Anda di halaman 1dari 16

HYMEN IMPERFORATA

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan mempunyai
satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah menstruasi. Bentuk dan
ukuran lubang himen bervariasi, tetapi umumnya robek pada waktu koitus pertama. Himen yang
“intak” danggap suatu tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat diandalkan karena beberapa
kasus koitus tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang lain himen dapat robek akibat
manipulasi digital.(Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC)

Gambar Hymen Imperforata.


Hymen Imperforata ialah selaput dara yang tidak menunjukan lubang (Hiatus Himenalis) sama
sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering dijumpai. Kemungkinan besar kelainan
ini tidak dikenal sebelum menarche. Sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi
darah haid tidak keluar. Darah itu terkumpul di dalam vagina dan menyebabkan hymen tampak
kebiru-biruan dan menonjol keluar (Hematokolpos).
Bila keadaan ini dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan membesar
(Hematometra). (Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)

B. Penyebab
Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga terjadi akibat
jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi. Secara embriologi, hymen
merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk membrane
mukosa yang tipis. Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari
duktus mullerian. Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan
hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular
dengan berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari
dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis.

Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membrane urogenital dan
terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagi menjadi bagian urogenital
dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous
dan jaringan lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia
dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina
tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.
C. Gejala Klinis
Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan terjadi molimenia
menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap bulan.Sesekali hymen imperforata
ditemukan pada neonatus atau anak kecil. Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos.
Bila diketahui sebelum pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan
hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan kumpulan dari
sekresi serviks.
Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi
menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang
terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.
Hymen Buldging

Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen tampak kebiru-
biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya membran mukosa hymen. Keluhan
yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak
keluar.
Hematometra dan Hematokolpos dengan ultrasonografi
Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina
dan kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum
uteri(Hematometra).
Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat memasuki tubafallopi
dan
menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung
tuba, sehingga darah tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum
membentuk hematoperitoneum.

Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa sakit perut bagian
bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang. Gangguan buang air kecil terjadi
karena penekanan dari vagina yang distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung
kemih. Rasa sakit pada daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan
disuria, urgensi, inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum
yang menimbulkan gangguan defekasi.

Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran uterus, hematometra,
distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan peritonitis.
D. Penanganan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan urinalisa.
Pemeriksaan Imaging
 Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis dapatmemberikan
gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
 Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau hematometrokolpos, Selain itu,
transrectal ultrasonography dalam membantu delineating complex anatomy.Apabila dengan
USG tidak jelas, diperlukan pemeriksaan MRI.
 USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada kongenital
anomali
traktus urinaria yang menyertai.
Tindakan Pembedahan
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen dilakukaninsisi/
hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang (gambar 1)atau dilakukan
pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi stellate.

Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/ balita tanpa
menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan keadaan anatomi lebih
jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi hymen imperforata atau aplasia
vagina.

Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada insisistellate setelah
insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir mukosa hymendi aproksimasi dengan
jahitan mempergunakan benang
delayed-absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane
hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi kembali.
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang mengakibatkan dispareunia, eksisi
jaringan jangan dilakukan terlalu dekat dengan mukosa vagina.Setelah dilakukan insisi akan
keluar darah berwarna merah tua kehitaman yang kental.Sebaiknya posisi pasien dibaringkan
dengan posisi fowler. Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan
vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga diperlukan.
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska pembedahan, bila uterus
tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi dan dilatasi serviks untuk memastikan
drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine
jangan dipergunakan karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan.

Gambar Insisi pada Hymen Imperforata


Insisi Stellate dilakukan pada posisi arah jam 2, 4, 8 dan 10.Tiap kuadran dieksisi ke arah
lateral, tepi dari mukosa hymen dijahit dengan benang delayed absorbable.

