Anda di halaman 1dari 9

Kurikulum 2006/2013

sosiologi
PENGENDALIAN SOSIAL

KELAS X SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006 & Kurikulum 2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami pengertian dan fungsi pengendalian sosial.
2. Memahami klasifikasi pengendalian sosial.
3. Memahami agen pengendalian sosial.
4. Memahami cara-cara pengendalian sosial dan akibat tidak berfungsinya pengendalian
sosial.

A. Pengendalian Sosial
1. Pengertian Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah segala sesuatu, baik metode maupun proses, yang
dipergunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, atau
memaksa individu atau kelompok masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan
nilai dalam masyarakat sehingga terbentuk ketertiban dan tidak terjadi pembangkangan
yang dilakukan oleh anggota-anggotanya. Jadi, secara singkat pengertian pengendalian
sosial adalah pengawasan terhadap individu atau kelompok yang dimaksudkan agar
peran individu atau kelompok sesuai dengan nilai dan norma yang diharapkan masyarakat.
Berikut adalah pendapat menurut ahli tentang pengertian pengendalian sosial.
a. Joseph S. Roucek
Pengendalian sosial adalah segala proses, baik direncanakan maupun tidak, yang
bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga masyarakat agar memenuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.
b. Peter L. Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
menertibkan anggotanya yang menyimpang.
c. Bruce J. Cohen
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk
mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak
kelompok atau masyarakat luas tertentu.

2. Ciri-Ciri Pengendalian Sosial


Pengendalian sosial memiliki ciri berikut.
a. Suatu cara, metode atau teknik tertentu terhadap masyarakat.
b. Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dan perubahan-perubahan yang
terus terjadi di dalam suatu masyarakat.
c. Dapat dilakukan oleh suatu kelompok dan individu.
d. Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah
pihak.

3. Fungsi Pengendalian Sosial


Berikut fungsi pengendalian sosial.
a. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial
Penanaman keyakinan terhadap norma sosial yang baik sangat diperlukan dalam
rangka keberlangsungan tatanan masyarakat. Berikut cara yang dapat dilakukan.
1.) Melalui lembaga pendidikan sekolah dan lembaga keluarga.

2.) Melalui sugesti sosial yang dilakukan dengan memengaruhi alam pikiran
seseorang melalui cerita-cerita dongeng maupun kisah-kisah nyata dari tokoh-
tokoh terkenal.

b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma


Imbalan dapat berupa pujian dan penghormatan, hingga pemberian hadiah
berupa materi. Tujuan pemberian imbalan agar anggota masyarakat tetap melakukan
perbuatan yang baik dan senantiasa memberikan contoh yang baik kepada orang di
sekitarnya.

2
c. Mengembangkan rasa malu
Budaya malu berkenaan dengan harga diri. Harga diri akan turun jika seseorang
melakukan kesalahan yang melanggar norma-norma di dalam masyarakat.
Masyarakat akan mencela setiap anggotanya yang melakukan pelanggaran terhadap
norma. Celaan itu dengan sendirinya akan menciptakan kesadaran untuk tidak
mengurangi pelanggaran tersebut. Bila setiap perbuatan pelanggaran norma dicela,
dengan sendirinya akan timbul budaya malu dalam diri seseorang.

d. Mengembangkan rasa takut


Perasaan takut akan mengarahkan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan
yang dinilai mengandung risiko. Dengan demikian orang akan berkelakuan baik dan
taat pada tata kelakuan atau adat istiadat karena sadar perbuatannya menyimpang
dan dapat merugikan orang lain.

e. Menciptakan sistem hukum


Sistem hukum merupakan aturan yang disusun secara resmi dan disertai aturan
tentang ganjaran atau sanksi tegas yang harus diterima oleh seseorang yang
melakukan penyimpangan (pelanggaran).

B. Klasifikasi dan Tujuan Pengendalian Sosial


1. Klasifikasi Pengendalian Sosial Berdasarkan Sifatnya
a. Preventif
Pengendalian sosial preventif adalah usaha yang dilakukan sebelum terjadi
pelanggaran atau bertujuan mencegah terjadinya pelanggaran. Pengendalian sosial
preventif biasanya berupa nasehat, anjuran, dan larangan atau perintah.

b. Represif
Pengendalian sosial represif adalah usaha yang dilakukan saat suatu pelanggaran
terjadi yang ditujukan untuk memulihkan keadaan kepada situasi semula, seperti
sebelum pelanggaran itu terjadi. Pengendalian sosial secara represif dilakukan
dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran yang
dilakukan.

c. Kuratif/Kurasif
Pengendalian sosial kuratif/kurasif adalah pengendalian sosial yang dilakukan
setelah terjadi tindak penyimpangan sosial. Tindakan ini ditujukan untuk
memberikan penyadaran kepada para pelaku penyimpangan agar dapat menyadari
kesalahannya dan mau memperbaiki dan di kemudian hari tidak mengulanginya.

3
2. Klasifikasi Pengendalian Sosial Berdasarkan Caranya
a. Persuasif
Pengendalian sosial persuasif ditekankan pada usaha untuk mengajak atau
membimbing. Orang yang melakukan pelanggaran diberikan pengertian, diajak
berdialog tentang tindakan yang dilakukan dan diajak untuk meninggalkan tindakan
yang menyimpang itu. Cara ini akan berhasil kalau ada keterbukaan dari pelaku
pelanggaran sosial.

b. Koersif
Pengendalian sosial koersif dilakukan dengan kekerasan atau paksaan. Cara ini
sering dilakukan di dalam masyarakat yang keadaannya berubah-ubah. Namun, cara
ini sangat berbahaya karena kekerasan/paksaan akan menimbulkan respons negatif
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengendalian sosial dengan cara kekerasan dibagi menjadi dua.
1.) Kompulsi (paksaan) merupakan keadaan yang sengaja diciptakan sehingga
seseorang terpaksa menuruti atau mengubah sifatnya dan menghasilkan suatu
kepatuhan yang sifatnya tidak langsung.
2.) Pervasi (pengisian) merupakan cara penanaman atau pengenalan norma
secara berulang-ulang dengan harapan hal yang berulang-ulang ini akan
masuk dalam kesadaran seseorang sehingga orang akan mengubah sikapnya
sesuai dengan yang diinginkan.

3. Tujuan Pengendalian Sosial


Tujuan pengendalian sosial dalam masyarakat sebagai berikut.
a. Mengurangi tindak penyimpangan sosial.
b. Mewujudkan ketenteraman dan keserasian dalam masyarakat.
c. Pelaku menyadari kesalahannya dan memperbaiki tingkah lakunya.
d. Pelaku penyimpangan dapat kembali mematuhi norma-norma yang berlaku.
e. Masyarakat dapat mematuhi nilai dan norma sosial, baik dengan kesadaran sendiri
maupun dengan paksaan.

C. Agen Pengendalian Sosial


1. Lembaga-Lembaga dalam Pengendalian Sosial
Lembaga-lembaga yang berfungsi dalam pengendalian sosial.
a. Lembaga keluarga
Keluarga merupakan lembaga pengendalian sosial primer yang merupakan tempat

4
pertama membentengi anggota keluarga atau anggota masyarakat untuk tidak
melakukan penyimpangan sosial.

b. Lembaga kepolisian
Kepolisian merupakan badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan
dan ketertiban umum, termasuk juga menangkap orang-orang yang melanggar
undang-undang atau peraturan yang berlaku. Sesuai dengan peran kepolisian
sebagai penjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, maka polisi memiliki
tugas-tugas penting untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan
dalam masyarakat.

c. Lembaga peradilan
Pengadilan merupakan salah satu badan atau organisasi yang dibentuk oleh negara
untuk mengurus dan mengadili perselisihan-perselisihan hukum.

d. Lembaga adat
Adat istiadat berisi nilai, norma, kaidah sosial yang dipahami, diakui, dijalankan,
dan dipelihara terus-menerus. Oleh sebab itu, istilah adat istiadat sama artinya
dengan sistem nilai budaya. Adat istiadat sebenarnya adalah hukum. Unsur
pembentukannya adalah pembiasaan dalam kehidupan secara terus-menerus dan
menjadi kelaziman yang dilakukan dalam waktu yang lama. Sebagai hukum,
adat mengendalikan perilaku agar tidak menyimpang. Adat memiliki tingkatan
berikut.
1.) Mode adalah adat yang lazim berisi kebiasaan-kebiasaan dan bersifat
sementara, misalnya pakaian dan kesenian.
2.) Tradisi adalah adat yang melembaga dan sudah berjalan lama secara turun-
temurun.
3.) Upacara adalah adat istiadat yang dipakai dalam merayakan hal-hal resmi.
4.) Etiket adalah tata cara dalam masyarakat dan sopan santun dalam upaya
memelihara hubungan baik antara sesama manusia.
5.) Folkways adalah adat kebiasaan yang dijalankan dalam masyarakat sehari-hari
karena dianggap baik dan menyenangkan.
e. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah seseorang yang memiliki pengaruh besar, dihormati,
dan disegani dalam suatu masyarakat karena aktivitasnya, kecakapannya, dan sifat-
sifat tertentu yang dimilikinya. Seorang tokoh tidak saja diminati nasihat dan
petunjuknya tentang hubungan dalam masyarakat, tetapi juga mengawasi
pelaksanaan tingkah laku masyarakatnya, bahkan ada yang memiliki wewenang

5
memberikan hukuman sesuai adat setempat.

6
f. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang mengawasi seluruh aktivitas
siswa di lingkungan sekolah melalui peraturan yang ditetapkan. Lembaga sekolah
berfungsi sebagai sarana menanamkan nilai dan norma dalam masyarakat serta
mengajak siswa tidak melakukan perilaku menyimpang.

g. Lembaga media massa


Lembaga media massa berperan sebagai alat pengendalian sosial dengan
mengawasi seluruh kegiatan masyarakat dan pemerintah melalui sajian informasi.
Melalui media massa diharapkan publik dapat menilai serta melakukan pengawasan
lebih lanjut.

2. Cakupan Pengendalian Sosial


Berdasarkan siapa yang mengawasi dan siapa yang diawasi pengendalian sosial
dibedakan sebagai berikut.
a. Pengawasan dari individu terhadap individu. Contohnya Si A sebagai individu,
menegur Si B, sahabatnya, supaya tidak melakukan pelanggaran terhadap rambu-
rambu lalu lintas. Dari kasus di atas, Si A telah melakukan pengendalian sosial.
b. Pengawasan dari individu terhadap kelompok. Pengendalian sosial jenis ini terjadi,
misalnya ketika seorang guru sedang mengawasi ujian yang sedang dikerjakan oleh
para siswa. Dalam hal ini guru melakukan pengendalian sosal terhadap kelompok.
c. Pengawasan kelompok terhadap kelompok. Pengawasan model ini misalnya terjadi
dalam peristiwa DPR RI dalam acara dengar pendapat dengan Menteri Kehutanan
dan staf Departemen Kehutanan yang meminta agar pengawasan hutan benar-
benar ditingkatkan sehingga penebangan hutan secara liar tidak terulang kembali.
d. Pengawasan dari kelompok terhadap individu. Contohnya, partai melakukan
tindakan tegas memecat anggotanya karena terlibat kasus korupsi.

3. Mengidentifikasi Cara Pengendalian Sosial


a. Pengendalian sosial formal
Pengendalian sosial secara formal dilakukan secara sadar dan berkesinambungan
dalam membentuk perilaku individu berdasarkan nilai dan norma sosial.
Pengendalian sosial formal cenderung dilakukan melalui lembaga pendidikan dan
hukum seperti sekolah, kepolisian, dan pengadilan.

b. Pengendalian Sosial Informal


Pengendalian sosial informal cenderung dilakukan oleh masyarakat tradisional
melalui desas desus, pengucilan, fraundulens, teguran, dan intimidasi.

