Anda di halaman 1dari 32

ABSTRAK Banyak persoalan matematika yang dapat diselesaikan dengan program stokastik.

Program
stokastik bertujuan untuk menentukan model penyelesaian yang layak ketika dalam permasalahan
tersebut terdapat masalah ketidakpastian. Manajemen rantai suplai merupakan salah satu hal yang
digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian dapat berupa perencanaan
produksi - distribusi, kepuasan pelanggan, jumlah permintaan, jumlah persediaan, biaya
transportasi, biaya kekurangan, biaya perluasan kapasitas, sampai pada permasalahan risiko
keuangan. Untuk mempertimbangkan efek dari ketidakpastian dalam skenario tersebut, model
program stokastik dua tahap diusulkan dalam penelitian ini. Model program stokastik dua tahap,
ditambah dengan konsep multi objektif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model program stokastik dua tahap dengan konsep multi objektif untuk
menyelesaikan persoalan desain rantai suplai yang mempertimbangkan risiko keuangan. Kata kunci :
Rantai suplai, Program stokastik multi objektif, Manajemen risiko
ii
Universitas Sumatera Utara

penerapan ilmu sosiologi

PENERAPAN SOSIOLOGI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

A. Penerapan Sosiologi Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Sosiologi merupakan suatu kajian mengenai masyarakat dan hubungannya dengan lingkungan
dimana masyarakat tersebut tinggal. Kajian ini dapat memberikan pengetahuan bagi siapapun yang
mempelajarinya. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun
penerapan ilmu sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilakukan melalui
beberapa macam hal sebagai berikut.

1. Perencanaan Sosial (Social Planning)

Perncanaan social(Social Planning) hingga saat ini sudah menjadi ciri umum masyarakat yang sedang
berkembang atau masyarakat yang sedang mengalami perubahan. Tujuan dari adanya perencanaan
social ini adalah untuk memprediksi dan membatasi keterbelakangan unsur-unsur kebudayaan
material maupun teknologi.

Dalam ilmu sosiologi,perencanaan social haruslah berdasarkan terhadap pengertian mendalam pada
berkembangnya kebudayaan dari taraf perkembangan terendah sampai taraf modrn dan kompleks.
Adanya pengertian terhadap hubungan antar manusia dengan alam sekitar,hubungan antar
kelompok masyarakat, dan pengaruh budaya baru terhadap masyarakat juga perlu diperhatikan.

George A. Lundberg menyatakan bahwa ketidaksanggupan menyelesaikan masalah disebabkan olah


beberapa factor,antara lain :

a) Kurangnya pengertian terhadap sifat hakikat masyarakat dan kekuatan untuk membentuk
hubungan antarmanusia.

b) Kepercayaan bahwa masalah dapat selesai hanya dengan mendasaannya pada keinginan untuk
memecahkan masalah tanpa adanya penelitian.
Kesulitan memecahkan masalah juga disebabkan adanya kepercayaan umum bahwa hubungan
social tidak tunduk pada penelitian ilmiah dan masyarakat percaya bahwa pemecahan masalah
sudah diketahui hanya tinggal diterapkan. Tentunya kepercayaan tersebut sangatlah keliru, sebab
masalah haruslah diteliti agar mengetahui penyebab masalah tersebut dan dapat mengetahui
penyelesaian yang tepat untuk masalah tersebut

Sedangkan Ogburn dan Nimkoff menyebutkan tentang prasyarat perencanaan social yang efektif :

a) Adanya unsur modern dalam masyarakat yang menyangkut suatu sistem ekonomi yang telah
menggunakan uang,urbanisai yang teratur, intelegensia di bidang teknik & ilmu pengetahuan serta
adanya sistem administrasi yang baik.

b) Adanya sistem pengumpulan data dan analisis yang baik.

c) Terdapat sikap public yang baik terhadap usaha perencanaan social.

d) Terdapat pemimpin ekonomi dan politik yang pogrsif.

2. Melakukan Penelitian Sosiologis sebagai Penunjang Pembangunan

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilandaskan pada analisis dan konstruksi serta
dilakukan secara metodologis, sistematis, serta konsisten. Tujuan penelitian adalah mengungkapkan
suatu kebenaran guna mengetahui apa yang di hadapi dalam kehidupan.

Terdapat beberapa macam penelitian yaitu sabagai berikut :

a) Penelitian Murni, bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis.

b) Penelitian yang terpusatkan pada masalah, bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul
dalam perkembangan teori.

c) Penelitian terapan, bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atu
pemerintah.

Pada dasarnya setiap penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, di kenal
adanya penelitian ilmu social, ilmu alam, dan ilmu budaya. Dalam penelitian ilmu social terdapat
penelitian sosiologis dan penelitian lainnya.

Penelitian sosiologis merupakan proses pengungkapan kebenaran melalui konsep-konsep. Adapun


konsep dasar dalam sosiologi meliputi :

a. Interaksi social e. lapisan social

b. Kelompok social f. kekuasaan dan wewenang

c. Kebudayaan g. perubahan sosial

d. Lembaga social h. masalah sosial

Berbagai hasil penelitian sosiologis dapat di manfaatkan oleh ilmi-ilmu social lainnya. Data-data
sosiologis yang dapatdigunakan sebagai penunjang proses pembangunan adala sebagai berikut :
a) Pola interaksi social, pengetahuan tentang pola interaksi social sangat penting artinya dalam
penciptaan suasana yang kondusif bagi proses pembangunan.

b) Kelompok-kelompok social merupakan bagian dari masyarakat.

c) Kebudayaan yang berintikan nilai-nilai.

d) Lembaga-lembaga social yang menjadi kesatuan kaidah-kaidah tentang kebutuhan dasr


manusia dan kelompok social.

e) Stratifikasi social untuk mengetahui pihak-pihak yang dapatdi jadikan panutan dalam
pembangunan.

Pada tahap pelaksanaan perlu di lakukan identifikasi terhadap kekuatan social yang ada dalam
masyarakat. Semua hasil penelitian sosiologis baik pada tahap perencanaan ataupun dalam tahap
pelaksanaannya dapat di gunakan sebagai bahan yang akan di nilai pada tahap evaluasi.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Indonesia adalah Negara dengan masyarakat yang
majemuk dan memiliki begitu banyak suku bangsa dan budaya di dalamnya. Adanya kemajemukan
ini merupakan suatu persoalan yang harus di hadapi dalam proses pembangunan. Oleh karena itu
pembangunan haus di jalankan sesuai dengan realitas social serta kepentingan nasional.

3. Pengendalian Sosial ( Social Control )

Mungkin anda pernah berpikir tentang bagaimana suatu kelompok membuat anggotanya berbuat
sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan juga bagaimana suatu perusahaan membuat orang yang
terlibat didalamnya bekerja dengan tugas masing-masing sesuai yang ditargetkan. Kajian tentang
bagaimana masyarakat mengatur dirinya agar sesuai dengan apa yang diinginkan merupakan objek
kajian dan studi pengendalian sosial.

a) Pengertian pengendalian sosial

1 Bruce J. Cohen

Menurutnya pengendalian sosial adalah metode yang digunakan untuk mendorong seseorang
bertindak selaras sesuai apa yang diinginkan masyarakat luas

2 Joseph S. Roucek

Menurutnya pengendalian sosial adalah segala proses baik yang direncanakan maupun tidak, yang
bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga masyarakat supaya mematuhi kaidah sosial
yang berlaku

3 Peter L. Berger

Menurutnya pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
menertibkan anggotanya yang menyimpang

Jadi dapat diartikan bahwa pengendalian sosial sebagai pengawasan terhadap tingkah laku
anggota masyarakat agar tidak menyimpang dari nilai dan norma sosial. Dengan adanya
pengendalian sosial diharapkan dapat mencegah penyimpangan sosial serta mengarahkan agar
sesuai dengan nilai dan noram sosial yang berlaku.

b) Tujuan pengendalian sosial

Pengertian pengendalian sosial meliputi segala proses baik yang direncanakan maupun tidak, yang
bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga masyarakat supaya mematuhi kaidah sosial
yang berlaku.

Tujuan pengendalian sosial adalah :

Agar masyarakat mematuhi norma yang berlaku

Mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat

Bagi yang menyimpang diusahakan kembali mematuhi norma yang berlaku

c) Ciri-ciri pengendalian sosial

Suatu cara atau metode tertentu terhadap masyarakat

Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan yang terjadi di masyarakat

Dapat dilakukan kelompok pada kelompok atau kelopok terhadap individu

Dilakukan secara timbal balik

d) Fungsi pengendalian sosial

Fungsi utama pengendalian sosial adalah mewujudkan ketertiban dan ketentraman di masyarakat.

Ada lima fungsi pengendalian sosial menurut Koentjaraningrat :

1 Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial

Usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut

a. Pendidikan

Melalui lembaga pendidikan anak diajarkan untuk meyakini norma sosial, baik itu di sekolah, rumah,
maupun masyarakat. Yang paling penting adalah di rumah karena merupakan lembaga pendidikan
pertama yang dikenal anak.

b.Sugesti sosial

Pengaruh untuk mempertebal keyakinan dengan melalui cerita.

c. Menonjolakan kelebihan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

2 Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma

Pemberian imbalan berupa pujian, materi atau penghormatan diharapkan dapat membuat orang
tersebut tetap melakukan hal yang baik

3 Mengembangkan rasa malu


Perasaan malu akan timbul jika memiliki harga diri dan jika melakukan pelanggaran terhadap norma
norma yang berlaku. Celaan akan membuat para pelakunya tidak akan mengulangi perbuatannya itu
lagi.

4 Mengembangkan rasa takut

Rasa takut akan membuat orang tidak melakukan perbuatan yang akan merugikannya sehingga ia
berbuat baik sesuai dengan norma yang berlaku. Rasa takut timbul karena adanya ajaran agama
yang meyakini adanya hukuman yang akan diterima di akhirat.

5 Menciptakan sistem hukum

Sistem hukum berisi seperangkat hukum yang disusun negara yang betujuan menciptakan keamanan
dalam kehidupan masyarakat.

C. JENIS-JENIS PENGENDALIAN SOSIAL

Pengendalian social dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Pengendalian social berdasarkan cara yang digunakan

2. Sifatnya

3. Pelaksanaan/prosesnya

4. Tingkat kekerasan yang digunakan

1) Pengendalian Social Berdasarkan Cara Yang Digunakan

a) Melalui sosialisasi

setiap anggota masyarakat dikendalikan dengan cara mensosialisasikan mereka sehingga


menjalankan peran sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal itu dilakukan melalui penciptaan
kebiasaan dan rasa senang. Contoh: mungkain sangat sedikit ada orang yang bangun tidur di
pagihari, kemudian mandi, brangkat sekolah atau kerja, dan seterusnya. Namun hal itu akan
dilakukan bila diharapkan oleh masyarakat. Itu bias terjadi karna proses sosialisasi yang membuat
orang itu menjadi terbiasa dan senang melakukan peran-peran mereka.

Melalui sosialisasi orang menghayati norma-norma, nilai-nilai, dan hal-hal yang tabu dalam
masyarakat. Orang yang menghayati suatu nilai secara penuh akan menerapkan nilai tersebut
meskipun tidak seorang pun yang melihat. Oleh karena itu, kemungkinan untuk melanggar suatu
nilai sangat kecil bagi orang tersebut. Jika hal ini terjadi pada semua anggoya masyarakat maka
proses pengendalian social telah berlangsung dan suatu tertib sosiaal akan tercapai.
b) Melalui tekanan social

Pengendalian social melalui tekanan social adalah pengendalian melalui kelompok social. Semua
kelompok manusia bahkan pada mahluk lain selalu memiliki kecendrungan untuk menyesuaikan
keinginan kelompoknya.

Pengendalian social melalui tekanan kelompok ini dapat dibagi menjadi 2: melalui kelompok primer
dan sekunder. Kelompok primer adalah kelompok kecil yang bersifat akrab dan informal, seperti
keluarga, kelompok bermain, dan belajar. Kelompok sekunder adalah kelompok bersifat
impersonal,formal, dan berdasarkan kepentingan, seperti perkumpulan olahraga, serikat dagang,
dan organisasi pelajar.

Pengendalian dalam kelompok primer terjadi secara informal, spontan, dan tanpa direncanakan.
Adanya hubungan intim dan spontan menjadikan kelompok primer sebagai kekuatan pengendalian
yang efektif dalam mencegah dan mengatasi prilaku yang menyimpang.

Sedangkan pengendalian melalui kelompok sekunder bersifat lebih formal dan impersonal. Namun
beberapa bentuk pengendalian informal masih dijumpai dalam kelompok sekunder. Bentuk-bentuk
ejekan, tawa, gossip, dan pengucilan masih ada dalam kelompok sekunder, meskipun pengaruhnya
sebagai pengendali lebih rendah daripada peraturan resmi, tata cara yang dibakukan, propaganda,
sanksi dan hukum yang formal, pemberian gelar imbalan, dan hadiah.

Kelompok pengendalin yang paling efektip adalah bentuk pengendalian kombinatif. Contoh: seorang
pelajar akan lebih mematuhi norma atau nilai yang ada di masyarakat apabila dia tidak hanya
mendapatkan control dari klompok primernya, tetapi juga dari kelompok sekundernya.

c) Melalui kekuatan

Dengan semakin maju dan kompleknya masyarakat, maka mereka membutuhkan suatu
pengendalian social yang lebih kuat karena prilaku warganya akan menjadi semakin sulit untuk
dikendalikan. Maka diperlukan adanya pemerintahan formal, peraturan hukum, dan pelaksanaan
hukum.

Setiap bentuk pelanggaran akan dikenai sanksi dan hukum yang tegas, kaku, dan formal oleh
lembaga atau badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah yang sah. Lembaga-lembaga resmi itulah
yang akan menjadi alat pengendalian social yang paling kuat.

2) Pengendalian Sosial Menurut Sifatnya

Pengendalian preventif, dilakukan sebelum terjadi pelanggaran dan bertujuan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran.

Pengendalian represif, dilakukan setelah terjadi pelanggaran dan hendak diusahakan untuk
memulihkan keadaan pada situasi seperti semula lagi.

3) Pengendalian Sosial Berdasarkan Pelaksanaan/Prosesnya

Pengendalian persuasif, terjadi apabila pengedalin sosal tersebut ditekankan pada usaha untuk
mengajak atau membimbing.

Pengendalian koersif, terjadi apabila pengedalin sosal tersebut ditekankan pada kekerasan
atau ancaman dengan menggunakan kekuatan atau kekuasaan.
4) Pengendalian Sosial Berdasarkan Tingkat Kekerasan Yang Digunakan.

Kompulsi adalah pemaksaan terhadap orang supaya taat dan patuh terhadap norma-norma
yang berlaku.

Pervasi adalah penanaman norma-norma yang ada beulang-ulang dengan harapan norma-
norma dapat masuk kedalam kesadaran seseorang sehingga orang tersebut mau mengubah sikar.
ABSTRACT Many mathematical problem can be solved by stochastic programming. Stochastic
programming aims to determine a feasible solution model when there is a problem in the matter of
uncertainty. Supply chain management is one of the cases that are used to manage the condition of
uncertainty. Uncertainty can be a production - distribution planning, customer satisfaction, the
number of demand, the number of supply, transportation costs, shortage costs, capacity expansion
costs, until on the problem of nancial risk. In order to consider the eect of uncertainty in these
scenarios, the two stage stochastic programming model is proposed in this research. Two stage
stochastic programming model, paired with the concept of multi-objective. Therefore, this research
aimed to develop a two stage stochastic programming model with the concept of multi objektive to
solve supply chain design problems which considering the nancial risk. Keyword: Supply chain,
Stochastic programming multi objective, Risk management
iii
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan rantai suplai dianggap semakin penting dalam era industrialisasi seperti sekarang ini.
Suatu rantai suplai yang berjalan dengan lancar dianggap sangat ideal dan bermanfaat bagi yang
menerapkannya. Kongurasi rantai suplai melibatkan komitmen modal sumber daya yang cukup
besar dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menjadikan persoalan desain rantai suplai menjadi
salah satu yang sangat penting. Untuk menentukan kongurasi rantai suplai secara optimal
merupakan masalah yang sulit karena banyak faktor dan objektif yang harus diperhitungkan saat
merancang desain berdasarkan ketidakpastian.
Rantai suplai (Supply Chain) adalah suatu jaringan penyaluran, pabrik, pergudangan dan
pengorganisasian distribusi channel. Jaringan penyaluran digunakan untuk memperoleh bahan baku,
mengkonversi bahan baku tersebut sampai menjadi suatu produk dan mendistribusikan produk -
produk tersebut kepada pelanggan (Azaron et al., 2008). Sementara itu, manajemen rantai suplai
(Supply Chain Management) adalah suatu konsep bisnis yang sederhana untuk meningkatkan
produktivitas seluruh perusahaan yang tergabung dalam rantai suplai melalui optimalisasi kualitas
dan waktu. Tujuan manajemen rantai suplai adalah untuk mengoptimumkan biaya investasi,
memaksimumkan keuntungan, meningkatkan kinerja layanan, nilai tambah, keunggulan kompetitif,
serta meminimumkan risiko yang muncul (Scott et al., 2011).
Manajemen rantai suplai dapat digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian
dapat berupa perencanaan produksi - distribusi, kepuasan pelanggan, jumlah permintaan, jumlah
persediaan, biaya transportasi, biaya kekurangan, biaya perluasan kapasitas, sampai pada
permasalahan risiko keuangan. Berhubungan dengan kondisi di atas, banyak permasalahan
matematika yang dapat diselesaikan dengan program stokastik. Tujuannya ialah untuk menentukan
model penyelesaian yang layak ketika dalam permasalahan tersebut muncul masalah ketidakpastian.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Birge dan Louveaux (1997), yakni banyak persoalan
optimisasi mengandung ketidakpastian. Beberapa kasus dari persoalan -
1
Universitas Sumatera Utara
2
persoalan tersebut mengandung suatu proses acak, atau beberapa informasi yang tidak diketahui.
Penggabungan ketidakpastian ini kedalam kendala dan fungsi objektif dari suatu program
matematika menghasilkan program stokastik.
Menurut Powell dan Topaloglu (2002), program stokastik diajukan untuk menggantikan model
deterministik, dimana koesien dan parameter yang tidak diketahui bersifat acak. Sebagai contoh
diambil problema kasus desain rantai suplai. Pada kasus desain rantai suplai, melibatkan desain tiga
level rantai suplai, yakni produksi - gudang - pasar. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, secara implisit mengasumsikan bahwa terdapat dua atau lebih fungsi objektif yang
dapat ditambahkan dalam model, sehingga diperlukan konsep multi objektif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk memodelkan problema desain rantai suplai ialah
dengan metode pengalokasian dua tahap ditambah dengan konsep multi objektif. Metode
pengalokasian dua tahap merupakan suatu metode yang relatif sederhana. Metode ini
menggunakan notasi - notasi singkat/sederhana yang menunjukkan kesederhanaannya. Sedangkan
untuk konsep multi objektif digunakan karena mewakili persoalan desain rantai suplai yang
memungkinkan adanya dua atau lebih fungsi objektif.
Berikut dipaparkan beberapa penelitian yang fokus pada isu - isu strategis dan taktis secara
bersamaan untuk desain rantai suplai menggunakan model stokastik dua tahap ditambah dengan
konsep multi objektif. Azaron et al., (2008) menggunakan pendekatan pemrograman stokastik
berdasarkan model rekursif dua tahap. Pendekatan ini menggabungkan ketidakpastian yang
berhubungan dengan permintaan, persediaan, biaya pengolahan, biaya transportasi, biaya
kekurangan, serta biaya perluasan kapasitas. Untuk mengembangkan model robust, dua fungsi
objektif tambahan ditambahkan dalam masalah desain rantai suplai. Sementara itu, Mirzapour et al.,
(2011) juga menerapkan program stokastik dua tahap multi objektif pada permasalahan rantai suplai
yang secara khusus membahas tentang perencanaan produksi - distribusi pada kondisi tidak pasti
berdasarkan risiko dan produktivitas pekerja. Kemudian, dalam merancang model permasalahannya,
tiga fungsi objektif ditambahkan dalam penelitian ini.
Pada tahun yang sama, Alborzi et al., (2011) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan
desain jaringan rantai suplai yang terdiri dari beberapa supplier, beberapa pabrik produksi, pusat -
pusat distribusi dan para pedagang kecil, yang juga
Universitas Sumatera Utara
3
ikut dipertimbangkan. Permintaan dari para pedagang kecil dipertimbangkan sebagai parameter
stokastik, sehingga dibangun sejumlah data melalui simulasi.
Berkaitan dengan hal - hal di atas, permasalahan yang berhubungan dengan ketidakpastian dalam
program stokastik juga dapat terjadi ketika muncul persoalan risiko keuangan. Risiko ini perlu
dipertimbangkan dalam suatu desain rantai suplai. Hal ini disebabkan karena risiko merupakan
sesuatu yang mengandung kemungkinan kerugian yang timbul dari suatu investasi dan juga
merupakan sesuatu yang mengandung ketidakpastian. Permasalahan risiko keuangan perlu
dipertimbangkan karena dalam suatu manajemen rantai suplai tidak terlepas dari adanya total biaya
yang diharapkan dan varians total biaya yang saling berhubungan satu sama lain. Hal ini karena pada
prinsipnya, manajamen rantai suplai melaksanakan tindakan esiensi (daya guna) yang meliputi
pengurangan biaya investasi. Adapun risiko keuangan yang dibahas pada penelitian ini berhubungan
dengan suatu rencana desain dalam ketidakpastian yang didenisikan sebagai probabilitas tidak
terpenuhinya sejumlah target keuntungan ataupun anggaran tertentu yang telah ditetapkan.
1.2 Perumusan Masalah
Model program stokastik tentang rantai suplai pada literatur - literatur sebelumnya belum
mempertimbangkan risiko keuangan. Risiko keuangan perlu dipertimbangkan dalam suatu desain
rantai suplai untuk melakukan esiensi (daya guna) dalam pengurangan biaya investasi. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu model program stokastik untuk desain rantai suplai yang dapat
meminimumkan risiko keuangan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model program stokastik dua tahap dengan konsep
multi objektif untuk menyelesaikan persoalan desain rantai suplai yang mempertimbangkan risiko
keuangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada penyelesaian persoalan desain rantai
suplai yang mempertimbangkan adanya risiko keuangan dengan menggunakan program stokastik
dua tahap multi objektif.
Universitas Sumatera Utara
4
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menganalisis model program stokastik untuk menyelesaikan problema desain rantai
suplai. Program stokastik merupakan suatu program matematika yang memuat parameter berupa
tujuan dan kendala yang mengandung ketidakpastian. Cara yang dibutuhkan ialah dengan
pemodelan rekursif. Pemodelan rekursif merupakan cara yang memuat sebuah keputusan sekarang
yang akan diambil dan meminimumkan risiko keuangan yang muncul berupa biaya yang dibutuhkan
sebagai konsekuensi dari keputusan yang telah diambil pada tahap pertama. Oleh karena itu, untuk
pembentukan model desain rantai suplai digunakan metode pengalokasian dua tahap. Penelitian ini
menggunakan metode program stokastik dua tahap ditambah dengan konsep multi objektif untuk
memodelkan problema desain rantai suplai yang berdistribusi diskrit untuk parameter
ketidakpastiannya.
Dengan demikian, prosedur yang dilakukan pada penelitian ini dapat ditulis:
1. Mengumpulkan informasi dari referensi beberapa buku dan jurnal mengenai permasalahan desain
rantai suplai. Dimulai dengan penjelasan denisi rantai suplai, penjelasan tentang perluya
manajemen rantai suplai, tujuan manajemen rantai suplai, serta pembagian konsep kinerja rantai
suplai untuk desain rantai suplai.
2. Pembahasan dan pemahaman tentang program stokastik dua tahap ditambah dengan konsep
multi objektif untuk desain rantai suplai.
3. Memahami dan menganalisis penelitian - penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
4. Menjelaskan persoalan desain rantai suplai ditambah dengan pertimbangan terhadap risiko
keuangan. Hal ini dimulai dengan memahami pengertian risiko dan pengertian manajemen risiko.
5. Mengembangkan model yang digunakan dalam program stokastik untuk desain rantai suplai:
(a) Memaparkan persoalan secara konseptual. (b) Memaparkan faktor - faktor yang berkaitan
dengan persoalan, antara lain :
kendala, tujuan, dan notasi dari variabel - variabel.
Universitas Sumatera Utara
5 (c) Pemodelan program stokastik menggunakan metode pengalokasian dua tahap
dengan konsep multi objektif yang mempertimbangkan risiko keuangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Program stokastik merupakan program matematika, dimana beberapa data yang termuat pada
tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi
peluang pada parameter. Berikut ini akan disajikan beberapa tinjauan tentang konsep dan literatur
yang melandasi penelitian ini, yaitu pendekatan program stokastik untuk desain rantai suplai,
pengertian risiko, mengukur risiko melalui variabilitas penerimaan, pengertian dan manfaat
manajemen risiko, serta Net Present Value (NPV).
2.1 Pendekatan Program Stokastik untuk Desain Rantai Suplai
Banyak permasalahan perencanaan dan operasional manajemen yang mengandung ketidakpastian
dibahas dan diselesaikan dengan program stokastik. Lebih khusus dibahas pada program stokastik
dua tahap. Sebagai contoh diambil problema kasus desain rantai suplai. Problema desain rantai
suplai melibatkan desain tiga level rantai suplai, yakni produksi - gudang - pasar. Sebuah komponen
penting dari kegiatan perencanaan perusahaan produksi ialah desain yang esien dan operasi dari
rantai suplainya. Persoalan desain suatu rantai suplai yang terdiri dari beberapa pabrik produksi,
gudang, pasar, serta sistem distribusi yang terkait perlu diperhatikan. Untuk itu, yang menjadi
rumusan masalah ialah memodikasi dan memperluas model lain yang diberikan sebelumnya,
dengan tujuan untuk menambahkan beberapa karakteristik penting mewakili konsekuensi yang ada
pada kinerja rantai suplai (Guill`en et al., 2004).
Secara umum, Alborzi et al., pada tahun (2011) menjelaskan bahwa kinerja rantai suplai dapat
diklasikasikan pada dua hal, yakni kinerja rantai suplai kualitatif dan kuantitatif. Kepuasan
pelanggan, eksibilitas, dan manajemen risiko yang efektif dikategorikan sebagai faktor kualitatif.
Sementara pada faktor kuantitatif, faktor ini dikategorikan oleh dua hal:
1. Objektif yang didasarkan secara langsung pada harga atau keuntungan seperti, meminimumkan
harga, memaksimumkan keuntungan, dan sebagainya.
6
Universitas Sumatera Utara
7

2. Objektif yang didasarkan pada beberapa ukuran dari respon pelanggan, seperti meminimumkan
waktu respon kepada pelanggan, meminimumkan waktu pesanan, dan lain - lain.

Model yang diusulkan dalam pendekatan ini digunakan untuk menentukan desain tiga level rantai
suplai (produksi - gudang - pasar) untuk memaksimumkan perhitungan dari tiga fungsi objektif (net
present value, kepuasan permintaan, dan risiko) dan mempertimbangkan preferensi si pengambil
keputusan. Keputusan yang akan diambil termasuk juga pada penentuan kapasitas, lokasi pabrik,
gudang, jumlah dari produksi yang dibuat pada tiap - tiap pabrik, serta aliran dari bahan - bahan
baku diantara tiap dua simpul (sumber/tujuan) dari rantai suplai. Penjelasan struktur desain tiga
level rantai suplai tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Guill`en et al., 2004):

Level 1. Level 2. Level 3.

Kumpulan pabrik dimana produk diproduksi sebelum dikirim ke gudang;


Kumpulan gudang dimana produk disimpan sebelum diangkut ke pasar tujuan;
Kumpulan pasar tujuan dimana produk telah tersedia untuk para pelanggan.

Gambar 2.1 Struktur rantai suplai


Universitas Sumatera Utara
8
2.2 Pengertian Risiko Risiko adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dari
suatu organisasi. Sedangkan manajemen risiko adalah seluruh prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha. Model yang berkembang dalam manajemen risiko ialah mengintegrasikan
bagaimana si pengambil keputusan berpikir tentang risiko dan bagaimana si pengambil keputusan
juga mengelola usaha mereka. Model tersebut dirancang untuk memonitor bagaimana manajemen
risiko memberikan suatu nilai (Barbaro dan Bagajewicz, 2004).
Terdapat beberapa jenis risiko, yaitu:
1. Risiko lingkungan (eksternal environmental risk), yakni kerugian karena bencana alam, perubahan
rasa dan preferensi pelanggan, kompetitor, lingkungan politis, sampai pada permasalahan
ketersediaan modal dan tenaga kerja.
2. Risiko proses usaha (business process risk), yakni diakibatkan tidak efektif dan esien dalam
memperoleh, membiayai, mendistribusikan barang - barang dan jasa, adanya ancaman kerugian
aktiva, serta penilaian terhadap reputasi perusahaan.
3. Risiko informasi (information risk), yakni diakibatkan informasi yang bermutu rendah (tidak tepat)
untuk pengambilan keputusan usaha dan kesalahan dalam memberikan informasi kepada pihak luar.
Faktor - faktor keberhasilan dalam pengelolaan risiko terdiri dari komitmen, tanggung jawab,
kesadaran, kebijakan, metodologi, keterampilan, serta pemantauan.
2.3 Mengukur Risiko Melalui Variabilitas Penerimaan Risiko secara umum didenisikan sebagai
sesuatu yang berbahaya atau berpotensi merugi. Dalam hal ini, konotasinya tidak ada unsur positif,
tetapi pengertian risiko dalam arti khusus, risiko itu merupakan variabilitas penerimaan. Dalam
istilah ini jelas
Universitas Sumatera Utara
9
sekali bahwa pada risiko terdapat unsur positif dan negatif. Hal ini berarti, selain terdapat
kemungkinan unsur kerugian tetapi juga terkandung unsur keuntungan sehingga perlu mengatur
variabilitas penerimaan untuk meminimumkan tingkat kerugian. Variabilitas penerimaan diukur
menggunakan ekspektasi laba dan varians (Gregoriou, et al., 2010).

Penjelasan untuk ekspektasi laba dan varians dapat ditulis:

1. Ekspektasi Laba Hasil yang digambarkan dalam suatu distribusi kemungkinan dapat dinyatakan
pada harga rata - rata atau nilai ekspektasinya. Kemudian dipilih berdasarkan nilai ekspektasi yang
tertinggi. Hal ini karena kriteria ekspektasi cocok untuk mengukur investasi pada kondisi situasi tidak
pasti.

Rumus yang digunakan untuk mencari ekspektasi laba:

Dengan:

n
E(X) = XtPt
t=1

(2.1)

E(X) : Nilai Ekspektasi Xt : Kemungkinan penerimaan pada periode t Pt : Probabilitas tercapainya


penerimaan pada periode t n : Jumlah kemungkinan penerimaan
2. Varians sebagai ukuran risiko Dalam hal ini, varians digunakan untuk mengukur penyebaran dari
laba disekitar nilai rata - rata. Ukuran ini memberikan informasi tentang luasnya kemungkinan
penyimpangan yang sebenarnya dari penerimaan yang diharapkan.
Varians dari distribusi diberi notasi, rumusnya dapat ditulis:

n2
= Pt At E(x)
t=1

(2.2)

Universitas Sumatera Utara


Dengan:
: Varians E(X) : Nilai Ekspektasi Pt : Probabilitas tercapainya penerimaan pada periode t At : Nilai
penerimaan pada periode t

10

2.4 Pengertian Manajemen Risiko


Tindakan manajemen risiko perlu diambil untuk merespon bermacam - macam risiko. Responden
melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yakni tindakan mencegah dan memperbaiki.
Tindakan mencegah bertujuan untuk mengurangi, menghindari, dan mentransfer risiko pada tahap
awal rencana pekerjaan. Sedangkan tindakan memperbaiki digunakan untuk mengurangi efek - efek
ketika risiko terjadi ataupun ketika risiko harus diambil.
Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam melihat sebuah risiko dan menentukan
dengan tepat penanganan risiko. Hal ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentikasi sumber
dari risiko dan ketidakpastian. Sarana untuk memperbaiki efek yang ditimbulkan dan
mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko (Uher dan Toakley, 1999).

2.5 Manfaat Manajemen Risiko Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko
antara lain (Mok et al., 1997):
1. Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah - masalah yang rumit.
2. Mempermudah dalam melakukan estimasi biaya. 3. Memberikan pendapat dan intuisi dalam
pembuatan keputusan yang dihasilkan
dengan cara yang benar.

Universitas Sumatera Utara


11
4. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi risiko dan ketidakpastian dalam
keadaan yang nyata.
5. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
6. Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan. 7. Menyediakan
pedoman untuk membantu perumusan masalah. 8. Memungkinkan analisis yang cermat dari pilihan
- pilihan alternatif yang ada.
2.6 Net Present Value (NPV) Dalam studi analisis kriteria investasi, net present value atau nilai
sekarang bersih sangat penting digunakan untuk mengukur layak atau tidaknya suatu usaha
dilaksanakan. Pengukuran nilai sekarang bersih dilakukan dengan memotong biaya modal yang
sesuai dikurangi biaya investasi. Hal ini dilihat dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang akan
diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan.
Net present value merupakan suatu nilai yang digunakan sebagai ukuran langsung seberapa baik
suatu proyek invetasi dapat mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Suatu investasi modal kerja
yang baik adalah yang memiliki nilai net present value positif yang bertujuan untuk meningkatkan
kekayaan pemiliknya (Gregoriou, et al., 2010).
Tujuan penghitungan nilai NPV adalah untuk mengukur apakah suatu rencana pekerjaan itu
berharga lebih dari biaya yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, dalam melakukan kegiatan usaha
yang akan dijalankan, sangat penting untuk mengetahui nilai NPV dari investasi yang akan dilakukan.
Berikut beberapa keunggulan metode NPV:
1. Memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). 2. Memperhitungkan arus kas
selama usia ekonomis proyek.
Universitas Sumatera Utara
3. Memperhitungkan nilai sisa proyek.

12

Selain keunggulan, metode NPV juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.
2. Jika proyek memiliki nilai investasi inisial yang berbeda, serta usia ekonomis yang juga berbeda,
maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik.
3. Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor usia
ekonomis proyek.

Menurut Barbaro dan Bagajewicz (2004), berkaitan dengan persoalan desain rantai suplai, nilai NPV
akan berbeda - beda untuk setiap persoalan. Nilai NPV yang berbeda diperoleh untuk setiap skenario
yang diteliti (NP Vn) setelah kondisi ketidakpastian dijelaskan.
Oleh karena itu, model yang dijelaskan pada setiap persoalan harus menjelaskan maksimum nilai
yang diharapkan (E[NP V ]). Nilainya dapat dihitung dengan melakukan rata - rata NPV yang
dinyatakan oleh persamaan (2.3) berikut:

E[N P V ] = probnN P Vn
n

(2.3)

Kriteria (E[NP V ]) ini dapat dijadikan sebagai ukuran untuk setiap alternatif rencana pekerjaan dalam
kondisi tidak pasti. Hal ini berdampak pada masing - masing investasi dalam rantai suplai yang dapat
dicari dengan suatu ukuran berdasarkan probabilitas yang terjadi. Setelah itu, dibuat rangkingnya
agar tujuan untuk memaksimumkan NPV dapat terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 PERSOALAN RANTAI SUPLAI DAN MODEL - MODEL PROGRAM
STOKASTIK DUA TAHAP MULTI OBJEKTIF
Pada bab ini dipaparkan mengenai materi - materi yang berhubungan dan mendukung untuk model
program stokastik dua tahap dengan konsep multi objektif. Tujuannya untuk menyelesaikan
persoalan desain rantai suplai dengan mempertimbangkan risiko keuangan. Materi tersebut akan
dijadikan sebagai landasan berkir dalam melakukan penelitian ini sehingga mempermudah dalam
hal pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya.
3.1 Persoalan Rantai Suplai
Pada dekade terakhir ini, perkembangan rantai suplai menjadi topik persoalan yang penting untuk
dipertimbangkan pada dunia internasional, khususnya pada bidang automobil, komputer, serta
industri. Pengelolaan rantai suplai yang sukses membutuhkan sistem yang terintegrasi. Masing -
masing unit dalam rantai suplai haruslah menjadi satu kesatuan, tidak berdiri secara sendiri - sendiri.
Kegiatan operasi pada rantai suplai membutuhkan aliran informasi yang berkesinambungan.
Tujuannya untuk menghasilkan produk yang baik pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
Oleh karena itu, perkembangan rantai suplai didunia global menjadi motivasi bagi para peneliti
untuk mempelajari manajemen rantai suplai. Manajemen rantai suplai merupakan salah satu tugas
penting dibidang ekonomi yang memiliki akibat yang sangat luas untuk bidang perindustrian. Rantai
ini menjangkau setiap langkah proses dari pengolahan bahan mentah hingga menjadi suatu produk
yang siap digunakan oleh konsumen. Scott et al., (2011) mejelaskan bahwa manajemen rantai suplai
(supply chain management) merupakan pengembangan kegiatan manajemen logistik pengadaan
dan material serta informasi pada penyaluran barang dengan mengintegrasikan semua elemen baik
di luar maupun di dalam perusahaan.
Manajemen rantai suplai dapat digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian. Salah satu
masalah yang dapat diatasi dalam manajemen rantai suplai dengan
13
Universitas Sumatera Utara
14
kondisi ketidakpastian ialah perencanaan produksi - distribusi. Kegiatan perencanaan produksi -
distribusi termasuk pada jenis kegiatan operasional. Kegiatan ini melakukan suatu rencana untuk
proses produksi, untuk memberikan ide kepada manajemen seperti apa kuantitas bahan dan sumber
daya lainnya yang akan dibeli. Akibatnya, total biaya operasional organisasi dipelihara agar minimum
selama periode tersebut (Mirzapour et al., 2011). Berkaitan dengan hal - hal di atas, masih banyak
persoalan optimisasi lainnya yang mengandung ketidakpastian. Beberapa kasus dari persoalan
tersebut mengandung suatu proses acak atau beberapa informasi yang tidak diketahui.
Penggabungan ketidakpastian ini kedalam kendala dan fungsi objektif dari suatu program
matematika akan menghasilkan program stokastik.

3.2 Model Program Stokastik


Stokastik programming adalah sebuah nama yang menyatakan program matematika yang dapat
berupa linear, cacah, cacah campuran, non linear tetapi dengan menampilkan elemen stokastik pada
data. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa:

1. Pada program matematika deterministik, data (koesien) adalah bilangan - bilangan yang
diketahui (tertentu).
2. Pada program stokastik, data (koesien) merupakan bilangan yang tidak diketahui (tidak pasti)
yang disajikan sebagai distribusi peluang.

Bentuk umum dari program stokastik dapat ditulis sebagai berikut (Kall dan Wallace,

2003):

n
min f (x) = cT x = cjxj
j=1

(3.1)

s.t
n
ATi x = aijxj bi, i = 1, 2, ..., m
j=1
xj 0, j = 1, 2, ..., n

(3.2) (3.3)

dimana cj, aij dan bi merupakan variabel acak diskrit (variabel keputusan xj dalam hal ini
diasumsikan deterministik) yang diketahui distribusi peluangnya.

Universitas Sumatera Utara


15

3.2.1 Model program stokastik dua tahap


Model program stokastik dua tahap merupakan konversi problema stokastik kedalam problema
deterministik yang ekivalen. Penyelesaian program stokastik dua tahap terdiri atas vektor acak dan
deterministik. Pada pendekatan model program stokastik dua tahap, variabel keputusan dibagi
menjadi dua bagian:

1. Kelompok variabel yang ditentukan sebelum realisasi dari peristiwa - peristiwa acak yang
diketahui disebut sebagai variabel keputusan tahap pertama.
2. Kelompok lain dari variabel - variabel yang diketahui sebagai variabel rekursif yang ditentukan
setelah mengetahui nilai realisasi dari peristiwa - peristiwa acak tersebut.

Secara umum model stokastik sebelumnya dicoba dengan memodelkan persoalan yang kompleks.
Tujuannya agar dapat dimodelkan serta diselesaikan dengan program stokastik dua tahap untuk
penyelesaiannya. Hal ini berarti, untuk persoalan tahap ganda, pengaruh keputusan sekarang akan
ditunggu untuk beberapa ketidakpastian yang diselesaikan kembali (direalisasikan). Dengan tujuan
agar pembuatan keputusan yang lain akan didasarkan pada apa yang terjadi. Tujuan akhir yang ingin
dicapai ialah untuk meminimumkan biaya yang diharapkan dari semua keputusan yang diambil.

Bentuk umum model program stokastik dua tahap dengan rekursif sederhana

dapat diformulasikan sebagai berikut (Barik et al., 2012):

n m1

max z = cjxj E

qi |yi| ,

j=1 i=1

kendala yi = bi aijxj, i = 1, 2, ..., m1,

j=1

dij xj bm1+i, i = 1, 2, ..., m2

j=1

xj 0, j = 1, 2, ..., n; yi 0, i = 1, 2, ..., m1

(3.4) (3.5) (3.6) (3.7)


Dimana xj, j=1,2,...,n dan yi, i=1,2,...,m1 adalah masing - masing variabel keputusan
tahap pertama dan variabel keputusan tahap kedua. Selanjutnya qi, i=1,2,...,m1 diten-
n
tukan sebagai biaya penalti yang berhubungan dengan perbedaan antara aijxj dan
j=1
bi. Sementara itu, E digunakan untuk mewakili nilai ekspektasi variabel acak diskrit.

Universitas Sumatera Utara


16
3.3 Model - Model Persoalan Program Stokastik Dua Tahap Multi Objektif untuk Desain Rantai Suplai
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan memberikan model
persoalan program stokastik dua tahap multi objektif untuk desain rantai suplai:

1. Persoalan model multi objektif untuk desain jaringan rantai suplai berdasarkan permintaan
stokastik (Alborzi et al., 2011). Pada penelitian ini, desain jaringan rantai suplai terdiri dari beberapa
supplier, beberapa pabrik produksi, pusat - pusat distribusi dan para pedagang kecil. Permintaan dari
para pedagang kecil dipertimbangkan sebagai parameter stokastik. Akibatnya dibangun sejumlah
data melalui simulasi. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi dan diambil kebijakan yang berkaitan
dengan pengalokasian fasilitas. Kemudian model program stokastik dua tahap dan juga dengan
konsep multi objektif digunakan untuk mengoptimumkan secara bersama dua fungsi objektif
lainnya. Penelitian ini bermaksud untuk memodelkan suatu jaringan rantai suplai dengan
permintaan.

Dengan demikian, model dari persoalan di atas dapat ditulis:

minimize Z1 = F CMmymm + F CDdydd

mM

dD

M F Cmc ymmc +

DF Cdcyddc

mM cC

dD cC

+Es

U LMlKmxlmlkms

lL mM kK

+ U M Dmc dxmdcmsd
mM dD cC

+ U DRcdrxdrdcsr
dD rR cC
maximize Z2 =

Universitas Sumatera Utara


17

Keterangan notasi : Untuk indeks

C : Kumpulan komoditas diindeks dengan c D : Kumpulan kandidat distributor diindeks dengan d K :


Kumpulan bahan baku diindeks dengan k L : Kumpulan supplier diindeks dengan l M : Kumpulan
kandidat produsen diindeks dengan m R : Kumpulan retailer diindeks dengan r

Untuk parameter

F CDd : Biaya tetap pendistribusian komoditi c dari pusat distribusi d

F CMm : Biaya tetap produksi pada produsen m

F CDmc F CMmc U LMlkm

: Biaya tetap pendistribusian komoditi c dari pusat distribusi d : Biaya tetap pendistribusian komoditi
c pada produsen m : Unit biaya penyediaan bahan baku k untuk produsen m dari
pemasok l

UMDmc d : Unit biaya penyediaan bahan baku c untuk distributor d dari

pemasok m

U DRdcr

: Unit biaya penyediaan bahan baku c untuk retailer r dari distributor d

Universitas Sumatera Utara


18

Untuk variabel

xlmklms : Jumlah bahan baku k yang disediakan oleh supplier l untuk produsen m dalam skenario s

xmdmcsd : Jumlah komoditi c yang disediakan oleh produsen m untuk distributor d dalam skenario s

xdrdcsr

: Jumlah komoditi c yang disediakan oleh distributor d untuk retailer r dalam skenario s

ydd : Variabel biner yang bernilai 1 ketika pusat distribusi d mendistri-

busikan paling sedikit satu komoditi

ymm

: Variabel biner yang bernilai 1 ketika produsen m memproduksi paling sedikit satu komoditi

yddc : Variabel biner yang bernilai 1 ketika pusat distribusi d mendistribusikan komoditi c

ymcm

: Variabel biner yang bernilai 1 ketika produsen m memproduksi komoditi c

: Tingkat kepuasan pelayanan

Fungsi Z1 bertujuan untuk meminimumkan total biaya tetap dan biaya variabel tetap yang
diharapkan. Total biaya tersebut berhubungan dengan fasilitas rantai suplai yang termasuk pada
biaya yang timbul akibat dari pengalokasian fasilitas. Sementara itu, fungsi Z2 berguna untuk
memaksimumkan tingkat kepuasan pelayanan.
2. Persoalan perencanaan produksi - distribusi pada lingkungan yang tidak pasti berdasarkan risiko
dan produktivitas pekerja (Mirzapour et al., 2011). Model yang dibangun dalam penelitian ini
melibatkan sebagian besar parameter biaya rantai suplai. Biaya - biaya tersebut meliputi biaya
transportasi, biaya penyimpanan persediaan, biaya kekurangan, serta biaya produksi. Hal lain yang
juga dianggap penting ialah produktivitas pekerja. Karena sifat yang tidak pasti dari rantai suplai,
diasumsikan parameter biaya dan uktuasi permintaan merupakan variabel acak dan mengikuti
distribusi probabilitas yang telah ditentukan. Sedangkan persoalan risiko menunjukkan variabilitas
dari total biaya rantai suplai.

Universitas Sumatera Utara


19

Tujuan penelitian ini untuk merumuskan masalah produksi - distribusi sebagai pemrograman
nonlinier multi objektif robust dimana ketidakpastian diwakili oleh suatu kumpulan skenario diskrit
(n). Formula dari persoalan tersebut adalah:
min Z1 = nT Cn
n

Keterangan notasi:

min Z2 = n T Cn nT Cn

nn

max

Z3 =

uk X Lkjt

tjk

X Lkjt

tjk

n : Probabilitas kejadian dari tiap skenario n T Cn : Total biaya rantai suplai dalam pelaksanaan
skenario n uk : Produktivitas dari tenaga kerja tingkat-k XLkjt : Jumlah tenaga kerja tingkat-k pada
pabrik j dalam periode t
Fungsi Z1 bertujuan untuk meminimumkan total biaya yang diharapkan dari rantai suplai. T Cn
merupakan total biaya rantai suplai dalam pelaksanaan skenario n yang didenisikan sebagai
berikut:

T Cn =

aijCqnj.Xijqt +

Lknjt.XLkjt +

Fknjt.X Fkjt

i,j,q,t

k,j,t

k,j,t
+ Hknjt.XHkjt +

T rknk j .XUkk jt +

I1injt .X Pijt

k,j,t

k,k ,j,t

i,j,t

+ I2nict.XIinct +

Tinct.Y Sijct +

inct.Binct

i,c,t i,j,c,t

i,c,t

dan termasuk juga untuk biaya - biaya lainnya yang meliputi biaya produksi,

biaya tenaga kerja (biaya pemberhentian dan biaya pelatihan tenaga kerja), bi-

aya penyimpanan persediaan, biaya transportasi dan biaya kekurangan. Semen-

tara itu, fungsi Z2 bertujuan untuk meminimumkan variabilitas dari total biaya rantai suplai. Fungsi
Z3 untuk memaksimumkan rata - rata produktivitas tenaga manusia.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4 PROGRAM STOKASTIK DUA TAHAP MULTI OBJEKTIF UNTUK
DESAIN RANTAI SUPLAI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN RISIKO KEUANGAN
4.1 Jenis Persoalan Rantai Suplai
Terdapat dua buah karakteristik yang dapat menggambarkan persoalan rantai suplai, yakni
responsiveness dan eciency. Dengan sifatnya yang dinamis, rantai suplai mampu menyesuaikan
terhadap perubahan yang terjadi pada suplai dan permintaan. Agar kedua karakteristik tersebut
dapat dilihat secara objektif, Shah (2005) membagi keduanya menjadi tiga kategori sebagai berikut:
1. Desain jaringan rantai suplai Permasalahan desain jaringan rantai suplai sangat luas dan memiliki
arti yang berbeda untuk perusahaan yang berbeda. Hal ini biasanya merujuk pada aktivitas strategis
yang akan mengambil satu atau lebih dari keputusan sebagai berikut:
(a) Tempat untuk menemukan fasilitas baru. Baik itu untuk kegiatan produksi, penyimpanan, logistik,
dan lain - lain.
(b) Perubahan yang signikan untuk fasilitas yang ada, misalnya perluasan kapasitas pabrik ataupun
penutupan pabrik.
(c) Keputusan pembelian barang. Berkaitan dengan siapa supplier yang dipilih dan basis suplai untuk
digunakan pada setiap fasilitas.
(d) Keputusan Alokasi. Berkaitan dengan produk apa yang harus diproduksi pada setiap fasilitas
produksi dan pasar mana yang harus dilayani oleh gudang.
Untuk persoalan ini, jenis model yang digunakan mungkin dalam keadaan dinamis dan mungkin
deterministik, atau berkaitan dengan ketidakpastian. Kongurasi rantai suplai melibatkan komitmen
modal sumber daya yang besar untuk jangka waktu yang lama. Hal inilah yang menjadikan persoalan
desain rantai suplai menjadi salah satu persoalan yang cukup penting.
20
Universitas Sumatera Utara
21
2. Simulasi rantai suplai dan analisis kebijakan Untuk kategori ini, secara relatif berkaitan dengan
kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana cara terbaik untuk mengkongurasi dan mengelola
jaringan rantai suplai. Simulasi rantai suplai menjadi alat populer untuk merumuskan kebijakan.
Seperti yang telah digambarkan oleh Forrester pada tahun 1958, proses yang digunakan pada simpul
yang berbeda dari hasil rantai suplai dalam berbagai perilaku dinamika yang berbeda juga, sering
merugikan kinerja secara keseluruhan. Oleh karena itu, simulasi ini berguna untuk mengidentikasi
kinerja rantai suplai. Proses identikasi rantai suplai digunakan sebagai fungsi dari kebijakan operasi
yang berbeda, disusul adanya pelaksanaan dari salah satu kebijakan yang telah diambil sebelumnya.
3. Perencanaan rantai suplai dan penjadwalan Perencanaan rantai suplai mempertimbangkan
infrastruktur yang tetap selama jangka pendek hingga menengah. Perencanaan rantai suplai
bertujuan untuk mengidentikasi cara terbaik untuk menggunakan sumber daya yang ada. Sumber
daya tersebut meliputi produksi, distribusi, dan penyimpanan dalam rantai untuk memenuhi
permintaan pesanan sekaligus perkiraan permintaan secara esien dalam ilmu ekonomi. Metode
optimisasi sudah menemukan aplikasi yang cukup dalam persoalan ini. Oleh karena itu,
keistimewaan persoalan ini ialah perwakilan dari proses produksi tergantung pada marjin kotor dari
bisnis yang sedang dilaksanakan.
4.2 Model Program Stokastik Dua Tahap Multi Objektif untuk Desain Rantai Suplai dengan
Mempertimbangkan Risiko Keuangan
Pada pendekatan optimisasi stokastik dua tahap, parameter - parameter model yang tidak pasti
dianggap sebagai variabel acak dengan distribusi peluang terkait. Variabel variabel acak itu berupa
keputusan yang didasarkan pada dua tahap. Pada tahap pertama variabel yang sesuai dengan
keputusan - keputusan yang perlu dibuat disini-dansekarang, sebelum realisasi ketidakpastian.
Tahap kedua atau variabel rekursif yang sesuai dengan keputusan tersebut yang dibuat setelah
ketidakpastian itu diungkapkan. Keputusan ini disebut sebagai keputusan menunggu-dan-melihat.
Setelah keputusan tahap pertama diambil dan peristiwa - peristiwa acak diketahui, keputusan tahap
kedua ditujukan pada pembatasan yang dikenakan oleh masalah tahap kedua. Karena sifat
Universitas Sumatera Utara
22

stokastik dari kinerja yang terkait dengan keputusan tahap kedua, fungsi objektif terdiri dari
penjumlahan untuk mengukur kinerja tahap pertama dan kinerja tahap kedua yang diharapkan
(Birge dan Louveaux, 1997). Model formulasi matematika deterministik untuk stokastik dua tahap
dirumuskan sebagai berikut (Azaron et al., 2008):

cT y + E[G(y, )]

(4.1)

dengan kendala

y Y {0, 1}|P |,

(4.2)

Dimana [G(y, )] adalah nilai optimum masalah berikut:

min qT x + hT z + f T e

(4.3)

dengan kendala

Bx = 0 Dx + z d
Sx s Rx My + e
e Oy x R+|A|x|K|, z R+|C|x|K|, e R|+P |

(4.4) (4.5) (4.6) (4.7) (4.8) (4.9)

Dari persamaan (4.1)-(4.9), diketahui nilai optimum G(y, ) dari tahap kedua masalah (4.3)-(4.8)
merupakan fungsi dari keputusan tahap pertama variabel y. Nilai optimum G(y, ) juga merupakan
realisasi dari = (q, h, d, s), sebagai parameter yang tidak pasti.

Permasalahan utama dari model formulasi matematika deterministik untuk stokastik dua tahap di
atas, yakni dari persamaan (4.1)-(4.9) ialah pada variabel keputusan yang mewakili keberadaan
simpul (sumber/tujuan) yang berbeda dari desain tiga level rantai suplai. Model pada persamaan
(4.1)-(4.9) dianggap sebagai variabel tahap pertama seperti yang diasumsikan bahwa keputusan
harus diambil pada tahap desain sebelum parameter tidak pasti dijelaskan. Dimana variabel
keputusan berhubungan dengan jumlah produk yang akan diproduksi di pabrik. Kemudian, pada
produk - produk yang akan disimpan di gudang, aliran dari material yang diangkut ke

1 / 56

Pendekatan Program Stokastik Dua Tahap Multi Objektif Untuk Desain Rantai Suplai Dengan
Mempertimbangkan Risiko

Anda mungkin juga menyukai