Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

PENDAHULUAN

1.2 Penelitian Relevan

Terdapat beberapa urutan tentang hasil-hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memiliki kaitan dengan penelitian yang

akan di lakukan antara lain:

Pertama: Skripsi yang ditulis oleh Supardi, “Pengawasan Pelaksanaan

Program Bedah Rumah Masyarakat Miskin di Desa Semelagi Besar”. Dalam

skripsi ini menjelaskan pentingnya untuk melakukan pengawasan pada

pelaksanaan Program Bedah Rumah sehingga masyarakat yang mendapat

bantuan adalah masyarakat yang memang layak dibantu. Pengawasan

pelaksanaan Program Bedah Rumah juga dapat mengurangi tindakan

penyimpangan terhadap pelaksanakan program tersebut. Hasil dari penelitian

ini adalah pelaksanaan Program Bedah Rumah sebagian besar masih tidak

tepat sasaran baik dinilai dari segi ekonomi, umur, dan pendapatan yang

ditinjau berdasarkan standar yang di tetapakan oleh Pemerintah Kabupaten

Sambas untuk penerima bantua. Selain itu ditemukan juga penyimpangan

yang dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan (TPK) tingkat Desa antara lain

biaya pelaksanaan pembangunan rumah banyak dipangkas oleh tim pelaksana

kegiatan tingkat Desa dalam proses pembelian bahan bangunan yang akhirnya

pembangunan menjadi tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Desa, unit pelaksana kegiatan (UPK)

tingkat kecamatan dan unit pelaksana kegiatan (UPK) tingkat kabupaten juga

dirasakan belum optimal (http://jurmafis.untan.ac.id/index).

11
12

Kedua: Skripsi yang ditulis oleh Ika Desiana tahun 2016

“Kemampuan Masyarakat Miskin Memenuhi Persyaratan Bantuan Stimulan

Bedah Rumah” (Studi Kasus di Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way

Serdang, Kabupaten Mesuji). Jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu

politik Universitas Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang kemampuan

masyarakat miskin dalam memenuhi persyaratan bantuan stimulan bedah

rumah. Selain itu penelitian ini juga meneliti pengaruh dari program stimulan

bedah rumah dengan membandingkan dampak kehidupan masyarakat

penerima bantuan sebelum dan setelah adanya program tersebut dijalankan

dan menganilisis beberapa faktor pendorong berjalannya program tersebut di

Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji,

Lampung (http://digilib.unila.ac.id/).

Ketiga: Skripsi yang ditulis oleh Aidin Sutrisno, “Problematika

Program Bedah Rumah Bagi Masyarakat Penerima Bantuan” (Studi Kasus

Pada Penerima Program Bedah Rumah di Kelurahan Pematang Gubernur Kota

Bengkulu). Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Dalam skripsi ini menjelaskan mengenai

problematika yang terjadi pada program bedah rumah di Kelurahan Pematang

Gubernur Kota Bengkulu. Hasil penelitian ditemukan beberapa masalah

seperti (1) Pada tahap persiapan program bedah rumah, penerima merasa

terbebani dikarenakan harus mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk

melengkapi persyaratan pengajuan penerima bedah rumah (2) Pelaksanaan

bedah rumah, pada tahap pertama menimbulkan masalah yaitu terjadi miss
13

komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah sehingga terjadi salah

persepsi masyarakat terhadap persayaratan yang ditentukan oleh BAPPEDA

untuk pencairan dana tahap kedua, sehingga masyarakat terpaksa mencari

pinjaman lain untuk meneruskan pembangunan yang sudah setengah jadi

untuk melengkapi persyaratan yang bukan seharusnya. (3) Setelah

pelaksanaan bedah rumah karena sasaran yang tidak tepat menimbulkan

kecemburuan sosial pada masyarakat. Jadi dapat disimpulkan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan program bedah rumah belum sepenuhnya

mensejahterakan masyarakat dikarenakan masih ada banyak kendala yang

terjadi dalam pelaksanaannya (http://repository.unib.ac.id/9184/1/I,II,III,I-14-

aid-FS.pdf).

