Anda di halaman 1dari 15

[Type here]

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS P3A2 DENGAN KASUS


ABORTUS INCOMPLET DI RUANG MELATI RSUD DEPATI
BAHRAIN SUNGAI LIAT
TAHUN 2022

Disusun Oleh :
Ervan Efendi
22300015

Preseptor Klinik:
Dina Delvin Anggriani, S.Keb.,Bd
Ns. Fiesta Erlysativani, S.Kep

Preseptor Akademik:
Ns. Arjuna, M. Kep., Sp.Kep.K

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2022/2023
[Type here]

A. TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Penyakit

1. Definisi Abortus Incomplit

Abortus atau yang sering dikenal dengan keguguran merupakan kematian

janin dalam kandungan pada kehamilan yang usianya kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram,sedangkan menurut WHO/FIGO,abortus adalah

usia kehamilan yang kurang dari 22 minggu berat janin tidak diketahui, salah satu

abortus yang sering terjadi adalah abortus inkomplit. Abortus inkomplit

merupakan Pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum 20 minggu dengan

masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Biasanya perdarahan yang terjadi

pada abortus inkomplit ini banyak sekali disertai dengan

kontraksi,kanalisservikalis dan tidak berhenti sebelum dilakukan tindakan

kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi (Sari & Prabowo, 2018). Abortus

Inkomplit adalah salah satu jenis keguguran yang ditandai dengan pengeluaran

sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum usia 20 minggu dengan masih

ada sisa yang tertinggal di dalam uterus (Ekasari & Natalia, 2019).

Abortus Inkomplit adalah salah satu jenis keguguran yang ditandai dengan

pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum usia 20 minggu

dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus (Ekasari & Natalia, 2019).

2. Penyebab Abortus Incomplit

Menurut buku Protokol forHigh- RiskPregnancies yang ditulis John T.

Queenan, MD., pasien dengan abortus 50% tidak diketahui penyebabnya. Faktor-

faktor yang meyebabkan abortus inkomplit (Duhita, 2014).

a. Faktor fetal Keguguran pada hamil muda disebabkan abnormalitas zigot, atau

plasenta. Selain itu abnormalitas pada kromosom, abnormalitas kromosom

diturunkan dari gen kedua orang tuanya. Sekitar 95 % dari kelainan

kromosom disebabkan oleh kegagalan gametogenesis. Autosomaltrisomi

adalah kelainan kromosom yang paling sering ditemukan pada abortus


[Type here]

trimester awal. Adanya riwayat abortus sebelumnya akan meningkatkan

risiko fetalaneuploidy dari 1 % menjadi 2%. Kelainan monosomy X akan

menyebabkan sindrom Turner, dimana biasanya mengalami keguguran dan

kemungkinan kecil janin tidak akan bertahan sampai TM 3. Triploid sering

dihubungkan dengan Mola Hidatidosa parsial. Janin dengan jumlah

kromosom normal (Euploidy) (46 XY / XX) cenderung lebih lama daripada

janin dengan Aneuploidy.

b. Hubungan ibu dan janin bisa hancur oleh sel natural killer yang diaktivasi

oleh kekebalan yan dibuat oleh sistem imun termasuk masalah hormon dan

hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan oleh peningkatan antibodi

antikardiolipin yang mempunyai peran dalam merangsang keguguran. Faktor

lainnya disebabkan karena rokok, obat-obatan, stres, diet, faktor

lingkungan,dan infeksi.

c. Faktor Ibu Faktor ibu yang dapat menyebabkan keguguran yaitu ibu yang

mempunyai penyakit mendadak misalnya radang paru- paru, tipus perut,

radang ginjal, malaria. Selain itu toksin, bakteri dan virus juga dapat

menyebabkan kematian janin melalui plasenta.

3. Anatomi dan Fisiologi

1. Vagina
[Type here]

Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna.

Introitus vaginae tertutup pada himen (selaput dara), suatu lipatan selaput

setempat. Pada seorang virgo selaput daranya masih utuh, dan lubang selaput

dara (hiatus himenalis) umumnya hanya dapat dilalui oleh jari kelingking.

Pada koitus pertama himen robek di beberapa tempat dan sisanya dinamakan

karunkulae mirtiformes. Bentuk lain yang ditemukan pada himen ialah hymen

kribriformis (menunjukkan beberapa lubang), himen septus, dan sebagainya;

kadang-kadang himen tertutup sama sekali (himen imperforatus). Besarnya

lubang himen tidak menentukan apakah wanita tersebut masih virgo atau

tidak. Hal ini baik diketahui sehubungan dengan kedokteran kehakiman. Di

Indonesia keutuhan selaput dara pada seorang gadis/virgo masih dihargai

sekali; maka selayaknya para dokter memperhatikan hal ini. Pada seorang

gadis yang memerlukan pemeriksaan ginekologik sebaiknya dilakukan

pemeriksaan rektal. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm,

sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir bawah simfisis ke

Promontorium. Arah ini penting diketahui jika memasukkan jari ke dalam

vagina pada pemeriksaan ginekologik. Pada pertumbuhan janin dalam uterus

2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus Miilleri (asal dari entoderm),

sedangkan 1/3 bagian bawahnya dari lipatan-lipatan ektorderm. Hal ini

penting diketahui dalam menghadapi kelainan-kelainan bawaan. Epitel vagina

terdiri atas epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak

mengandung kelenjar, akan tetapi dapat mengadakan transudasi. Pada anak

kecil epitel itu amat tipis, sehingga mudah terkena infeksi, khususnya oleh

gonokokkus. Mukosa vagina berlipat-lipat horisontal; lipatan itu dinamakan

ruga di tengah-tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang lebih

mengeras, disebut kolumna rugarum. Ruga-ruga jelas dapat dilihat pada VS

bagian distal vagina pada seorang virgo atau nullipara, sedang pada seorang

multipara lipatan-lipatan untuk sebagian besar hilang. Di bawah epitel vagina

terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah


[Type here]

jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang serupa dengan susunan

otot usus. Sebelah luar otot-otot terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan

berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usianya. Di sebelah depan

dinding vagina bagian bawah terdapat urethra sepanjang 2,5-4 cm. Bagian atas

vagina berbatasan dengan kandung kencing sampai ke forniks vaginae

anterior. Dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks

posterior yang jauh lebih luas daripada forniks anterior. Di samping kedua

forniks itu dikenal pula forniks lateralis sinistra dan dekstra. Umumnya

dinding depan dan belakang vagina dekat mendekati. Pada wanita yang telah

melahirkan anak, pada kedua dinding vagina sering ditemukan tempat yang

kondor dan agak merosot (sistokele dan rektokele). Pada seorang virgo

keadaan ini jarang ditemukan.

2. Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah

peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di

tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus

uteri (% bagian atas) dan serviks uteri (VS bagian bawah). Di dalam korpus

uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar melalui saluran

(kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang

terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri),

sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis

uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri.

Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri

masuk ke uterus.Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang

merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang

sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.

Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berrelaksasi.

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut

endometrium.Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjarkelenjar, dan


[Type here]

stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di

korpus uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok;

kelenjar- kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan

dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium.

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam

anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina,

sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120°-130° dengan

serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus

uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan

pengobatan. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-

beda dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1 : 2, sedangkan

pada wanita dewasa 2:1. Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum

viserale).Jadi, dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa

atau perimetrium miometrium, dan endometrium.Uterus mendapat darah dari

arteria uterina, ranting dari arteria iliakainterna, dan dari arteria ovarika.

3. Tuba

Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal — seperti juga uterus — dari

duktus Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di

dinding uterus dinamakan pars intertisialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat

pars isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral

lagi pars ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10 mm) dan mempunyai

ujung terbuka menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar

tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari

ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot

longitudinal dan otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa yang

berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian

ampulla. Mukosa Tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang

mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan yang bersekresi. Yang


[Type here]

bersekresi mengeluarkan getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya

menimbulkan suatu arus ke arah kavum uteri.

4. Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di

kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.Ovarium

berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium.Pembuluh

darah ke ovarium melalui ligamentum Suspensorium ovarii (ligamentum

infundibulopel- vikum). Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum

latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh

peritoneum.Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus

ovarii). Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium.

Lipatan yang menghubung- kan lapisan belakang ligamentum latum dengan

ovarium dinamakan mesovarium. Bagian ovarium yang berada di dalam

kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-silindrik, disebut epithelium

germinativum.Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan di bawahnya

lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel primordial.Pada wanita

diperkirakan terdapat banyak folikel.Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang

dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini

merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks

ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat

perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu korpus luteum

lapisan sel-sel saja sampai folikel de Graaf yang matang.Folikel yang matang

ini terisi dengan likuor follikuli yang mengadung estrogen, dan siap untuk

berovulasi. Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya

750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi

folikel- folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun
[Type here]

159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45

hanya 34.000. Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.

5. Vulva

Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar

vulva dilingkari oleh labia majora (bibir besar) yang ke belakang menjadi satu

dan membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya

terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari

bibir besar ditemukan bibir kecil (labia minora) yang ke arah perineum

menjadi satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan frenulum

ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri dekat pada fossa navikulare ini

dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran kedua glandulae Bartholini

bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu dan membentuk prepusium

klitoridis dan frenulum klitoridis. Di bawah prepusium klitoridis terletak

klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bawah klitoris terdapat orifisium urethrae

eksternum (lubang kemih). Di kanan kiri lubang kemih ini terdapat dua lubang

kecil dari saluran yang buntu.(Mulyaningasih, 2013).

4. Manifestasi Klinik

a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.

b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran

menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat

dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

c. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

d. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus

5. Patofisiologi

Dimulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan placenta, yang

menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan oksigen dan nutrisi, bagian

ini oleh uterus dianggap sebagai benda asing sehingga uterus berkontraksi untuk

mengeluarkannya.

Faktor Proses Pembuahan Tumbuh


Predisposis dan
i berkemban
- Fakt
[Type here]

Lahir Normal

Kurang informasi Defisiensi/kirang


yang benar dan tepat pengetahuan
Tumbuh tidak diluar kavum uteri/kehamilan (di uterus, ovarium,
intraligamenter, abdominal, kombinasi, tuba dan servikal

Hasil konsepsi mati Terjadi abosrtus/ruptir lalu Rupture dindinf


dini dan diresorbsi masuk ke tuba, lumen tuba uterus, ovarium/sesuai
letak implantasi

Lisis pada laporan uterus Terjadi perdarahan


yang sudah disiapkan Trauma kecil seperti
pembukaan pembuluh darah koitus, vaginal toucher
untuk implantasi

Terjadi Pelepasan Mugidah Perdarahan


perdarahan/dianggap
terlambat haid

Pelepasan sempurna Pelepasan tidak sempurna Pembedahan/operas

Risiko perdarahan
Pelepasan terus ansietas
berlangsung

Tuba membesar dan


Kekurangan volume kebiruan/hepatosalping
cairan

Pelepasan histamin, Nyeri


prostaglandin

6. Komplikasi

Komplikasi akibat abortus inkomplit antara lain : Perdarahan,Perforasi,

syok, infeksi sampai dengan kematian. Perdarahan bisa dihentikkan dengan cara

melakukan tindakan kuret, yang tujuan untuk membersihkan jaringan yang tersisa

di uterus. kemudian perforasi dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hireretrofleksi. saat tejadi perforasi laparotomi segera dilakukan untuk

menentukkan luasnya perlukaan yang terjadi. Selain itu infeksi genetalia eksterna

yaitu staphylococci, sedangkan pada vagina ada lactobacili. Selain itu komplikasi
[Type here]

dapat terjadi kematian, kematian ibu sekitar 60 hingga70 % disebabkan oleh

perdarahan, abortus berkontribusi terhadap kematian sekitar 15 % (Leveno,

2016).

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil

konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.

b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

c. Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan

adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan

2-3 minggu setelah abortus.

2) Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih

hidup.

3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

4) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus

submukosa dan anomali kongenital.

5) BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau

tidak gangguan glandula thyroidea

6) Psiko Analisa

7) Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

8. Penatalaksanaan Medis
[Type here]

1. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis

atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.

2. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan

ergometrin 0,2 mg intramuscular.

3. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka lakukan

pengeluaran plasenta secara manual.

4. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

5. dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding

6. Pada pasien menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan

pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.

II. Konsep Asuhan Keperawatan Abortus Incomplit

1. Pengkajian

Pada anamnesis yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
dan riwayat terdahulu Riwayat kesehatan klien, yang terdiri atas : Riwayat penyakit
sekarang, Riwayat pembedahan, Riwayat penyakit yang pernah dialami, Riwayat
penyakit keluarga, Riwayat kehamilan, Riwayat seksual, Riwayat pemakaian obat,
Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan baik sebelum dan saat sakit,
Pemeriksaan Fisik

2. Diganose Keperawatan

Menurut Lowdermilk (2013) dan SDKI (2016) diagnosa keperawatan


yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
a. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan akibat
keguguran, kehilangan cairan aktif
b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan
3. Intervensi Keperawatan

Menurut Wilkinson (2011) Intervensi keperawatan yaitu :


a. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan akibat
keguguran, kehilangan cairan aktif
[Type here]

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan


hipovolemia tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah siastole 110-120
MmHg, diastole 80-85 MmHg, Nadi 60-80 x/menit, Pernapasan 12-20
x/menit, Suhu 36,5˚c-37,5˚c.
2. Akral hangat, tidak keluar keringet dingin
3. Mukosa bibir lembab
4. Tugor kulit elastis
5. Perdarahan kurang dari 100cc.

Intervensi keperawatan :
a. Mandiri :
1) Kaji perdarahan pervagina : warna, jumlah pembalut yang digunakan,
derajat aliran dan banyaknya
2) Kaji adanya gumpalan darah
3) Kaji adanya tanda-tanda gelisah, taki kardia, hipertensi dan kepucatan
4) Observasi tanda-tanda vital
5) Kaji input dan output pasien
b. Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan dokter dalam monitor nilai HB dan Hematokrit
klien
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena

b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan rasa
nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah siastole 110-120
MmHg, diastole 80-85 MmHg, Nadi 60-80 x/menit, Pernapasan 12-20
x/menit, Suhu 36,5˚c-37,5˚c.

Intervensi keperawatan :
a. Mandiri :
[Type here]

1) Kaji rasa sakit dan karakteristik, termasuk kualitas waktu lokasi dan
intensitas nyeri dengan menggunakan rentang intensitas pada skala 0-10
2) Berikan lingkungan yang nyaman pada pasien dalam ruangan
3) Observasi tanda-tanda vital
4) Lakukan tindakan yang membuat klien merasa nyaman seperti ganti posisi,
teknik relaksasi
b. Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien
dapat melakukan aktifitas sesuai dengan toleransinya
Kriteria hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
pernapasan dan nadi
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan darah siastole 110-120
MmHg, diastole 80-85 MmHg, Nadi 60-80 x/menit, Pernapasan 12-20
x/menit, Suhu 36,5˚c-37,5˚c.

Intervensi keperawatan Mandiri:


1) Anjurkan pasien agar bedrest
2) Observasi tekanan darah, nadi dan pernapasan
3) Beri informasi untuk tidak melakukan hubungan seksual selama pasien masih
merasa nyeri dan belum siap
4) Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas fisik atau mengangkat beban
yang cukup berat
5) Anjurkan klien untuk tetap rileks dalam menghadapi abortus
6) Bantu klien dalam aktivits perawatan diri : personal hygiene.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang diharapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Suarni, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang


kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
[Type here]

mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan (Suarni, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. M., & Sayono. (2015). Faktor Risiko Kejadian Abortus (Studi di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang). J. Kesehat. Masy. Indones., 10(1), 23–29.

