Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan bawaan atau kelainan kongenital atau cacat bawaan adalah


kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada
saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan
bawaan dapat disebabkan oleh keabnormalan genetika, sebab-sebab alamiah
atau faktor-faktor lainnya yang tidak diketahui. Kelainan kongenital berupa
gangguan dalam organogenesis dan sistem reproduksi pada janin yang
genetik normal diantaranya adalah kelainan kongenital pada vulva yang
terdiri dari hymen imperforata, atresia labia minora, hipertrofi labia minora,
duplikasi vulva, hipoplasi vulva dan kelainan perineum. Vulva adalah organ
ekternal wanita yang mencakup mons pubis klitoris labia mayora dan minora.
Ruang depan vulva vestibular dan kelenjar pembukaan uretra selaput dara dan
lubang vagina. Vulva tidak termasuk organ sexsual internal seperti vagina ,
uterus, ovarium dan saluran telur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hymen imperforata dan bagaimana cara
penanggulangannya ?
2. Apa yang dimaksud dengan atresia labia minora dan bagaimana cara
menanggulanginya ?
3. Apa yang dimaksud dengan hipertrofi labia minora dan bagaimana cara
menanggulanginya ?
4. Apa yang dimaksud dengan duplikasi vulva dan bagaimana cara
menggulanginya ?
5. Apa yang dimaksud dengan hipoplasi vulva dan bagaimana cara
menanggulanginya ?
6. Apa yang dimaksud dengan kelainan perinium dan bagaimana cara
menganggulanginya ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan hymen imperforata dan
bagaimana cara penanggulangannya ?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan atresia labia minora dan
bagaimana cara menanggulanginya ?
3. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan hipertrofi labia minora dan
bagaimana cara menanggulanginya ?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan duplikasi vulva dan
bagaimana cara menggulanginya ?
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipoplasi vulva dan
bagaimana cara menanggulanginya ?
6. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan kelainan perinium dan
bagaimana cara menganggulanginya ?

D. Manfaat
Agar dapat memahami kelainan pada vulva seperti Hymen inferforata,
Atresia labia minor, Hypertrofi labia minora, Duplikasi vulva, Hipoplasi
vulva, dan Kelainan Perineum serta penanggulangannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hymen Imperforata
1. Definisi Hymen Imperforata

Hymen imperforata (imperforate hymen) adalah sebuah kelainan


bawaan langka di mana membran hymen (selaput dara) menyumbat
saluran alat kelamin perempuan. Hymen umumnya adalah membran tipis
berbentuk bulan sabit yang mengelilingi pembukaan vagina seorang gadis
muda. Dalam kasus hymen imperforata, membran ini meluas ke seluruh
area sehingga menghalangi lubang vagina. Obstruksi ini meyebabkan
akumulasi sekresi rahim dan vagina.

Hymen imperforata dapat dideteksi pada bayi baru lahir, karena


mungkin ada penonjolan di hymen dari lendir normal vagina yang tidak
bisa ditiriskan. Namun, kondisi ini juga bisa tidak terdiagnosis sampai
menstruasi pertama seorang gadis. Sebuah operasi kecil dengan mudah
mengatasinya.

Hymen imperforata adalah keadaan yang jarang diakibatkan defek


pertumbuhan embrional dimana saluran vagina yang berasal dari sinus
urogenital gagal untuk membentuk saluran secara lengkap. Keadaan ini
dibedakan dari aglutinasi labial, agenesis vagina dan stenosis vagina.
Agnutinasi labial adalah hasil labil dari vulvitis akut selama sama bayi
atau anak-anak, labia yang mengalami peradangan menjadi menempel
secara parsial atau bahkan seluruhnya dan bersatu digaris tengah.
Sebaliknya, hymen imperforata tidak dapat segera dikenali sampai
keadaan ini menjadi simptomatik pada saat pubertas. Seringkali keadaan
ini dapat dikenali saat bayi wanita yang baru lahir mempunyai penonjolan
pada selaput hymennya karena akumulasi mukus dan epitel yang
mengalami deskuamasi di dalam vagina yang tertutup. Pada anak yang
lebih tua, pemeriksaan pediatrik yang menyeluruh dapat menemukan
keadaan ini jika dilakukan usaha untuk melihal pembukaan vagina atau

3
menemukan saluran vagina. Pada masa remaja pasien mulai mengalami
menstruasi dengan sindroma pramenstruasi selama siklus ovulasi, tetapi
tidak tedapat aliran darah menstruasi keluar. Sementara beberapa remaja
yang menderita keadaan ini dibawa ke dokter ahli ginekologi untuk
merawat amenorrhea, sebagian besar datang ke dokter dengan nyeri
abdominal atau pelvic yang rekuren.

Rasa sakit biasanya disebabkan oleh menstruasi retrograd dengan


kebocoran detritus menstruasi ke dalam tuba falopi dan selanjutnya ke
ruang peritoneum. Kadang-kadang, retensi urin dapat terjadi karena
obstruksi uretra karena hematokolkos yang membesar. Diagnosis : periksa
himen tidak ada lubang, himen tampak menonjol, warna kebiru-biruan,
perut membesar seperti orang hamil, selama hidupnya belum pernah keluar
darah haid, setiap bulan penderita merasakan perutnya nyeri.

2. Penanggulangan Hymen Imperforata

Penting untuk melakukan pemeriksaan fisik yang terinci untuk


mencari adanya tanda-tanda anomali genitourinaria, atau gangguan
hormonal. Periksalah perkembangan karakteristik seksual sekunder,
biasanya sangat normal pada hymen imperforata, dan carilah tanda-tanda
virilisasi. Lakukan karyotypink kromosomal dan pertimbangkan
pemeriksaan ultrasonografi dan urografi ekskresi untuk menilai adanya
malformasi saluran kemih bagian atas. Ultrasonografi berguna untuk
menunjukkan adanya uterus dan ovarium dan untuk menunjukkan adanya
hematometra, hematosalping, atau hematoperitoneum. Masa suprapubik
yang nyeri yang teraba di suprapubik dapat mencerminkan hematokolpos
yang besar. Pemeriksaan pelvis biasanya menunjukan penonjolan digaris
tengah perineal akibat hematokolpos yang membesar. Darah yang terlihat
melalui membran dapat memberikan warna biru. Tentukan adanya masa
yang berfluktuasi dari pemeriksaan rektal dan secara bersamaan pastikan
adanya uterus dan adneksa dan keadaannya.

4
Membran hymen yang menonjol dengan darah dibelakangnya
membuat diagnosis hymen imperforata menjadi jelas. Jiak tidak demikian
jelas, lakukan eksplorasi introitus dan saluran vagina dengan hati-hati
dengan menggunakan aplikator yang berujung kapas atau alat yang kecil
untuk membedakannya dari stenosis atau septum vagina. Palpasi digital
intravagina dapat membantu memberikan informasi penunjang.

Kecuali dokter yakin bahwa terdapat rahim berdasarkan temuan pada


pemeriksaan rektal, lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk penilaian
yang objektif. Agenesis vagina bagian bawah dapat atau tidak diserati
dengan kegagalan perkembangan rahim, tetapi tidak terdapatnya rahim
sangat mungkin terjadi bersamaan dengan tidak terdapatnya vagina bagian
atas. Ingatlah bahwa anomali saluran kemih bagian atas sering terjadi pada
kasus ini, sehingga memerlukan pemeriksaan urologis.

Hymen imperforata ditangani secara bedah dengan anestesia yang


cukup di dalam ruang operasi yang berada dalam keadaan steril. Hymen di
insisi dengan insisi silang. Jika terdapat kelebihan mukosa, dilakukan
eksisi, lakukan perawatan untuk menghindari stenosis dimasa mendatang.
Selanjutnya jahitalah tepinya bersamaan dengan tindakan hemostasis
dengan material benang yang halus, tidak terputus dan dapat diabsorpsi. Isi
vagian dievakuasi. Periksalah untuk adanya infeksi dan periksa ulang
pasien dalam beberapa minggu untuk memastikan bahwa introitus tidak
bersatu lagi dan tidak terdapat masa yang teraba. Mungkin diperlukan
untuk mempertimbangkan dilatasi serviks untuk mendapatkan drainase
hematometra yang adekuat.