Keempat: Skripsi Andi Fitrah P. Putra tahun 2014 “Peran Pemerintah

Kota Makassar Dalam Pengentasan Kemiskinan Pada Program Uep Dan

Kube” jurusan ilmu peternakan Universitas Hasanuddin. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan observasi melalui

wawancara terbuka dengan mengumpulkan data dari informan atau

menemukan ruang lingkup dan fokus persoalan tertentu sebagai sampel yang

dianggap representative sedangkan informan menggunakan orang-orang yang

berada dalam ruang lingkup penelitian atau pelaku yang terlibat lansung

dengan permasalahan penelitian. Tujuan dari penelitian yaitu untuk

mengetahui dan menganalisis peran pemerintah kota Makassar dalam

pengentasan kemiskinan yang berupa program serta mengetahui dan

menganalisis faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tersebut.

(https://media.neliti.com).
14

2.2 Kerangka Teoritik

2.2.1 Teori Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton

Teori Fungsionalisme struktural menekakan pada keteraturan

(order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam

masyarakat. Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial

yang terdiri atas elemen-elemen atau bagian-bagian yang saling berkaitan

dan saling menyatu dalam keseimbangan.

Dalam perspektif Fungsionalis, suatu masyarakat dilihat sebagai

suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi yang

bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat oeraturan

dan nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat. Teori ini beranggapan

bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu

masyarakat. Dengan demikian seperti halnya peperangan, ketidaksamaan

sosial, perbedaan ras bahkan kemiskinan “diperlukan” dalam suatu

masyarakat. Perubahan dapat terjadi secara perlahan dan kalaupun terjadi

suatu konflik maka penganut teori ini memusatkan perhatian kepada

masalah bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut agar masyarakat

kembali menuju suatu keseimbangan.

Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan

suatu kecenderungan kearah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan

untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.

Perubahan sosial mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil,

namun tidak lama kemudian terjadi keseimbangan baru (Horton, hal. 18).
15

Nilai atau kejadian pada suatu waktu atau tempat dapat menjadi

fungsional atau disfungsional pada saat dan tempat yang berbeda. Bila

suatu perubahan sosial tertentu mempromosikan suatu keseimbangan yang

serasi, hal tersebut dianggap fungsional bila perubahan sosial tersebut

menganngu keseimbangan, hal tersebut merupakan gangguan fungsional,

bila perubahan sosial tidak membawa pengaruh, maka hal tersebut tidak

fungsional.

Gagasan mengenai fungsi berguna agar kita terus mengamati apa

yang disumbangkan oleh suatu bagian dari struktur terhadap sistem yang

dianalisis atau lebih tepatnya, apa fungsi yang dijalankan dalam sistem itu.

Masyarakat adalah orgisme yang tidak berdiri sendiri, melainkan

bergabung dengan kelompoknya dalam sistem pembagian tugas, yang

dalam kenyataanya berkaitan dengan jenis-jenis norma atau peraturan

sosial yang mengikat individu pada keadaan sosialnya.

Analisis fungsional struktural memusatkan perhatian pada

kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Sasaran studi Merton antara

lain adalah : peran sosial, pola institional, proses sosial, pola kultur, emosi

yang terpola secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok, struktur

sosial, alat-alat pengendalian sosial dan sebagainya. Teori Fungsionalisme

Struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton menekankan

tindakaan-tindakan yang berulang kali atau yang baku yang berhubungan

dengan bertahannya suatu sistem sosial dimana tindakan itu berakar.

Dalam hal ini perhatian Merton lebih kepada apakah konsekuensi

objektif tersebut memperbesar kemampuan sistem sosial untuk bertahan


16

atau tidak, terlepas dari motif dan tujuan subjektivitas individu.

Fungsionalisme struktural berfokus pada fungsi-fungsi sosial dari pada

motif-motif individual. Fungsi-fungsi didefinisikan sebagai konsekuensi-

konsekuensi yang diamati yang dibuat untuk adaptasi atau penyesuaian

suatu sistem tertentu.