Adapun beberapa teknik hymenektomi :

BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Nn.”M” umur 12Tahun datang ke Rumah Sakit diantar oleh Ibunya, ingin
memeriksakan keadaan anaknya dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dialami anaknya
sejak 1 bulan ini. Nyeri dirasakan semakin bertambah sejak 2 minggu ini. Nn.”M” juga merasa
perutnya semakin membesar sejak 2 minggu ini. Riwayat keluar darah dari kemaluan tidak
pernah, riwayat sudah
pernah haid sebelumnya tidak ada. Nn.”M” mengeluh sulit buang air kecil dan kadang-
kadang disertai rasa nyeri saat BAK. RiwayatBAB (+) normal.
a. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Nn.”M”
Umur : 12 Tahun
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Medan Merdeka
b. ANAMNESA
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh Nyeri perut bagian bawah semenjak satu bulan yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti yang dideritanya saat ini.
3. Riwayat Obstetri dan Gynekologi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat haid sebelumnya.
4. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan tidak pernah menderita kelainan Psikososial

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit kronis.
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Nn.”M” mengatakan belum pernah mengalami kehamilan dan persalinan sebelumnya.
7. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi dan Penatalaksanaan Hidup Sehat Cukup Baik dan Menerima
Klien dan keluarga mengatakan pola hidup mereka cukup sehat.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien mengatakan makan 3 x sehari dengan pola seperti nasi putih, lauk pauk, sayur mayur dan
buah-buahan.
c. Pola Eliminasi
Klien BAK 3-4 x sehari
Klien BAB 2-3x sehari
d. Pola Tidur dan Istirahat
Malam hari 7-8 jam
Siang hari 1-2 jam

c. DATA
OBJEKTIF
1.a. Keadaan
Pemeriksaan
Umum Fisik: Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/60
Nadi mmHg
: 98 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
2. : Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, hymen buldging (-)
Inspeksi : Nyeri Tekan pada abdomen
3. Palpasi
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 9,8 g/dl
Hematokrit : 31%
Leukosit : 11.700/mm³
Trombosit : 367.00/mm³
USG : - Kandung kemih terisi baik
- Terkesan hematometra dan hematokolpos

d. ASESSMENT
Nn.”M” Umur 12 Tahun dengan Hymen Imperforata.

e. PLANING
“Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.”
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 98kali/menit
Respirasi :20kali/menit
Suhu : 36,9ºC
“Pasien sudah mengetahui hasil pemeriksaan”
“Menganjurkan pasien untuk menjalani tindakan pembedahan seperti Hymenektomi.”
“Pasien mau untuk menjalani tindakan Hymenektomi”
“Tindakan hymenektomi telah diberikan kepada pasien”
“Berkolaborasi dengan dokter spesialis atau tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian terapi”
- Injeksi Cefotaxim 500mg/12 jam ( 2 x 500mg)
- Asam Mefenamat 3 x 250 mg
“Pasien sudah mendapatkan terapi.”

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan
organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga
karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang
subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.
Salah satunya adalah himen imperforata. Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang
melingkari orifisium vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan
keluarnya aliran darah menstruasi. Sedangkan kelainan himen imperforata adalah kelainan
kongenital ringan sering dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis).
Sehingga tidak mungkin terjadi aliran darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa
sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu
kegagalan perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen. Kelainan
ini tidak diketahui sebelum menarche. Gambaran klinik himen imperforata merupakan
manivestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat
mencapai ruangan abdomen yaitu hematokolpos,hematometra dan hematosalping. Penanganan
untuk kasus himen imperforata adalah dengan dilakukan insisi berbentuk silang.

B. SARAN
Kelainan konginetal ini dapat diketahui secara dini. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan
secara menyeluruh dan teliti pada bayi baru lahir. Meski kelainan ini baru dapat didiagnosis saat
seorang wanita telah menarche. Sehingga saat seorang gadis telah masuk menarche, dan
mengalami tanda – tanda seperti nyeri perut bawah setiap bulan, tetapi tidak mengalami
menstruasi. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan dan segera mendapatkan penanganan
medis

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Ginekologi tentang himen imperforata

