B. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan
yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam Benda tumpul biasanya
berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah),
jatuh, dan pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan
benda tajam dan tembakan. Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala
serius adalah kecelakaan sepeda motor. Hal ini disebabkan sebagian besar
(>85%) pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm yang tidak
memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh helm sudah terlepas sebelum
kepala menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung kepala dengan tanah
atau helm dapat pecah dan melukai kepala.
Menurut Rosjidi (2007), penyebab cedera kepala antara lain:
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
2. Kecelakaan pada saat olahraga.
3. Cedera akibat kekerasan.
4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak.
5. Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat
sifatnya.
6. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.
D. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi
kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar
metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 -
60 ml/menit/100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output dan
akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada trauma kepala
menurut Grace, Piere A. 2006:
1. CT Scan / MRI menunjukkan kontusio, hematoma, hidrosefalus, edema
serebral; mengidentifikasi luasnya lesi,perdarhan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak.
2. Pengkajian neurologis dengan GCS
GDA (Gas Darah Arteri) untuk mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.Angiografi Serebral menunjukkan
kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan dan trauma.
3. EEG akan memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang yang
patologis
4. Sinar X akan mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur
pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya
frakmen tulang).
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Smeltzer (2001) penatalaksanaan pada klien dengan cidera
kepalaantara lain.
a. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik.
d. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa
40% atau gliserol.
e. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole.
f. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan
lunak.
g. Pembedahan.
H. KOMPLIKASI
Rosjidi (2007), kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan
hematoma intrakranial edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi
dari cedera kepala adalah:
1. Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi mungkin
berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan
dewasa. Edema paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang
berusaha mempertahankan tekanan perfusi dalam keadaan konstan. Saat
tekanan intrakranial meningkat tekanan darah sistematik meningkat untuk
memcoba mempertahankan aliran darah keotak, bila keadaan semakin
kritis, denyut nadi menurun bradikardi dan bahkan frekuensi respirasi
berkurang, tekanan darah semakin meningkat. Hipotensi akan memburuk
keadan, harus dipertahankan tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg, yang
membutuhkan tekanan sistol 100-110 mmHg, pada penderita kepala.
Peningkatan vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebih banyak
darah dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas pembulu darah paru
berperan pada proses berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi
oksigen akan karbondioksida dari darah akan menimbulkan peningkatan TIK
lebih lanjut.
2. Peningkatan TIK
Tekanan intrakranial dinilai berbahaya jika peningkatan hingga 15 mmHg,
dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah yang
mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi rerebral. Yang merupakan
komplikasi serius dengan akibat herniasi dengan gagal pernafasan dan gagal
jantung serta kematian.
3. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.
Perawat harus membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral
disamping tempat tidur klien, juga peralatan penghisap. Selama kejang,
perawat harus memfokuskan pada upaya mempertahankan, jalan nafas paten
dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis untuk
mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat yang
paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan secara intavena. Hati-
hati terhadap efek pada system pernafasan, pantau selama pemberian
diazepam, frekuensi dan irama pernafasan.
4. Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur
tengkorak basilar bagian petrosus dari tulangan temporal akan merobek
meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh dibersihkan,
diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan steril di bawah hidung atau
telinga. Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga.
5. Infeksi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nurarif (2013) dalam Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, beberapa masalah yang
mungkinmuncul pada pasien dengan cedera kepala, yaitu :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak edema otak/penyumbatan aliran darah
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sputum.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas yang lama
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif
dan penurunan kekuatan/tahanan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan dan tindakan invasif
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan NOC Outcome : NIC:
perfusi jaringan Perfusi jaringan Circulatory care:
otak edema cerebral 1) Monitor vitalsign
otak/penyumbatan Balance cairan Client 2) Monitor status neurologi
aliran darah 3) Monitor status
Client Outcome : hemodinamik
Vital sign membaik 4) Posisikan kepela klien head
Fungsi motorik Up 30o
sensorik membaik 5) Kolaborasi pemberian
manitolsesuai instruksi
2 Ketidakefektifan NOC Outcome : NIC :
bersihan jalan Status respirasi : Manajemenjalan napas
nafas berhubungan Pertukaran gas baik 1) Monitor status respirasi
dengan Kepatenan jalan nafas danoksigenasi
penumpukan Ventilasi baik 2) Bersihkan jalan napas
sputum. Kontrol aspirasi 3) Auskultasi suara
pernapasan
Client Outcome : 4) Berikan Oksigen sesuai
Jalan napas paten program
Sekret dapat
dikeluarkan Suctioningair way
1) Observasi sekret yang
Suara napas bersih
keluar
2) Auskultasi sebelum dan
sesudah melakukansuction
3) Gunakan peralatan steril
pada saat melakukan
suction
4) Informasikan pad a klien
dankeluarga tentang
tindakan suction
3 Kerusakan NOC Outcome : NIC :
integritas kulit Integritas jaringan 1) Perawatan lukadan
berhubungan kulit meningkat pertahanankulit
dengan imobilitas 2) Observasi lokasi terjadinya
yang lama Client Outcome : kerusakan integritas kulit
Integritas kulit utuh 3) Kaji faktorresiko
kerusakanintegritas kulit
4) Lakukan perawatan luka
5) Monitorstatus nutrisi
6) Atur posisi klien tiap 2 jam
sekali
4 Intoleransi NOC Outcome : NIC :
aktivitas Pergerakan sendi aktifTerapi latihan(pergerakan
berhubungan Tingkat mobilisasi sendi)
dengan kerusakan PerawatanADLs 1) Observasi keadaan umum
persepsi atau klien
kognitif dan Client Outcome : 2) Tentukan ketebatasan
penurunan Peningkatan gerak klien
kekuatan/tahanan. kemampuan dan 3) Lakukan ROM sesuai
kekuatan otot dalam kemampuan
bergerak 4) Kolaborasi dengan terapis
Peningkatan aktivitas dalam melaksanakan
fisik latihan
Pencegahan infeksi
1) Monitor vital sign
2) Monitor tanda-tanda
infeksi
3) Monitor hasillaboratorium
4) Manajemenlingkungan
5) Manajemen pengobatan
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA