertembuhan

dan perkembangan sehingga menyebabkan lambatnya tumbuh

kembang Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

b) Gangguan bicara dan komunikasi

Gangguan ini menyebabkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) memiliki kemampuan bicara yang lambat

dibandingkan bayi pada umummnya.

c) Gangguan neurologi dan kognisi

Gangguan neurologi dan kognisi pada Bayi Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) juga sering ditemukan (Lestari, 2018).

2) Masalah fisik

a) Penyakit paru kronis


18

Penyakit paru kronis disebabkan karena infeksi. Ini terjadi pada

ibu yang merokok dan terdapat radiasi pada saat kehamilan.

b) Gangguan penglihatan dan pendengaran

Pada bayi BBLR sering terjadi Retinopathy of prematurity

(ROP) dengan BB 1500 gram dan masa gestasi < 30 minggu.

c) Kelainan bawaan

Kelainan bawaan merupakan kelainan fungsi atubuh pada ibu

yang dapat ditularkan saat ibu melahirkan bayi BBLR

(Khoiriah, 2017).

6. Diagnosa

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat

badan lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir dapat diketahui

dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang (Materty dkk, 2018).

a. Anamnesa

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesa untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya BBLR :

1) Umur ibu

2) Riwayat hari pertama haid terakhir

3) Riwayat persalinan sebelumnya

4) Kenaikan berat badan selama kehamilan

5) Aktifitas
19

6) Penyakit yang diderita selama kehamilan

7) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan Fisik

Hal-hal yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR

antara lain :

1) Berat badan

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk

masakehamilan)

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan skor ballard.

2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan.

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisis gas darah.

4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir

dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam

atau didapat / diperkirakan akan terjadi sindroma gawat napas.

5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35

minggu (Materty dkk, 2018).

7. Penatalaksanaan

Pada BBLR belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu

untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan

lingkungan hidup di luar uterus.


20

a. Menurut Materty dkk, (2018) hal yang harus diperhatikan dalam

penatalaksanaan BBLR yaitu :

1) Pengaturan suhu badan bayi prematur / BBLR

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan

menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas badan belum

berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan

tubuh relative luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus

dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati

suhu dalam rahim. Bila bayi dirawat di dalam inkubator maka suhu

bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35oC dan ukuran bayi 2-2,5

kg adalah 33,34oC. Bila tidak ada inkubator, bayi dapat dibungkus

dengan kain dan disampingnya diletakkan botol yang berisi air

panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2) Nutrisi

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung

kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan

protein 3-5gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga

pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum sekitar 3 jam

setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.

Refleks menghisap masih lemah sehingga pemberian minum

sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih

sering. ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI-

lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang

maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-


21

lahan atau memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan

diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai

mencapai sekitar 200cc/kg BB/hari.

3) Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi karena daya tahan

tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya

preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga

tidak terjadinya persalinan prematuritas harus dilakukan secara

khusus dan terisolasi dengan baik.

b. Menurut Saifuddin dkk,(2009) penanganan BBLR yaitu :

1) Mempertahankan suhu dengan ketat karena pada BBLR rentan

mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus

dipertahankan dengan ketat.

2) Mencegah infeksi dengan ketat karena bayi dengan BBLR beresiko

tinggi terkena infeksi. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi seperti

mencuci tangan sebelum memegang bayi perlu diperhatikan.

3) Pengawasan nutrisi/ASI. Refleks menelan BBLR belum sempurna,

oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan menjadi

indikator kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya

dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan

berat badan harus dilakukan dengan ketat.


22

B. Umur Ibu

1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2021) usia atau umur

adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan),

sedangkan ibu didefinisikan wanita yang telah melahirkan. Usia ibu dapat

diartikan sebagai lama waktu hidup sejak dilahirkannya seorang wanita

yang telah melahirkan anak.

2. Klasifikasi

Usia repoduksi ibu dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Usia risiko rendah ( ≥20 dan ≤ 35 tahun )

Usia ≥ 20 dan ≤ 35 tahun adalah batasan paling aman dari segi

reproduksi sehat, dimana seorang ibu bisa mengandung dengan aman

apabila mendapat pemeliharaan yang baik selama masa mengandung,

keamanan reproduksinya relative bisa dipelihara dengan mudah.

b. Usia risiko tinggi ( < 20 tahun atau > 35 tahun )

Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Kehamilan pada usia

remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi karena pada masa

ini alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya.

Alasan mengapa kehamilan remaja dapat menimbulkan risiko antara

lain rahim remaja belum siap untuk mendukung kehamilan. Rahim

baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada

usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal.

Sedangkan pada ibu hamil pertama pada umur > 35 tahun mudah
23

terjadi penyakit pada organ kandungan yang menua, jalan lahir juga

tambah kaku. Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih, dimana pada usia

tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan

lahir tidak lentur lagi. Sleain itu ada kecenderungan didapatkan

penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi tekanan

darah tinggi dan pre-eklamsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak

lancer atau macet, perdarahan setelah bayi lahir. Ada kemungkinan

lebih besar ibu hamil dengan usia > 35 tahun akan mendapatkan anak

cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.

C. Tingkat Pengetahuan Gizi Seimbang pada Ibu hamil

1. Pengertian

Gizi seimbang untuk ibu hamil mengindikasikan bahwa konsumsi

makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan unruk

pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu, ibu

hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan

keadaan tidak hamil, tetapi konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan

seimbang dalam jumlah dan porsinya.

2. Kebutuhan gizi ibu hamil

Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh

keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan

yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi.

a. Makanan pokok (sumber karbohidrat)


24

Makanan pokok adalah pangan yang mengandung karbohidrat yang

sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan

berbagai etnik di Indonesia sejak lama. Makanan pokok beragam,

sesuai dengan keadaan tempat dan budaya, contoh beras, jagung,

singkong, ubi, talas, sagu, dan produk olahannya (roti, pasta, mie, dll).

Kebutuhan makanan pokok sekali makan adalah ⅔ dari ½ piring, yaitu

3 centong nasi (150 gram) atau 3 buah sedang kentang (300 gram) atau

1½ gelas mie kering (75 gram).

b. Lauk-Pauk (sumber protein)

Lauk-pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan

sumber protein nabati. Lauk-pauk hewani; daging (sapi, kambing, rusa,

dll), unggas (ayam, bebek, dll), ikan termasuk hasil laut, telur, susu

dan hasil olahnya. Sedangkan lauk-pauk nabati berupa tahu, tempe,

kacang-kacangan (kacang tolo, kacang merah, kacang tanah, kacang

hijau, dll). Kebutuhan lauk-pauk sekali makan adalah ⅓ dari ½ piring,

yaitu lauk hewani; ikan kembung (75 gram) atau 2 potong sedang

ayam tanpa kulit (80 gram) atau 1 butir telur ayam ukuran besar (55

gram) atau 2 potong daging sapi sedang (70 gram), dan lauk nabati;

tahu (100 gram) atau 2 potong sedang tempe (50 gram).14

c. Buah-buahan (sumber vitamin dan mineral)

Buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin (vitamin A, B, B1,

B6, C), mineral dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang

terkandung dalam buah-buahan berperan sebagai anti oksidan. Contoh

buah-buahan yaitu pisang, pepaya, mangga, apel, dan lain-lain.


25

Kebutuhan buah-buahan sekali makan adalah ⅓ dari ½ piring, yaitu 2

potong sedang pepaya (150 gram) atau 2 buah jeruk sedang (110 gram)

atau 1 buah kecil pisang ambon (50 gram).

d. Sayur-sayuran (sumber vitamin dan mineral)

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral terutama karoten,

Vitamin A, Vitamin C, zat besi, dan fosfor. Sebagian vitamin, mineral

yang terkandung dalam sayuran berperan sebagai antioksidan. Bebrapa

sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak terlebih dahulu

sementara yang lainnya dapat dimasak dengan cara dikukus, direbus,

dan ditumis. Contoh sayuran yaitu terong, kangkung, buncis, bayam,

dan lain-lain. Kebutuhan sayuran sekali makan adalah ⅔ dari ½ piring,

yaitu 1 mangkok sedang (150 gram).

Tabel 2.1 Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk


kelompok ibu hamil

Bahan makanan Ibu hamil (2500 kkal)


Nasi 6 porsi
Sayuran 4 porsi
Buah 4 porsi
Tempe 4 porsi
Daging 3 porsi
Susu 1 porsi
Minyak 6 porsi
Gula 2 porsi
26

3. Pesan gizi seimbang untuk ibu hamil

a. Biasakan mengonsumsi aneka ragaman pangan

Ibu hamil perlu mengonsumsi aneka ragam pangan yang lebih banyak

untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, dan zat gizi mikro

(vitamin dan mineral) karena digunakan untuk pemeliharaan,

pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat gizi mikro penting yang

diperlukan selama hamil adalah zat besi, asam folat, kalsium, iodium,

dan zink.

b. Batasi mengonsumsi makanan yang mengandung garam tinggi

Pembatasan konsumsi garam dapat mencegah hipertensi selama

kehamilan. Hal ini disebabkan karena hipertensi selama kehamilan

akan meningkatkan risiko kematian janin, terlepasnya plasenta, serta

gangguan pertumbuhan.

c. Minumlah air putih yang lebih banyak

Kebutuhan air selama kehamilan meningkat agar dapat mendukung

sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan meningkatnya volume

darah. Ibu hamil memerlukan asupan air minum sekitar 2-3 liter

perhari (8-12 gelas sehari).

d. Batasi minum kopi

Konsumsi kafein pada ibu hamil juga akan berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan janin, karena metabolisme janin

belum sempurna.

e. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir


27

Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun

adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah

kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke makanan yang akan

dikonsumsi dan juga agar tubuh tidak terkena kuman.

4. Pengukuran Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang Saat Hamil

Pengukuran tingkat pengetahuan ibu dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang gizi

seimbang pada ibu saat hamil untuk mengukur tingkat pengetahuan dari

ibu dengan 17 pernyataan sesuai dengan materi di atas.

Kedalaman pengetahuan dari ibu dapat diketahui atau diukur

menggunakan metode pengukuran. Menurut Arikunto (2019) tingkat

pengetahuan dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:

a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh pertanyaan

b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan.

c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar < 56% dari

seluruh pertanyaan.

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan formulasi atau simplifikasi

dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2018). Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas maka dapat

dibuat kerangka konseptual dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:


28

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat pengetahuan ibu:


1. Baik
2. Cukup
3. Kurang
BBLR
Umur ibu :
1. Usia risiko rendah (≥20
dan ≤35 tahun)
2. Usia risiko tinggi (<20
tahun atau >35 tahun)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Ada hubungan antara umur dan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian

BBLR di wilayah kerja Puskesmas Lepak

H0 : Tidak ada hubungan antara umur dan tingkat pengetahuan ibu dengan

kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Lepak

Anda mungkin juga menyukai