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selaput dara Imperforata adalah bentuk bawaan gynatresia. Seorang gadis berusia 15 tahun,
tanpa gejala, datang ke dokter karena dia belum memiliki periode menstruasi. Himen
Imperforata adalah kondisi bawaan yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh
perkembangan abnormal urogenitalis sinus, dengan kejadian 0,02 % (Takayama,2001).
Angka kejadian yang sering terjadi biasanya berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula
berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital
multipel.salah satu kelainan kongenital adalah himen imperforata. Himen imperforata
merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi pada saluran alat kelamin perempuan,
tetapi biasanya tidak menunjukkan gejala sampai pubertas. Selaput dara imperforata jarang
berhubungan dengan komplikasi jika terdeteksi dini. Angka kejadian kelainan kongenital yang
lain berkisar 15 per 1000 kelahiran, angka kejadian ini akan menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus
sampai berumur 1 tahun. Sehingga hal ini dapat dihindari dengan pemeriksaan lengkap bayi saat
lahir (marie,1995).
Sebuah penelitian di Afrika mengungkapkan bahwa kelainan himen imerforata sering
terlambat diketahui. Walaupun kelainan tersebut dapat dideteksi pada umur berapa saja melalui
inspeksi genitalia eksternal, hymen imperforata sering luput dari diagnosa. Para peneliti
melakukan review selama periode 13 tahun atas 23 anak perempuan yang didiagnosa mengalami
hymen imperforata. Setengah dari jumlah anak perempuan tersebut tidak mengalami gejala dan
didiagnosis setelah dilakukan pemeriksaan fisik seluruhnya (Postner,2005)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut kelainan kongenital Himen Imperforata?
2. Apa gambaran klinik yang dapat didirikan untuk mendiagnosa Himen Imperforata?
3. Apa penanganan yang dapat diberikan pada kasus Himen Imperforata?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kelainan kongenital himen imperforata
2. Mengetahui gambaran klinik untuk mendiagnosa himen imperforata
3. Mengetahui cara penanganan pada kasus himen imperforata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian himen imperforata


Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan
organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat diduga
karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan endometrium yang kurang
subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat terogenik dan infeksi khususnya infeksi virus.
Kelainan kongenital yang tampak dari luar harus diketahui oleh bidan, kelainan ini yaitu himen
imperforata.
Himen merupakan pertemuan antara sinus urogenitalis dan ductus muller yang bersatu
membentuk vagina. Vaginal plate menembus sel sinus urogenitalis sehingga dapat dikemukakan
bahwa “himen” seluruhnya berasal dari sinus urogenitalis.(Spandofer,2005)
Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan
mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah
menstruasi. Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi, tetapi umumnya robek pada waktu
koitus pertama. Himen yang “intak” danggap suatu tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat
diandalkan karena beberapa kasus koitus tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang
lain himen dapat robek akibat manipulasi digital.
(Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC)
Walaupun himen relatif avaskular, robekan pada koitus pertama dapat disertai
sedikit
perdarahan yang akan segera berhenti. Robekan pada himen yang jauh lebih parah terjadi
pada waktu melahirkan dan hanya tersisa beberapa sisa. Sisa ini disebut karunkulae
mirtiformus. Tepat disebelah lateral himen, mengelilingi orifisium vagina.
.( Derek,Llewellyn. 2001.Obstetri dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta:Hipokrates
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.)
Himen imperforata adalah kelainan kongenital yang relatif jarang terjadi, di mana
membran himen menutupi lubang vagina sehingga haematocolpos, yang sering menyebabkan
sakit perut pada anak perempuan remaja. Penderita yang mengalami himen imperforata
frekuensinya tidak begitu banyak, yaitu 1 dalam 4000 kelahiran (Bryan dkk, 1949), 1 dalam
4000 sampai 10.000 kelahiran (ACOG). Kelainan kongenital ringan ini sering dijumpai, yaitu
tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak mungkin terjadi aliran darah
pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti
pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu kegagalan perkembangan vagina untuk membuat
suatu saluran pada lingkaran himen. Kelainan ini tidak diketahui sebelum menarche.
Kelainan ini merupakan malformasi yang mudah untuk mendiagnosis, bahkan di negara-
negara dengan cakupan layanan kesehatan yang terbatas.Dilaporkan bahwa himen imperforata
terjadi pada satu dari 1.000 satu dalam 10.000 kasus. Dilaporkan tiga kasus himen imperforata,
yang disajikan selama enam bulan, yang awalnya tidak terjawab.(Jill,1999). Belum diakui pada
saat kelahiran, itu menjadi jelas pada pubertas karena pengembangan hematocolpos, yang
memerlukan intervensi bedah. Situasi ini dapat dihindari dengan pemeriksaan lengkap bayi saat
lahir. Laporan kasus ini menggambarkan empat pasien yang kita lihat dari tahun 1995 sampai
2001 di Bangui (Republik Afrika Tengah) Pediatric Center dan Komunitas Rumah
Sakit.(Messina,2002)
(Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi 7.Jakarta: EGC
Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379
Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC)

B. Penyebab Terjadinya Himen Imperforata


Selaput dara berasal dari tunas embrio vagina dari sinus urogenital. Akibatnya, selaput dara
adalah gabungan dari epitel vagina dan epitel dari sinus urogenital sela oleh mesoderm.
Setelah selaput dara menjadi berlubang atau bentuk sebuah kanal pusat, membentuk
komunikasi antara saluran vagina bagian atas dan bagian depan vagina. Etiologis khusus
untuk kegagalan untuk menetapkan patensi tidak jelas. Penyebabnya mungkin berhubungan
dengan kegagalan apoptosis karena sinyal genetik dikirim, atau mungkin berkaitan dengan
lingkungan hormonal yang tidak pantas. Selain itu mungkin karena warisan familial dalam
generasi berturut-turut telah dijelaskan.

Kelainan kongenital himen imperforata secara pasti belum jelas, akan tetapi beberapa
peneliti ada yang menganggap karena adanya gangguan pada gen autosomal resesif (Jones,
1972), gangguan pada transmitted sex-linked autosommal dominant (Shohiv, 1978), adanya
hormon antimullerian. Selain itu diduga akibat produksi faktor regresi Mulleri yang tidak sesuai
pada gonad embrio wanita, tidak adanya atau kurangnya reseptor estrogen yang terbatas pada
saluran Muller bawah, terhentinya perkembangan saluran Muller oleh bahan teratogenik.

Hong Kong. Emerg. Med.Journal.tahun 2009. Vol. 17/ edisi 5/ Halaman 371 –
373 Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379

C. Gambaran Klinik
Kejadian pasien dengan himen imperforata menyajikan dengan gejala AUR,
mulai dari 3%
menjadi 46% . Mekanisme himen imperforata menyebabkan AUR mungkin karena
ditahan hematoma di vagina menekan uretra atau menyebabkan iritasi pada pleksus sakral.
Selain itu,efek mekanik hematoma di vagina bisa mengubah sudut antara leher kandung
kemih dan uretra, mengakibatkan obstruksi kemih keluar. Konservatif sifat budaya lokal
di Taiwan membuat sebagian besar dokter enggan untuk melakukan pemeriksaan genital rutin.
retensi urin
selalu diobati dengan kateterisasi.Hal ini nyaman dan mudah untuk mengamati selaput dara pada
saat kateterisasi. Sebuah tonjolan sepanjang posterior aspek introitus yang khas.
Gambaran klinik himen imperforata merupakan manivestasi dari tidak tersalurnya darah
menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen. Gambaran
klinik dapat dijumpai sebagai berikut :
1. Hematokolpos
Terjadi timbunan darah di vagina
Himen berwarna kebiruan dan menonjol karena timbunan darah
2. Hematometra
Timbunan di dalam rahim
Terasa sesak, tekan bagian bawah,nyeri terutama saat menstruasi
Dapat diraba di atas sympisis berupa tumor padat dan teraba nyeri
3. Hematosalping
Timbunan darah pada tuba fallopi
Darah ini dapat mencapai ruangan abdomen

(Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi 7.Jakarta: EGC)


Pada neonatus dengan himen imperforata biasanya menyajikan dengan membran
menggembung diantara labia, membran mungkin menjadi putih karena buncit dari bahan
berlendir terjebak disekresikan sebagai akibat dari stimulasi oleh hormon estrogen ibu. Pada
neonatus atau gadis kecil mungkin vagina terisi oleh suatu cairan lendir disebut hidrokolpos.
Dalam kasus berat, distensi berada dalam saluran vaginal distal dan proksimal meluas ke dalam
rahim. Massa garis tengah bawah perut biasa terlihat pada pemeriksaan fisik karena panggul
dangkal neonatus memungkinkan rahim akan teraba di atas simfisis pubis. Mucocolpos ini dapat
mengakibatkan infeksi saluran kemih atau obstruksi kandung kemih. Fakta bahwa kebanyakan
pasien dengan selaput dara imperforata hadir selama masa remaja awal menunjukkan bahwa
dianogsis sering diabaikan selama pemeriksaan neonatal.
Pada anak sebelum pubertas, sebuah selaput imperforata bisa keliru didiagnosis sebagai
aglutinasi labial atau vagina congenitally absen. Perbedaan pada pemeriksaan fisik kotor sering
sulit karena kurangnya estrogenization perineum.
Ketika remaja dengan amenore primer, pemeriksaan fisik dengan teliti adalah penting.
Ada atau tidak adanya karakteristik seksual sekunder harus diperhatikan. Presentasi klinis
yang paling umum termasuk amenore primer. Remaja dengan selaput dara imperforata
biasanya menyajikan dengan gejala sakit perut atau panggul lebih rendah yang awalnya
mungkin siklus. Sejarah menyeluruh harus diperoleh, dan pasien dan keluarganya harus
ditanya tentang nyeri pasien perut atau panggul. Mereka harus bertanya tentang rasa sakit
siklis, riwayat perdarahan vagina (yang menunjukkan amenore sekunder), sejarah keluarga
kelainan genitourinari termasuk selaput dara imperforata, dan faktor lain untuk menentukan
apakah setiap masalah yang mendasari endocrinologic hadir. Selama interogasi, pasien
dan keluarga biasanya mengakui pola siklus dengan gejala perut pasien. Gejala
menyajikan Tambahan selaput dara imperforata termasuk sakit punggung, retensi urin
(37% -60% dari pasien), dan sembelit (Robert,2000). Selain itu juga menunjukkan gejala
berupa benjolan di perut bagian bawah. Gejalanya biasanya tidak diketahui sampai
menarche, amenore dengan nyeri kram abdomen bawah yang bersifat siklis. Tandanya
pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan massa di abdomen bawah yang nyeri tekan
dan massa kistik di pelvis. Keluhan miksi mungkin polakisuri sebab kapasitas buli – buli
menjadi kecil, sedangkan keluhan defekasi umumnya tidak menonjol. Pada inspeksi vulva
kelihatan atresia himen berwarna kebiru – biruan biasanya menonjol.
Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC
Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/ halaman559–561
D. Pemeriksaan
Untuk menegakkan diagnosis himen imperforata dilakukan
beberapa pemeriksaan
penunjang. Penelitian di Hong Kong dari periode 1999 sampai 2007 dilakukan review
23 kasus selaput dara imperforata, untuk menekankan kemudahan membuat diagnosis
selaput dara imperforata dengan pemeriksaan alat kelamin rutin di masa kanak-
kanak(Jason Yen,2008). Pemeriksaaan dilakukan dengan :
1. Anamnesa yang menyeluruh

Tanyakan secara menyeluruh riwakyat kesehatan keluarga. Keluhan yang paling


sering ditemukan adalah amenorhoe primer dan nyeri abdomen. Pasien mengalami
masa pubertas dengan masa telarche yang normal. Karena ovarium berfungsi secara
normal, penderita mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya sesuai dengan
siklus menstruasi.
1. Pemeriksaan fisik

a. Pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder normal dan timbulnya setelah masa


pubertas, sama seperti wanita normal lainnya. Tinggi badan normal
b. Pemeriksaan dengan spekulum

c. Pada pemeriksaan colok dubur dapat ditentukan besar dan luas gumpalan darah di
alat kelamin dalam.

d. Menempatkan pasien dalam posisi lutut-dada bantu pemeriksaan fisik pada kelompok
usia anak. Memiliki berlutut pasien di meja pemeriksaan dengan sikunya di meja dan
wajahnya beristirahat di tangannya. Perlahan menyebar pantat dan labia dan memiliki
napas pasien atau pukulan. Jika pemeriksaan masih sulit, obat penenang atau
anestesi mungkin diperlukan.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis himen imperforata dapat dilakukan
pemeriksaan USG untuk menentukan ada dan luasnya perdarahan di uterus, tuba, dan
rongga perut.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan pencitraan yang terbaik dari jaringan seperfisial dan jaringan yang
lebih dalam. MRI dapat mengklarifikasi hasil pemeriksaan USG mengenai cavum uterus,
dan dapat memeriksa struktur subperitoneal serta dapat mendeteksi adanya serviks uteri.
Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/ halaman559–561
Vol. 17/edisi 5/hal 371 - 373 Hong Kong . Emerg. Med Journal. Tahun 2009 /