Amita, D., Fernalia, & Yulendasari, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam

TerhadapIntensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit

Bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 26–28.

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/124/69

Anitasari, B. (2014). Aplikasi Teori Keperawatan Need for Help Wiedenbach Dan Social

Support Pada Kasus Abortus Inkomplit.

Apriliana, A. (2019). Pengaruh Terapi Murotal Ar-Rahman Terhadap Penurunan Intensitas

Nyeri pada Pasien Post Operasi Caesar di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto. 44(12), 2–8.

Çelik, A., Yaman, H., Turan, S., Kara, A., Kara, F., Zhu, B., Qu, X., Tao, Y., Zhu, Z.,

Dhokia, V., Nassehi, A., Newman, S. T., Zheng, L., Neville, A., Gledhill, A., Johnston,

D., Zhang, H., Xu, J. J., Wang, G., … Dutta, D. (2018). faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Abortus Inkomplit RSIA Siti Khadijah 1 Makassar Tahun 2018.

Journal of Materials Processing Technology, 1(1), 1–8.

http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001

Di, A., Ungaran, R., & Tengah, J. (2017). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Abortus di RSUD Ungaran Jawa Tengah. 6(13), 1–11.

Duhita, F. (2014). Asuhan Kehamilan Berdasarkan Bukti (F. Husin (ed.); 1st ed.). Sagung

Seto.
[Type here]

Flow, P., Untuk, M., Self, P., & Concrete, C. (2017). Efektivitas Relaksasi Autogenik untuk

Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Kuretase.

Halder, M., Petsophonsakul, P., Akbulut, A. C., Pavlic, A., Bohan, F., Anderson, E., Maresz,

K., Kramann, R., & Schurgers, L. (2019). Vitamin K: Double bonds beyond coagulation

insights into differences between vitamin K1 and K2 in health and disease. International

Journal of Molecular Sciences, 20(4), 1–15. https://doi.org/10.3390/ijms20040896

Handa Gustiawan. (2019). Perbedaan Pengaruh Terapi Murottal selama 15 Menit dan 25

Menit terhadap penurunan Skala Nyeri pada Pasien Pasca Bedah. Αγαη, 8(5), 55.

Maliana, A. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di

ruang kebidanan rsud mayjend. hm. ryacudu kota bumi. Jurnal Kesehatan, VII(1), 17–

25.

Mayor, P. R. E. O., Meiza, A., Puspasari, D., Kardinah, N., VILDAYANTI, H., Puspitasari, I.

M., Sinuraya, R. K., Ifdil, D. F. A. &, Apriady, T., Yanis, A., & Yulistini, Y. (2018). the

Relationship Karakateristik and Family Support With Anxiety Levels of Patients Pre

Major Surgery. Farmaka, 5(1), 93. https://doi.org/10.24198/JF.V16I1.17446

Permana, B. (2021). The effectiveness of Al-Qur’an Murrotal Therapy on Reducing Pain

among Postoperative Patients: A Systematic Review. 7, 68– 70.

Pitriani, R. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di Rumah

Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(2),

83–87. https://doi.org/10.25311/keskom.vol2.iss2.50

Priscilla, V., Ningrum, D. C. R., & Fajria, L. (2012). Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi

Nafas Dalam dan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore pada Remaja SMA

Negeri 3 Padang. NERS Jurnal Keperawatan, 10(2), 187.

https://doi.org/10.25077/njk.8.2.187-195.2012

Purba, R. J. (2019). Perkembangan Asuhan Keperawatan Keluarga Di Indonesia.

https://doi.org/10.31227/osf.io/etzc3

Rosida, L., Imardiani, I., & Wahyudi, J. T. (2019). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik

Terhadap Kecemasan Pasien di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Pusri

Palembang. Indonesian Journal for Health Sciences, 3(2), 52.

Anda mungkin juga menyukai