B. Atresia Labia Minora

Kelainan kongenital ini disebabkan oleh membran urogenitalis yang


tidak menghilang. Dibagian depan vulva dibelakang klitoris ada lubang untuk
pengeluaran air kencing dan darah haid. Koitus walaupun sukar masih dapat
dilaksanakan, malahan dapat terjadi kehamilan. Pada partus hanya diperlukan
sayatan digaris tengah yang cukup panjang untuk melahirkan janin. Kelainan

5
tersebut dapat terjadi pula sesudah partus. Dalam hal itu radang menyebabkan
kedua labia minora melekat, dengan masih ada kemungkinan penderita dapat
berkencing. Pengobatan terdiri atas melepaskan perlekatan dan menjahit luka-
luka yang timbul.

C. Hypertrofi Labia Minora

Hypertrofi labia minora adalah pertumbuhan yang tidak normal karena


unsur jaringan yang membesar, dapat terjadi pada satu atau dua labia minora.
Pemberian pengertian bahwa keadaan tersebut bukan suatu hal yang
mengkhawatirkan biasanya cukup. Bila penderita tetap merasa terganggu
karenanya maka pengangkatan jaringan yang berlebihan dapat dikerjakan.

Pembesaran pada salah satu atau kedua labia dapat mengakibatkan


terjadinya iritasi, infeksi kroniok, dan nyeri yang dapat mempengaruhi
aktifitas sexsual atau kegiatan yang akan menimbulkan penenekanan pada
daerah vulva. Selain itu, kelainan bentuk pada vulva tersebut juga dapat
menimbulkan stres psikososial. Meski demikian, tidak semua penderita
hypertropi labialis akan mengalami masalah-masalah tersebut. Penderita
hypertropi labialis yang memiliki masalah dapat diberikan penjelasan bahwa
kelainan bawaan tersebut bukan merupakan suatau kelainan yang memiliki
dampak yang serius. Untuk menghindari terjadinya masalah-masalah klinis
tadi penderita di anjurkan

untuk tidak

menggunakan pakaian yang ketat dan selalu menjaga kebersihan


daerah vulva. Namun apabila gejala-gejala tersebut selalu timbul dan
menimbulkan keluhan yang berulang, maka dapat dianjurkan untuk dilakukan
labioplasti. Pasca tindakan pembedahan labio plasti penderita juga perlu
diingatkan untuk menghindari gesekan antara daerah vulva dengan paha pada
saat berjalan dan selalu menjaga daerah vulva tersebut dalam keadaan kering
dan bersih untuk menjamin proses penyembuhan berjalan dengan baik.

D. Duplikasi Vulva

6
Duplikasi vulva adalah keadaan di mana terdapat dua vulva. Ini jarang
sekali ditemukan bila ada, biasanya ditemukan pula kelainan-kelainan lain
yang lebih berat dan sering bersama-sama dengan duplikasi traktus urinaria
dan traktus intestinal, sehingga bayi itu tidak dapat hidup.

E. Hipoplasi Vulva

Ditemukan bersamaan dengan genetalia interna yang juga kurang


berkembang pada keadaan hipoestrogenisme (sebuah kondisi produksi
estrogen di bawah normal dengan atrofi atau kegagalan pembentukan jaringan
yang tergantung estrogen), infatilisme, dan lain-lain. Biasanya ciri-ciri seks
sekunder juga tidak berkembang.

F. Kelainan Perineum

Pada kloaka persistens karena septum urogenital tidak tumbuh, bayi


tidak mempunyai lubang anus, atau anus bermuara dalam sinus urogenitalis,
dan terdapat satu lubang dari mana keluar air kencing dan feses. kelainan lain
perinium seperti atresia ani atau atresia recti yaitu dimana keadaan tidak
adanya lubang pelepasan pada daerah dubur (anus) yang sifatnya bawaan atau
muncul kemudian hari.

Penanganannya dengan aksisi membran anal atau membuat anus buatan


dan fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korkasi sekaligus atau pembuatan anus permanen.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Kelainan kongenital dapat menyebabkan terjadinya abortus atau kematian
segera lahir.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari isi makalah ini jika terdapat
kekurangan dalam hal penyajian makalah ini dan dalam hal penyusunan
kata-kata yang kurang efektif penulis mohon kritik dan saran yang berguna
bagi penulisan makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chapin, F. B. (1998). Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Ginekologi.


Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Puspita.

http://www.kamuskesehatan.com/arti/hymen-imperforata/

Anda mungkin juga menyukai