Anda di halaman 1dari 26

Retno Pratiwi Ners

Rabu, 26 Juni 2013


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEHAMILAN EKTOPIK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KET (Kehamilan Ektopik)

Retno Pratiwi
(1000461221)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN
Jl. Sriwijaya Pekalongan Telp :0285-421096 Website :www.unikal.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN


EKTOPIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang
dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut.Keadaan gawat ini dapat
menyebabkan menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu.Kehamilan ektopik
terganggu merupakan peristiwa yang sering di hadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran
klinik yang sangat beragam.Hal yang perlu di ingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam
masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut
bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.

Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang
telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai
kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat
seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang
terjadi pada cornu uteri.Jika di biarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
banyak dipakai.Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba,
khususnya di ampulla dan isthmus.Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan
oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur
sisi seberangnya.
B.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Tujuan
Untuk mengetahui definisi
Untuk mengetahui insiden
Untuk mengetahui etiologi
Untuk mengetahui patofisiologi
Untuk mengetahui manisfestasi klinik
Untuk mengetahui diagnosis
Untuk mengetahui penanganan
Untuk mengetahui komplikasi
Untuk mengetahui prognosis
Untuk mengetahui diagnosa banding

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
1. Uterus

Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang,
ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot polos.
Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm (6).
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus terdiri dari fundus
uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini kedua
tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan
bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.Rongga yang terdapat
di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan
pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis
servikalis (4).
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan (4):
1)Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2)Miometrium, lapisan tebal otot polos
3)Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium terdiri atas sel
epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid
pada seorang wanita dalam masa reproduksi.Dalam masa haid endometrium sebagian besar
dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa
sekretorik.Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar
berbentuk longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman,
lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan
menjepit pembuluh darah.Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan
jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (4).
2. Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas (4):
1)Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2)Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3)Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4)Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.
3. Fimbrae

Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam
tuba.Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan
otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang
bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke
arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut (4).

4. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar dan
tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam perkembangannya
akan menjadi folikel de Graaf (4).
B. Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat
yang semestinya.Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini
dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Pengertian kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah
dibuahi tidak melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan
semestinya, yaitu pada rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur (tuba
falopi).
Hamil ektopik atau disebut juga hamil diluar kandungan berpeluang terjadi 1 kali
pada 100 kali kehamilan.Penyebab hamil di luar kandunganantara lain radang saluran
telur, kelaianan anatomi pada tuba, kebiasaan merokok, ibu hamil sudah berusia tua atau
pernah operasi saluran telur.
Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang
terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan
kehidupan janin.Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab
utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada
saluran telur. Dengan demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang
berulang-ulang kemudian embrio yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas
secara spontan (abortus tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat dipertahankan karena
bila embrio menempel pada saluran telur akan mengakibatkan saluran telur tersebut
bengkak dan pecah.
C. Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang

sebenarnya sukar ditentukan.Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu
jelas.
D. Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa study faktor resiko yang di perkirakan sebagai
penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c.

Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.

d. Kehamilan ektopik sebelumnya.


e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f.

Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.

g. Bekas radang pada tuba, di sini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada


endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.
E. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri.Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fibria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena di batasi oleh tekanan pada dinding tuba.
2. Kemungkinan reptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.
3.

Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini dapat terjadi
perdarahan pada rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.

F. Lokasi terjadinya kehamilan ektopik


Nah, diantaranya adalah seperti yang tercantum dibawah ini
Tubal 97,7%
Insterstitial 1,3%
1/3 proksimal 12%
1/3 tengah 38%
1/3 distal 41%
Fimbrie 5%
Abdominal dan intra ligamen 1,4%
Uterus: Servikal 0,2%,Kornu 0,6%,
Ovaria 0,2%

G. Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik

Patologi tuba atau suatu kondisi gangguan pada tuba:

Salpingitis

Kegagalan kontrasepsi

Hormonal

Kelainan embrional
H. Gejala dan tanda
Gejala :
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 10
minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera
berkonsultasi dengan dokter Anda:
Sakit di salah satu sisi panggul
Perdarahan vagina di luar menstruasi
Nyeri di perut bagian bawah
Pingsan
Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
Nyeri perut yang intens
Hipotensi
Denyut nadi cepat
Kulit pucat
Beberapa Gejala dan tanda yang didapatkan pada kehamilan ektopik, yang harus diwaspadai

Tanpa gejala5%

Nyeri abdomen 90-100%

Amenorea 75-90%

Perdarahan pervaginam 50-80%

Riwayat infertilitas

Penggunaan kontrasepsi

Riwayat kehamilan ektopik

Nyeri tekan abdomen/adneksa 75-95%

Teraba massa 50%

Demam 5-10%
I.

Manisfestasi klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin.Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi,
dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat

diagnosanya.
J. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sedikit sulit di lakukan, namun beberapa cara di tegakan,
antara lain dengan melihat:

1. Anamnesis dan gejala klinis


Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan pervagina, ada nyeri perut kanan atau bawah kiri.Berat dan ringannya nyeri
terganggu pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a.

Di dapatkan rahim yang juga membesar

b. Adanya tandanya syok hipovilemik, Yitu hipotensi, pucat dan ektermitas dingin, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam:serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeripada uteris kanan dan kiri.
4. Pemeriksaan penunjang
a.

Laboratorium :HB, leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan
jumlah sel darah merah meningkat.

b. USG
-

Tidak ada kantung kehamilan dalam kovum uteri


Adanya kantung kehamilan diluar kovum uteri

Adanya massa komplek di rongga panggul


5. Kuldosentesis :suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kovum douglas
ada darah.
6. Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan laparotomi.
7. Ultrasonografi berguna pada 5 -10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus.
K. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.Pada laparotomi
perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi
sumber perdarahan.Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga
perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik.
Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian
tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya
jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen,
atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi.Sisi-sisi darah di
keluarka dan di bersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus di
rawat inap di rumah sakit.
L. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:

Pda pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung
(4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi.

Infeksi

Sterrilisasi

Pecahnya tuba palofi

Komplikasi juga terganggu dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio


M. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis
dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari
826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat,
angka kematian dapat tinggi.Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian
2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka
kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%
(1,2,7).
N. Diagnosa banding
Diagnosa bandingnya adalah :

Infeksi pelvic
Kista folikel
Abortus biasa

Radang panggul
Torsi kita ovarium
Endometriosis

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Nyeri
b. Sulit tidur
c. Merasa panas
d. fisikologis
e. keadaan ekonomi
f. spiritual
2. Diagnosa keperawatan
A. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio
caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur

C. Gangguan pemenuhan keb. Cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan


D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan
extrauterin
E. Resiko shock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat
F. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan Tentang
kesuburan yg mengancam

c.

d.
e.

f.
g.

3. Rencana keperawatan (Intervensi)


A.Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio
caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
Tujuan : nyeri berkurang
Intervensi
:
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6
jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
b. Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan
meningkat
Kaji
stress
psikologis
ibu
dan
respons
emosional
terhadap
kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan
karena sindrom ketegangan dan nyeri.
Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan
nyeri.
Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.

B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari


kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
Tujuan : ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan
efektif.
Intervensi :
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung.
Rasional : Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
2) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional : membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan
perhatian terhadap ibu/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif pada dari ibu

Rasional : membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif.


4) Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan.
Rasional : membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk
mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada
harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.
5) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.
Rasional : Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri
serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
6) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai
keinginan ibu.
Rasional : Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun
sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
C. Gangguan

pemenuhan

keb.

Cairan

tubuh

berhubungan

dengan

perdarahan

Intervensi :
1. Kaji perdarahan (juml, warna, gumpalan) Cek. Darah lengkap.
2. Anjurkan banyak minum
3. Anjurkan Bed rest
4. Kolab. Dgn tim medis : transfusi drh

1.
2.
3.
4.
5.
6.

D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan


extrauterin
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri klien Durasi, lokasi, frekw, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak, terus2)
Ciptakan Lingkungan Yang nyaman
Ajarkan tehnik relaxasi dan distraksi
Kompres dingin
Posisi yg nyaman
Kolab. Dg tim medis : analgetik
E. Resiko shock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat
Intervensi :

a.

Monitor vital sign

b. Kaji perdarahan
c. Cek darah lengkap (hb).
d. Pasang infus
e.

Check gol. Drh

f.

