Retno Pratiwi
(1000461221)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
Jl. Sriwijaya Pekalongan Telp :0285-421096 Website :www.unikal.ac.id
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang
telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai
kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat
seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang
terjadi pada cornu uteri.Jika di biarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
banyak dipakai.Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba,
khususnya di ampulla dan isthmus.Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan
oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur
sisi seberangnya.
B.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Tujuan
Untuk mengetahui definisi
Untuk mengetahui insiden
Untuk mengetahui etiologi
Untuk mengetahui patofisiologi
Untuk mengetahui manisfestasi klinik
Untuk mengetahui diagnosis
Untuk mengetahui penanganan
Untuk mengetahui komplikasi
Untuk mengetahui prognosis
Untuk mengetahui diagnosa banding
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang,
ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot polos.
Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm (6).
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus terdiri dari fundus
uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini kedua
tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan
bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.Rongga yang terdapat
di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan
pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis
servikalis (4).
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan (4):
1)Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2)Miometrium, lapisan tebal otot polos
3)Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium terdiri atas sel
epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid
pada seorang wanita dalam masa reproduksi.Dalam masa haid endometrium sebagian besar
dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa
sekretorik.Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar
berbentuk longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman,
lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan
menjepit pembuluh darah.Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan
jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (4).
2. Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas (4):
1)Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2)Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3)Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4)Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.
3. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam
tuba.Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan
otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang
bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke
arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut (4).
4. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar dan
tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam perkembangannya
akan menjadi folikel de Graaf (4).
B. Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat
yang semestinya.Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini
dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Pengertian kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah
dibuahi tidak melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan
semestinya, yaitu pada rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur (tuba
falopi).
Hamil ektopik atau disebut juga hamil diluar kandungan berpeluang terjadi 1 kali
pada 100 kali kehamilan.Penyebab hamil di luar kandunganantara lain radang saluran
telur, kelaianan anatomi pada tuba, kebiasaan merokok, ibu hamil sudah berusia tua atau
pernah operasi saluran telur.
Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang
terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan
kehidupan janin.Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab
utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada
saluran telur. Dengan demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang
berulang-ulang kemudian embrio yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas
secara spontan (abortus tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat dipertahankan karena
bila embrio menempel pada saluran telur akan mengakibatkan saluran telur tersebut
bengkak dan pecah.
C. Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang
sebenarnya sukar ditentukan.Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu
jelas.
D. Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa study faktor resiko yang di perkirakan sebagai
penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c.
Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini dapat terjadi
perdarahan pada rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.
Salpingitis
Kegagalan kontrasepsi
Hormonal
Kelainan embrional
H. Gejala dan tanda
Gejala :
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 10
minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera
berkonsultasi dengan dokter Anda:
Sakit di salah satu sisi panggul
Perdarahan vagina di luar menstruasi
Nyeri di perut bagian bawah
Pingsan
Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
Nyeri perut yang intens
Hipotensi
Denyut nadi cepat
Kulit pucat
Beberapa Gejala dan tanda yang didapatkan pada kehamilan ektopik, yang harus diwaspadai
Tanpa gejala5%
Amenorea 75-90%
Riwayat infertilitas
Penggunaan kontrasepsi
Demam 5-10%
I.
Manisfestasi klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin.Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi,
dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat
diagnosanya.
J. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sedikit sulit di lakukan, namun beberapa cara di tegakan,
antara lain dengan melihat:
b. Adanya tandanya syok hipovilemik, Yitu hipotensi, pucat dan ektermitas dingin, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam:serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeripada uteris kanan dan kiri.
4. Pemeriksaan penunjang
a.
Laboratorium :HB, leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan
jumlah sel darah merah meningkat.
b. USG
-
Pda pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung
(4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi.
Infeksi
Sterrilisasi
Infeksi pelvic
Kista folikel
Abortus biasa
Radang panggul
Torsi kita ovarium
Endometriosis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Nyeri
b. Sulit tidur
c. Merasa panas
d. fisikologis
e. keadaan ekonomi
f. spiritual
2. Diagnosa keperawatan
A. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio
caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
c.
d.
e.
f.
g.
pemenuhan
keb.
Cairan
tubuh
berhubungan
dengan
perdarahan
Intervensi :
1. Kaji perdarahan (juml, warna, gumpalan) Cek. Darah lengkap.
2. Anjurkan banyak minum
3. Anjurkan Bed rest
4. Kolab. Dgn tim medis : transfusi drh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a.
b. Kaji perdarahan
c. Cek darah lengkap (hb).
d. Pasang infus
e.
f.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi
dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan
janin.Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian
sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mengkaji dan mempelajari makalh ini
secara mendalam dan membaca sumber lain agar menemukan materi yang di bahas lebih
otentik dan lebih mudah di pahami.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
2001.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.
4. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
5. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
6. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal.226-235.
7. www.medica store.com/kehamilan ektopik/page:1-4
8. www.medicastore.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandunganpage:1-4
Home
Pertolongan Pertama
Asuhan Keperawatan
kavum uteri.
Migrasi eksternal ovum menyebabkan kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi
lewat saluran tuba atau oviduk.
Refluks Menstrual. Kelambatan fertilisasi ovum dengan perdarahan menstruasi, dapat
mencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau menyebabakan ovum tersebut berbalik ke
dalam tuba.
Berubahnya motilitas tuba dapat terjadinya mengikuti perubahan pada kadar estrogen dan
progesterone dalam serum
c. Peningkatan atau daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah di buahi. Unsurunsur ektopik endometrium dapat meningkatkan implantasi dalam tuba.
3. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi (zigot) sebelum turun
dalam rahim.Tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan
tersangkut serta tumbuh dalam tuba.
Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi. Disamping itu
penghancuran pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya
pembuluh darah.Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi yang
menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak mempunyai
kemampuan berkontraksi maka pendarahan tidak dapat dihentikan dan tertimbun dalam ruang
abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang dapat mengalir terus ke
rongga peritoneum dan akhirnya terjadi rupture, nyeri pelvis yang hebat dan akan menjalar ke
bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yang mengalami mesosalping yaitu darah mengalir
antara 2 lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum lalum. Perubahan uterus
dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometirum
terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan hiper skromatik, sitoplasma menunjukan
vakualisasi dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi dengan hormon yang berlebihan yang ditemukan dalam endometrium yang berubah
menjadi desidua. Setelah janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong
demi sepotong. Pelepasan desidua ini disertai dengan pendarahan dan kejadian ini
menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilam ektopik yang terganggu
4. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan ektopik,antara lain :
a) Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini merupakan indikasi operasi.
b) Dapat menyebabakan infeksi.
c) Terjadi subileus karena terdapat massa pada pelvis.
d) Terjadi sterilitas.
e) Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia akibat
kekurangan darah.
umum adalah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Suhu badan
agak meningkat pada abortus tuba yang sudah berlangsung beberapa waktu.
e. Pada abortus tuba terdapat terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus dan
pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat.
Dan akan terasa nyeri sekali pada pemeriksaan panggul, terutama di daerah kavum douglasi
dan sewaktu serviks digerakan.
f. Terjadi pembesaran uterus sampi 2 kali ukuran normal.
g. Terjadi penekan pada daerah rektum.
6. Gambaran Klinik / Manifestasi Klinik
a. Kehamilan yang muda dan tidak terganggu, ada gejala-gejala, seperti kehamilan normal
yaitu amenore, enek, sampai muntah.
b. Amenore diikuti perdarahan yang berlangsung cuckup lama dan darah berwarna
kehitaman.
c. Rasa nyeri kiri/kanan pada perut bagian bawah.
d. Uterus yang terus membesar dan lembek seperti pada kehamialn intra uterin. Pada
kehamilan 2 bulan selain uterus membesar ditemukan tumor yang lembek dan licin.
e. Tergantung dari banyaknya darah yang keluar ke rongga perut, penderita tampak biasa saja
atau tampak anemis, suhu badan agak naik.
f. Perut membesar menunjukan tanda-tanda rangsanga peritoneum debgab nyeri keras pada
palpasi, kadang ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penderita yang disangka mengalami kehamilan ektopik terganggu (KET) harus dirawat
inap di rumah sakit untuk penanggulangannya.
b. Bila wanita mengalami atau dalam keadaan syok, maka perbaiki keadaan umumnya
dengan cairan yang cukup (dekstrosa 5%, glukosa 5%, garam fisiologi dan tranfusi darah).
c. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan luka
lebih cepat.
d. Berikan antibiotic yang cukup dan obat anti inflamasi.
e. Setelah diagnosa jelas, segara lakukan tindakan lapratomi untuk menghilangkan sumber
perdarahan : dicari, diklem, dan dieksisi sebersih mungkin kemudian diikat sebaik-baiknya.
f. Salpingektomi : mengangkat kehamilan yang kecil dengan panjang kurang dari 2 cm dan
terletak dalam bagian 1/3 distal tuba fallopi, tempat perdarahan dikendalikan dengan elektro
atau laser dan luka insisi dibiarkan tanpa penjahitan sampai sembuh sendiri.
keturunan
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan atau hamil
anak kembar dengan komplikasi.
Riwayat obstetrik:
- menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
- menanyakan berapa kali ibu itu hamil
- menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan berapa banyak
pengeluaran lochea
- menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
- menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
- menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kelainan
- menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
- menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus)
1. Makan minum
tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa bibir kering, pucat.
2. Eliminasi
tanda : konstipasi, nyeri saat BABBAB
Sering kencingBAK
3. Aktivitas
tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada ekstremitas bawah
(tungkai kaki)
d. Pemeriksaan Umum
1. Inspeksi
terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru, hitam dan lebam
terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2. Pada palpasi perut dan perkusi
terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
nyeri tekan hebat pada abdomen
Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
3. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
4. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit
e. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
leukositosis ringan ( < 15000)
2. Pemeriksaan tes kehamilan
tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif pada kadar HCG yang
lebih rendah
3. Pemeriksaan kuldosintesis
untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan hasil negative palsu
atau positif palsu
4. Diagnostic laparoskopi
e. Risiko kekurangan volume cairan b/d ketidakadekuatan masukkan cairan dan kehilangan
cairan sekunder
f. Risiko terjadi infeksi b/d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
g. Risiko terhadap konstipasi b/d penurunan peristaltik sekunder akibat dari efek anastesi
pembedahan
Mobilisasi pasien secepatnya di tempat tidur secara bertahap : miring kanan dan kiri,
menggerakkan kaki dan tungkai
4. Evaluasi
Daftar Pustaka
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fk. Padjajaran, 1984. Obstetri Patologi Bandung. Elstar
Ofset
2. Cunningham, Mac Donald, 1995. Obstetri Williams Edisi 18. Jakarta : EGC
3. Manuaba Ida Bagus Gede, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
Arcan
4. Prawirohardjo Sarwono, 1989. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
5. Richard, dkk. Kedaruratan Obstetri Edisi 3
6. Rustam Mochtar, MPH, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
A.
1. Definisi
Etiologi
Estiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebanya tidak
diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahn sel telur dibagian ampula tuba, dan
dalam perjalanan ke uterus, telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Faktor faktor yang mempengaruhi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor dalam lumen tub
Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkelok kelok dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
Endometriosis tuba dapat mempengaruhi implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang telah
dibuahi.
Perlekatan peritbal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan sel telur.
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya, dapat
memperpanjang perjalanan sel telur yang telah dibuahi ke uterus, pertumbuhan telur yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implanttasi premature
Fertilisasi in vitro
C.
Manifestasi Klinis
Gabaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan
gejalanya sangat bervariasi tergantung ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun
gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Keluhan gastrointestinal, keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan
ektopik terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan
gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut mempunyai keragaman
dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan perdarahannya disamping keterlambatan
diagnosis.
2. Nyeri tekan abdomen dan pelvis, nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan
pemeriksaan, khususnya dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga
perempat kasus kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang
kadang tidak terlihat sebelum rupture terjadi.
3. Amenore, riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah satu
sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang lazim pada
kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan demikian memberikan tanggal
haid terakhir yang keliru.
4.
Spotting atau perdarahan vaginal, selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan,
perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari
endometrium sudah tidak memadai lagi, mukosa terus akan mengalami perdarahan.
Perdarahan tersebut biasanya sedikit sedikit, berwarna coklat gelap dan dapat terputus
putus dan terus menerus.
5. Perubahan Uterus, uterus pada kehamilan ektopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh
massa ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum terisi darah,
uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan oleh sebagian kecil
pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram
yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.
6. Tekanan darah dan denyut nadi, reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan
perubahan pada denhyut nadi dan tekanan darah., atau reaksinya kadang - kadang sama
seperti yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan
ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi.
7. Hipovolemi, penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk
merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adaya penurunan volume darah yang
cukup banyak. Semua perubahan tersebut baru mungkin terjadi setelah timbul hipovolemi
yang serius.
8. Suhu tubuh, setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi.
Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan
tuba yang mengalami rupture dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh
umumnya diatas 380C.
9. Masa Pelvis, masa pelvis dapat teraba pada 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran,
konsentrasi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5 15 cm, sering teraba
lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah
masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu masa pelvis ditemukan disebelah posterior
atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa
pelvis dalam tindakan palpsi.
10.
Hemotokel pelvic, pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap
akan diikuti oleh perembesan darah secara perlahan lahan kedalam lumen tuba, kavum
peritoneum atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang
ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan terkumpul dalam panggul,
kurang lebih terbungkus denga adanya perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.
D.
Pemeriksaan penunjang
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnsosi kehamilan ektopik :
1. HCG-
Pengukuran subunit beta dari HCG (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes
laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara
kehamilan intrauterine dengan kehamilan ektopik
2. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya yang diisap berwarna hitam (darah tua)
biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi
3. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa
menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagi alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil hasil
penilaian prosedur diagnotik lain untuk kehamilan ektopik terganngu meragukan. Namun
beberpa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laporaskopi ialah tidak invasive, artinya tidak
perlu memasukkan rongga kedalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa dikanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas
berisi cairan.
6. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan
ektopik lanjut. Dengan pemerikasaan bimanual, diluar kantong janin dapat diraba suatu
tumor.
7. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral
tampak bagian- bagian janin menutupi vertebra ibu.
8. Histerosalpingografi
9. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar
uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah
dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine). Trias
klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan
amenore.
E.
: - pendarahan teratasi dalam 2 jam (ditandai dengan tidak adanya pendarahan berhenti, capillary
refill 5 detik, akral tidak dingin, kulit normal, tidak biru atau pucat, kesadaran kompos
mentis, nadi normal tidak lebih dari 100 atau kurang dari 60
- klien menunjukkan gejala syok heamoragik dalam 4 jam
Intervensi
Evaluasi, catat dan laporkan jumlah serta
sifat kehilangan darah
Lakukan tirah baring. Instruksikan klien
untuk menghindari calsava maneuver dan
coitus
Rasional
Perkiraan kehilangan darah dapat membantu
menegakkan diagnosa
Pendarahan
dapat
berhenti
dengan
mengurangi aktivitas. Peningkatan tekanan
abdomen atau argasme dapat merangsang
pendarahan.
Posisikan klien telentang dengan panggul Menjamin keadekuatan darah yang tersedia,
ditinggikan
peninggian panggul menghindari kompresi
vena kava inferior
Catat TTV, capillary refill, warna kulit dan Membantu menentukan beranya kehilangan
suhu tubuh
darah dan memantau syok serta memantau
keadekuatan pergantian cairan
Intervensi
Rasional
Diskusi situasi dan pemahaman tentang Memberikan informasi tentang reaksi
kondisi kesehatan dengan klien dan pasangan individu terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi
Pantau respon verbal dan nonverbal klien dan Memberikan informasi tingkat rasa takut
pasangan
yang sedang dialami klien dan pasangan
Dengan keluhan klien secara aktif
Meningkatkan rasa control terhadap situasi
dan memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengembangkan solusi sendiri
Berikan informasi secara verbal dan tertulis, Pengetahuan akan membantu klien mengatasi
beri kesempatan klien untuk bertanya. Jawab situasi yang dihadapinya dengan efektif
pertanyaan klien dengan jujur
4. Resiko infeksi b.d pendarahan dan luka insisi
Tujuan : infeksi tidak terjadi
KH : - klien tidak demam, suhu turun
- Klien mengatakan tidk lemas
Intervensi
Kaji dan pantau TTV terutama suhu
Kaji tanda tanda infeksi
Kaji derajat luka, daerah luka, cairan yang
diluka
Rasional
Dasar dalam melakukan tindakan
Antisipasi terjadinya infeksi dan intervensi
yang benar
Menentukan intervensi yang tepat
Diargnosa1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf
akibat penyempitan kanalis servikal oleh mioma.
Tujuan: Klien dapat mengontrol nyerinya
Kriteria hasil :
-
Kriteria hasil:
ibu memahami terjadinya retensi urine
1. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Rasional: Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi,
mengalirkan air keran.