Disfungsi didefinisikan bahwa sebuah struktur atau lembaga-

lembaga yang berperan dalam memelihara bagian-bagian sistem sosial

terkadang juga bisa menimbulkan konsekuensi negatif untuknya.

Nonfungsi didefinisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang

benar-benar tidak relevan dengan sistem yang dipertimbangkan.

Pendekatan fungsional merupakan salah satu kemungkinan untuk

mempelajari perilaku sosial. Pendekatan yang semula dogmatis dan

eksklusif dilengkapi dengan berbagai kualifikasi, sehingga agak berkurang

kekakuan dan keketatannya Selain konsep disfungsi dan nonfungsi yang

digagas oleh Merton, ia juga menggagaskan konsep Fungsi Manifes dan

Fungsi Laten dalam teori fungsional strukturalnya.

Berkaitan dengan judul penelitian yang berjudul “Dampak

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui

Program Bedah Rumah”, peneliti memilih gagasan Merton mengenai

konsep fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi nyata (manifest function)

dan fungsi tersembunyi (latent function). Fungsi disebut nyata, apabila

konsekuensi tersebut disengaja atau diketahui. Adapun fungsi disebut

sembunyi, apabila konsekuensi tersebut secara objektif ada tetapi tidak


17

(belum) diketahui. Tindakan-tindakan mempunyai konsekuensi yang

disengaja maupun yang tidak disengaja.

Suatu pranata atau instansi tertentu dapat fungsional terhadap suatu

unit sosial tertentu dan sebaliknya akan disfungsional terhadap unit sosial

lain. Pandangan ini dapat memasuki konsepnya yaitu mengenai sifat dan

fungsi. Fungsi manifest dan fungsi laten. Kedua istilah ini memberikan

tambahan penting bagi analisis fungsional (Ritzer & Douglas, 2007: 141).

Fungsi manifes adalah fungsi yang diharapkan seperti proses

pembangunan rumah itu merupakan bantuan program kerja pemerintah

untuk mengurangi kemiskinan yang terjadi di Desa Kesik Kecamatan

Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Sedangkan fungsi laten adalah

sebaliknya yang tidak diharapkan seperti proses pembangunan rumah itu

kurang diterima karena memberi dampak negatif pada perubahan sikap

mental masyarakat yang menjadi malas, manja dan pasrah menunggu

bantuan dari pemerintah. Warga bahkan terkadang menjadi tidak malu

untuk mengakui dirinya miskin dengan tujuan bisa diperhitungkan sebagai

penerima bantuan dari pemerintah. Hal ini merupakan dampak yang

memang tidak diharapkan dari suatu kebijakan atau program.

2.2.2 Definisi Dampak

Perubahan yang terjadi baik di lingkungan internal (internal

environment) maupun lingkungan eksternal (external environment) dapat

menimbulkan dampak baik dikehendaki maupun tidak dikehendaki (Joko

Widodo, hlm 44).


18

Perubahan yang dapat menimbulkan dampak ini tentunya akan

menimbulkan masalah dan harus dipikirkan langkah antisipasi atau upaya

pemecahannya. Oleh karena itu, langkah harus mampu melakukan

pencermatan atau mengenali setiap perubahan yang terjadi, baik pada

lingkungan internal maupun eksternal (Ibid, hlm 44). Dampak adalah

pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik akibat positif maupun

akibat negatif (http://eprints.uny.ac.id/18593/4/4%20BAB%20II.pdf).

Kajian tentang dampak ini peneliti gunakan untuk menganalisa

perubahan yang terjadi pasca pelaksanaan bantuan program bedah rumah.

Hal itu ditinjau dari sisi perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang

tidak dikehendaki baik itu dari pemerintah selaku pelaksana program

maupun masyarakat selaku penerima program.

2.2.3 Kebijakan Pemerintah

1. Pengertian Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar

kebijakan yang bersifat luas. Dalam bidang perekonomian, pemerintah

mengatur sebaik-baiknya dan berinteraksi secara efektif sehingga

menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan yang

tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan kondisi

kesejahteraan rakyat yang tinggi. Kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah yaitu untuk mengatur negara. Sesuai dengan sistem

administrasi negara, kebijakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu

kebijakan internal yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat

aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri. Kedua, kebijakan


19

eksternal yaitu kebijakan yang mengikat masyarakat umum, sehingga

dengan kebijakan demikian kebijakan ini harus tertulis (Rahardjo

Adisasmita, 2013).

2. Pengaruh Kebijakan

Pemerintah Pemerintah memiliki posisi yang sangat penting

dalam menciptkan keadilan disuatu negara utuk bisa mencukupi

kebutuhan demi mensejahterakan rakyat. Jika pemerintah kurang peka

terhadap laju pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin dapat menjadi

salah satu fator kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan

kebijakan yng mampu mengendalikan tingkat kemiskinan

dinegarannya (Ruslan Abdul G. N. , hal.89).

Struktur politik yang menyangkut rendahnya kualitas

kebijakan pemerintah dalam menata struktur ekonomi negara. Dimana,

berbagai laporan ekonomi pendapatan nasional dari tahun ketahun

selalu mengalami peningkatan hanyalah berupa data-data kuantitatif.

Akan tetapi rakyat selalu dibayang-bayangi dengan oleh berbagai

kebijakan ekonomi yang tidak memihak kepadanya. Optimisme

pendapatan nasional yang terus meningkat yang selalu didengungkan

ternyata berlawanan dengan kenyataan yang ada dimana sektor rill

tidak mengalami perkembangan yang berarti. Kondidi inilah yang

disebut dengan indikator rendahnya kualitas kebijakan politik

pemerintah (Elly. M, hal.800).

2.2.4 Pengentasan Kemiskinan

1. Kemiskinan
20

Menurut sosiolog Soerjono Soekanto, kemiskinan merupakan

suatu keadaan ketika seseorang tidak sanggup untuk memelihara

dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan tidak

mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisik dalam

kelompoknya tersebut. Menurut Sujagyonda, dalam bukunya

“Sosiologi Pedesaan” kemiskinan adalah keadaan penghidupan dimana

orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar (Sujagyonda: 1983).

Menurut Nugroho dan Dahuri, menyatakan kemiskinan

merupakan kondisi absolut dan relative yang menyebabkan seseorang

atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai

kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata

nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena

sebab-sebab natural, kultural dan structural (Nugroho I.D, 2004: hlm

165-168).

Ada beberapa factor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan

antara lain:

a. Pendidikan yang terlampau rendah

Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan sesorang

kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam

kehidupannya.

b. Malas bekerja

Sikap malas dalam bekerja merupakan suatu masalah yang cukup

memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan

kepribadian seseorang.
21

c. Keterbatasan sumber alam

Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber

alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupannya.

d. Terbatasnya lapangan kerja

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi

kemiskinan bagi masyarakat.

e. Keterbatasan modal

Keterbatasan modal adalah kenyataan yang ada di Negara yang

sedang berkembang, kenyataan tersebut membawa kemiskinan

pada sebagian besar masyarakat di Negara tersebut.

f. Beban keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak pula

tuntunan beban hidup yang harus dipenuhi (Hartomo Arnicun A,

hal 329-331).

Kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri sperti tanah, modal dan

keterampilan.

b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi

dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan

atau modal usaha.

c. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah

dasar karena harus membantuorang tua mencari tambahan

penghasilan.
22

d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed),

berusaha apa saja.

e. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai

keterampilan (Soelaeman, 1986: hal.228).

Menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomis, terdapat

dua bentuk kemiskinan, yaitu:

a. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan dimana orang-orang miskin

memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau

jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidup minimum. Kebutuhan hidup minimum antara lain diukur

dengan kebutuhanpangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan

pendidikan, kalori, GNP perkapita, dan pengeluaran konsumsi.

b. Kemiskinan relative adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan

perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan

lainnya. Contoh, seseorangyang tergolong kaya (mampu) pada

masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat

desa yang lain.

Disamping itu, terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus

menjadi faktor penyebab kemiskinan yaitu:

a. Kemiskinan natural adalah keadaanmiskin karena dari awalnya

memang miskin. Kelompok masyarakat ini menjadi miskin karena

tidak memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam,

manusia, maupun pembangunan, ataupun kalau mereka ikut serta


23

dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan

yang rendah.

b. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau

kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan

hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan

tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak

mudah untuk diajak berpastisipasi dalam pembangunan, tidak mau

berusaha untuk memperbaiki dan mengubah tingkat kehidupannya.

c. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh

faktor-faktor bantuan manusia seperti kebijakan ekonomi yang

tidak adil, distribusi asset produksi yang tidak merata, korupsi dan

kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung

menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.

2. Pengentasan Kemiskinan

Pengentasan berasal dari kata dasar “entas”. Kata “entas”

dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai mengangkat

(dari suatu tempat ke tempat lain) mengeluarkan dari lingkungan,

menyadarkan, memperbaiki nasib. Pengentasan diartikan sebagai

proses, cara, perbuatan mengangkat atau mengeluarkan atau

menyadarkan atau memperbaiki nasib. Sedangkan kemiskinan berasal

dari kata dasar “miskin”. Kata “miskin” dalam kamus besar bahasa

Indonesia diartikan sebagai tidak bertahta, serba kekurangan

(berpenghasilan sangat rendah).


24

Pemahaman mengenai kemiskinan mestilah beranjak dari

pendekatan berbasis hak (righ based approach). Dalam pemahaman ini

harus diakui bahwa seluruh masyarakat, baik laki-laki maupun

perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama. Kemiskinan harus

juga dipandang sebagai masalah multidimensional, tidak lagi dipahami

hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga dalam kegagalan

dalam memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi

seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara

bermartabat. Pendekatan berbasis hak (righ based approach)

mengandung arti bahwa Negara berkewajiban untuk menhormati,

melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin secara

bertahap.

Berdasarkan uraian diatas, pengentasan kemiskinan merupakan

suatu unit atau kesatuan rancangan atau rencana kegiatan mengenai

proses, cara, perbuatan mengangkat atau mengeluarkan atau

menyadarkan atau memperbaiki hal, keadaan atau sistuasi yang tidak

bertahta serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah) untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan

social, pemberdayaan masyarakat, pemeberdayaan usaha ekonomi

mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan

kegiatan ekonomi. Unit atau kesatuan rancangan atau rencana kegiatan

tersebut dilakukan bukan hanya satu kali melainkan

berkesinambungan, dapat berlangsung dalam kurun waktu relative

lama. Hal ini merupakan realisasi atau implementasi dari suatu


25

kebijakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, dunia

usaha, serta masyarakat.

Upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dapat

dikelompokkan dalam beberapa upaya seperti di bawah ini:

a. Meningkatkan kepemilikan atas asset seperti tanah, bangunan

rumah dan alat produksi lainnya melalui bantuan kredit dengan

bunga rendah.

b. Meningkatkan pendapatan penduduk miskin melalui penyediaan

lapangan kerja yang yang lebih baik.

c. Memperbaiki kondisi lingkungan kehidupannya melalui penyedian

perumahan yang lebih baik, pengawasan penyakit menular,

keluarga berencana dan sebagainya.

d. Memberikan bantuan khusus yang sifatnya sementara untuk

penduduk miskin menghadapi misalnya krisis ekonomi, kemarau

panjang, pengangguran yang disebabkan oleh factor-faktor

ekonomi dan sebagainya (H. R. Adisasmita, 2005: 196-198).

Menurut penelitian (Siti Mubaraqah, 2014: 5), menjelaskan

bahwa pengentasan kemiskinan ada 4 macam, diantaranya:

a. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses di mana

masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke

sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan

kemandiriannya didalam mengembangkan peri kehidupan mereka.

Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus


26

menerus, proses partisipatif dimana anggota masyarakat bekerja

sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi

pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan

bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu

proses.

b. Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri adalah

program penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis

pemberdayaan masyarakat. Program nasional pemberdayaan

masyarakat mandiri adalah program nasional dalam wujud

kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-

program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat. Upaya yang di lakukan melalui pemberdayaan

masyarakat untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas

masyarakat, baik secara individu maupub berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas

hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan

masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat

pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan

kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang

dicapai.

c. PNPM Mandiri Pedesaan

Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan

merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang


27

mendukung program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat

pedesaan yang berdasar pada UU Nomor 25 tahun 2004 tentang

system perencanaan pembangunan nasional.Program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM) ini sebagai

salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dalam

pelaksanaanya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang

infrastruktur desa, pengolahan dana, bergulir bagi kelompok

perempuan, kegiatan pendidikan, perumahan dan kesehatan bagi

masyarakat diwilayah pedesaan.

d. Pembangunan rumah layak huni

Didalam program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

pedesaan terdapat program pembangunan rumah layak huni. Hal ini

sejalan dan mengacu pada mekanis pelaksanaan program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM) karena salah satu

kebutuhan primer bagi manusia adalah terpenuhnya kebutuhan

akan tempat tinggal(rumah) yang layak dan sehat. Pelaksanaan

kegiatan yang berbasis masyarakat diutamakan secara swakelola

dan padat karya yang menjadi prioritas dengan tujuan gotong

royong agar tetap terjaga sekaligus masyarakat dapat memperoleh

pendapatan. Dana dari programyang diterima anggota masyarakat

sebagai upah kerja atau transaksi bahan material dan lain-lain,

diharapakan sekaligus memicu produksi dan konsumsi bagi

pemulihan ekonomi masyarakat.


28

Selama ini, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah

dalam menanggulangi kemiskinan, antara lain merumuskan berbagai

standar obyektif garis kemiskinan dan pemetaan kantong-kantong

kemiskinan tetapi hingga sekarang persoalan kemiskinan belum

membuahkan hasil yang memuaskan. Ada 2 faktor penting yang dapat

menyebabkan kegagalan dalam program penanggulangan kemiskinan

yaitu (Setiadi, 2011: 834-835):

a. Program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung

berfokus pada program bantuan sosial untuk orang miskin.

Program tersebut antara lain jarring pengaman sosial (JPS) untuk

orang miskin, pemberian beras miskin serta bantuan langsung tunai

kepada masyarakat. Program-program bantuan yang berorientasi

pada kedermawanan pemerintah, tidak akan menyelesaikan

persoalan kemiskinan, justru memperburuk moral dan perilaku

masyarakat miskin, menjadikan mereka selalu bergantung baik

budi pemerintah tanpa harus bekerja keras untuk merubah nasib.

Masyarakat akan terkena virus penyakit psikososial yaitu malas

bekerja, fatalistik, manja, rasa bergantung terhadap pemerintah

cukup tinggi.

b. Kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab

kemiskinan itu sendiri, sehingga program kemiskinan tidak

didasarkan pada isu-isu kemiskinan yang penyebabnya berbeda-

bedasecara lokal. Ketidakberhasilan dalam pengentasan

kemiskinan, selain disebabkan faktor bantuan sosial yang tidak


29

mendidik masyarakat miskin, juga carapemahaman yang selalu

didasarkan pada pemikiran Neo-Klasik bahwa kemiskinan

disebabkan sebuah kondisi ekonomi tanpa memperimbangkan

aspek sosial, budaya dan politik. Masyarakat miskin selayakanya

diberi akses yang luas untuk menjangkau berbagi sumber-sumber

daya yang dapat menopang kehidupan mereka. Oleh karena itu,

program bantuan seharusnya difokuskan untuk menumbuhkan

ekonomi produktif, dengan memberikan bantuan modal usaha

tanpa tanggungan pada masyarakat miskin, juga memberikan

pelatihan keterampilan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha

kemandirian. Dengan demikian, secara bertahap, masyarakat

membebaskan diri dari ketergantungan kepada pemerintah.

2.2.5 Kajian Program Bedah Rumah

1. Perumahan

Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya serta mencapai

kesejahteraan hidupnya. Kebutuhan tersebut bisa juga disebut dengan

kebutuhan primer. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang pertama

dan harus segera dipenuhi, karena apabila kebutuhan tersebut tidak

segera dipenuhi maka kelangsungan hidup manusia akan terancam.

Kebutuhan primer tersebut menyangkut : (1) Sandang (pakaian) (2)

Pangan (makanan) (3) Papan (rumah/tempat tinggal). Ketiga

kebutuhan tersebut adalah termasuk kedalam kebutuhan pokok.


30

Definisi rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah bangunan untuk tempat tinggal (http://kbbi.web.id/).

Definisi rumah yang terdapat dalam Undang Undang No. 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Rumah

adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang

layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuninya serta aset bagi pemiliknya.

Menurut Johan Silas rumah memiliki pengertian sebagai

tempat penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan keluarga. Rumah

harus memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis seperti makan,

belajar, dan juga memenuhi kebutuhan non biologis, seperti

bercengkrama dengan anggota keluarga atau dengan tetangga. Fungsi

rumah dikelompokan menjadi tiga yaitu rumah berfungsi sebagai

sarana investasi, rumah sebagai sarana berusaha dan rumah sebagai

tempat bernaung. Rumah berfungsi sebagai sarana investasi memiliki

arti rumah mempunyai nilai investasi yang bersifat moneter yang dapat

diukur dengan uang dan non moneter yang tidak dapat diukur dengan

uang, tetapi lebih pada keuntungan moral dan kebahagiaan keluarga.

Rumah sebagai sarana berusaha dapat diartikan sebagai melalui rumah

penghuni dapat meningkatkan pendapatannya guna kelangsungan

hidupnya.

Selain itu rumah dalam bahasa inggris memiliki dua kosa kata

berbeda yaitu “house” dan “home”. “House” merujuk pada bangunan

rumah yang sebenar-benarnya, seperti ruang tamu, kamar mandi,


31

kamar tidur, atau yang biasa disebut dengan property. “Home” jika

diartikan dalam bahasa indonesia berarti rumah yaitu sesuatu untuk

kita tinggali. Namun ternyata selama ini home memiliki makna yang

lebih mendalam dan berkaitan dengan emosional. “Home” juga

menunjukan dimana seseorang terikat secara emosional, ia bisa

merasakan bahagia, sedih juga merasakan canda dan tawa

(https://www.kampunginggris.id/penggunaan-house-dan-home-dalam-

bahasa-inggris/).

Rumah tidak hanya sebuah bangunan (struktural) melainkan

juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang

layak dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah

dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati

kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Rumah

harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi

kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, rumah harus

memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada

segala peristiwa hidupnya. Disamping itu rumah juga merupakan

tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu

diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam

suatu masyarakat

2. Program Bedah Rumah

Menurut Sulistyo, Mudji (2013) Rumah merupakan kebutuhan

dasar manusia. Yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Pada hakikatnya setiap warga masyarakat


32

membutuhkan perumahan yang layak huni, namun dalam

kenyataannya pemenuhankebutuhan rumah layak huni tersebut

menjadi masalah bagi sebagian masyarakat (Ika Desiana, 2016: 30).

Program bedah rumah merupakan salah satu upaya

yangdilakukan pemerintah untuk menaggulangi masalah kemiskinan

masyarakatnya. Program ini berawal dari permintaan bantuan

masyarakat kepada pemerintah untuk merenovasi rumah yang dihuni.

Mekanisme pelaksanaan bedah rumah bermula dari RT/RW setempat

menyampaikan usulan kepada pemerintah mengenai warga yang

berhak mendapatkan program bedah rumah. Bantuan bedah rumah

adalah bantuan dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi rumah yang

layak sebagai tempat tinggal. Sedangkan tujuan program bantuan

bedah rumah adalah untuk penguatan kembali kesejahteraan

masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Adapun persyaratan atau kriteria masyarakat miskin yang

berhak mendapatkan bantuan bedah rumah sebagai berikut:

a. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku.

b. Memiliki kartu keluarga(KK).

c. Kondisi rumahnya telah rusak atau tidak layak pakai lagi.

d. Mata pencaharian petani atau buruh.

e. Memiliki surat tanah milik pribadi/hibah.

Adapun kriteria penerima bantuan bedah rumah, meliputi:

a. Atap dibuat dari bahan yang yang mudah rusak/lapuk seperti

rumbia, seng, ilalang, ijuk, dan genteng.


33

b. Dinding terbuat dari bilik, papan, bamboo, kulit kayu dalam

keadaan rusak.

c. Lantai tanah, papan, bamboo, semen dalam kodisi rusak.

d. Rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan wc.

Pelaksanaan program bedah rumah dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang akan

direhabilitasi.

b. Menetapkan prioritas bagian rumah yang akandiperbaiki

berdasarkan pada fungsi dan ketersediaan dana dan sumber

lainnya.

c. Menetapkan prioritas sarana prasarana lingkungan yang akan

dibangun.

d. Membuat rincian jenis/bahan bangunan yang diperlukan serta besar

biaya.

e. Melaksanakan pembelian bahan bangunan.

Adapun beberapa komponen dalam pelaksanaan program bedah rumah

di antaranya:

a. Landasan hukum program bedah rumah yaitu:

1) Bedah rumah adalah bantuan pemugaran/rehabilitasi bagi

keluarga berumah tidak layak huni berupa bahan bangunan.

2) Keluarga berumah tidak layak huni adalah keluarga yang

rumah dan lingkungannya tidak memenuhi syarat dari segi


34

teknis dan kesehatan, yang karena kondisi social ekonomi tidak

mampu untuk memperbaiki rumah tinggalnya.

3) Rehabilitasi rumah tidak layak huni adalah kegiatan

peningkatan kesejahteraan sosial keluarga berumah tidak layak

huni, dengan melakukan penyuluhan/sosialisasi dan bimbingan

sosial serta perbaikan rumah.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan program

bedah rumah sebagi berikut:

a. Percepatan upaya penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan

swadaya, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam

pembangunan.

b. Terpenuhinya kebutuhan papan/perumahan yang layak huni dan

sehat bagi masyarakat miskin.

c. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui pembudayaan

perilaku hidup bersih dan sehat.

3.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menurut Polancik (2009) merupakan alur pikir

yang logis dibentuk dalam diagram bertujuan untuk menjelaskan secara garis

besar terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. Kerangka berpikir dibuat

berdasarkan pertanyaan penelitian dimana peneliti ingin mengetahui dampak

dan hambatan masyarakat penerima bantuan selama pelaksanaan program

bedah rumah dan dampak kebijakan pemerintah dalam pengentasan


35

kemiskinan melalui program bedah rumah yang ada di Desa Kesik,

Kecamatan Masbagik.

Konsep yang akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

penelitian ini dengan meminjam konsep yang dikemukakan oleh Robert King

Merton tentang perubahan sosial dalam masyarakat. Seiring perubahan

masyarakat, masyarakat akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik

untuk memecahkan masalah kehidupan. Dalam kasus ini dilatar belakangi

banyaknya masyarakat miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan

dasarnya. Sehingga pemerintah desa berupaya menanggulangi permasalahan

tersebut salah satunya dengan program bedah rumah yang dianggap dapat

menimbulkan perubahan kondisi masyarakat. Hal ini berdampak pada

masyarakat yang akan menimbulkan perubahan secara langsung oleh

masyarakat sehingga banyak yang menantikan bantuan program tersebut.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Program Bedah Rumah

Dampak Kebijakan Pemerintah Hambatan Pelaksanaan

Positif Negatif Pengawasan Pelaksanaan


Program yang belum
optimal

Teori Fungsionalisme Struktural


Robert K. Merton

Anda mungkin juga menyukai