Kolaborasi Dgn tim medis : transfusi darah

g. Observasi Tanda shock


F. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan Tentang
kesuburan yg mengancam
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Kaji tingkat pengetahuan
3. Ajari pasien untuk lebih terbuka

4. Beri penjelasan ttg proses penyakit.


5. Anjurkan klg untuk memberi support system

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi
dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan
janin.Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian
sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mengkaji dan mempelajari makalh ini
secara mendalam dan membaca sumber lain agar menemukan materi yang di bahas lebih
otentik dan lebih mudah di pahami.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
2001.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.

3. Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.
4. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
5. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
6. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal.226-235.
7. www.medica store.com/kehamilan ektopik/page:1-4
8. www.medicastore.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandunganpage:1-4

Ilmu Kesehatan dan Kumpulan Asuhan


Keperawatan

Home
Pertolongan Pertama
Asuhan Keperawatan

Minggu, 02 Mei 2010


LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

A. Konsep Dasar Kehamilan Ektopik


1. Pengertian
Gangguan reproduksi yang berkaitan dengan kegagalan dalam proses nidasi yang benar, terus
meningkat dalam 15 tahun belakangan ini. Bukan saja di Amerika Serikat tapi juga di seluruh
dunia. Saat ini lebih dari 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan
ektopik. Resiko kematian akibat kehamilan di luar rahim 10 kali lebih besar daripada
persalinan pervaginam dan 50 kali lebih besar daripada abortus induksi. (Donmanf, 1983)
Kehamialn ektopik ialah kehamilan, dimana ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri, melainkan pada tempat
seperti tuba fallopi (paling sering), ovarium,omentum dan serviks. Istilah kehamilan ektopik
lebih tepat dari istilah ekstra uterin (kehamilan yang berlokasi di luar uterus) ,oleh karena
terdapat beberapa jenis kehamialn ektopik. Misalnya pada kehamilan Pars Interstisialis Tubae
dan kehamilan pada serviks uteri.
2. Penyebab
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik :
a. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah
dibuahi ke dalam kavum uteri.
Salpingitis, khususnya endosalpingitis yang menyebabakan aglutinasi lipatan arboresen
mokosa tuba dengan penyempitan lumen atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Adhesi Peritubal setelah pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis ataupun
endometriosis.
Kelainan pertumbuhan tuba, khususnya divertikulum,ostium asesorius dan hipoplasia.
Kehamilan ektopik sebelumnya, dansesudah sekali mengalami kehamilan ektopik.
Pembedahan sebelumnya pada tuba.
Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan memperbesar risiko terjadinya
kehanilan ektopik.
Tumor yang mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan benjolan pada adneksa.
Penggunaan alat kontrasepsi.
b. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalan ovum yang telah dibuahi ke dalam

kavum uteri.
Migrasi eksternal ovum menyebabkan kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi
lewat saluran tuba atau oviduk.
Refluks Menstrual. Kelambatan fertilisasi ovum dengan perdarahan menstruasi, dapat
mencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau menyebabakan ovum tersebut berbalik ke
dalam tuba.
Berubahnya motilitas tuba dapat terjadinya mengikuti perubahan pada kadar estrogen dan
progesterone dalam serum
c. Peningkatan atau daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah di buahi. Unsurunsur ektopik endometrium dapat meningkatkan implantasi dalam tuba.
3. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi (zigot) sebelum turun
dalam rahim.Tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan
tersangkut serta tumbuh dalam tuba.
Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi. Disamping itu
penghancuran pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya
pembuluh darah.Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi yang
menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak mempunyai
kemampuan berkontraksi maka pendarahan tidak dapat dihentikan dan tertimbun dalam ruang
abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang dapat mengalir terus ke
rongga peritoneum dan akhirnya terjadi rupture, nyeri pelvis yang hebat dan akan menjalar ke
bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yang mengalami mesosalping yaitu darah mengalir
antara 2 lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum lalum. Perubahan uterus
dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometirum
terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan hiper skromatik, sitoplasma menunjukan
vakualisasi dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi dengan hormon yang berlebihan yang ditemukan dalam endometrium yang berubah
menjadi desidua. Setelah janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong
demi sepotong. Pelepasan desidua ini disertai dengan pendarahan dan kejadian ini
menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilam ektopik yang terganggu
4. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan ektopik,antara lain :
a) Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini merupakan indikasi operasi.
b) Dapat menyebabakan infeksi.
c) Terjadi subileus karena terdapat massa pada pelvis.
d) Terjadi sterilitas.
e) Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia akibat
kekurangan darah.

5. Tanda dan Gejala


a. Adanya amenore, walaupun hanyapendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan.
b. Terjadi perdarahan yang berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
c. Timbul rasa nyeri pada perut bawah yang sering bertambah dan keras. Nyeri ini biasanya
timbul mendadak, dapat lokal atau difus.
d. Keadaan umum pasien : tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, keadaan

umum adalah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Suhu badan
agak meningkat pada abortus tuba yang sudah berlangsung beberapa waktu.
e. Pada abortus tuba terdapat terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus dan
pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat.
Dan akan terasa nyeri sekali pada pemeriksaan panggul, terutama di daerah kavum douglasi
dan sewaktu serviks digerakan.
f. Terjadi pembesaran uterus sampi 2 kali ukuran normal.
g. Terjadi penekan pada daerah rektum.
6. Gambaran Klinik / Manifestasi Klinik
a. Kehamilan yang muda dan tidak terganggu, ada gejala-gejala, seperti kehamilan normal
yaitu amenore, enek, sampai muntah.
b. Amenore diikuti perdarahan yang berlangsung cuckup lama dan darah berwarna
kehitaman.
c. Rasa nyeri kiri/kanan pada perut bagian bawah.
d. Uterus yang terus membesar dan lembek seperti pada kehamialn intra uterin. Pada
kehamilan 2 bulan selain uterus membesar ditemukan tumor yang lembek dan licin.
e. Tergantung dari banyaknya darah yang keluar ke rongga perut, penderita tampak biasa saja
atau tampak anemis, suhu badan agak naik.
f. Perut membesar menunjukan tanda-tanda rangsanga peritoneum debgab nyeri keras pada
palpasi, kadang ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penderita yang disangka mengalami kehamilan ektopik terganggu (KET) harus dirawat
inap di rumah sakit untuk penanggulangannya.
b. Bila wanita mengalami atau dalam keadaan syok, maka perbaiki keadaan umumnya
dengan cairan yang cukup (dekstrosa 5%, glukosa 5%, garam fisiologi dan tranfusi darah).
c. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan luka
lebih cepat.
d. Berikan antibiotic yang cukup dan obat anti inflamasi.
e. Setelah diagnosa jelas, segara lakukan tindakan lapratomi untuk menghilangkan sumber
perdarahan : dicari, diklem, dan dieksisi sebersih mungkin kemudian diikat sebaik-baiknya.
f. Salpingektomi : mengangkat kehamilan yang kecil dengan panjang kurang dari 2 cm dan
terletak dalam bagian 1/3 distal tuba fallopi, tempat perdarahan dikendalikan dengan elektro
atau laser dan luka insisi dibiarkan tanpa penjahitan sampai sembuh sendiri.

B. Askep pada Kehamilan Ektopik


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Alasan Dirawat
Keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen
Riwayat penyakit
- menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
- menanyakan penyakit yang sedang dialami sekarang
- menanyakan apakah pasien pernah menjalani operasi
Riwayat keluarga
- menanyakan apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular kronis
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang memiliki penyakit

keturunan
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan atau hamil
anak kembar dengan komplikasi.
Riwayat obstetrik:
- menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
- menanyakan berapa kali ibu itu hamil
- menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan berapa banyak
pengeluaran lochea
- menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
- menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
- menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kelainan
- menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
- menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus)
1. Makan minum
tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa bibir kering, pucat.
2. Eliminasi
tanda : konstipasi, nyeri saat BABBAB
Sering kencingBAK
3. Aktivitas
tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada ekstremitas bawah
(tungkai kaki)
d. Pemeriksaan Umum
1. Inspeksi
terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru, hitam dan lebam
terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2. Pada palpasi perut dan perkusi
terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
nyeri tekan hebat pada abdomen
Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
3. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
4. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit
e. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
leukositosis ringan ( < 15000)
2. Pemeriksaan tes kehamilan
tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif pada kadar HCG yang
lebih rendah
3. Pemeriksaan kuldosintesis
untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan hasil negative palsu
atau positif palsu
4. Diagnostic laparoskopi

untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan ektopik

5. Ultra sonografi (USG)


untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa terlihat dengan jelas
dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan ektopik terjadi
6. Diagnostic kolpotomi
infeksi langsung tuba fallopi dan ovarium. Prosedur ini tidak dilakukan lagi karena hasil
kurang memuaskan
7. Diagnostic kuretase
pembedahan antara abortus iminens atau inkomplitus pada kehamilan intrauteri dengan
kehamilan tuba. Ditemukannya desidua saja dalam hasil kuret uterus yang menunjukan
kehamilan ekstrauteri.
2. Pohon Masalah
saluran telur
untuk membesarkan hasil konsepsi
terjadi gangguan hasil konsepsi dan tersangkut di tuba
infeksi
peningkatan infeksi tuba
Rupture Tuba
Perdarahan
Anemia
Kelemahan
Penurunan Aktivitas
Gangguan Mobilitas Fisik

3. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Intervensi


a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d trauma jaringan sekunder akibat pembedahan perut
Rencana Intervensi :
Oservasi tanda vital

Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien


Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
Beri posisi yang nyaman
Perhatikan lingkungan yang nyaman
Kolaboratif pemberian analgetik

b. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kehamilan ektopik


Rencana intervensi :

Diskusikan gejala infeksi luka yang harus dilaporkan kepada dokter


Jelaskan pentingnya waktu istirahat berencana
Tekankan pentingnya mencegah kehamilan dalam waktu 2-4 bulan atau sesuai
indikasi
Jelaskan bahwa kemampuan untuk melahirkan dapat menurun khususnya jika
kehamilan tuba disebabkan oleh infeksi pelvis atau anomali tuba

c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan sekunder akibat anemia


Rencana intervensi :

Observasi tanda vital setelah aktivitas


Bantu pasien untuk ambulasi dini dan meningkatkan aktivitas secara bertahap
Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi tinggi Fe dan tinggi protein
Delegatif pemberian transfusi darah dan cairan parentral

d. Berduka b/d kehilangan janin


Rencana intervensi :

Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan


Biarkan pasien secara verbal mengekspresikan tentang perasaannya
Beri motivasi kepada orang terdekat untuk memberi dukungan
Beri dukungan untuk melanjutkan aktivitas

e. Risiko kekurangan volume cairan b/d ketidakadekuatan masukkan cairan dan kehilangan
cairan sekunder

Pantau intake dan output


Observasi tanda vital
Delegatif dalam pemberian cairan intravena

f. Risiko terjadi infeksi b/d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan

Beri KIE tentang hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi


Rawat luka secara steril
Beri perawatan terhadap dower kateter dan rawat lokasi tempat pemasangan infus
Kolaborasi dalam pemberian antibiotika

g. Risiko terhadap konstipasi b/d penurunan peristaltik sekunder akibat dari efek anastesi
pembedahan

Mobilisasi pasien secepatnya di tempat tidur secara bertahap : miring kanan dan kiri,
menggerakkan kaki dan tungkai

Pertahankan kehangatan pasien

4. Evaluasi

a. nyeri pada abdomen berkurang


b. pengetahuan pasien bertambah
c. pasien mampu kembali beraktivitas
d. pasien mengungkapkan perasaannya tenang / sudah membaik
e. kebutuhan cairan pasien terpenuhi / adekuat
f. infeksi tidak menjadi actual
g. pasien mampu untuk eleminasi (BAB) secara normal sesuai kebiasaan

Daftar Pustaka
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fk. Padjajaran, 1984. Obstetri Patologi Bandung. Elstar
Ofset
2. Cunningham, Mac Donald, 1995. Obstetri Williams Edisi 18. Jakarta : EGC
3. Manuaba Ida Bagus Gede, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
Arcan
4. Prawirohardjo Sarwono, 1989. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
5. Richard, dkk. Kedaruratan Obstetri Edisi 3
6. Rustam Mochtar, MPH, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK


http://yandrifauzan.blogspot.com/
LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK

A.

Defenisi & klasifikasi

1. Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/nidasi/melekatnya buah


kehamilan diluar tempat yang normal, yakni diluar rongga rahim. Sedangkan yang disebut
sebagi kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus
ruptur pada dinding tuba isi.
2. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing masing dalam bukunya mengklasifikasikan
kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain (1,5):
1. Tuba Fallopi
a). Pars-nterstisialis
b). Ishtmus
c). Ampula
d). Infundibulum
e). Fimbrae
2. Uterus
a). Kanalis servikalis
b). Divertikulum
c). Kornu
d). Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a). Primer
b). Sekunder
c). Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
B.

Etiologi

Estiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebanya tidak
diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahn sel telur dibagian ampula tuba, dan
dalam perjalanan ke uterus, telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Faktor faktor yang mempengaruhi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor dalam lumen tub

Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba


menyempit atau membentuk kantong buntu.

Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkelok kelok dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.

Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba

Endometriosis tuba dapat mempengaruhi implantasi telur yang dibuahi dalam tuba

Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang telah
dibuahi.

3. Faktor di luar dinding tuba


-

Perlekatan peritbal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan sel telur.

Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.


4. Faktor lain

Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya, dapat
memperpanjang perjalanan sel telur yang telah dibuahi ke uterus, pertumbuhan telur yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implanttasi premature

Fertilisasi in vitro
C.

Manifestasi Klinis

Gabaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan
gejalanya sangat bervariasi tergantung ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun
gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Keluhan gastrointestinal, keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan
ektopik terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan
gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut mempunyai keragaman
dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan perdarahannya disamping keterlambatan
diagnosis.
2. Nyeri tekan abdomen dan pelvis, nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan
pemeriksaan, khususnya dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga
perempat kasus kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang
kadang tidak terlihat sebelum rupture terjadi.
3. Amenore, riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah satu
sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang lazim pada

kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan demikian memberikan tanggal
haid terakhir yang keliru.
4.

Spotting atau perdarahan vaginal, selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan,
perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari
endometrium sudah tidak memadai lagi, mukosa terus akan mengalami perdarahan.
Perdarahan tersebut biasanya sedikit sedikit, berwarna coklat gelap dan dapat terputus
putus dan terus menerus.

5. Perubahan Uterus, uterus pada kehamilan ektopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh
massa ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum terisi darah,
uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan oleh sebagian kecil
pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram
yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.
6. Tekanan darah dan denyut nadi, reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan
perubahan pada denhyut nadi dan tekanan darah., atau reaksinya kadang - kadang sama
seperti yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan
ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi.
7. Hipovolemi, penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk
merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adaya penurunan volume darah yang
cukup banyak. Semua perubahan tersebut baru mungkin terjadi setelah timbul hipovolemi
yang serius.
8. Suhu tubuh, setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi.
Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan
tuba yang mengalami rupture dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh
umumnya diatas 380C.
9. Masa Pelvis, masa pelvis dapat teraba pada 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran,
konsentrasi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5 15 cm, sering teraba
lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah
masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu masa pelvis ditemukan disebelah posterior
atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa
pelvis dalam tindakan palpsi.
10.

Hemotokel pelvic, pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap

akan diikuti oleh perembesan darah secara perlahan lahan kedalam lumen tuba, kavum
peritoneum atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang

ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan terkumpul dalam panggul,
kurang lebih terbungkus denga adanya perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.
D.

Pemeriksaan penunjang

Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnsosi kehamilan ektopik :
1. HCG-
Pengukuran subunit beta dari HCG (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes
laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara
kehamilan intrauterine dengan kehamilan ektopik
2. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya yang diisap berwarna hitam (darah tua)
biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi
3. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa
menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagi alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil hasil
penilaian prosedur diagnotik lain untuk kehamilan ektopik terganngu meragukan. Namun
beberpa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laporaskopi ialah tidak invasive, artinya tidak
perlu memasukkan rongga kedalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa dikanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas
berisi cairan.
6. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan
ektopik lanjut. Dengan pemerikasaan bimanual, diluar kantong janin dapat diraba suatu
tumor.
7. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral
tampak bagian- bagian janin menutupi vertebra ibu.
8. Histerosalpingografi
9. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar
uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah
dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine). Trias

klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan
amenore.

E.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi


2. Kekurangan volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik
3. Proses berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan
4. Resiko infeksi b.d perdarahan dan luka insisi.

1. Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi


Tujuan : klien dapat melaporkan pengurangan atau ketiadaan nyeri
KH

: - klien mengungkapkan mengurangi nyeri

- klien mendemonstrasikan aktivitas distraksi


Intervensi
Rasional
Kaji rasa nyeri klien, meliputi sifat, lokasi, Membentu menentukan diagnose dan
dan durasi
memilih tindakan. Ruptur kehamilan ektopik
mengakibatkan nyeri hebat, hemoragi
diakibatkan rupture tuba fallopi kedalam
abdomen.
Kaji respon emosional klien
Ansietas dapat memperberat nyeri karena
sindrom ketengangan takut nyeri
Beri lingkungan yang nyaman dan tenang, Dapat membentu menurunkan tingkat
serta ajarkan aktivitas untuk mengalihkan ansietas dan mereduksi rasa ketidaknyamanan
rasa nyeri dengan menggunakan metode nyeri
relaksasi (napas dalam, visualisasi,dan
distrkasi)
Kalaborasi
Berikan analgetik seperti sedativf atau opioid Analgetik bersifat sebagai pain killer
sehingga dapat meningkatkan kenyamanan
Siapkan prosedur bedah bila diindikasikan
Tindakan invasive untuk memperbaiki
kerusakan/rupture/tuba
fallopi
akan
menghilangkan nyeri
2. Kekurangan volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik
Tujuan : kondisi klien menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan
KH

: - pendarahan teratasi dalam 2 jam (ditandai dengan tidak adanya pendarahan berhenti, capillary
refill 5 detik, akral tidak dingin, kulit normal, tidak biru atau pucat, kesadaran kompos
mentis, nadi normal tidak lebih dari 100 atau kurang dari 60
- klien menunjukkan gejala syok heamoragik dalam 4 jam

Intervensi
Evaluasi, catat dan laporkan jumlah serta
sifat kehilangan darah
Lakukan tirah baring. Instruksikan klien
untuk menghindari calsava maneuver dan
coitus

Rasional
Perkiraan kehilangan darah dapat membantu
menegakkan diagnosa
Pendarahan
dapat
berhenti
dengan
mengurangi aktivitas. Peningkatan tekanan
abdomen atau argasme dapat merangsang
pendarahan.
Posisikan klien telentang dengan panggul Menjamin keadekuatan darah yang tersedia,
ditinggikan
peninggian panggul menghindari kompresi
vena kava inferior
Catat TTV, capillary refill, warna kulit dan Membantu menentukan beranya kehilangan
suhu tubuh
darah dan memantau syok serta memantau
keadekuatan pergantian cairan

3. Proses berduka b.d kehilangan kehamilan


Tujuan : klien menunjukkan proses berduka adaptif
KH : - klien mampu menceritakan perasaan berdukanya kepada perawat

Intervensi
Rasional
Diskusi situasi dan pemahaman tentang Memberikan informasi tentang reaksi
kondisi kesehatan dengan klien dan pasangan individu terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi
Pantau respon verbal dan nonverbal klien dan Memberikan informasi tingkat rasa takut
pasangan
yang sedang dialami klien dan pasangan
Dengan keluhan klien secara aktif
Meningkatkan rasa control terhadap situasi
dan memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengembangkan solusi sendiri
Berikan informasi secara verbal dan tertulis, Pengetahuan akan membantu klien mengatasi
beri kesempatan klien untuk bertanya. Jawab situasi yang dihadapinya dengan efektif
pertanyaan klien dengan jujur
4. Resiko infeksi b.d pendarahan dan luka insisi
Tujuan : infeksi tidak terjadi
KH : - klien tidak demam, suhu turun
- Klien mengatakan tidk lemas
Intervensi
Kaji dan pantau TTV terutama suhu
Kaji tanda tanda infeksi
Kaji derajat luka, daerah luka, cairan yang
diluka

Rasional
Dasar dalam melakukan tindakan
Antisipasi terjadinya infeksi dan intervensi
yang benar
Menentukan intervensi yang tepat

Lakukan perawatan luka dengan benar 2 kali


sehari

Perawatan luka dapat mencegah infeksi

Diargnosa1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf
akibat penyempitan kanalis servikal oleh mioma.
Tujuan: Klien dapat mengontrol nyerinya
Kriteria hasil :
-

mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri,

mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.


Intervensi dan Rasional
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional: Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
Rasional: Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional: Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
Rasional: Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: Mengurangi nyeri
Diargnosa 2.
Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
Tujuan:
Pola eliminasi urine ibu kembali normal

Kriteria hasil:
ibu memahami terjadinya retensi urine

bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.


Intervensi dan Rasional
1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional: Melihat perubahan pola eliminasi klien

1. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Rasional: Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi,
mengalirkan air keran.

Rasioanal: Mencegah terjadinya retensi urine

Anda mungkin juga menyukai