E. Penatalaksanaan
Dibuka secara bedah untuk memungkinkan drainase mukokolpos atau hematokolpos atau
kedua – duanya. Pada bayi dan anak – anak bagian sentral selaputnya dieksisi. Pada anak yang
lebih tua dengan darah menstruasi yang tertahan, suatu bagian yang menyerupai baji dari pars
posterior himen diambil.Perlakuan klasik adalah selaput dara imperforata melalui hymenectomy
bedah. Yaitu dengan dilakukan sayatan berbentuk X,menghasilkan 4 sudut persimpangan tiap
sudut dijahit kearah luar(dasar himen). Pada saat dilakukan maka akan keluarlah darah haid yang
telah menumpuk sekian lama di rongga vagina dan rahim.
Perdarahan, jaringan parut dan stenosis dari lubang vagina adalah komplikasi utama dari
prosedur ini. Teknik invasif yang kurang tersedia termasuk penggunaan karbon dioksida
lasers14 atau aplikasi Foley catheters15 tanpa merusak struktur selaput dara. Waktu yang optimal
operasi didasarkan pada gejala. Asimtomatik anak didiagnosis tanpa mucocele dapat diobati
selama pubertas sebelum perkembangan hematocolpos atau hematometra untuk mengurangi
risiko anestesi umum (Goldstein,2008).
Penanganan himen imperforata dengan hymenectomy harus dengan perlindungan
antibiotika,
darah tua kental kehitam – hitaman keluar. Penatalaksanaan himen imperforata dapat
dibuat terbuka dengan hanya insisi berbentuk bintang pada posisi jam 2,4,8, dan 10. Kemudian
vagina didilatasi secara digital. Luka ditutup dengan jahitan terputus hanya jika diperlukan
jahitan seperti ini harus diletakkan sagital. Jika pasien defisiensi estrogen intrinsik, akan
diperlukan terapi estriol tambahan (estriol 2-3 mg sehari untuk 1-2 minggu, yang menggunakan
obat seperti Gynasan 1000mg, Bastian atau Ovestin 1 mg.
Sebaiknya sesudah tindakan penderita dibaringkan dalam letak fowler, umunmya
penderita tidak memerlukan rawat inap. Selama 2 – 3 hari darah tua kental tetap akan mengalir
disertai dengan pengecilan tumor – tumor tadi. Sesekali pada himen impeforata ditemukan pada
neonatus atau gadis kecil vagina terisi oleh suatu cairan lendir (hidrokolpos). Apabila timbul
tekanan – tekanan dan disertai dengan radang sekunder, hendaknya himen dibuka dan dipasang
drain. Selayaknya diberi pula antibiotika. Bila atresia himenalis ditemukan pada gadis kecil tanpa
menimbulkan gejala – gejala, maka keadaan diawasi saja sampai anak lebih besar dan situasi
anatomi menjadi lebih jelas.
Kelainan kongenital himen imperforata merupakan kelainan yang memerlukan tindakan
spesialistis, sehingga bidan dapat mengambil tindakan :
1. KIEM(komunikasi, edukasi, informasi, dan motifasi) agar wanita tersebut mengikuti petunjuk
untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit
2. Merujuk penderita ke dokter ahli atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan adekuat

Martius, Gerhard.1982.Bedah Ginekologi.Jakarta : EGC)


Taber,Ben-Zion.1994.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC )
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan
organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga
karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang
subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.
Salah satunya adalah himen imperforata. Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang
melingkari orifisium vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan
keluarnya aliran darah menstruasi. Sedangkan kelainan himen imperforata adalah kelainan
kongenital ringan sering dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis).
Sehingga tidak mungkin terjadi aliran darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa
sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu
kegagalan perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen. Kelainan
ini tidak diketahui sebelum menarche. Gambaran klinik himen imperforata merupakan
manivestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat
mencapai ruangan abdomen yaitu hematokolpos,hematometra dan hematosalping. Penanganan
untuk kasus himen imperforata adalah dengan dilakukan insisi berbentuk silang.

B. Saran
Kelainan konginetal ini dapat diketahui secara dini. Maka harus segera dilakukan
pemeriksaan secara menyeluruh dan teliti pada bayi baru lahir. Meski kelainan ini baru
dapat didiagnosis saat seorang wanita telah menarche. Sehingga saat seorang gadis telah
masuk menarche, dan mengalami tanda – tanda seperti nyeri perut bawah setiap bulan,
tetapi tidak mengalami menstruasi. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan dan segera
mendapatkan penanganan medis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chin Med Assoc Journal. Tahun 2008 / Vol 71 / Edisi 6/ halaman 325 - 327
2. Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/ halaman559–561
3. Derek,Llewellyn. 2001.Obstetri dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta:Hipokrates
4. Vol. 17/edisi 5/hal 371 - 373 Hong Kong . Emerg. Med Journal. Tahun 2009 /
5. Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
6. Martius, Gerhard.1982.Bedah Ginekologi.Jakarta : EGC)
7. Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
8. Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi 7.Jakarta: EGC
9. Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379
10. Taber,Ben-Zion.1994.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
11. Wim, de Jong dan Sjamsuhidayat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai