Anda di halaman 1dari 11

Analisis Sosial Lanjutan dan Mengorganisir Masyarakat

Oleh : Fadel Irmansyah & Bagas Pamungkas

Orientasi perguruan tinggi perlu dipertanyakan mengingat mahasiswa yang dikategorikan


sebagai agen perubahan sosial menjadi diam dan terkesan tak acuh pada persoalan yang terjadi
disekitarnya. Gaya hidup mahasiswa telah menyulap mahasiswa menjadi makhluk yang hanya
mementingkan masalah individu dan tidak peduli dengan masalah social yang terus terjadi
seiring dengan perkembangan zaman.

Dewasa ini banyak permasalahan sosial yang diselesaikan tanpa melihat akar masalahnya
terlebih dahulu sehingga metode yang digunakan dalam menangani masalah sosial timbulnya
masalah-masalah lain. Solusi untuk sebuah masalah perlu dicari dengan cara menyesuaikan
dengan keadaan dan perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis social yang
mendalam untuk mencari dan menemukan kenyataan yang ada dimasyarkat.

Pengertian Analisis Sosial

Analisis sosial adalah sebuah metode untuk mengetahui sebuah keadaan atau masalah social
melalui analisis secara objektif. Melalui analisis sosial, diharapkan dapat memperoleh gambaran
lengkap mengenai situasi social dengan menelaah kaitan-kaitan historis,kultural,structural dan
konsekuensimasalah yang ada. Tujuan melakukan analisis social adalah untuk mengetahui
sejarah mana perubahan social terjadi, institusi sosial mana yang menyebabkan masalah-masalah
sosial, dan juga juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial.

Dalam analisis sosial akan mempelajari mengenai struktur sosial, mendalami fenomena-
fenomena sosial, dan kaitan-kaitannya dengan aspek politik,ekonomi,budaya dan agama. Dari
sana, kita dapat menetukan hal-hal apa saja yang butuh untuk dicarikan solusi yang sesuai.
Dewasa ini, banyak permasalahn social yang diselesaikan tanpa melihat akar masalahnya terlebih
dahulu sehingga metode yang digunakan dalam menangani masalah sosial tidak tepat sasaran
yang mengakibatkan timbulnya masalah-masalah lain.

Ruang Lingkup Analisis Sosial

Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks transformasi sosial,
maka paling tidak objek analisis sosial harus relevan dengan target perubahan sosial yang
direncanakan yang sesuai dengan perubahan. Secara umum objek sosial yang dapat danalisis
antara lain ; masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas serta sistem
sosial, seperti tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sistem pertanian.
Kebijakan publik seperti dampak kebjikana kenaikan harga BBM, dampak kebijakan pembatasan
jam operasioanl rumah makan saat pandemic dan dampak pengesahan sebuah Undang-Undang.

Teori Analisi Sosial

Teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara fakta sosial akan mudah dianalisis
melalui teori sosial. Teori sosial melibatkan isu-isu mencakup filsafat,untuk memberikan hakikat
aktifitas sosial dan perilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris. Charles Lamert
(1993) dalam sosial Theory; The Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori
sosial memang merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive. Teori sosial merupakan
refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar pada positivisme. Menurut Anthony
Giddens, secara filosofis terdapat dua macam analisis sosial. Pertama analisis Institusioanal,
yaitu analisis yang menekankan pada keterampilan dan kesetaraan manusia yang memperlakukan
institusi sebagai sumber daya dan aturan yang diproduksi terus-menerus. Kedua, analisis perilaku
strategis, adalah analisis sosial yang memberikan penekanan institusi sebagai sesuatu yang
diproduksi secara sosial.

Langkah-langkah Analisis Sosial

Analisis sosial memiliki beberapa tahapan yang dijabarkan penulis sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk melakukan analisis sosial adalah mencari dan
menetukan objek yang akan dianalisis sebagai persiapan untuk melakukan analisis sosial.
Pemilihan objek harus berlandaskan oleh alas an yang logis.
2. Tahap Kunjungan Lapangan
Tahap kunjungan lapangan, kita harus menanyakan apa yang sudah dan belum diketahui
oleh objek yang dijadikan sasaran. Dalam tahap ini juga dapat dimanfaatkan untuk
melakukan pengumpulan data melalui wawancara, pengisian angket ataupun observasi.
3. Tahap Pemilihan Data
Data yang didapat dari lapangan perlu dikelompokkan sesuai bidang seperti ekonomi,
sosial, budaya dan politik. Dalam bidang-bidang tersebut memiliki masalah sendiri
sehingga sangat diperlukan pengelompokkan tersebut.
4. Tahap Penentuan Masalah
Pengelompokkan data sesuai bidang juga mempermudah untuk menemukan masalah
yang ada sehingga dapat memudahkan kita untuk mencari penyelesaian masalah yang
tepat sasaran.
5. Tahap Prioritas Masalah
Jika dilakukan dalam keadaan mendesak, perlu dibuat skala prioritas dalam
menyelesaikan masalah. Masalah dalam suatu bidang yang mendesak harus dicarikan
penyelesainnya terlebih dahulu. Sehingga contoh dalam suatu komunitas sedang terjadi
krisis ekonomi, maka masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan adalah dalam
bidang ekonomi.
6. Tahap Akar Masalah
Pada tahap akar masalah para pelaku analisis sosial harus memetakan kendala, strategi
dan teknik, langkah-langkah serta sumber daya untuk menyelesaikan permasalahan.
Setelah keempat hal tersebut berhasil dipetakan maka selanjutnya masuk kedalam
tahapan pelaksanaan solusi yang sudah dirumuskan untuk menyelesaikan permasalahan
sosial. Setelah sosial tersebut diimplementasikan maka kemudian dievaluasi dan
direfleksikan apakah keadaan masyarkat berubah menjadi lebih baik dengan konfirmasi
ke lapangan.

Implementasi Analisis Sosial

Setelah kita memahami langkah-langkah pada analisis sosial maka kita dapat menjadikan
langkah tersebut sebagai indiator untuk mengimplemetasikan dalam bentuk mengelompokkan
gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat, apakah gerakan dilakukan secara rasional atau
hanya bersumber pada dorongan emosional. Selain itu kita juga dapat membandingkan dari hasil
analisis sosial yang kita miliki dengan hasil milik orang lain agar dapat mempredikdsi masalah
apa yang bisa terjadi di masa yang akan datang dan segera bisa melakukan tindakan preventif.
Adapun langkah-langkah dalam mengimplemetasikan analisis sosial yaitu:

1. Analisis sosial tersebut mampu kita jadikan sebagai alat untuk menggali informasi
untuk mencari, menggali dan menemukan akar persoalan.
2. Mampu menjadikan hasil analisis sosial tersebut sebagai alat untuk mencari sumber-
sumber informasi tentang relasi kuasa;actor,agen,pendukung dan penghambatnya.
3. Dapat digunakan untuk mencari kesaksian atas proses, peran pelaku dan relasi kuasa
dalam praksis advokasi.
4. Menawarkan sejumlah prediksi dengan menggelar fakta untuk dijadikan dasar
pembentukan aksi/strategi yang dapat dilakukan oleh masyarakat korban.

Teori Perubahan Sosial

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini tidak bisa dihindari. Hal ini
dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat dunia. Pada kenyataannya perkembangan itu tidak
terjadi serentak karena setiap kelompok memiliki cara penyesuaian dan waktu yang berbeda,
bahkan di beberapa kelompok perkembangan ini terjadi sangat lambat. Adanya perkembangan
ini memiliki dampak dalam kehidupan sosial masyarakat. Apabila dizaman dahulu masyarakat
menggunakan kentongan atau surat menyurat sebagai alat komunikasi dalam hubungan individu
mauoun kelompok, sekarang masyarakat beralih menggunakan telepon genggam. Adanya
perubahan ini memberi dampak negatif maupun positif kepada masyarakat dalam banyak hal.
Pengguna telepon genggam sangat memudahkan orang dalam berkomunikasi, tetapi telepon
genggam juga memiliki dampak negatif yaitu adanya pergeseran pola komunikasi masyarakat
yang menyebabkan berkurangnya interaksi masyarakat secara langsung.

Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa masyarakat mengalami


suatu perubahan struktur menuju keadaan yang lain. Menurut Emile Durkheim, perubahan dalam
struktur masyarakat menyebabkan terjadinya penyimpangan sosial. Penyebab ini yang akan
menyebabkan terjadinya masalah sosial di masyarakat.

Perubahan sosial timbul sebagai perubahan struktur dan sistem dalam masyarakat serta kebiasaan
yang mengikat masyarakat dengan kejadian tertentu dimasa lalu. Teori perubahan sosial
dibedakan menejadi beberapa, sebagai berikut :

1. Teori Evolusi
Teori evolusi menyatakan bahwa perubahan yang terjadi memiliki arah yang tetap
dan dialami oleh setiap lapisan masyarakat. Perubahan ini akan terjadi secara
bertahap mulai dari awal sampai berakhirnya perubahan. Teori ini berlandaskan pada
teori Darwin yang dipengaruhi oleh Herbert Spencer.
2. Teori Konflik
Teori konflik menjelaskan bahwa perubahan sosial dapat berupa konflik. Kinflik
yang terjadi berasal dari pertengahan kelas antara kelompok yang berkuasa dan
kelompok yang tertindas sehingga menghasilkan perubahan system sosial.
3. Teori Fungsionalis
Teori fungsionalis ini merupakan suatu hal yang terus menerus terjadi sehingga tidak
memerlukan penjelasan. Perubahan dalam teori ini bisa mengacaukan suatu
keseimbangan masyarakat. Teori ini hanya menerima perubahan yang bermanfaat
bagi masyarakat, yang mana perubahan yang tidak bermanfaat akan tidak digunakan
dan berakhir dibuang.
4. Teori Siklus
Teori siklus hampir sama dengan teori evolusi. Namun, perubahan tidak akan
berhenti pada tahap terakhir yang sempurna, namun akan berputar kembali seperti
awal untuk sebuah perubahan yang baru. Siklus ini terus terjadi tetapi perubahan
yang ada tidak akan bisa direncanakan bahkan datang secara tidak terduga.
5. Teori Pembangunan
Teori pembangunan terbagi atas tiga bagian, yaitu :
• Teori Modernisasi
Teori modernisasi merupakan proses bertahap yang melibatkan keadaan
homogen yang melalui berbagai masyarakat dengan karakter serta stuktur
yang serupa. Modernisasi ini juga merupakan proses yang bergerak maju dan
tidsk bergerak mundur dan tidak dapat dihentikan.
• Teori Dependensi
Teori dependensi memunculkan adanya pola bergantungan antar masyarakat
satu dengan masyarakat lain.
• Teori Sistem Dunia
Teori system dunia memandang dari sistem ekonomi kapitalis dengan
mengubah unit analisis pada sistem dunia, sejarah kapitalis dunia, serta
spesifikasi sejarah nasional.

Mengorganisir Masyarakat

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan perlu menyentuh
ke dalam isu isu kerakyatan. Ketika advokasi yang dilakukan mahasiswa hanya berorientasi
terhadap kepentingan dirinya sendiri dan hanya berada dilingkungan kampus, penulis mengira itu
sangat disayangkan sekali. Karena dilain sisi mahasiswa yang telah memiliki kesadaran kritis
dan intelektual matang sangat di anjurkan untuk membantu dalam mengadvokasi dan
mengorganisir masyarakat di lingkungan konflik.

Proses pengorganisiran masyarakat dibutuhkan peran serta seorang pengorganisir untuk


merangsang masyarakat agar memiliki kepedulian terhadap kondisi yang dialami. Kegiatan
seorang pengorganisir dalam mendidik masyarakat sangat penting guna menyadarkan individu
dan kelompok di masyarakat untuk menggerakkan seluruh komponen sumber daya yang ada.
Pendidikan kritis dan kemampuan dalam mengendalikan kondisi permasalahan di masyarakat
menjadi kunci utama untuk menciptakan kemandirian dan keberdayaan. Sehingga metode
komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan kristis di masyarakat terhadap kondisi yang
sedang dialaminya harus dapat memunculkan pengorganisir baru (indigieous organizer) di
komunitas tersebut, supaya terjadi keberlanjutan gerakan yang telah dilakukan.

Pendahuluan

Mengorganisir rakyat bukanlah suatu pekerjaan yang akan membawa keberuntungan kebendaan
atau kemasyhuran nama yang akan menjadikan anda seorang pahlawan. Sebaliknya, seorang
pengorganisir rakyat baru dapat dianggap berhasil jika sang pahlawan adalah rakyat itu sendiri
dan bukannya sang pengorganisir. Mengorganisir rakyat bukanlah suatu pekerjaan dimana anda
harus memenuhi ketentuan 8 jam kerja sehari karena takut dipecat oleh atasan anda.
Mengorganisir rakyat juga bukan semacam hobi yang bisa saja anda ubah ketika menemukan
hobi baru lainnya yang lebih mengasyikkan.

Bahkan, mengorganisir rakyat juga bukanlah suatu proyek pribadi yang bisa anda permaklumkan
dan akui sebagai milik anda sendiri. Maka, jika anda memutuskan untuk menjadi seorang
pengorganisir rakyat, bersiaplah untuk menghadapi banyak tantangan. Kecaman paling keras
mungkin akan datang dari keluarga dan kerabat anda sendiri. Karena, menjadi seorang
pengorganisir rakyat berarti terlibat dalam suatu proses perjuangan seumur hidup yang menuntut
anda agar berpandai-pandai membagi waktu dan mampu menyeimbangkan penuaian kewajiban
kepada keluarga dengan tanggungjawab sebagai pengorganisir rakyat ke arah perubahan sosial
yang lebih besar. Anda memang diharapkan membawa suatu perubahan, bahkan mungkin rakyat
sendiri mengharapkan anda membawa suatu mukjizat.

Tetapi, semuanya tergantung pada bagaimana anda memahami peran-peran yang anda jalankan.
Anda mungkin saja akan dijadikan sasaran tembak dan dizalimi oleh para penguasa, juga para
pengusaha yang merasa terancam kepentingannya jika rakyat yag anda organisir bangkit
kesadarannya menentang kekuasaan dan kerakusan mereka. Dan, jika ternyata semua serangan
itu terlalu kuat dan tak mampu lagi anda atasi, maka bersiaplah sejak awal untuk menerima
kenyataan gagal sebagai seorang pengorganisir rakyat. Sampai di sini, jika anda memang tetap
yakin akan menjadi seorang pengorganisir rakyat, ada baiknya anda teruskan membaca tulisan
ini. Sebaliknya, jika anda tak yakin, lebih baik lupakan saja tulisan ini dan carilah jalan lain yang
memang akan membawa anda kepada keberuntungan kebendaan dan kemasyhuran nama, bukan
jalan pengorganisasian rakyat.

Pengertian

Pengorganisiran masyarakat merupakan suatu teknik dan strategi untuk membangun kekuatan
rakyat yang kuat dan mandiri, yang digunakan untuk mencapai perubahan-perubahan sosial,
politik dan ekonomi yang semula tidak menguntungkan masyarakat, berubah menjadi kondisi
yang menguntungkan dan berpihak pada masyarakat tersebut. Pengorganisiran masyarakat
merupakan suatu kerangka kerja yang menyeluruh dan komprehensif untuk memecahkan
masalah yang dialami oleh masyarakat dengan cara-cara yang direncanakan (disengaja) untuk
memecahkan masalah tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengorganisiran masyarakat adalah bukan suatu
pekerjaan yang membawa keuntungan kebendanaan atau kemashuran nama, atau kalau berhasil
mengorganisir masyarakat kemudian mendapat tanda jasa, atau akan disanjung-sanjung sebagai
pahlawan rakyat, bukan itu out-put dari pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian
masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila masyarakat sendiri kemudian mampu
menyelesaikan masalah. Masyarakat mampu membangun suatu tindakan dimana masyarakat itu
sendiri yang akhirnya akan menjadi pahlawan. Salah satu indikator keberhasilan suatu
pengorganisasian masyarakat ialah apabila masyarakat tersebut mampu menganalisis keberadaan
dan posisi diri dalam menghadapi permasalahan dan mampu untuk memecahkan masalah secara
mandiri.
Tahapan Pengorganisiran

a. Tinggal dan hidup bersama masyarakat (live-in)

Sesuai dengan visi pengorganisasian yang bertumpu pada kekuatan masyarakat, maka mau tidak
mau seorang organiser harus bersedia untuk tinggal dan hidup bersama masyarakat yang hendak
diorganisir. Tinggal bersama masyarakat (live-in) merupakan syarat pokok dan penting apabila
seorang organiser ingin berhasil menggerakkan masyarakat. Seorang organiser harus menetahui
jantung persoalan masyarakat setempat. Dengan live in, akan terbangun suatu jaringan simpati,
empati dan jaring sosial antara seorang organiser dengan masyarakat setempat.

b. Mengenal dan dikenal masyarakat

Bagaimana seorang organiser mampu menggerakkan masyarakat apabila dia tidak dikenal atau
mengenal masyarakat. Maka itu, seorang organiser harus berusaha keras untuk mengenal dan
dikenal oleh masyarakat setempat. Teknik mengenal dan dikenal dilakukan dengan cara
membaurkan diri sebagai warga biasa. Ikut jagong bayen, ikut arisan, ikut ngobrol di cakruk dan
sebagainya.

c. Dipercayai oleh masyarakat

Kepercayaan masyarakat kepada seorang organiser harus diperoleh. Hal ini membutuhkan
syarat-syarat bahwa seorang organiser harus memiliki kepribadian dan integritas yang kuat.
Seorang organiser haraus dapat dipercaya, disiplin, berpihak kepada kaum bawah, dan yang
terpenting adalah jujur dan tepat waktu apabila membuat komitmen dengan masyarakat.
Kepercayaan merupakan bekal utama bagi seorang organiser dalam membangun relasi dan
pemberdayaan kelompok-kelompok di masyarakat. Sekali seorang organiser melakukan tindakan
yang tidak jujur, misalnya bertindak criminal, berlaku jahat dan menipu masyarakat, maka
legalitas organiser sudah tidak ada lagi di masyarakat tersebut.

d. Melakukan Pemetaan isu bersama

Seorang orgaaniser yang baik adalah apabila dia mampu mengajak masyarakat untuk mampu
melakukan pemetaan isu-isu pokok dan penting bersama masyarakat. Iyu penting harus
ditemukan bersama. Tidak dilakukan sendiri oleh seorang organiser. Model-model riset
akademik yang dilakukan oleh seorang konsultan dari luar untuk menemukan masalah pokok di
masyarakat, tidak relevan dilakukan dengan pola pengorganisasian masyarakat. Intinya, masalah
pokok harus ditemukan sendiri oleh organiser dengan masyarakat. Teknik untuk memetakan
masalah bisa dilakukan dengan teknik riset aksi, Partisipatory Rural Appraisal (PRA) atau
dengan mapping.

e. Analisa potensi dan pemetaan kelompok strategis


Di suatu desa atau wilayah tertentu sudah pasti ada potensi yang bersumber pada sumber daya
alam, sumber daya manusia, relasi sosial dan institusi-institusi setempat. Untuk melakukan
pegorganisasian masyarakat sebaiknya perlu dipetakan dan diidentifikasi potensi-potensi yang
ada di wilayah itu. Analisa potensi kelompok strategis perlu dilakukan untuk mendapatkan data
akurat dan data tersebut dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh wilayah tersebut
memiliki resources untuk dapat berkembang. Potensi yang tersedia dapat digunakan secara
optimal untuk membangun organisasi masyarakat yang kuat dan mandiri.

f. Membangun kesadaran kritis atas isu dan masalah

Kesadaran kritis masyarakat mengenai suatu isu maupun potensi penting untuk dibangun. Ruang
lingkup kesadaran masyarakat di wilayah pedesaan atau terbelakang biasanya masih terhegemoni
oleh kesadaran naif. Kesadaran naif adalah kesadaran yang melihat permasalahan adalah sesuatu
yang given. Ya sudah seperti itu keadaannya mau diapakan lagi? Demikian biasanya masyarakat
melihat persoalan. Nah, kesadaran naif itu harus dibongkar, diganti dengan kesadaran kritis. Arti
kesadaran kritis adalah kesadaran masyarakat untuk selalu mempertanyakan keadaan. Mengapa
di desa bisa terjadi banjir, mengapa hutan gundul, mengapa petani selalu dirugikan. Mengapa
harga gabah turun? Apa sebabnya? Dan seterusnya. Kesadaran kritis adalah kesadaran yang
secara terus menerus mempertanyakan keadaan tertentu atau sesuatu hal secara rasional. Seorang
organiser yang baik adalah yang mampu menjembatani proses kemunculan kesadaran kritis di
masyarakat.

g. Melakukan analisa dan prioritas isu

Seorang organiser selalu mengedepankan kesadaran kritis dan potensi masyarakat. Untuk
melakukan analisa dan bagaimana memilih prioritas isyu, penting sekali seorang organiser untuk
melibatkan masyarakat secara aktif. Yang dimaksud dengan analisa bersama adalah masyarakat
dilibatkan mulai sejak mengenali masalah, menganalisis, memetakan dan mengambil kesimpulan
kritis. Analisa yang dilakukan sendiri oleh organiser, atau dilakukan oleh seorang eksper tanpa
melibatkan masyarakat hanya menghasilkan kesimpulan sepihak, yang mungkin hasilnya malah
bertentangan dengan hasil analisa masyarakat.

h. Merancang program aksi untuk penanganan (pemecahan) isu

Selain digunakan untuk memetakan berbagai masalah, kesadaran kritis masyarakat dapat
ditingkatkan untuk merancang suatu program aksi. Perancangan program aksi harus berbasis
pada kepemilikan potensi, institusi, kemauan, harapan, dan masalah yang ada di wilayah
setempat. Prioritas pertama bagi seorang organiser untuk melakukan fasilitasi perencanaan aksi
dengan menggunakan sumber daya dan potensi yang ada di tempat tersebut. Hindari suatu proses
perencanaan yang dirancang dengan menggunakan sumber-sumber potensi yang tidak tersedia di
wilayah tersebut. Program aksi yang dirancang sebaiknya berpedoman pada istilah SMART.
(Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Timebound). Artinya, desain suatu rencana aksi
atau program sebaiknya spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan mempunyai jangka waktu
yang dibatasi.

i. Melaksanakan program aksi bersama masyarakat (kelompok)

Kalau rancangan program aksi sudaah disepatai oleh masyarakat untuk dilakukan, maka hal yang
paling urgen dilakukan adalah bagaimana masyarakat dan organsiser memanage pelaksanaan
program aksi secara tepat waktu. Pelaksanaan program akasi tetap diupayakan untuk melibatkan
masyarakat dengan cara pembagian peran dan fungsi yang ada di masyarakat. Entah dia itu
berperan sebagai tokoh, institusi, Ornop, anggota partai dalam kerja melaksanakan program aski
harus disesuaikan dengan kapasitas dan ekspertise masing-masing pihak.

j. Refleksi dan evaluasi bersama

Pelaksanaan program aksi yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat dengan pendamping
organiser seringkali tidak berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Ada
saja hal-hal yang muncul dan menjadi penghambat sehingga rencana aksi tidak bisa dijalankan
dengan baik. Sebagai misal, dalam rencana program tidak ada aksi unjuk rasa pada pihak industri
pencemar lingkungan yang merugikan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaannya karena pihak
industri tidak memenuhi tuntutan masyarakat akhirnya unjuk rasa dilakukan.

Padahal dalam rencana awal strategi yang akan dilakukan adalah melalui pendekatan kemitraan.
Ini misalnya saja. Oleh karena itu, untuk menghindari ketidak konsistenan antara perencanaan
dan pelaksanaan, maka perlu dilakukan refleksi dan evaluasi terhadap pelaksanaan program-
program aski di masyarakat. Tujuan dari refleksid an evaluasi tidak lain agar pelaksanaan
program tidak berjalan melenceng dari perencanaan yang sudah di susun sebelumnya. Strategi
refleksi dan evaluasi yang baik adalah dengan pendekatan evaluasi partisipatif. Tekniknya bisa
menggunakan teknik Focus Group Discusion (FGD), lokakarya masyarakat dan sebagainya.

k. Menyusun rencana tindak lanjut

Meskipuns esudah direflekasi dan dievaluasi secara partisipatif program-program aski yang
dilaksanakan oleh masyarakat telah berhasil dan dinilai membawa manfaat besar kepada
masyaraklat, namun satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan ialah sesudah diadakan refleksi
dan evaluasi perlu dilakukan langkah yang disebut rencana tindak lanjut (RTL). Bukan rencana
tidak lanjut. Sesuai dengna siklus proses pengorganisasian, hasil akhir sebuah evaluasi, meskipun
seberhasil apapun, jika tidak ditindak lanjuti dengan aksi lanjutan, seringkali keberhasilan yang
sudah dicapai dapat merosot kualitasnya. Seringkali kita terjebak pada kepuasan atas hasil
evaluasi. Namun sebaiknya, hasil-hasil evaluasi apakah itu menghasilkan hasil positif tetap harus
dilakukan lagi tahapan tindak lanjut. Karena seberhasil apapun suatu program aksi, tetap saja
masih terdapat lobang-lobang kekurangan yang menjebak kita ke arah kegagalan.
TAHAPAN PENDAMPINGAN

Tahapan pendampingan merupakan tahapan dimana seorang organiser tetap mendampingi


kelompok-kelompok masyarakat yang sudah terbangun dan mandiri. Tahapan pendampingan
yang baik adalah tetap berinteraksi dengan aktifitas masyarakat yang sedang menangani suatu
masalah atau sedang melaksanakan suatu program tertentu. Tahapan pendampingan berbeda
dengan tahapan untuk mengarahkan, memberi petunjuk atau memberi instruksi kepada
masyarakat. Tahapan pendampingan adalah memberikan fasilitasi menemukan teknik-teknik
tertentu manakala kelompok-kelompok masyarakat tersebut menemui jalan buntu ketika hendak
memutuskan suatu masalah.

Prinsip Mengorganisir Masyarakat

Ada beberapa prinsip khusus yang dapat Anda terapkan ketika melakukan pengorganisiran
masyarakat.

Belajar Bersama

Belajar bersama adalah proses memposisikan semua orang sebagai subjek. Siapapun yang
terlibat di dalamnya adalah guru dan sekaligus murid. Proses belajar bersama menandakan
seorang organiser harus belajar pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Begitu pula
sebaliknya. organiser bukan orang yang tahu segalanya dan masyarakat bukan orang yang
menjadi objek pengorganisiran. Prinsip belajar bersama adalah proses pemberdayaan
(empowering process), karena itu setiap orang harus menerima setiap pengetahuan baru.

Non-Dominasi

Prinsip ini menegaskan bahwa pengorganisiran yang berlangsung adalah milik bersama, bukan
milik organiser saja. Partisipatoris memberi makna bahwa setiap orang yang terlibat dalam
proses pengorganisiran memiliki peran penting. Prinsip ini menghendaki si organiser untuk tidak
menjadi pusat dari segala aktifitas. Dengan kata lain organiser tidak mendominasi masyarakat.
Partisipasi ini bisa dilakukan dalam bentuk pelibatan masyarakat dalam perumusan atau
perancangan desain, strategi, dan perumusan kesimpulan riset. Oleh sebab itu, organiser dan
masyarakat akan terus melakukan musyawarah untuk saling mendengarkan fikiran-fikiran atau
ide-ide yang ada.

Keberpihakan

Seringkali seorang organiser dibebani dengan jargon “netralitas” yang menganggap ia tidak
boleh memeliki kepentingan selain menemukan pengetahuan. Sebenarnya sangat tipis perbedaan
antara netral atau tidak. Tidak ada jaminan bahwa seorang organiser tidak terikat oleh
kepentingan-kepentingan dibalik pengorganisirnya. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa
sebuah pengorganisiran hanya dijadikan “stempel” pembangunan yang menggusur
kepentingan/hak-hak rakyat, alias menjustifikasi kehadiran paksa proyek-proyek tertentu.
Seorang organiser harus berati-hati dengan jargon “netralitas”, karena jargon ini hanya akan
menjebak mereka pada sesuatu yang tidak secara langsung bermanfaat bagi perbaikan hidup
rakyat. Jadi netral atau tidak hanyalah jargon, yakni sesuatu yang memiliki arti tapi tidak
memiliki fungsi dalam pelaksanaannya. Seorang organiser harus tegas menentukan
keberpihakannya kepada kepentingan rakyat. Karena merekalah yang semestinya mendapatkan
manfaat dari setiap prosesnya. Freire mengatakan dalam bukunya bahwa pendidikan sebagai
proses dimana pendidikan untuk kaum tertindas dan masyarakat yang sedang memperjuangkan
nasibnya pertama-tama harus politis dan tidak netral. Jika tidak demikian, maka pendidikan itu
tidak akan pernah berhasil. Burawoy―seperti yang dikutip oleh Steve Jordan dalam “Mengambil
Kembali Milik Kaum Pinggiran: PAR dimasa Neo-Liberalisme”― mengemukakan bahwa
sebagai sebuah metodologi PAR 7 menolak salah satu ciri riset ilmu sosial dominan, yakni
objektivitas. Ia juga mengiyakan pendapat Smith tentang motode PAR yang secara inheren
merupakan proses politik dalam 'hubungan penguasaan'. Oleh karenanya gagasan tentang riset
sosial yang bebas nilai, obyektif, atau ilmiah ia anggap sebagai ideologis, yakni mencerminkan
kuasa yang dominan dalam kapitalisme.

Kepentingan masyarakat

Dari awal harus ditegaskan bahwa tujuan utama pengorganisiran ini adalah untuk kepentingan
masyarakat. pengorganisiran bukanlah untuk memenuhi kepentingan-kepentingan organiser atau
yang paling parah adalah untuk sekedar menjustifikasi program pembangunan atau proyek yang
merugikan masyarakat banyak. Kepentingan organiser (sebagai pihak luar masyarakat) bukan
tidak boleh ada sama sekali, tetapi kepentingan itu harus ditempatkan secara proporsional dengan
mengutamakan masyarakat sebagai penerima manfaat utama. Dengan begitu, pengorganisiran
tersebut akan menghargai keberadaan (eksistensi) dan perjuangan masyarakat.

Daftar pustaka

Riset Aksi Agraria, Riset yang Mengubah Jilid I : Metode Riset Hukum Aksi

Tan, Jo Hann & Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman


Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara; Jo Hann Tan & Roem Topatimasang/penulis;
Yogyakarta: SEAPCP, INSIST Press, September 2004

Anda mungkin juga menyukai