Anda di halaman 1dari 3

Sistem Pengendalian Sosial

A. Pengertian
Menurut Joseph S. Roucek, pengendalian sosial adalah segala proses, baik
direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa
masyarakat agar memenuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Pendapat
kedua mengenai pengendalian sosial ialah pendapat dari Peter L. Berger. Menurutnya,
pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan
anggotanya yang menyimpang. Lalu, pendapat ketiga dikemukakan oleh Bruce J. Cohen.
Menurut Cohen, pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk
mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok
atau masyarakat luas tertentu. Bila disimpulkan, pengendalian sosial adalah pengawasan
terhadap individu atau kelompok sesuai dengan nilai dan norma yang diharapkan
masyarakat.

B. Ciri-ciri Pengendalian Sosial


Mengidentifikasi suatu hal termasuk ke dalam pengendalian sosial dapat dilihat
melalui ciri-cirinya. Pertama, pengendalian sosial bekaitan dengan suatu cara, metode,
atau teknik tertentu terhadap masyarakat. Kedua, pengendalian sosial bertujuan mencapai
keserasian antara stabilitas dan perubahan-perubahan yang terus terjadi di dalam suatu
masyarakat. Ciri ketiga, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok
dan/atau individu. Serta, ciri keempat, pengendalian sosial dilakukan secara timbal balik
meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak.

C. Fungsi Pengendalian Sosial


1. Untuk mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial. Penanaman
keyakinan ini sangat diperlukan dalam rangka keberlangsungan tatanan masyarakat.
Cara untuk mempertebal keyakinan itu ialah melalui lembaga pendidikan sekolah,
lembaga keluarga, dan melalui sugesti sosial.
2. Memberikan imbalan kepada pihak yang menaati norma sosial dalam masyarakat.
Imbalan itu dapat berupa pujian dan penghormatan, hingga pemberian hadiah dalam
bentuk materi. Tujuan imbalan itu agar anggota masyarakat tetap melakukan
perbuatan yang baik dan senantiasa memberikan contoh yang baik kepada orang di
sekitarnya.
3. Fungsi ketiga yakni mengembangkan rasa malu. Budaya malu berkenaan dengan
harga diri. Harga diri akan turun jika seseorang melakukan kesalahan yang melanggar
norma-norma sosial di dalam masyarakat. Setiap pelanggar norma-norma tersebut
akan mendapat celaan dari masyarakat. Celaan itu akan menciptakan kesadaran untuk
tidak melanggar. Bila setiap perbuatan pelanggaran norma dicela, maka otomatis akan
timbul budaya malu dalam diri seseorang.
4.  Fungsi keempat yakni mengembangkan rasa takut. Perasaan takut akan mengarahkan
seseorang untuk tidak melakukan perbuatan atau tindakan yang dinilai mengandung
risiko. Dengan begitu, orang akan berkelakuan baik dan taat pada tata kelakuan atau
adat istiadat karena sadar perbuatannya menyimpang dan dapat merugikan orang lain.
5.  Fungsi kelima yaitu menciptakan sistem hukum. Untuk tercapai sebuah keselarasan
dalam masyarakat maka dibutuhkan suatu sistem hukum yang berlaku dalam lingkup
masyarakat tersebut. Sistem hukum itu merupakan aturan yang disusun secara resmi
dan disertai aturan tentang ganjaran atau sanksi tegas yang harus diterima oleh
seseorang yang melakukan penyimpangan (pelanggaran).

D. Klasifikasi Pengendalian Sosial


I. Klasifikasi Pengendalian Sosial Berdasarkan Sifatnya
Berdasaarkan sifatnya, klasifikasi pengendalian sosial terbagi menjadi tiga, yakni
preventif, represif, dan kuratif/kurasif.
 Pengendalian sosial preventif adalah usaha yang dilakukan sebelum terjadi
pelanggaran atau bertujuan mencegah terjadinya pelanggaran. Pengendalian
sosial ini biasanya berupa nasehat, anjuran, dan larangan atau perintah.
 Pengendalian sosial represif adalah usaha yang dilakukan saat suatu
pelanggaran terjadi yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sedia
kala, seperti sebelum terjadinya pelanggaran. Pengendalian sosial ini dilakukan
dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran
yang dilakukan.
 Pengendalian sosial kuratif/kurasif adalah pengendalian sosial yang dilakukan
setelah terjadi tindak penyimpangan sosial. Tindakan kuratif/kurasif ditujukan
untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku penyimpangan agar dapat
menyadari kesalahannya dan mau memperbaiki sehingga di kemudian hari
tidak mengulanginya.

II. Klasifikasi Pengendalian Sosial Berdasarkan Caranya


Klasifikasi pengendalian sosial berdasarkan caranya terbagi menjadi dua, yakni
persuasif dan koersif.
Pengendalian sosial persuasif ditekankan pada usaha untuk mengajak atau
membimbing. Misalnya orang yang melakukan tindakan pencurian akan diberi
pengertian, diajak berdialog tentang tindakannya dan diajak untuk kembali ke jalan
yang benar. Cara ini biasanya akan berhasil kalau ada keterbukaan dari pelaku
pelanggaran.
Berbeda dengan persuasif, pengendalian sosial koersif dilakukan dengan
kekerasan atau paksaan. Cara tersebut sering dilakukan dalam masyarakat yang
keadaannya berubah-ubah. Akan tetapi, cara koersif sangat berbahaya lantaran
kekerasan atau paksaan akan menimbulkan respon negatif, baik secara langsung
maupun tak langsung. Pengendalian koersif (kekerasan) ini pun terbagi lagi jadi dua
jenis, yakni kompulsi dan pervasi. Kompulsi atau paksaan merupakan keadaan yang
sengaja diciptakan sehingga seseorang terpaksa menuruti atau mengubah sifatnya
hingga menghasilkan suatu kepatuhan yang sifatnya tidak langsung. Lalu, pervasi
atau pengisian merupakan cara penanaman atau pengenalan norma secara berulang-
ulang dalam kesadaran seseorang sehingga orang akan mengubah sikapnya sesuai
dengan yang diinginkan.

E. Tujuan Pengendalian Sosial


1. Mengurangi tindak penyimpangan sosial.
2. Mewujudkan ketenteraman dan keserasian dalam masyarakat.
3. Membuat pelaku menyadari kesalahannya dan memperbaiki tingkah lakunya.
4. Membuat pelaku penyimpangan dapat kembali mematuhi norma-norma yang
berlaku.
5. Membuat masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial, baik dengan kesadaran
sendiri maupun dengan paksaan

Anda mungkin juga menyukai