7
D. Pengendalian Sosial Sebagai Pencegah dan Penanggulangan Penyimpangan
Sosial
1. Bentuk Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain gosip atau desas-
desus, teguran, ostrasisme, intimidasi, fraundulens, hukuman, pendidikan, dan agama
untuk mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang.
a. Gosip (desas-desus)
Bentuk pengendalian sosial desas-desus atau gosip adalah berita yang menyebar
secara cepat dan tidak berlandaskan pada fakta atau kenyataan. Gosip biasanya
terjadi ketika kritik sosial secara terbuka tidak dapat dilontarkan. Gosip dapat
tersebar melalui media massa atau dari pembicaraan dari mulut ke mulut. Isi gosip
tidak harus benar tetapi yang penting adalah gosip dapat membuat orang yang
melakukan penyimpangan sadar akan perbuatannya dan kembali kepada perilaku
yang normal dalam masyarakat.

b. Teguran
Teguran adalah salah satu bentuk pengendalian sosial yang dilakukan masyarakat
pada anggotanya yang dianggap melakukan pelanggaran yang telah disepakati
bersama dengan cara ditegur atau diingatkan.

c. Ostrasisme
Ostrasisme dapat diartikan pengucilan. Individu yang melakukan penyimpangan
tetap diperkenankan bekerja sama dengan anggota masyarakat lain, tetapi tidak
diajak berkomunikasi oleh anggota masyarakat lainnya.

d. Intimidasi
Intimidasi adalah salah satu bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan
cara menekan, memaksa, mengancam atau menakut-nakuti. Dengan intimidasi,
maka orang yang melakukan penyimpangan atau pelanggaran menjadi takut
sehingga akhirnya akan mengakui pelanggarannya.

e. Fraundulens
Fraundulens adalah pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan kepada
pihak lain yang dianggap dapat mengatasi masalah. Contohnya si A dan si B
bertengkar. Jika si A lebih lemah dari si B, maka si A akan meminta bantuan
kakaknya yang kuat dan berani mengalahkan lawannya untuk membantu si A.
Dengan cara demikian, maka pihak lawan (si B) tidak mau melakukan perbuatan
yang menentangnya.

8
f. Sanksi (hukuman)
Sanksi berisikan hukuman bagi mereka yang melakukan pelanggaran. Hukuman
tersebut mencakup kegiatan untuk memulihkan keadaan dalam arti yang sempit.
Hukuman dalam arti sempit mencakup hukuman pidana, perdata, dan administratif.
Hukuman pidana seyogyanya dicantumkan sebagai usaha terakhir. Hukuman pidana
dapat berupa hukuman fisik, seperti kurungan dan denda.

g. Pendidikan
Pendidikan baik formal maupun informal merupakan salah satu pengendalian
sosial yang telah melembaga. Baik pada masyarakat sederhana maupun modern.
Pendidikan dalam keluarga mengajari anak berperilaku sesuai dengan nilai dan
norma sosial.

h. Agama
Kesucian agama terletak pada ajarannya yang dipandang sakral oleh para
pemeluknya. Pelanggaran terhadap agama akan menimbulkan rasa bersalah
dalam diri pelanggarnya. Setiap pemeluk suatu agama yang taat akan menyatakan
kebenaran ajaran agamanya masing-masing. Suatu aturan hukum atau norma
tertentu yang bersumber pada ajaran agama lazimnya lebih banyak dijadikan
pedoman bertindak yang senantiasa dipatuhi.

2. Akibat Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial


Lembaga pengendalian sosial mempunyai tugas mengatur anggota agar tidak terjadi
perilaku menyimpang. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita menjumpai lembaga-
lembaga pengendalian sosial yang tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Akibat yang dapat ditimbulkan karena lembaga pengendalian sosial tidak berfungsi
adalah timbulnya masalah-masalah sosial akibat perilaku menyimpang, antara lain:
a. kerusuhan atau kekacauan dalam masyarakat,
b. maraknya perilaku menyimpang khususnya tindak kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai