.
Conducting
..,.
.
Ruplratory
..,.
TRAKEn
Oibentuk oleh cartilago dan jaringan ikat
Tepi caudal cartllago cricoidea (setinggl vertebra cervical 6) hingga
tepl cranial vertebra torakal S
Terdiri dari 20 cincin cartilago, bentuk huruf "U", membuka ke dorsal
Lumen selalu terbuka
Pada bifurcatio terdapat CARINA
Terletak di llnea mediana kecuali bagian caudal terdesak ke kanan
oleh arcus aorta
Sebelah dorsalnya terdapat oesophagus
Sebelah anterior terdapat Isthmus dan lobus pyramldalis glandula
tirold serta otot- otot lnfrahyoid
Sebelah lateral terdapat lobus lateral glandula tiroid dan carotid sheath
tracheal cartilage
--
---~ -!Mfflbr-
......,._ lum-,i
.,...,_
.. - - - - . . . . -
---~ --.
Ned/c:/ne 1
RRORKUJ
Bercabang m enjadi bronkus sinistra dan bronkus dekstra
Vaskularisasi : A. Thyroldea inferior
l nnervasl : N. Vagus, N. Recurrens dan Trunkus slmpatikus
trakea
BRONK
EPARTERI BRONKUS
ARTERIAUS
Bronku, D•lulra
Lebih besar, leblh pendek, leblh
vertical
HILUS PULMONALIS setinggl vertebra
thoracal 6
Vena azygos melengkung d i slsl
cranlalnya
Arter! pulmonalis mulanya berada di
inferior kemudian di ventralnya
Bronkus bercabang 3 (bronkus
sekunder) dimana secara anatomis
dibagi menjadl dua berdasar pembatas
arteri pulmonalls kanan :
0 menuju ke lobus superior:
BRONKUS EPARTERIALIS
0 menuju ke lobus m edial dan
inferior : BRONKUS
HYPARTERIALIS
INSPEKSI
Kelalnan dinding dada (skar opeasi, pelebaran vena, ginekomastl,
retraksi otot)
Kelalnan bentuk dada
o Dada normal: diameter laterolateral leblh besar dari
anteroposterior
o Dada emfisema (barrel chest): anteroposterior > laterolateral,
tulang punggung melengkung, biasa pada pasien bronchitis
kronik dan PPOK
o Kifosis: vertebra melengkung kearah anterior
o Skoliosis: vertebra melengkung berleblhan ke lateral
o Pectus excavatum : dada d engan sternum mencekung ke dalam
o Pectus carinatum: sternum menonjol ke depan
Frekuensi pernapasan : 14-20 kali permenit
Jenis pernafasan :
o Thorakal
o Abdominal
o Kombinasl (thorako-abdominal): terbanyak
Pola pernafasan
.A..rV'-./v Normal
R lratory Hedfclne 3
PALPASJ
Poslsl mediastinum : trakea, iktus
Kelenjar getah bening
Palpasl dalam keadaan dlnamls :
o Ekspansl paru: letakkan kedua telapak tangan dan lbu jari secara
slm etris di maslng-maslng tepl iga dan jarl lain menjulur
sepanjang slsl lateral lengkung lga
o Fremi tus vocal: letakkan kedua telapak pada permukaa n d lndln g
dada lalu mlnta pasien menyebut 77 atau 99 hingga getaran suara
yang dltlmbulkan leblh Jelas (tact/le fremitus). Bandlngkan secara
bertahap dan seterusnya.
- sama kuat ( normal )
- menguat : meningkatnya lntensltas paru ( infiltrate / konsolidasi
• pneumonia
- melemah : getaran suara dl pantulkan/ diresorbsi • intensitas
paru berkurang • atelektasis, efusi
/
lnsplrasl leblh Hamper
Relative seluruh
Veslkular lama darl ekplrasl, lemah lapangan paru
tanpa diselingl
1eda
Dindlng
~
Suara nafas fase anterior
Bronko- lnsplrasl sama serlnggl sela
Sedang lga 1 dan 2
veslkular dengan fase
eksplrasl serta daerah
interskaoula
Suara nafas fase
eksplrasl leblh
Bronklal
/'-. lama dari fase
lnsplrasl,
dlantaranya
Relative
keras
Manubrlum
stemli
dlsellnol 1eda
Suara nafas fase
lnspirasl sama
Trakeal
/' dengan fase
eksplrasl,
dlantaranya
Relative
keras
trakea
dlsellnol 1eda
(DlkutJp dar1 kepustakaan 1)
RonkJ Kertng
x Sonorous (nada rendah) : obst ruksi parsial saluran napas besar,
mengerang
x Slbllan (nada tinggl) obstruksi saluran napas kecil, menciclt
(squaeking) • wheezing
6
Foto thoraks normal:
gambaran paru radiolusen
vaskular paru sampal 2/3 medial
hilus dekstra lebih rendah dari
sinistra
sudut kostofrenikus lancip
Keteranaan aambar;
A aorta, Apw aortopulmonary window,
Cap cardiophrenic angle, g gastric
bubble, Ip interlobar (descending
pulmonary artery, L liver, Iv left
- ~ - - - - - - -- - ventricle, rts righttracheal, sp spleen
'::2J.i. . . . ' 7
SPIROMETRI 6
.a
Splrometri pada dasarnya
dilakukan untuk mengetahui
apakah kerja pernafasan
seseorang mampu megatasi kedua
resistensi yang mempengaruhi
kerja pernafasan yaitu resistensi
elastik dan non-elastik sehingga
dapat menghasilkan fungsl
ventilasl yang optimal.
f IC
i
!I-
>1 -FRC
-, --RV
TIME
TLC : total lung capacity ERV : expiratory reserve volume
vr : volume tidal vc : vital capacity
JC : l nsplratory capacity RV : residual volume
FRC : Functional Residual Capacity IRV : lnspiratory reserve volume
8
Keteranga n :
Vo lume tidal (VT) = jumlah u dara yang d lhirup dan dihembuskan
setia p k a li b e rnafa s pada saat i stirahat. Vo lume tidal no r mal pada
orang dewasa sek i t a r 500 m l.
Volume r esidu ( RV) = jumla h gas yang ters i sa d i paru-p aru setelah
menghe mbuskan n afas secara maksimal atau ekspiras i paksa. Nila!
n o rmalnya ada lah 1500 ml.
Kapasit as vital ( VC) = jumlah gas yang dapat dieks plrasi setelah
lns p irasi secara ma ksimal. VC = VT + I RV + ERV ( seharusnya 80 %
T LC) Besarnya adala h 4800 m l.
DIKASI PIROMETRI
D l agnostik : evaluasi paslen yang mem punyal g ejala, t anda, atau hasll
laborato rium yang abnormal; skrln lng lndiv ldu y ang m empunyal ri siko
pe nya kit paru; mengukur efek fung sl paru pada lndiv idu yang mempu nya l
peny aklt paru; m enil al risiko preoperasi; m enentukan prognosis penyakit
yang berkait an dengan respirasi dan m enllai stat us kesehatan se belum
memulai prog ram latlhan.
Monitoring : menilai int ervensi terapeutik, memantau pe rkembangan
penyakit yang m empengaruhi fungsi paru, monitoring lndivldu yang
t erpaj an agen berisiko terhadap fung si paru dan efek samplng o bat yang
mempunyal t oksisltas pada paru .
Evaluasl ke cacatan/kelumpuhan mene ntukan pasien y ang
m embutuhkan program rehabllitasl, kepentingan asuransi dan hukum .
Kesehatan m a syarakat : survei epldemlolog is { skrlning penyakit
obstrukt if dan rest rlk t if ) menetapka n standar nllal normal dan penelltlan
klinls.
ONTRAINDIKASI SPIROMETRI
Kontralndikasi absolut m eliputi: Penlngkatan t ekanan intrakran ial,
space occupying lesion (SOL) pada otak, ablasi o ret ina, dan lain- lain .
Kontraindi kasi relatif meliputi : hemoptisis yang t idak diketahui
penyebabny a, pneumotoraks, ang ina pektoris t idak stabil, hernia skrotalis,
hernia lnguinalis, hernia umbilikalis, Hernia Nucleous Pulposus (HNP)
tergantu ng derajat keparahan, dan lain -lain .
nth, Medicine 1O
Prlnslp Dasar Splrometri
PENGUKURAN VOLUME-WAKTU (VOLUMETRIC)
FVC Forced vital capacity - total udara ya ng dapat
dihembuskan dalam satu tarikan napas penuh
FEV, Forced Expiratory Volume in One Second - volume
udara paksa maksimum dalam 1 detlk yaitu untuk
m engukur berapa banyak udara yang dapat
dihembuskan dalam waktu 1 detlk. Paru - paru dan
sa luran pernapa san normal umumnya dapat
menghembuskan hampir semua isl udara dalam paru
- paru dalam waktu 1 detik.
FEV/FVC : Rasio FEV, terhadap FVC yang dinyatakan dalam
angka desimal. Normalnya FEVl/FVC sekltar 0 . 7-0.8
PENGUKURAN FLOW
Pengukuran flow mengukur seberapa cepat allran udara melalui
. l --
detektor.
FVC
◄ ···- •.. -············
Ptt-rwNo-r~ FEV,
interpretasi spirometri
melibatkan nilai FEVl, FVC,
2
l
3
I/
FEV1/fVC • 4 .0/U (G.13)
- - - ~ ··
Normal Obstruksi Restriktif Campuran
1l{;U-T
• n..,.
j~
lllM
iL_ llf'M
J~
._.
:t=r
1.Ggn. fungsl paru obstruktif (hambatan altran udara)
Contoh : Asma, PPOK, bronktektasls, bronklolltls, dll.
2.Ggn. fungsl paru restrlktlf (hambatan pengembangan paru)
Sarcoidosis, tuberkulosls, pneumoconiosls, pneumothoraks, efusi
pleura, myastenla gravls, kyphoscollosls, dlt.
INTERPRETASI HASIL
Eaal Paru Normal ·
- VC dan FVC > 80% darl nllal predlksl Ganoauoo Faal Paru Obstruksl ·
- FEVl >80% darl nllal predlksl FEVl < 80% darl nllal predlksl
- Raslo FEVl/FVC > 70% - Raslo FEVl /FVC < 70%
- Obstruksl rlngan Jlka raslo
Gangguan Faat P•CJJ RestriksJ· FEVl/ FVC 60% - 80%
- v c atau FVC <80% darl nllal predlksl - Obstruksl sedang Jlka ra slo
- Restrlksl rlngan jlka VC atau FVC 60% - 80% FEVl/ FVC 30% - 59%
- Restrlksl sedangJlkaVCatauFVC30% -59% - Obs truksl berat Jl k a raslo
- Restrlksl beratjlka VC atau FVC < 30% FEVl/ FVC <30%
R lretory M e dici ne 12
Asma Bronkiar- 12
ratory Hedlclne 13
• ••ma erdasar GINA 2018
a. Asma alergl: fenotlpe yang paling sering, tlmbul saat masa
kecil dan dihubungkan dengan riwayat sebelumnya atau
riwayat keluarga penyakit alergi sepertl eczema, rinitls alergi,
alergi makanan atau obat. Pemeriksaan sputum sebelum terapi
akan menunjukkan inflamasl eosinofilik. Berespon dengan
kortikosterold lnhalasl
b. Asma non-alergi: beberapa dewasa memiliki asthma yang
tidak berhubungan dengan alergl. Sputum paslen dapat
bersifat neutrofillk, eoslnoflllk atau mengandung sel inflamasi
(paucigranulocytlc). Paslen akan kurang berespon terhadap
kortlkosterold inhalasl.
c. Asma onset lambat : beberapa dewasa terutama wanlta
mengalaml serangan pertama saat dewasa. Sering aklbat
alergi dan memerlukan dosls kortikosteroid inhalasi dosis tlnggi
dan relatlf refrakter pada terapi kortlkosteroid.
d. Asthma llmitasi aliran campuran (fixed airflow limitation) :
dihubungkan dengan remodeling saluran nafas.
e. Asma dengan obesitas: beberapa paslen obes mengalami
keluhan respirasi prominen dan sedlkit lnflamasi eosinoflllk
R ln,tory Medicine 14
Klaslfll<asl asma menurut derajat serangan
Dalam melakukan penilaian ber at-ringannya serangan asma, tidak
harus lengkap untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan
sebagai prediksi dalam menangani pasien asma ya ng d atang ke
fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada. Pen ilaian tingkat
serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien m emberikan
respon yang kurang terhadap terapi awal, ata u serangan memburuk
dengan cepat, atau pasien beresiko tinggi.
~~~-
Bayt:
Tangis pendek
Bayt:
Sesak dan lemah Bayl: tidak mau
menangls Kesulitan makan/ mlnum -
keras menetek/
m akan
Ouduk
Btsa Leblh suka
Poslsl bertopang
berbaring duduk
lennan
Blcara
Penggat Kata•kata
kalimat
kallmat
Mungkl n Blasanya Blasanya Kebt-
Kesadaran
tritabet lritabel lritabel nc:iunaan
Slanosis Ttdak ada Tldak ada Ada Nvata
Sedang, Nyaring,
Sangat nyarlng, SullV
Wheezing
hanya pada sepanJang terdengar tanpa
akhlr eksplrasl dan tidak
stetoskop terdengar
eksoirasl insolrasi
Gerakan
Penggunaan paradok
Blasanya
otot bantu ttdak Biasanya ya Ya torak o·
respiratorik abdominal
Sedang,
Dangkal, Dalam,
ditambah Oangkal/
Retraksl retrakst ditambah nafas
retraksi hilang
interkostal cuplng hldung
suprasternal
Frekue nsl nafas Takioneu Takloneu Takioneu Bradloneu
Frekuensl nadl Normal Takikardl Taktkardt Bradlkardt
Pulsus Tidak ada Ada Ada
Ada
(<10 mmHg) (10-20 (10 -20
paradoksus
mmHo\ (10-20 mmHg)
mmHQ)
PEFR atau FEV1
(%nllal dugaan
/ o/onilal
terbalk)
Pra-bronkodllator >60% 4 0-60% < 40%
Pasca- > 80% 60-80% <60% respon
bronkodilator < 2 tam
Sa02% >95% 91-95% _s 90%
Normal
(blasanya
Pa02 tdk periu > 60 mmHg < 60 mmHg
dioertksal
PaC02 < 45 mmHQ < 45 mmHa > 4 5 mmHa
Hedlclne 15
I Tlngluitan ••~ rkontrol
-
~ o o n l n l l & ,t-.tectora
I ~ u,g M!C110n)
W\..., ~ ' ~
__
"N01bcnkhn< 12 ~
.,.
·•,ord'likhft6-t1 ,,_.....,.
~ s-, 3 ~ 19
---
' F011ffl.ll,nt9ptNC:ribed
IOP~o,84.0
..............
--- tr..,,.tt,..,.....,.._•
.,.....,,..lfMWn9nlt_,,
__,,._
~ -12,.....MII\ .
--
c-..J ~.......,.........
C:-
OIMl' 41.fJIN
-~..
.,.,c., '-..,.,..,.,._.
...
ratory Hedlclne 16
Pftf.ff.RMD
COHTRou.vt
CHOICE
STEP1 STEP2
-
'lowdoN'
ICI
---
·--
---,M«titalricii,,or.iiii,oi;ii iiffiAJ ··-rL~ - IC$•LTBA
lnttaotatat ICS I
..UEVE.
CONSIXR
TlaSTEPFOR
Ctel.DltDI WITH: --- ~-
,_.....,..
ondno0<
.,..,,_..
Symplom pen-,! mnslltenl wlh aslhrN
lll'ICl••ttwne•~notwel--controlecl.«
• 3•x~per)'Nt
Symptom pect.m not c:onailtent Vlith uthml but
whee.zing~- occut hqoently, •-;.. ~
adl'lefenct.~
on dol.tN
ICS
First c:hecii: clagnoals. lmMf Pilla,
'
t..-• ....,.aJol~l...,.o4<>'1 .....l,,,l t.1o•~..........,,,,.t1 an,..,.<::erm♦"it.- ' ""
.,.,,.,,.,. r•'n " " ~ . , . . , , t,,onlor.-'IIAI•, ♦l♦k t,,oru,.~t&•• P<a"t•"ll
RNpon balk:
-0- :0-
R espon tida k • • mpuma : Respon buruk dim 1 Jam:
-respon balk dan - resiko tinggi distress - reslko tinggl distress
stabll dalam 60 menlt - pemfis: gejala ringan- - pemfis:berat, gellsah, dan
sed ang kesmen
-pemfis normal - APE >50% terapi <70% -APE <30%
-APE > 70% predlksVnilal - saturasi 02 tidak - PaC02 <45 mmH11
PULANG: -0, membaik
DIRAWAT DI ICU
- pengobatan dilanJutkan
dengan lnhalasl agonis DIRAWAT DI RS: - lnhalasl agonls beta2 + and
bete-2 - lnhalasl agonls beta2 + anu koUnergik
- butuh kortikosterold oral kollnerglk - steroid IV
• eduka$i paslem: - kortikosteroid sistemik - pertimbangkan agonls
a.pakal obat dgn benar • aminofilin drips beta2 injeksl SC/IM/IV
b.ikuti rencana pengobatan - pertJmbangkan terapl - aminofilin drips
selanjutnya ok.stgen dgn kanal nasal - mungkln pertu l ntubasl dan
ateu masker venturi ventilasl mekanik
- pantau APE, saturasl
02, nadi, kadar teofilin
0. 0
lldakllda
Pill.ANO
-APE>eo%~
~kan
-
... ICU bila tldak
membalk
-.Tetap- dalam 6-12 jam
pengobalancnla1au -
Hedlclne 18
Penilaian berat serangan
Klinis : gejaa (batuk, sesak, mengi, dada terasa berat)
yang bertambah
APE <80% nilai terbaik / prediksi
Terap, awal :
lnhalas, agon,s beta - 2 kerJa singkat (set,ap 20 men,t, 3 kali dalam 1 jam)
atau bronkodolator oral
Respon balk:
Gejala ( batuk/berdahak/sesak/mengl)
Res pon buruk:
membalk Gejala menetap atau bertambah buruk
Perbalkan dengan agonls beta 2 dan APE < 60% prediksi / nlla, terbalk •
bertahan selama 4 jam APE 80% tambahkan kortikosteroid oral •
predlksl / n tlal terbalk agonls beta 2 diulang
· ob
LanJutkan agonis eta 2.in h a Ias,.
setiap 3-4 jam untuk 24-48 jam SEGERA KE DOKTER / UGO /
Alternatif: bronkodilator oral R UMAH SAKIT
setiap 6·8 jam
Steroid inhalasl diteruskan dengan
dosis tinggi (bila menggunakan
steroid inhalasi) selama 2 mingg u
kemudian kembali ke dosis
sebelumnya
0
HUBUNGI DOKTER UNTUK INSTRUKSI
SELANJUTNYA
rY /lfedlc:ln e 19
Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) 11 -1s
enlsl : penyaklt paru kronlk ditandai dengan hambatan aliran
udara di saluran nafas yang bersifat progresif non r eversibel atau
reversibel parsial. Hambatan berhubungan dengan respon inflamasi
paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya.
Obtruksi saluran nafas pada PPOK bersifat irreversible dan terjadi
karena perubahan structural pada saluran nafas kecil yaitu :
inflamasi kronis, fibrosis, metaplasla sel goblet dan h lpertrofi otot
polos.
Dispneu
Bat uk minimal dan tidak
t1ngan produktif
iiosls(aklbat Kulit kem erahan
hlpoksemla Pursed lip breatin g
Edem periferal (aklbar cor Cachexia
pulmonal, kardlomegall) Hlperventllasi, ba rrel chset
Wheezing Takipn eu dan penggunaan otot
Eksplrasl memanjang bantu nafas
Obese Kadang disertai pneumothoraks
Pollsltem la vera (aklbat aklbat bullae
kompensasi hipoksemla) Penurunan BB akibat usaha
-
berlebih untuk bernafas
~
~ ifl
Bronkltls kronlk adalah kelainan saluran nafas yang dltandal batuk
kronlk berdahak minimal 3 BULAN dalam 1 TAHUN, sekurang-
kurangnya 2 TAHUN berturut- turut, dan tidak disebabkan penyakit
lain.
Emflsema adalah kelalnan anatomis paru yang ditandal oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal disertal kerusakan
dlndi ng alveoli.
R-p_lratory Medicine 20
protease fibrosis
~ 'V
penyakit saluran nafas kecil
kerusakan parenkim paru
..i,
emfisema
PENJELAS AN
Asap rokok menginduksi m akrofag dan sel epitel. Makrofag
melepaskan mediator TNF-o yang akan m erekrut netrofil ke tempat
inf lamasi dan IL-8 yang juga akan merekrut n etrofil ke t e mpat inflamasl
dan m empengaruhi fibroblas, sehingga terjadi proliferasi dan fibrosis
jaringan pengikat. Sel epitel m enghasilkan mediator LTB4 yang juga
merekrut netrofil. Makrofag dan n etrofil juga menghasilkan protease
yang mampu m emecah e lastin d an makromolekul lain p ada paru. Pros es
ini dipercepat dengan adanya oksidan yang j u ga t erdapat pada r okok.
Oksidan da pat bereaksi d an merusak berbagai molekul biologi yang
dapat menyebabkan disfungsl dan kematlan sel serta m enyebabkan
ket idakse imbangan p rotease-antipro t ease dan inflamasi serta
penyempitan sa luran napas.
Selain itu, m akrofag juga mengaktifkan sel limfosit, terutama CDS+
(sitotoksik); keduanya m emlliki ef ek saling menguatkan, makin banyak
sel limfosit, makin banyak pula makrofag, b egitu pula sebaliknya .
Limfosit akan mengeluar kan p erfor in, granzyme- B dan TN Fa yang dapat
m en yebabkan sitollsis dan apoptosls sel epitel alveolar yang
be rtanggung jawab atas inflamasl p ersisten . Proses inflamasi yang
t erjadi menyebabkan hlpersekresl mukus, fibrosis, dan proteolisis.
agnosls
Ntol')". Medicine 21
Indikator penting dalam d lagnosa PPOK
Pertimbangkan PPOK dan lakukan spirometri bila sal ah satu indikator
berikut ditemukan pada usia di atas 40 tahun. I ndikator berikut bukanlah
dlagnostlk tetapi adanya beberapa indikator ini memungklnka n suatu
diagnosa PPOK. Spirometr i diperlukan untuk menegakkan diagnosa:
. .,._"'
e""'-'
lksaan Penunja ng
Spirometri
Spirometrl (FEVl, FEVl prediksi, FVC, FEVl/ FVC)
- Obstruksl: nilal FEVl (%) dan atau FEVl / FVC ( %).
- FEVl meru pakan parameter yang paling umum dipakai unt uk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit
I ngat kr1tet1a obstruks1 pada spiromet n
FEV1(FEV1/FEV1 pred) < 80% ATAU FEV1/FVC) < 70 %
Uji bronkodilator
- UJi b ronkodilator dllakukan pada PPOK stabll
-Penggunaan bronkodllator : dosls 400 mcg beta agonls s hort acting, 160
mcg anti kolinergi short acting, atau 2 kombinasl
-FEV d iukur 10-15 menlt setelah beta agonis s hort acting, atau 30-45 menit
setelah anti koliner gi short acting atau bila kombinasl keduanya
-Bila set ela h bronkodilator FEVl/FVC tetap < 70% maka terkonfirmasi
adanya llmitasi airflow (obstruksi)
Klasiflkasl t lngkat keparahan limltasi a irflow (post
bronkod ilator FEV1}
'
GOLD 1 m ild FEVl ~ 80% pred iksi
GOLD 2 m ode rate 50% S FEV < 8 0 % prediksi
GOLD 3 severe 30% S FEVl < 5 0 % prediksi
Note GOLD 4 very severe FEVl < 30 % prediksi
R~ lratory Medicine 22
SPIROMETRI NORMA L SPIROMETRI O SBT RU KSI
( FEV, • 4l
IVC• Sl
rev,/FVC - o.u ~ , • I .UL
• FVC • J.2l
/ FEV,/ IVC • 0.56
> 3 5
Timt', SUonds f,mr-, sr ronds
labaratarium : dapat diperiksa darah rutin, hematokrit
Fata Tharaks
Foto thoraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru
lain. CT-scan juga dapat dllakukan b ila ada kecurigaan t umor paru.
Analisa Gas Darah : dilakukan apabila saturasi oksigen arteo perifer <92%
CAT Assessment
..........
-
[·-
[=---
·- - - 0 ~ 0000
000000
000000
-- ]
[==·
---
000000
=-
--- ]
[
-------· 000000
000000
---
- ]
. .... w::,. . . . . . .
lratory Medicine 24
Modified MRC dyspneu scale
GradeO : I only g e t breathless with s trenuous exer cise
Grade 1 : I get short of breath when hurrying on the level or
walking up a s light hill
Grade 2 : I walk slower than people of the same level because
of breathlessness, or I have to stop breath when
walking on my own pace on the level
Grade 3 : I stop fo breath after wal king about 100 meters on
or after a few minutes on the lev el
Grade4 : I am too breathless to leave the house or I am
breathless when d r essing or undressing
PPOK
PPOK merupakan penyakit kronik dan progresif serta non-
reversibel, sehingga penatalaksanaan terbagi menjadi
penanganan keadaan stabil dan eksaserbasi akut.
Penatalaksanaan Menurut Derajat PPOK
Deraiat Karakteristik Rekomendasl nennobatan
Gejala kronik ( batuk,
dahak)
O : beresiko
Terpajan faktor resiko, -
soirometri normal
a . Bro nkodllator kerja singkat
FEV1/FVC < 70% ( SABA, anti kolinerglk kerja
1 : PPOK FEV1 ~ 80% prediksi singkat) bila perlu
ringan Dengan atau t anpa b. Pemberian anti kolinergik
gejala kerja lama untuk
oemellharaan
a. Pengobatan reguler dengan
FEVl/FVC 5 70% bronkodllator
50% 5 FEVl 5 80% - Anti kolinergik kerja lama
2 : PPOK predlksi
sedang sebagai t erapi pemeliharaan
Dengan atau tanpa - LABA
gejala - slmptomat ik
b . Rehabilitasl
~-· a. Pengobatan reguler dengan 1
atau lebih bronkodllator
FEV1/FVC 5 70% - Anti kolinergik kerja lama
30% 5 FEV1 5 50% sebagal terapl pemeliharaan
3 : PPOK - LABA
berat prediksi
Dengan atau tanpa - slmptomatik
gejala - kortlkosteroid lnhalasl blla
memberl r espon klinis atau
eksaserbasl be rulang
b. Re habllltasl
~ Hedldne 25
a. Pengobatan reguler dengan 1
I atau leblh bronkodilator
- Anti kollnergik kerja lama 1
sebagai terapi pemeliharaan
- LABA
FEVl/FVC < 70% - Pengobatan dengan
4: PPOK kompllkasl
FEVl .S. 30% predlksl
sangat - Kortikosteroid inhalasi bila
berat atau gagal nafas atau memberl respon kllnls atau
gagal jantung kanan eksaserbasl berulang
b. Rehabllltasl
c. Terapi okslgen jangka panjang
bila gagal nafas
d. Pertimbangkan terapi
nembedahan
Penatalaksanaan PPOK stabil
Kriteria keadaan stabil
- T1dak dalam kondisi gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
- Dapat dalam kondisi gagal nafas kronik stabil, yaitu hasil analisa
gas darah menunJukkan PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHG
- Dahak Jern1h t ,dak berwarna
- Akt,fitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK
( ha sol spirometri)
- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
- T,dak ada penggunaan bronkodilator tambahan
GroupA Group B
Continue, stop, or try
alternative class of
I LAMA+LABA I
I bronchodilator I ,f'
i
evaluate effect
ratory Hedlclne 26
Group C Group D
.....,
exacerblltion(a)
futher
exacerbation('IJ...- - """"-- ~
LAMA
BRONKODILATOR
Bronkodllator adalah obat untuk m eningkatkan FEVl dan atau mengubah
variable splrometrl.
P2-agonis merelakskan otot polos saluran nafas dengan stimulasi
reseptor 132 adrenerglk. Ada 2 macam: short-acting (SABA) dan long-
acting (LABA)
Antl-muskarlnlk memblok ef ek bronkokonstriktor dari asetilkolin pada
reseptor M3 muscarlnik d i otot polos pernafasan
Xantln bentuk lepas lambat digunakan untuk pemeliharaan Jangka
panjang (derajat sedang dan berat) ; bentuk lntravena (bolus dan drips)
untuk mengatasi eksaserbasi akut
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Dlgunakan pada eksaserbasi akut dalam bentuk oral dan injeksi
intravena untuk menekan lnflamasl
Bentuk lnhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila
terbukti uji kortikosteroid positif (perbaikan VEPl pasca
bronkodilator meningkat >20% dan minimal 250 mg)
ANTIBIOTIK
Diberikan blla terdapat lnfeksl
□ LIN! 1: amoksisilln, golongan makrolid
□ LIN! 2: amokslsllln dan asam clavunalat, cephalosporin,
golongan quinolon, golongan makrolid baru (azitromycin,
roxitromycin, claritromycin)
ANTI OKSIDAN
Mengurangl eksaserbasi dan perbaikl kualltas hldup. Dapat
diberikan N-asetilsistein. Dapat diberi pada kasus eksaserbasi
sering dan tidak dlanjurkan penggunaan jangka panjang
MUKOLITIK
Hanya diberi pada eksaserbasl akut karena akan mempercepat
perbaikan. Tidak dianjurkan pemberian rutin
ANTITUSIF
,wtory Ned/cine 27
OK eksaserbasl
Defenlsl: kejadlan a k ut d itandal d enga n per b urukan sirnptom r es p irasl
yang berbeda darl v arlasl normal seha ri-harl dan rnengakibatk an
p e rub aha n rnedlkasl.
SESAK BERTAMBAH I
Gejala eksa s erba si akut : PRoouKs1 SPUTUM MENINGKAT
PERUBAHAN WARNA SPUTUM
I
- Eksaserbasl berat ¢ 3 gej ala
- Eksaserbasl sedang ¢ 2 gejala
- Eksaserbasl ringan ¢ 1 gejala d itambah !SPA leblh darl 5 harl,
demam tanp a sebab lain, penlngkatan batuk, m engl, frekuensi nafas
da n nadl >20% baseline
Indlkasl rawat lnap
- Eksase rbasl sedang dan
be r at
- T e rdapat kornpllkasl:
~ Infeksl saluran nafasr
tterat
0 o Ga al nafas ak,Y pad a
0 g aga nlk
0 o Gagal g kana n
Presentasl klin ls e ksaserbasl PPOK bers lfat h eter og en, seh lngga
d lrekomendaslkan bahwa pada paslen rawat Inap keparahan eksaserbasl harus
d idasarkan pada tanda-tanda klinls paslen dan dlrekomendaslkan klaslfikasl
berikut:
. Tldak ada gagal nafas: frekuensl nafas 20-30 kall per menit; tldak
menggunakan otot pemafasan aksesorl; tldak ada perubahan dalam
status mental; hlpoksemla dikorekslkan dengan okslgen tambahan yang
dlberikan melalul venturi mask 28-35% oksigen lnsplrasl (FIO2); tldak
ada penlngkatan PaCO2.
28
Pe nanganan d a pat d ilakukan di rumah ( unt uk eksaserbasi r ingan) a tau
di rumah saklt ( untuk eksa serbasl sedang- berat )
::'§ ~ /// ~
t~·;~
~ ~ (;J Q,/ -
Adu.Jt pulmonary tuberculosis
ill ~
Miliary TB
;~li9
)>. (Often
<.-, 'occult1
(• utrapulmonary
forms}
spread Mmary \ \J
~ TB meningids
Primary tubeKUlosl•
~to)~
Kidney
IBone i l'o<t·prlmary tuberculosis j
ala Tuliirku osl• aru
Ge ala lokal aru Ge 'ala sistemik
Demam
Berat badan
Batuk ~ 2 mlnggu Sesak nafas Malaise
menurun
Batuk darah Nyerl dada Kerlngat
Anorexia
malam
~•m•
Kelalnan pada TB Paru tergantung luas kelalnan struktur paru.
Pada awal permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit
sekall menemukan kelalnan . Pada auskultasi t erdengar suara
napas bronkhial/amforlk/ ronkhi basah/suara napas melemah di
apex paru, tanda-tanda penarikan paru, d iafragma dan
medlastinum.
to,y Medicine 30
Pemerlksaa Penunjang
1. Darah: limfositosis/ monositosis, LED menlngkat, Hb tu run.
2. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/BTA)
atau kultur kuman darl spesimen sputum/dahak sewaktu-pagi-
sewaktu.
3. Untuk TB non paru, spesimen dapat diam bi I dari bilas lambung,
cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
4. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-
bercak awan dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan
batas jelas membentuk tuberkuloma. Gambaran lain yang
dapat menyertai yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin
berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura
(sudut kostrofrenikus tumpul).
observasl '
Keterangan:
1. Pemeriksaan klinls secara cermat dab hasilnya dlcatat sebagal data
dasar kondisl pasien dalam rekam m edls. Untuk faskes yang memlllkl
alat tes cepat, pemeriksaan mlkroskopis lansung tetap dllakukan unt uk
t erd uga TB tanpa kecurigaan/buktl HIV maupun resistensi obat.
dne 33
2. Hasil pemeriksaan BTA negatif pada semua contoh uji dahak (SPS)
tidak menyingkirkan diagnos is TB. Apabila akses memungkinkan
dapat d ilakukan pemeriksaan tes cepat dan biakan. Untuk
pemeriksaan tes cepat dapat dilakukan hanya dengan
mengirimkan contoh uji.
3 . Sebaiknya pembacaan hasil foto thoraks oleh seoran g ahli
radiologi
4. Pemberian AB n on OAT yang tidak memiliki efek pengobatan TB
termasuk golongan quinolon
5. Untuk memastikan diagnosis TB
6. Dllakukan TIPK (tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan dan Konseling)
7. Bila hasil pemeriksaan ulang tetap BTA negatif, lakukan observasi
d an assesment lanjutan o leh dokter untuk fakor yang bisa
mengarahkan ke TB.
Pemeriksaan sputum BTA
Berfungsi untuk menegakkan diagnosa, menilai keberhasllan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Penegakan d iagnosa
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesim en dahak dalam 2 hari:
• S (sewaktu): dah ak dikumpulkan saat pasien suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, pasien membawa pot
dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua
• P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur, pot dibawa dan diserahkan send iri
kepada petugas d i UPK
• S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
--.,:._',;jiV~
Tidak dltemukan BTA minimal dalam 100
BTA negatlf
lapang pandang
Tuliskan jumlah BTA yg
1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditemukan / 100 lapang
pandang
10-99 BTA dalam 100 lapang pandang 1+
1-10 Bta dalam 1 lapang pandang,
periksa minimal 50 lapang pandang 2+
Lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang
pandang, periksa minimal 20 lapang 3+
Lanqkah pengeriaan
aplikasi
carbolfuchsln
(perwarna panaskan
primer)
aplikasi
metilen blue
NonAl:idfast
Acid Fast
'.[, .. .. Medicine 35
Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dari identifikasi M. Tuberkulosis pada
pengendalian TB adalah menegakkan diagnosa TB pada pasien
tertentu, yaitu: Pasien TB ekstra paru
Pasien TB BTA negatif
Pasien TB anak
GeneXpert MTB/RIF
PCR otomatis yang mendeteksi
DNA kompleks MTB pada
sputum dengan hasil
mikroskopis BTA positif dan
negatif. Secara bersamaan
mengidentifikasi mutasi pada
gen rpoB yang berhubungan I
dengan resistensi terhadap l
rifampicin, Olkutlpd•r1:
htfils:/l-.lnroutlk"!Md.com/2017/0J/~•~-mtbnf-~•len••i.t.ht~
""D~e
- ...e-.1....-=--s._.e_n
- a.T==s=-- - -- - - -
Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan bakteriologis
(mikroskopis langsung, biakan, atau tes diagnostik cepat yang
direkomendasikan Kemenkes, misal GeneXpert). Yang termasuk
dalam kelompok ini:
Pasien TB paru BTA positif
Pasien TB paru hasil tes cepat M.Tb positif
Pasien TB paru hasil biakan M.Tb positif
Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan, atau tes cepat dari contoh uji jaringan
yang terkena
TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis
d Rapln,tory Ned/cine 36
Pasien TB terdiagnosa secara klinis, adalah pasien yang tidak
memenuhi kriteria diagnosis secara bakteriologis tapi didiagnosa
sebagai TB aktif oleh dokter, dan diputuskan diberikan
pengobatan TB. Yang termasuk dalam kelompok ini :
Pasien TB paru BTA negatif dengan pemeriksaan foto thoraks
mendukung TB
Pasien TB ekstra paru yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologi tanpa konfirmasi bakteriologis
TB anak yang terdiagnosis dengan sistem skoring
Klaslflkasl Paslen TB
Selain pengelompokan sesuai defenisi diatas, pasien juga
diklasifikasikan berdasar:
Lokasi anatomi dari penyakit
Riwayat pengobatan sebelumnya
Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Status HIV
Berdasarkan lokasl anatoml penyaklt:
1. TB paru
Tuberkulosis paru tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru.
limfadenitis TB di rongga dada (kelenjar pada hilus dan atau
mediastinum) dan efusi pleura tanpa gambaran yang
mendukung radiologis TB pada paru dinyatakan sebagai TB
ekstra paru.
TB mlllerdinyatakan sebagal TB paru.
2. TB ekstra-paru
Tuberkulosis ekstra paru tuberkulosis yg menyerang organ
lain selain paru (pleura, seiaput otak, selaput jantung /
perikardium, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamln, dll
Gejala sesuai organ yang terkena, misal: kaku kuduk pada
meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura, perbesaran
kelenjar limfe superficial pada limfadenitis TB, gibbus pada
spondilltis TB, dll
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemerlksaan klinis,
bakteriologi dan atau histopatologi yang diambil dari
jaringan yang terkena
-·-~ 'kine 37
Berdasarkan riwayat pengobatan sebe lu m nya
1) Paslen baru TB: pasien yg belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bu Ian ( < dari 28
dosis).
2) Paslen pernah diobatl TB
a. Paslen kambuh (Relaps) : pasien tuberkulosis yang pernah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini
didiagnosa TB berdasar hasil pemeriksaan bakteriologis atau
klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
b. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: pasien TB yang
pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
c. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost
to follow up): pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan
lost to follow up (sebelumnya dikenal sebagai pasien setelah
putus berobat/ default)
d. Lain-lain : semua pasien TB yang pernah diobati namun hasil
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
3) Pasien dengan riwayat pengobatan yang tidak diketahui
sebelumnya
~ Ned/cine 38
Berdasarkan status HIV
Paslen TB dengan HIV posltlf (co-lnfeksi TB/HIV) yaltu:
tP paslen TB dengan hasil tes HIV posltlf sebelumnya atau sedang
mendapatkan ART ATAU
tP paslen TB dengan hasil tes HIV positif saat didlagnosa TB
Paslen TB dengan HIV negatlf yaltu:
tP paslen TB dengan hasil tes HIV negatifsebelumnya ATAU
tP pasien TB dengan hasil HIV negatlf saat didiagnosa TB
Catatan: bi/a pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil HIV positif
maka harus disesuaikan kembali klasifikasinya sebagal pas/en TB
dengan HIV positif
Paslen TB dengan status HIV tldak diketahui yaitu: pasien TB
tanpa buktl pendukung hasll tes HIV saat dlagnosa TB ditetapkan.
Catatan: bi/a pada pemerlksaan selanjutnya diperoleh hasi/ tes HIV
pasien maka harus dlsesuaikan kembali k/asifikasinya berdasar has/I
tes HIV ter akhir
~en obatan TB
Prinsip Pengobatan TB
diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat menganding m inimal
4 macam obat untuk mencegah resistensi
diberikan dalam dosls yang tepat
dltelan secara teratur dan diawasi secara iangsung oleh PMO
(Pengawas Minum Obat) sampai pengobatan selesal
pengobatan dlberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagl dalam
tahap awal serta lanjutan untuk mencegah kekambuhan
Taha pan pengobatan TB
□ Tahap awal: pengobatan tiap hari. Tujuan tahap lni untuk
menurunkan jumlah kuman dalam tubuh dan meminimalisir
pengaruh sebagian kecil kuman yang mungkin sudah reslsten sejak
sebelum pasien mendapat pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
semua pasien baru harus diberikan 2 bulan. Pada umumnya daya
penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu.
D Tahap lanjutan: penting untuk membunuh sisa kuman yang masih
ada dalam tubuh terutaman kuman yang persisten sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
Paket Kombipak
paket obat lepas, terdi ri dari Isonlasid,
Rlfampisin, Plrazinamld dan Etambutol yang
dikemas dalam bentuk blister.
dlsediakan program untuk
digunakan dalam pengobatan pasien
yang terbukti mengalami efek samplng
dengan OAT KOT sebelumnya
lratory Hedlclne 39
Paduan OAT yang d igunak an di Indonesia (sesuai
r ekomendasi WHO dan ISTC)
Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/S( HR)3E3
Kategori anak: 2(HRZ)/ 4( HR) atau 2HRZA(S)/4-10 HR
Obat yang d igunakan dalam tatala ksana pasien T B resisten
obat terdiri dari kategori OAT lini 2 yaitu ka namisin,
kapre omisin, lev oflo x a c in, eti onam ide, s i kloserin,
m oksifloksasin, dan PAS, serta OAT lini 1 ya itu pirazinamid dan
etambutol
Kategori I :
2(RHZE)/4(HR)3
Dibe ri ka n untuk pasien baru:
D Pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis
D Pasien TB paru terdiagnosa klinis
D Pasien TB ekstra par u
Dosls untuk paduan OAT KOT unt uk kategorl 1
Berat Tahap int ensif t lap harl Ta hap lanjut a n 3x sem in ggu
bada n selam a 56 har l selam a 16 mlngg u
(kg ) RHZE (150/75/ 4 00/275) RH ( 150/150)
30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 3 tablet 4 KDT 3 t a blet 2 KDT
55-70 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
~71 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
40
Kategori 2:
2(RHZE)S/RHZE/5(RH)l El
ng pemah dlobatl sebelumnya
paslen ambuh
pasien gagal pada pengobatan OAT kategori 1 sebelumny a
pasien yan g diobati kembali setelah putus obat (lost t o follow up)
a. i:'
~-
menelan
obat
{!?. (2
Intenslf 0.75 gr
2 bulan 1 l 3 3 56
(dosls
1 bulan l 1 3 3 28
harlan
LanJutan
dosls 3 x 4 bulan 2 1 1 2 60
semln u
ln,tory Medicine 41
Catata n :
Untuk perempuan hamil llhat pengobatan TB pada keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin via l 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4 ml. (1ml = 250mg).
Ber at badan pasien ditimbang setiap bulan dan dosis pengobatan harus
disesualkan apabila terjadi perubahan berat badan .
Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikoslda (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada
pasien baru tanpa indikasl yang j elas karena pot ensi obat tersebut jauh
lebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga
meningkatkan risiko terjadinya reslstensi pada OAT llnl kedua .
OAT linl kedua disedlakan di Fasyankes yang telah ditunjuk guna
memberlkan pelayanan pengobatan bagi paslen TB yang resisten obat.
Dosls rekomendasl
Efek samping dan sedlaan tmn/knl
Nama Slfat 3x
obat Harian semlnoou
Efek samping: Urlne/cairan
tubuh berwarna merah ,
R mual, muntah, flu like 10 10
RIFAMPICIN reaction (8-12) (8-12)
Sediaan : tab 300 mg, 450 makslmum makslm um
600 mg 600 m g
ma 600 mo
Efek samping: Peningkatan
transaminase, neuritis 5 10
H 'O
(4-6)
perif er, hepatit is
ISONIAZID Sediaan : tab 100 mg, 300 :~
., makslmum
(8- 12)
makslmum
3 00 mg 9 00 m g
ma ~
ro
.0 25
z Efek samping: Hepatotoksik 35
Sedlaan : tab 500 mg (20-
Pirazinamid (30-40)
30)
Efek samping: Gangguan
nervus VI II, nefrotoksisltas. 15 15
s ( 1 2-1 8)
Kontraindikasl pada ibu hamil (12-
Streptomisin Sedlaan : serbuk injeksi makslmum
18) 1000 m g
1500 ma/ml
Efek sam ping: Neuritis
optik, buta warna merah .g~' 15
E Q).:; 30
d an hijau , gangguan visus ...., ro ( 15-
Etambutol -" ...., (20-35)
Sediaan : tab 250 mg, 500 a)
IO VI 20)
mo
ffedklne 42
Pemantauan dan hasll pengobatan TB
Tlpe Has il
pas1en Uraian
BTA
Ne atlf
T i ndak Lanj ut
-~
Lan utkan en obatan taha Ian utan
I
1. Nilai apa pengobatan teratur? Bila tidak,
maka lngatkan paslen pentlngnya berobat
teratur
2. Segera berlkan dosls tahap lanjutan (tanpa
OAT sisipan). Lakukan pemeriksaan dahak
Akhlr
kemball setelah pemberian OAT tahap
tahap
Posit if lanjutan 1 bulan. BIia hasil tetap posltlf
awal
( bulan ke-3), maka lakukan ujl kepekaan
"
'C
obat
3. Bila tldak memungkinkan melakukan uj l
~o
oJ kepekaan obat, lanjutkan pengobatan dan
periksa ulang dahak pada akhir bulan ke-5
( menvelesalkan dosls OAT bulan ke-5)
J Negatif
Lanjutkan pengobatan sampal selesal, perlksa
ulana dahak d i akhlr oenaobatan
1. Pengobatan dlanggap GAGAL dan paslen
Bulan
dlnyatakan terduga TB MDR
ke-5
2 . Lakukan ujl kepekaan obat atau rujuk ke RS
pe ngobat
I Positif rujukan TB MDR
[,, ,•·· an
Bila oleh suatu sebab belum dapat dilakukan
uji kepekaan obat atau dirujuk, maka berlkan
1.-' OAT kateaor i 2 mulal dari awal
Neoatif Lanfutkan oenoobatan tahao lanfutan
1. Nilai apa pengobatan teratur? Bila t idak,
maka ingatkan pasien pentlngnya berobat
...... teratur
CII
C 2. Pasien dinyatakan sebagal terduga TB MDR
Ill Akhlr 3. Lakukan ujl kepekaan obat at au rujuk ke RS
N"5 tahap
Posltif
pusat ruJukan TB MDR
•-._ Ill
C awal 4. Bila t ldak memungkinkan melakukan ujl
0 .. kepekaan obat atau rujukan ke RS pusat
CII 111 rujukan TB MDR, lanjutkan pengobatan tahap
GI .0 lanjutan (tanpa pemberian OAT slslpan) dan
.. 0
Ill CII perlksa ulang dahak pada akhlr bulan ke-5
:arl: C !menyelesaikan dosls OAT bulan ke- 5\
t- GI Lanjutkan pengobatan sampal selesal, perlksa
C c. Negatif ulanq dahak di akhlr oenoobatan
0 :,
UI
1. Pengobatan dlanggap GAGAL
UI 2. Harus upayakan semakslmal mungkln agar
Ill Bulan dapat dilakuk an pemerlksaan ujl kepekaan
~ ke-5
...... pengobat
obat atau rujuk ke RS pusat rujukan TB MDR
Posltif 3. Bila oleh suatu sebab belum dapat dllakukan
an
ujl kepek aan obat atau dlrujuk, maka berikan
penjelasan, pengetahuan, dan selalu pant au
kepatuhan terhadap upaya PPI (Pencegahan
dan Penqendalian lnfeksil
Respiratory Medicine 43
!-t
BIJ..AN PENG06ATAN
KATEGORI
PENGOBATAN , 2 3 5 1 [•
. • •
Pnienblfu ,.... ) -) 1--·) 1- -) I ) I ·)
BTAposltif X IXI X X
■
· _ , _ , ory Medicine 45
Tlndakan pada paalen yg putua berobat 2 bulan atau leblh (Ion to follow
up):
Keputusan pengobatan selanjutnya ditetapkan
dokter tergantung pada kondisi klin ls pasien.
BIia BTA BIia:
(·) atau 1. Sudah ada perbaikan nyata: hentlkan
pada awal pengobatan dan pasien tetap diobservasl.
pengobatan BIia kemudian terjadi perburukan klinls,
adalah TB paslen diminta perlksa kemball
ekstra paru 2. Belum ada perbaikan nyata : lanjutkan
x Lacak pengobatan dosls yang tersisa sampal
paslen selurush dosls terpenuhl
x Diskuslkan KATEGO RI 1
d an earl Dosls pengobatan Mulal kategori 1 dari
m asalah sebelumnya < 1
awal
x Periksa bulan
Bila satu
dahak SPS Dosls pengobatan Mulal kategori 2 dari
atau lebih
dan atau tes sebelumnya > 1
kasll BTA awal
cepat bulan
(+) dan
x Hentikan KATEGORI 2
tidak ada
pengobatan Oosis pengobatan
bukti Mulai kategori 2 darl
sambil sebelumnya < 1
reslstensl awal
menunggu bulan ,
hasil Dosis pengobatan
Rujuk ke layanan spesla1istik
pemeriksaan sebelumnya > 1 untuk pemerlksaan lanjut
dahak bulan
Bila salah
satu atau
leblh
hasilnya Kategori 1 maupun 2 d lrujuk ke RS pusat
BTA positif rujuka n TB MOR
dan ada
buktl
resistensi
46
P engguna kontrasepsi • rlfamplsln berlnteraksi dengan kontrasepsl hormonal
(pll KB, suntikan KB, susuk KB) sehlngga dapat menurunkan efektivitas. Pasien
TB sebaiknya menggunakan k ontrasepsi non- honnonal atau kontrasepsi yang
menggunakan estrogen dosis t inggi (50 mcg)
Paslen dengan k elaina n h a ti :
X Hepatitis akut: pemberian OAT pada paslen dengan hepatitis akut atau
kllnls lkterus per1u dltunda sampai hepatitis akutnya mengalaml
penyembuhan. Sebalknya ruJuk ke fasliltas yang memlllkl
penatalaksanaan spesiallstlk.
X Pasien berikut dapat dlberlkan OAT yang biasa dlgunakan bila tidak ada
kondisi kronis (reaksi hepatotoksik terhadap OAT umumnya terjadi pada
kondisl tersebut sehlngga harus dlwaspadal):
0 Pembawa virus hepatitis
0 Riwayat penyakit hepatit is akut
0 Saal inl maslh sebagal pecandu alkohol
X Hepatitis kronis: paslen dengan kecurigaan penyakit hati kronls,
pemeriksaan fungsi hatl > 3 x normal sebelum memulal pengobatan, maka
paduan OAT yang dapat dipertimbangkan:
0 2 obat hepatotokslk: 2HRSE/6HR atau 9 HRE
0 1 obat hepatotokslk: 2HES/10HE
0 Tanpa obat hepatotokslk: 18-24SE dltambah satu golongan
fluorokuinolon (clprofloksasin tidak dlrekomendaslkan karena
potensinya sangat lemah)
0 Semakin berat atau tldak stabll penyaklt hati yang dlderita pasien
TB harus menggunakan semakin sediklt OAT yang hepatotokslk
□ Konsultasikan dengan seorang dokter speslalls sangat d lanJurkan
□ Pemantauan kllnis dan LFT harus selalu dilakukan dengan
seksama
□ Pada panduan OAT dengan penggunaan etambutol lebih dari 2
bulan perlu dllakukan evaluasl gangguan pen gllhatan
Paslen dengan gangguan fungsl glnjal • paduan OAT yang dlanJurkan
adalah 2HRZ/4HR. H dan R diekskresikan melalui empedu. Z dan E harus
dlsesulkan karena diekskresl m elalui ginJal. Pemberian prisidoksln (vit.B6) per1u
untuk mencegah neuropati perifer.
OAT Stadium 1-3 Stadium 4-5
Diberikan 3x/mlnggu
Isoniazld 300 mg/hari
Dosls 300 mg setiap pemberlan
<50 kgl 450 mg/ harl <50 kgl 450 mg/hari
Rlfamplcin
> 50 kg: 600 mg/ hari > 50 kg : 600 mg/ hari
< SO kgl 450 mg/ hari 25-30 mg/kgBB.hari
Pyrazlnamld
~so kg: 600 m g/harl Dlberlkan 3xsemlnggu
15-25 mg/kgBB/harl
Etambutol 15 mg/kgBB/ hari
Dlberikan 3xsemlnggu
Hlndarl penggunaan strepomisin, blla harus diberlkan maka dosis 15 mg/ kgBB, 2
atau 3 kall sem inggu dengan dosls makslmum 1 gr am tiap pemberian dan kadar
darah harus selalu dipantau.
ntto,y Ned/cine 47
Paslen de ngan Dia bet es Melltus • penggunaan Rlfampisln (R) dapat
mengurangi efektlvitas obat oral anti diabetes (sulfonllurea) sehlngga dosls obat
anti diabetes perlu ditlngkatkan. I nsulin dapat digunakan untuk mengontrol gula
darah, setelah pengobatan OAT selesal dapat dilanjutkan dgn anti d iabetes oral.
Hatl-hatl pemberian etambutol pada pasien OM dgn kompllkasl retinopatl
dlabetlk. Bila kadar gula darah tlda terkontrol, maka lama pengobatan dapat
dilanjutkan sampal 9 bulan.
Pasle n TB y ang perlu mendapat ta mbahan kortlkosterold • hanya
dlgunakan pada kondlsl khusus yang membahayakan Jlwa sepertl:
- Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak neurologls
- TB miller dengan atau tanpa meningitis
- Efusl pleura dengan gangguan pemafasan berat atau efusl pericardia!
- Laringitis dengan obstruksl saluran nafas bagian atas, TB saluran kemih
(untuk mencegah penyempltan ureter), perbesaran kelenjar getah bening
dengan penekanan pada bronkus dan pembuluh darah
- Hlpersensltlfitas berat terhadap OAT
- IRIS (Immune Response Inflamatory Syndrome)
ratory H edldne 49
a Apakah paslen sedang dalam pengobatan tahap awal atau tahap
lanJutan
a Berat rtngannya gangguan fungsi hatl
a Berat rtngannya TB
a Kemampuan fasyankes untuk menatalaksana efek samplng obat
:::1.L· Hed/c/ne 51
Penatalaksanaan
• Lakukan aspirasi untuk sitologi atau
pemeriksaan BTA
• Lakukan biopsi bila aspirat tidak
bernilai diagnostik, kecuali:
o HIV positif dengan kemungklnan
TB milier, misalnya klinis cepat
memburuk
o Tuberkulosis sangat
mungkin secara klinis dan
biopsi tidak mungkin
didapat dalam 2 minggu
Efus i Ple u r a - -- - - - - -- - - -- - - - - - - - - -
Sangat curiga TB. jika:
Pemeriksaan penunjang: • Efusi unilateral
• Test HIV (rapid test) • Cairan aspirat: jernih dan
• Foto thoraks berwarna kuning-coklat
• Periksa dahak jika batuk seperti jerami (straw
• Lakukan aspirasl amati slfat cairan colored)
aspirat (jernih, keruh, membeku) • Membeku jika dlbiarkan
• Hitung jenis sel lekosit dan dalam tabung tanpa anti-
kandungan protein aspirat tersebut koagulan
• BB menurun, keringat
malam, demam
Curiga bukan TB. iika: • Terdapatnya TB pada organ
• Efusi bilateral (gagal jantung atau lain
pneumonia) Penatalaksanaan
• Klinis sarkoma kaposi atau • Kalau hanya terdapat
keganansan lain gambaran TB - mulal
• Cairan aspirat keruh/pus pengobatan TB
(emfiema?) • Kalau bukan gambaran TB
• Gagal membeku (tidak - kirim aspirat utk
menyingklrkan diagnosa TB tapl pemeriksaan protein dan
klrim aspirat tersebut utk hitung jenis sel lekosit dan
pemeriksaan hitung jenis sel lekosit blla tersedia laukan
dan pikirkan gagal jantung) pemeriksaan sitologi.
Pikirkan T B bila limfosit
>50% dan protein >30 g/1
• Berikan pengobatan TB jika
aspat
ton,, Ned/cine 52
Efusi Pe ri kardium- - - - - - - - -- - - - - - - - - - - -
Sangat curiga TB jika:
• Gambaran paru bersih (tapi
Pemerlksaan oenuniana: mungkin ada efusl pleura
• Test HIV {bi la tersedia rapid test) bilateral)
• Foto thoraks • BB menurun, kerlngat
• Periksa dahak jika batuk malam, demam
• USG jantung (ideal) • Terdapatnya TB pada organ
• EKG jika USG tidak ada lain
curia a bukan TB. iika: Penatalaksanaan
• Bayangan bercorak (streaky) pada • Kalau hanya gambaran TB
paru dan/ atau bentuk jantung • mulai pengobatan TB
asimetris (kemungklnan gaga l • Rujuk untuk aspirasi segera
jantung) jika sangat sesak nafas
• Tekanan darah tlnggi • Kalau bukan gambaran TB
• EKG menunjukkan perbesaran
jantung oleh sebab lain (mlsal
hipertensi, penyakit katup,
-- 0 Selidlki sebab lain
( periksa u rea darah dan
kardiomiopati) USG jantung)
• Bislng jantung (kemungkinan
penyaklt katup jantu ng) Mu iai pengobatan TB jlka
• Kekakuan (kemungkinan perlkar dltls USG menunjukkan
bakteri) terdapatnya efusi dan
d iagnosis lain tldak dapat
ditegakkan dalam 7 ha ri
TB Resisten Obat
Gejala TB yang memenuhi satu atau lebih k riteria terduga/ supek di
bawah ini:
1. Pasien TB gaga I pengobatan kategori 2
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversl setelah 3
bulan pengobatan
3 . Pasien TB yang m empunyai rlwayat pengobatan yang tidak
standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lin t kedua
minimal selama 1 bulan
4 . Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal
5 . Paslen TB pengobatan kategori 1 yang tetap posltlf setela h 3
bulan pengobatan
6. Paslen TB kasus kambuh (relaps), kategori 1 da n 2
7. Pasie n yang kembali set e la h loos to fo llow u p ( lali
berobat/defa u it)
8. Terdu ga TB yang mempunyal rlwayat kontak erat dengan pasien
TBMDR
9. Paslen ko-lnfeksi TB HIV yang tidak respon terhadap pengobata n
OAT
,.eo,y Ned/cine 53
ROH TB esl-.i.,obat
Dlagnosa TB resisten obat dltegakkan berdasar uji kepekaan
M.Tuberculosis dengan metode standar yang tersedia di Indonesia yaitu
m etod e tes cepat (rapid test) dan metode konvenslonal. Saat ini ada 2
metode tes cepat yaitu pameriksaan GeneXpert (uji kepekaan untuk
rifamplsin) dan LPA ( ujl kepekaan untuk Rlfamplsln dan Isoniasid)
sedangka n metode konvenslonal yang digunakan ada lah Lowenstein
Jensen/LJ dan MGIT
Medicine 54
Keterangan dan Tindak lanjut setelah penegakan diagnosis:
a. Pasien terduga TB resistan obat akan mengumpulkan 3 speslmen
dahak, 1 (satu) spesimen dahak untuk pemeriksaan GeneXpert
(sewaktu pertama atau pagi) dan 2 spesimen dahak (sewaktu-
pagj/pagi-sewaktu) untuk pemeriksaan sediaan apus sputum BTA,
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
b. Pasien dengan hasil GeneXpert Mtb negatif, lakukan investlgasl
terhadap kemungkinan lain. Bila pasien sedang dalam pengobatan
TB, lanjutkan pengobatan TB sampai selesai. Pada pasien dengan
hasil Mtb negatif, tetapi secara k linis terdapat kecurigaan kuat
terhadap TB MOR (misalnya pasien gagal pengobatan kategori-2),
ulangi pemeriksaan GeneXpert 1 (satu) kali dengan menggunakan
spesi mendahak yang memenuhl kualitas pemeriksaan. Jika
terdapat perbedaan hasil, maka hasil pemeriksaan yang terakhlr
yang m enjadi acuan tindakan selanjutnya .
c. Pasien dengan hasil GeneXpert Mtb Sensitif Rifamplsin, mulai atau
lanjutkan tatalaksana pengobatan TB kategori-1 atau kategori-2,
sesuai dengan riwayat pengobatan sebelumnya .
d. Pasien dengan hasil GeneXpert Mtb Resistan Rifampisin, mulal
pengobatan standarTB MOR. Pasien akan dicatat sebagai pasien TB
RR. Lanjutkan dengan pemeriksaan biakan dan identifikasi kuman
Mtb.
e. Jika hasil pemeriksaan biakan teridentifikasi kuman positif
Mycobacterium tuberculosis (Mtb tumbuh), lanjutkan dengan
pemeriksaan uji kepekaan lini pertama dan lini kedua sekaligus. Jika
laboratorium rujukan mempunyai fasilitas pemeriksaan ujl
kepekaan lini- 1 dan llni-2, maka lakukan ujl kepekaan lini-1 dan lini-
2 sekaligus (bersamaan). Jika laboratorium rujukan hanya
m empunyai kemampuan untuk melakukan uji kepekaan llni-1 saja,
maka uji kepekaan dilakukan secara bertahap. Uji kepekaan tidak
bertujuan untuk mengkonfirmasl hasll pemeriksaan GeneXpert,
tetapi untuk mengetahui pola resistensl kuman TB lalnnya.
f. Jika terdapat perbedaan hasil antara pemeriksaan GeneXpert
dengan hasil pemerlksaan uji kepekaan, maka hasll pem erlksaan
dengan GeneXpert menjadl dasar penegakan diagnosis.
g. Paslen dengan hasil ujl kepekaan menunjukkan TB MOR (hasll ujl
kepekaan menunjukkan adanya tambahan resistan terhadap !NH),
catat sebagai pasien TB MOR, dan lanjutkan pengobatan TB MOR-
nya.
h . Paslen dengan hasll ujl kepekaan menunjukkan hasil XOR (hasll uji
kepekaan menunjukkan adanya resistan terhadap ofloksasln dan
Kanamlsln/Amlkasln), sesualkan paduan pengobatan pasien (gantl
paduan pengobatan TB MOR standar menjadi paduan pengobatan
TB XOR), dan catat sebagai paslen TB XOR.
55
Obat yang dlpim_a da!aro.pengobatan TB Reslsten Obat
TB dengan HIV
TB meningkatkan progresivitas HIV karena penderita TB dan HIV
sering mempunyai kadarjumlah virus HIV yang tinggi. Pada keadaan
koinfeksi terjadi penurunan imunitas lebih cepat dan pertahanan
hidup lebih singkat walaupun pengobatan TB berhasil. Penderita
TB/HIV mempunyai kemungkinan hidup lebih singkat dibandingkan
penderita HIV yang tidak pernah kena TB. Obat antivirus HIV (ART)
menurunkan t ingkat kematian pada pasien TB/HIV.
,. ,
-•~ cine 56
Hasil Anamnesis (Subjective)
Batuk tidak merupakan gejala utama pada pasien TB dengan HIV.
Pasien diindikasikan untuk pemeriksaan HIV jika :
1. Berat badan tu run drastis
2. Sariawan/Stomatitis berulang
3. Sarkoma Kaposi
4. Riwayat perilaku risiko tinggi seperti pengguna NAPZA suntikan,
Homoseksual, Waria, Pekerja seks
: lf ' • . edlclne 57
4. Perlu diperhatikan, pemberian secara bersamaan membuat pasien
menelan obat dalam jumlah yang banyak sehingga dapat terjadi
ketidakpatuhan, komplikasi, efek samping, interaksi obat dan
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome.
5. Setiap penderita TB-HIV harus diberikan profilaksis kotrimoksasol
dengan dosis 960 mg/hari (dosls tunggal) selama pemberian OAT.
6. Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya
karena akan menyebabkan efek toksik berat pada kulit.
7. I njeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik
sekali pakai yang steril.
8. Desensitisasi obat (INH/Rifampisin) tidak boleh dilakukan karena
mengakibatkan efek toksik yang serius pada hati.
9. Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi r espons
terhadap pengobatan, selain dipikirkan terdapatnya malabsorbsi
obat. Pada pasien HIV/AIDS terdapat korelasi antara imunosupresi
yang berat dengan derajat penyerapan, kar enanya dosis standar
yang diterima suboptimal sehingga konsentrasi obat rendah dalam
serum.
Kriteria Rujukan
1. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis ( +) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu
2. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan)
3. Pasien dengan sputum BTA tetap ( +) setelah jangka waktu tertentu
4. TB dengan kom plikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
5. Suspek TB-MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB-MDR.
- 58
Alur dlagnosa TB pada ODHA untuk faskes y ang memillkl layanan / akses tes
cepat TB"
-l,
Terduga TB
Gejala: demam, BB turun, keringat malam, batuk, gejala TB ekstra paru (1 ), (2)
' ~---
P-rtksaan
Tes cepat TB
mlkroskopla (3)
-!,
MTB pos
RlfSen MTB neg
-l, -1,
Terapi TB lini pertama
(kal I a tau kat II)
ARTdan PPK
Foto thoraks
Ulangi te~ CepatTB (4) 7
Mendukung TB (5) Tidak mendukung
ARTdan PPK TB
Keterangan:
(1) Lakukan pemeriksaan kllnls untuk mellhat tanda bahaya yaitu bila dljumpal
salah satu tanda berlkut: frekuensl nafas >30x/l ,demam >39°C, denyut nadl
> 120 X/1,tidak dapat berjalan bila tidak dibantu. Berikan antlblotik non-
fluoroku lnolon (untuk IO lain) dengan meneruskan alur dlagnosa
(2) Untuk terduga paslen TB ekstra paru, lakukan pemeriksaan klinis, pemeriksaan
penunjang bakterlologls, histopatologis, dan pemeriksaan penunjang lalnya
(3) Pemerlksaan mlkroskopis tetap dllakukan bersamaan dengan tes cepat TB
dengan tujuan untuk mendapat data dasar pembandlng pemeriksaan
mikroskopls follow up, namun dlagnosa TB berdasarkan hasil pemeriksaan tes
cepat
(4) Pada OOHA terduga TB dengan hasil MTB (-) tetapl menunjukkan gejala klinls
TB yang m enetap atau bahkan memburuk maka ulangi pemeriksaan tes cepat
sesegera mungkln dengan kualltas sputum yang lebih balk.
(5) Pada ODHA terduga TB dengan hasll MTB (-) dan foto thoraks mendukung TB
Jlka hasil tes cepat ulang MTB ( +) maka dlberikan terapi TB sesual dengan
hasil tes cepat
Jika hasll t es cepat ulang MTB (- ) pertimbangan k llnls kuat maka dlberikan
teraplTB
Jlka hasll tes cepat u lang MTS(- ) pertlmbangan kllnls meragukan, cari
penyebab lain
lretory Medicine 59
Alur dlagnosa TB pada ODHA untuk faskes yang sullt menjangkau layanan /
akses tes cepat TB"
Kajl Status TB OOHA
Terduga TB
Gejala: demam, BB turun, k■rlngat m■lam, batuk, gejala TB ekatra pan, (1), (2)
"'
Pemerlkaaan Mlkroakopls
"'
+++
++- - -- ~ , ___
- - - - - - - mendukung Tl! (3) ◄(I'---'!._)➔ Tldak
mendukung TB
Rujuk J cepat
un1uk konllrmasl
Perbaikan
I
Tidak ada
't'
klinis setelah perbaikan klinis
-rlologi• (4) pengobatan setelah
infeksi pengobalan
bakterial infeksi bak1erial
-!,
Bukan TB
-!,
PP INH
"'
Ulangi
pemeriksaan
mikroskopis dan
rujuk untuk tes
ART, PPK cepal TB (lihat
alur diagnosa
dengan tes
cepatTB
Keterangan:
(1) Lakukan pemeriksaan kllnis untuk melihat tanda bahaya yaitu bila
dijumpai salah satu tanda berikut: frekuensl nafas >30x/I,demam
>39'C, denyut nadl >120 x/1,tldak dapat berjalan blla tidak
dlbantu. Berlkan antlblotlk non-fluorokulnolon (untuk IO lain)
dengan meneruskan alurdiagnosa
(2) Untuk terduga paslen TB ekstra paru, lakukan pemeriksaan klinis,
pemerlksaan penunjang bakteriologls, histopatologls, dan
pemeriksaan penunjang lalnya
(3) Untuk ODHA terduga TB dengan hasll BTA negatif dan foto thoraks
mendukunq TB dlberikan terapl TB terlebih dahulu
(4) Tes cepat TB bertujuan untuk konfirmasi MTB dan mengetahui
resistensl terhadap rifamplsln
(5) Pada ODHA terduga TB dengan hasll BTA negatif dan foto thoraks
tidak mendukung TB dilanjutkan dengan pemeriksaan Tes cepat
TB yang bertujuan menegakkan d iagnosa TB
lory Medicine 60
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis
(SOPT)
Defenlsl
Obstruksi jalan nafas yang muncul setelah tuberkulosis {TB) aklbat
mekanisme imunologl selama proses TB.
Patogenesls
Kemungkinan penyebab adalah akibat infeksi TB yang dipengaruhi oleh
reaksl imun seseorang yang menu run sehingga t erjadl mekanisme makrofag
aktif yang m enimbulkan peradangan nonspesifik yang luas. Peradangan
yang berlangsung lama inl menyebabkan gangguan faal paru berupa adanya
sputum, terjadlnya perubahan pola pernapasan, relaksasi menurun,
per ubahan postur tubuh, berat badan menurun, dan gerak lapang paru
menjadi tidak maksimal.
Tabel perbandingan asthma,PPOK, SOPT
R-,ilratory Hedldne 61
PNEUMONl~ 5 19 20
· ·
Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakterl maka akan tampak
4 zona pada daerah parasltlk terset yaltu :
1. Zona luar : alveoli yang terslsi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolldasi : terdlri darl PMN dan beberapa eksudasl
sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadl fagositosls yang aktif
dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusl : daerah tempat terjadl resolusi dengan banyak bakteri
yang matl, leukoslt dan alveolar makrofag.
lc/ne 62
Gambara n radlologl
Foto thoraks saja t ldak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etlologi, m lsalnya gambaran
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae.
Pseudomonas aeruglnosa sering memperlihatkan lnfiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonla sedangkan Klebslela pneumonia sering
menunJukkan konsolidasl yang terjadl pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenal beberapa lobus.
63
p~~
Gambaran kllnlk blasanya dltandai dengan :
1. Demam, menggigll, suhu tubuh meningkat dapat melebihl 40°C
2. Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai
darah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
tldlclne 64
Penila,an deraJat keparahan penyak1t c::> s1stem skor Patient Outcome
Research Team (PORT)
Karakter11tlk p.11len Jumlah Po,n
Faktor demografl
Usua talo•lak1 Umur (18hun)
perempuan Umur (tahun) • 10
Perawatan d, rumah •10
Penyalot penyerta
Keganasan +30
Penyak1t Hau +20
Gagal )antung kongeslll +10
Penyak1t serebrovaskular +10
Penyak1t glnJal +10
Pemerikuan flalk
Perubahan status mental +20
Pemafas,in > 30x/menit +20
TO s,stot < 90 mmHg +20
Suhu tubuh <35"C ■tau > 40-C •15
Nadi > 125 x/menrt +10
Haall laboratorlum I radiologl
Anal,sa gas darah erten. pH 7 35 +30
BUN > 30 mg,dl • 20
Natnum <130 mEqll. •20
Glukosa > 250 mgldl +10
Hematoknt<30% +10
Po2 ~ 60 mmHg +10
Efusl pleura +10
Penatalaksanaan
Perlu diperhatlkan keadaan kllnlsnya. Bila keadaan kllnls balk dan tldak
ada lndikasl rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhat,kan ada tidaknya
faktor modifikasl yaitu keadaan yang dapat meningkatkan rislko infeksi
dengan mikroorganlsme patogen yang spesifik.
~ n Rawat la/an
Dianjurkan tidak merokok, lst,rahat
Minum secukupnya untuk mengatasl dehldrasi
Ekspektoran / mukolitik
Kontrol setelah 48 jam atau leblh awal blla diperlukan
Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
Bila tidak membalk dalam 48 jam, pertimbangkan untuk d1rawat di
rumah sakit atau lakukan foto thoraks
Pasien Rawatinap.stLB.S.
Oksigen, bila perlu dengan pemantauan saturasl okslgen dan
konsentrasi oksigen lnspirasi
Terapi oksigen pada pasien dengan penyakit dasar PPOK dengan
koplikasi gaga! nafas dituntun dengan pengukuran anallsa gas darah
berkala
Cairan: bila perlu cairan intravena
Nutrisi
Nyeri pleuritlk atau demam diredakan dengan paracetamol
Eksprektoran / mukolitik
Foto thoraks diulang bila pasien tidak menunjukkan per balkan yang
memuaskan setelah terapi
Terapl Antlblotlk
Pemlllhan antlblotlk dengan spektrum sesem pit mungkin, berdasar
etiologi (II hat tabel)
Tera pl antibiotlk diberikan 5 hari
Syarat untuk alih terapi intravena ke oral hemodinamik stabll dan gejala
klinlk membalk
ln,tory Medicine 66
Grup 3: Rawat Inap nan ICU Plllhan antlblotlk:
A. Oengan penyakit kardiopulmonal Eluoroauinolon
dan/atau faktor mod1fikasi (termasuk Beta laktam+makrofid
penghunl panti jompo) cefotaxime, ceftriaxone, ampic:ilin
Streptococcus pneumoniae (termasuk ertapenem (pasien tertentu) dengan
yang resisten) doksisikli n 4x500- 1000 mg IV
Mycoplasma pneumoniae (altematifmakrolid)
Chlamydia pneumoniae Jika alergl penlcllln, gunakan
Aspires! (anaerob) fluoroquinolon
Hedlclne 67
Kriteria P erawatan ICU
1. Ditemu kan 1 di antara 2 kriteria mayor
m emerlukan ventilasi mekanik
syok septik dan memerlukan obat vasopressor
-
Strategl Tatalaksana Pasien VAP berdasar CPIS
Gambaran klinis curtga
VAP
■ Tidak
I ■
Ciprofloxacin iv selama
3 hari
-•
I Re-evatuasi 3 hari
berikutn a CPIS <6
Tldak
Stop ciprofloxacin
••
■ IIIDI Tera i seba ai neumonia
:;~•· Medicine 68
Bronkiektasis 19 1
.2
lncronsed
mucus
--
en........ bal#'lcf
--
-
Ooslfuc:non
olwnJI
ditentukan dari temuan klinis dan hasil pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi aliran napas
sedang hingga berat
Pemeriksaan radiologi berperan dalam diagnosis dan monitoring.
Pemeriksaan x-ray : untuk skrining
awal dan eksaserbasi. Terdapat
gambaran tram-track opacities,
parallel linear densities, rin g
shadows, dan struktur tubuler. Tanda
eksaserbasi pada foto polos dada
antara lain tampak densitas merata
karena adanya pemadatan mukus
yang berlebih
High resolution chest computed
tomography (HRCT) ada l ah
pemeriksaan standar untuk
menegakkan diagnosis. Memberikan
informasi morfologi paru yang lebih
jelas; bronkus yang tidak meruncing
ke arah perifer, bronkus terlihat pada
jarak 1-2 cm dari perifer paru, dan
peningkatan rasio bronkoarterial
(diameter internal bronkus lebih
besar daripada pembuluh darah yang
menyertainya) yang disebut
signetring. Berdasarkan gambaran
HRCT, bronkiektasis dapat
diklasifikasikan menjadi bentuk dengan G11mbar. X-ray : a) bonklektasis klstlk
rongga udara kisllk yang multipel
silindrik, varikose, dan sakuler atau dan b) bl"Ol\ldektasJs Sitlndrlk dengan tram-
track oi,adties.
kistik.
Rl!!!P_/ratory Medicine 70
bronkiektasis nonfibrosis kistik berdasarkan klinis, spirometri, dan
gambaran radiologis; dilakukan untuk menilai prognosis. Dua kelompok
penelitian pada tahun 2014 secara bersamaan menerbitkan sistem
penilaian bronkiektasis, yaitu FACED score dan bronchiectasis severity
index (B5I).Kedua penilaian tersebut mampu memprediksi mortalitas 4-5
tahun sejak diagnosis bronkiektasis ditegakkan.
SkorFACED
>50%
-- - 0
-
L
FEY
U~a
--- -- <50%
<70tahun
o!:70 tahun
2
0
2
1 atau 2 lobus
0
1
0
>2 lobus 1
- 0.2 0
rongkal ska1a sesak MMRC
3-4 1
-
*Ket : MMRC = Modified Medical Research Council.
Jumlah poin 0-7. Nilai 0-2: ringan, nilai 3-5: sedang, nilai 6-7: berat
Eksaserbasi sebelumnya \
<50
50-E9
70.79 _____, 1 atau 2
>3
Skala sesak MMRC
>80
BMI
<18,5 I 2
18,5-25 J _o
26-29 I o Kolonlsasl Pseudomonas
>30 Tidak ada
Prediksi FEV1 (%) Ada
>80 Kolonisasi bakteri lain
50-SO Tidak ada
ry Medicine 71
Tujuan penanganan bronkiektasis adalah untuk mencegah
eksaserbasi, mengurangi keluhan, meningkatkan kualitas hidup
pasien, dan menghentikan perburukan penyakit.
Medikamentosa
terapi antibiotik merupakan tatalaksana utama . Dapat dibagi
menjadi terapi eksaserbasi danjangka panjang.
eksaserbasi akut: indikasi bila terjadi perburukan keadaan
umum mendadak, biasanya dalam beberapa hari, berupa
bertambahnya keluhan batuk, volume sputum bertambah,
atau terdapat keluhan sesa atau hemoptisis. Terapi antibiotik
empiris dan diberi selama 10-14 hari. Regimen dapat diubah
setelah ada pemeriksaan bakteriologis
Jangka panjang: indikasi terapi jangka panjang antara lain bila
keluhan sangat berat dan sering terjadl kekambuhan (>3 kali
setahun). Regimen antibiotik didasarkan pada hasil
pemeriksaan mikrobiologis.
Mild modl"l"•t• •uc~uon (o,al Mod~te to SN@fe ex.,icerbatton (IV
th~•P't')"' thtt•PYI"'
Initial empiric thenlW Children: amoxycillin, amoxydlllo- Children and adults: a mpicillin, cefotaxime
davutanate ceftriaxone (amoxydllin , amoxyc:illin-
"'
Adults: amoxycUUn, amoxycillin-davulanata clavulanate, or cefurox1me·)
°' doxycydinet Children and adults: plperaciHin-tazobactam,
Children and adults: dprofloxadn
aerugtnosa In recent cultures. " Ptlcarci1Hn-dawlanate,
"' caftazidime ♦
tobramycln§ it severe or P. &eruglnosa in recent
cuin.es.
Specitlc palhogen,
H. lnnuenzae I
jHactamaS&-ve amoxycllin am~in (amoxycllllr¢)
~mase+ve amoxyclnln-davulanata or doxyeyctinet cefotaxlme ceftriaxone amoxycil11n
"'
davulaMte orcefuroxlmat ).
5. pneumonia.a amoxycillin benzylpeniclllin G, am?clftln (amoxyclDint,)
M. catarrhaHs amoxycillin-davulanate cefotaxime ceftriaxcne (amoxycilin-
"'
clawlanata, or cefuroxlmet)
S. aureus dl-/llucloli.acillin ftucloxaciflln
MRSA seek speclallst advlce11 seek specialist advloe11
P. aeruginosa ciprofloxacln (max 1◄ daYI) Children and adults: pipe,acillin-tazobactam,
tlcarcillin-<:lavutanate, 0, oeftavdime
tobramycln§ •
NTM seek speciallst advioe'I seek specialist advicel
Vaksinasl
Peranan vaksin influenzae dan pneumococcal dalam tatalaksana
penyakit saluran napas kronik telah terbukti. Namun, belum ada
studi pengaruh pemberian vaksin dalam penatalaksanaan
bronkiektasis non-fibrosis kistik.
Bronkodilator
Peran bronkodilator pada bronkiektasis belum sepenuhnya
terbukti, namun sering diberikan pada keluhan sesak dalam
praktik sehari-hari.
Bila terda pat perbaikan subjektif gejala, bronkodilator dapat
dilanjutkan sebagai terapi.
ESR tidak merekomendasikan pemberian bronkodilator rutin
pada pasien bronkiektasis; melainkan hanya pada keadaan
sesak berat, saat sebelum memulai aktivitas atau fisioterapi
dada, dan saat sebelum memulai terapi inhalasi mukoaktif dan
inhalasi antibiotik untuk meningkatkan deposisi obat dalam
paru.
Pembedahan
Pembedahan secara rasional akan memutus lingkaran setan
bronkiektasis dengan menghilangkan segmen paru ya ng tidak
lagi fungsional.
Indlkasi tersering pembedahan paru pada pasien bronkiektasis
adalah gejala kroni k seperti batuk lama, produksi sputum
purulen, dan batuk darah. Lobektomi paling sering dilakukan,
namun teknik lain (segmentomi dan pneumektomi) juga
dilakukan bila perlu.
,,,_,cine 73
19
TUMOR PARU
Merupakan sel kanker yang tumbuh dan berasal darl jaringan paru .
Untuk pembagian praktis karsinoma paru untuk tujuan pengobatan
yaitu:
Anamnesis
Asimptomatis, batuk, hemoptisis, nyeri dada, dyspnea karena
efusl pleura. Jika sudah ada metastasis dapat memberikan
keluhan nyeri tulang, sakit kepala, suara serak, sulit menelan,
dan sesak napas.
pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dltemukan wheezing, strider,
abses, atelektasis, aritmia (lnvasi ke pericardium), sindrom
vena kava superior, sindrom Horner (facial anhldrosis, ptosls,
miosis}, suara serak (penekanan pada N.laryngeal recur rent),
sindrom Pancoast (invasi pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis). Jika sudah ada metastasis dapat ditemukan ikterus,
perubahan neurologis, pembesaran kelanjargetah bening.
~/fifed/cine 74
Pemeriksaan eenuniang
Pemeriksaan serol ogi/tumor
marker: karena spesifisi tas
yang rendah dalam
mendiagnosis karsinoma paru ,
m aka lebih banyak digunakan
un tuk evaluasi has i l
pengobatan.
D CEA (carcinoma
embryonic antigen )
D NSE ( neuron-spesific
enolase)
D Cyfra 21-2 (cytokeratin
fragments 19}
Foto rontgen dada
CT scan atau MRI
Bone scanni ng, indi kasi : jika
diduga ada tanda-tan d a
m e tastasis ke tulang
Pemeriksaan sito logi sputum:
dilakukan rutin d an sebagai
skrining u ntuk d iagnosis dini
Pemeriksaan histopatologi:
sta nd a r emas d i ag n osis
karsinoma paru. C ara
mendapatkan spesimennya
dapat melalui: bronkoskopi,
trans t orakal biopsi (TTB),
t orakoskopl, mediastinoskopi,
torakotomi
-- _ ..
11 ,.._,tllMfaMOtbtlllmSH,ortlnOf
'"""'.,lht p,MJ1Ccf1Nlpwre<lil
R•9lo11a l Lymph Nod•• (NJ
.. .........
. - b t.......
- ,;
---
■ spuhll'ftort.-wtlWW.-..butl'ICII
., ...._.. .....,...
_,,...,_
--
ll Nol'WldtfntlP,-..Y__,
'""--
n. c.....111-.
.........~_,.,,,_
TI Tl#l'IC!f)CM•lmlll~~
.......,.."""--
--
---
~
--
n. Twno, l aaor Im In t,Ulftl..,....
Ta. lwnorll'IOf'tdlM2anllul)CM
....---
orlftllnpetmt~ IJ M,eW,tds,lncomabtenl
n Turnormortlhlftlanbuc7cn.or1Hs.,
twftOfwlt!l..,,111htkllowlng~wnm
"'"'°" ... futlm ¥tdmiftd n,
iM1,t
................
conmil,attrll,aiient,ot
fScmo,lt-$.4:llwoihoninalllbrordM.lan
ormott~tothtc,,tn,;lnvadts'fbctf,.
pltur1 0'\.10fP\2tfflO(f,mdYltd'IMtlt<ta,li
or00Mlctl¥t pnNIIOflitis N txtfflh lo dw
~tt,ior,N~ftOlllwoMltlttntirt~
Th fwno, Ntt thlfl l an IIYt SCffl
o,lffllng,utetclmtnslon
m
n _,ui. __
_...,,, ,. __
TIDOfllMttilNnSanbut7on
... _......,
or Ins I l l ~ dmfftllon
lwncw ll'IGft thin 7 cm• ontM dlrKdf
.....
.
......... ,... ......,_..
MMt-,a......,,.._MYt.
l•·:::~--1
-- --
..--.....-----
-..111thttnaMlwwtulHs1tllfllU11
--____
....-~
ckilltftc.ml' .Cwtdloul~
----- - fflli't...,..
flllht~• auedrtrd ~ -
olKnclht ~ t l l ! w
Sf'Pl'ltttVIIOf~llllhtWffltlotlt _,...............
.......
l4 fwnaroi-,liaMlnofJdn-,offle ....,.
.................,...........
wrtftlfllbocfJ.Qml,.lfPlll'*trlllnot
~lll•MM'flt~INI o----.. .
----------
---
0 .., ..., MetaHN.. (M)
1:•·-
=-
-
_ __
Nodlscn~
... ~--~••anrllltffll
tllt.
... ......,.,.. .
lok tumof wlfl plNll ~ or
----·
..
O•-
MM! DIIUtt.ffllfWUSk~txtHthonde~
.-----------
Note1
1 n,,__,_...,w....., ......... //lf/.wlllltl
o:=-:=:-
.._,......
__,_.__,_..,... ..................... 11111""""
----~"'~------..
.,....,. . .~--,,.,.,-•datlfMfl'lf'-.
JMn1:pltw,IClllll~~--Ulf<_"".,_•.,._·
..............~........-.--....-
~ ....~frlnf~-._..,.,.,...
..........
••
..........
............,
,....fl,r,-IIII...................~.-
N'61;.11-""""•-~•~.....,,MflCWN
H«llclne 76
orltma pendekatan d la nosls pada nodul sollter paru
Terdeteksl adanya
nodul baru pada CT scan
Kalslnkasl Jlnak pada CT scan atau 1---Y•---;~ Tidak pertu pemerlksaan lebih lanjut
stabll selama 2 tahun pa da r ontgen
Tidak
Hasll poslt lf
Hedldne 77
Tatalaksana pada SCLC:
Limited stage ( status tampllan buru k): k emot erapl komblnasi
radiot erapl thoraks
Ex tensive sage (status tampllan balk): kem ot era pi ko mblnasl
Respo ns tumor komplit ( sem u stage): radlotera pl kranlal profilaktlk
Status tampilan buruk (semua stage): kem oterapl komblnasi deng an
m odlfikasl dosls radioterapi pa liatif
Tidak ada geJala atau Dltemukan lesl single Ditemukan lesl mult ipel
asll pemertksaan yang menunjukkan p ada Imaging pada Im aging
adanya metastasis
.t,.~;•.' c··
"''~5~,
f,~ ; ~,;;;:,
·e,on~ lot
Mic.tO¥HHIS
~ ,I
'~ .._
Porietol Pleu ral VilCtfOI Alveoli
Plturo Spoce Plturo
ed/dne 79
Klasifikasi
EXUOATIV£
----
OCCLI" DC.a TO ICMA<SID
~A1\CPM'KC.NOtlLOW
.,.,..,__.u,
karalcter1stlk: protein rendah,
terjadl aklbat kerusakan atau
perubahan faktor slstemlk yang
berhubungan dengan
pembentukan dan penyerapan
calran pleura .
Mlsal pada : gagal jantung
ventr1kel klr1, slrosls, slndrom
nefrotlk, hldronefrosls.
80
Pemerlksaan o enunjang
Foto thoraks:
o s udut kostofrenikus
tumpul, bergeser ke
m e d i a I
(menggambarkan efu si
pleura )
o peni ngka tan nyata
hemidiafragma atau
p e r l uasa bayangan
lambung berisi gas dan
batas p aru kiri bawah
membawa kecur igaan
efusi subpulmonal
o bila efusi >300 m l akan
terlihat di foto thoraks
PA
Gamba r : Ef usl p le ura b er-at (>300 ml)
0 bila efusi 150- 300 m l tampak sudut kostofrenlkus kiri tumpul disertai
akan terlihat pada foto meniscus sign pada foto poslsl PA
latera l dekubitus
Gamb ar: Efusl pl e u ra rlng a n a) efusl pleura tidak tampak pada poslsl PA,
b) efusl pleura tampak pada poslsl lateral
Sembllh ~ STOP
TIDAK
YA
lratory Medicine 82
Memberi tanda daerah yang akan dipungsi di llnea aksilaris
posterior, khususnya tempat lnsersi di bawah batas redup pada
pemeriksaan perkusi, di ruang lnterkostal, tepl atas iga.
Desinfeksi dengan kasa sterfl yang diberi betadine, dari arah
dalam ke luar; lalu ulangi dengan alkohol 70%. Pasang duk steril
dengan lubang pada tempat yang akan dlpungsi.
Anastesl lokal dengan lidocain 2% 2-4 cc dengan spuit 5 cc,
dllnfiltrasikan anestesi lokal lntradermal, tunggu sesaat
kemudlan lanjutkan ke arah dalam hlngga terasa jarum
menembus pleura.
Jika jarum telah menembus rongga pleura lalu dilakukan aspi rasi
di dalam kavum pleura sampal spuit penuh, kemudian spuit
dicabut.
Luka bekas tusukan segera di tutup dengan kasa betadine.
Selanjutkan tusukkan kateter vena nomor 16 di tempat tusukan
jarum anastesi lokal dan apabila telah menembus pleura, maka
maindraln (piston) jarum dicabut.
sambungkan baglan pangkal
jarum dengan threeway
stopcock (stopkran) dan
spoit 50 cc (untuk aspirasi).
Dflakukan aspirasi sampai
cairan memenuhl spuit 50 cc.
Ujung threeway stopcock
yang lain dihubungkan
dengan blood set (untuk
pembuangan).
Dilakukan penutupan kran
aliran threeway stopcock ke
rongga pleura.
Cairan dalam spuit dibuang
melalui aliran blood set.
Kran threeway stopcock
kembali di putar ke arah
rongga pleura dan dilakukan
aspirasi kembali 50 cc.
Dilakukan evakuasi sampai
jumlah cairan maksimal
1500 cc.
Setelah selesai evakuasi
kateter vena dicabut dan
Iuka bekas tusukan ditutup
dengan kasa steril yang telah
diberi betadine.
Spesimen kemudian diberi
label dan dikirim untuk
pemerlksaan.
a nd R- lratory Medicine 83
PNEUMOTHORAKS
Defenlsl
Akumulasl udara dalam rongga pleura ya ng dapat dlsebabkan oleh:
perforasi pleura viseral dan masuknya gas dari paru-paru
penetrasi dinding dada, dlafragma, medlastlnum, atau esofagus
produksi gas oleh mikroorganisme dalam emplema.
Klaslflkasl
pneumothoraks spontan, terjadl secara tlba-tlba tanpa ada
penyebab, terbagi lagl menjadl 2jenis:
1. primer, terjadl tanpa rlwayat penyakit paru sebelum nya
2. sekunder, terjadi karena penya kit paru yang mendasarl
pneumothoraks traumatlk, terjadi aklbat suatu trauma, balk
penetrasi maupun bukan.
Gejala
Keluhan subjektif dapat berupa sesak nafas, nyeri dada, batuk,
beberapa tanpa gejala (terutama pada tlpe pneumothoraks spontan
primer)
Pemeriksaan fisis didapatkan bunyi nafas melemah-menghilang,
fremitus melemah-menghllang, resonansi perkusi dapat normal
hingga hipersonor. Pada tlpe tension dapat ditemui gejala takikardia
berat, hipertensl dan pergeseran mediatsinum atau trakea.
Pemerlksaan Penunjang
Foto thoraks: garis pleura viseralis
tampak putih, lurus atau cembung
terhadap dinding dada dan terpisah
dari garis pleura parietal. Celah
dlantaranya akan berisi bayangan
lusen dan t ldak ditemukan corakan
bronkovaskular di daerah lusen l
tersebut. I
CT scan bila dengan foto thoraks
diagnosa belum dapat dltegakkan
Analisa gas darah: gambaran
hlpoksemia
Endoskopi / torakoskopl
Tatalaksana
Prinsip penanganansesua l American Collage of Chest Physicians:
1) observasi dan pemberlan tambahan okslgen ; 2) aspirasi sederhana
dengan jarum dan pemasangan tube torakostoml dengan atau tanpa
pleurodesis; 3) t orakoskiopi dengan pleurodesis dan penanganan
terhadap adanya bleb atau bulla; 4) torakotomi
,wtory Medicine 84
DEKOMPRESI JARUM
85
4. - Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dgn spoit dan
potongan handschoon tepat di sisi superior dari kosta
tiga karena nervus dan pembuluh darah berjalan di sisi
inferior kosta.
Tusukkan jarum secara tegak
lurus (90° ) hingga keluar
udara yang ditandai dengan
adanya gelembung pad a
aquades di spoit atau terjadi
perubahan r esistensi.
Tahan jarum dan dorong
kanul hingga masuk
seluruhnya .
5. Fiksasi kanul dengan plester. Bila dekompresi berhasil
maka one way valve akan mengkerut setlap kali inspirasi.
Evaluasi u lang pernapasan pasien, apakah ada perbaika n
atau tidak.
Prosedur mungkin berbeda untuk setlap instansl. Untuk leblh jelasn ya,
video da at disimak di htt : www. outube.com watch?v=HbCu vx2EU
INSERSI CHEST TUBE
#lfedlc#ne 86
2. Siaokan oembedahan
3. Anestesi lokal oada kulit dan oeriosteum iaa
4. Insisi transversal (horizontal) 2-3 cm pd tempat yg telah
ditentukan dan diseksi tumpul melalui jaringan subkutan,
teoat di atas ioa
5. Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan
jari ke dalam tempat lnsisl untuk mencegah melukai
organ yang lain dan melepaskan perlengketan, bekuan
darah dll
6. Klem ujung proksimal tube thorakostomi dan dorong tube
ke dalam rongga peiura sesuai dengan panjang yang
diinoinkan
7. Cari adanya "fogging" pada chest tube pada saat ekspirasi
atau denoar aliran udara
8. Sambung ujung tube thorakostomi ke WSD. Jahit tube pada
temoatnva .
9. Tutup dengan kain / kasa dan plester.
10. Buat foto x-ray thoraks. Pemeriksaan analisis gas darah sesuai
denoan kebutuhan.
·-~
r.
'kine 87
Terapi Oksigen 23 24
.
'
Okslgen yang berdlfusi melalul dlndlng alveolus leblh
..
banyak
lrato Hedlclne 88
masuknya udara.
• Menyedlakan kohsentrasi oksigen
untuk inspirasi sekitar 40-60% pada
kecepatan 6-10 L/menit. Kecepatan
yang direkomendasikan 8-10 L/menit.
• Kecepatan oksigen harus di atas 5
L/menit agar dapat mendorong CO2
keluar dari masker.
PARTIAL REBREATHER MASK
• Mirip dengan simple face mask tetapi memiliki kantung
reservoir yang harus diisi terleblh dahulu sebelum
digunakan
• Kecepatan yang direkomendasikan 6-10 L/menlt untuk
menghindari kolaps dari kantung reservoir saat inspirasi
NON REBREA THER MASK
TAHUKAH KAMU?
Oxygen delivery (D02 ) adalah banyaknya oksigen yang disuplai
ke jari ngan, dlmana besarnya tergantung pada curah jantung
(cardiac output= CO) dan kandungan oksigen arteri.
D02 = CO X Ca02
Dimana, rumus NUNN-FREEMAN :
02= Ht; x Sa02 x 1 34) + 0,0 3 x P o )]
Saturasi hemoglobin dengan oksigen dapat diukur dengan
pulse oximetry (Sp02 ) atau dengan analisa gas darah (Sa02 ).
Nilai Sp02 atau Sa0 2 yang normal adalah diatas 94%. Nilai
Sa02 atau Sp02 dibawah 90% menunjuk kan bahwa Pa02
berada di bawah 60 mmHg, dlmana mengindikasika n
oksigenasi yang tidak adekuat.
Konsentrasl
okslge n
Device in spiras1 Kecepa tan { L/ m e nlt)
CF, O , l
Lo w Flow
Nasal canule 25-45% 1-6
6-10
Simple face m ask 40-60% (dlrekomendasikan
8-101
Partial rebreather 35-60% 6-10
mask
Non rebreather 60-100% 10- 15
mask
Hinh Flow
Ven turi mask7 24-50% I 4-12
,,_,,,ratory Ned/cin e 90
- l, 1 , r I 1 '
1
• ~ _ : :"'•- •• r
Vent/las/ teka nan positlf
- Volume Cycle d Ventilator : siklusnya berdasarkan volume.
Mesin berhent i bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
volume yang ditentukan.
- Pressure Cycled Ventilator : siklusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapa l
tekanan yang telah dltentukan. Pada titik tekanan inl, katup
in spirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan paslf.
- Time Cycled Ventilator : siklusnya berdasarkan waktu ekspirasi
atau waktu inspirasi yang t elah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oieh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas
per menit). Rasia normal inspirasi : ekspirasi adalah 1 : 2
i i
METABOUK
HC03 !
ESPIRATORIK
HC03 N
METABOUK
HC03 f
• • RESPIRATORIK
HC03 N
PC02 N PC02 i PC02 N PC02 !
bahwa gangguan asam basa respiratorik diawali oleh su atu
penlngkatan atau penurunan Pco2 sedangkan gangguan metabolik
diawali oleh peningkatan atau penurunan HC0 3 "
2. pH : 7 .13 asidosis
PaO2 : 65 mmHg hipoksem/a sedang
PaCO2: 28 mmHg turun
HCO3: 17 mEq/L turun Uhat pH darah
BE : - 10 asidosls
SaO2: 89% darah arterl Alkalcui,
pH > 7.◄5
almpulan.
"5100S1S METABOUK
OMPENSASI SEBAGIAN REStJllATORJK MfTA■O~K Rt:S*RATOR.IK
rato,y Hedldne 93
2 2
Obat-obat Saluran Nafas '· •
Bisolvon Teosal
Bromhexine HCI T lap tablet mengandung Salbutamol
Sediaan : sulfate 1 mg, theophyline 150 mg
Tab 8 mg, Tlap 5ml slrup mengandung
Eliksir 4mg/5ml, Salbutamol sulfate 0,5 mg,
Lar. 2mg/dl, theophyline SO m g
Am . 4m 2ml Tab 100 m Siru 100 m l
Epexol®, Benacol
Berea• Per 5 ml dextromethorphan H Br
Longatin® 7.5 mg, diphenhydramine HCI 12.5
Ambroxol HCL
Noskapin mg, ammon Cl 100 mg, K
Sediaan :
Sediaan : guaiacolsulfonate 30 mg, Na citrate
Tab 30 mg,
Tab 25,50 mg 50 mg, menthol 1 mg
sirup
15mg/5ml Dosis: Dws 1-2 sdt tiap 3-4 jam & 1
sdt ada malam hari
Aldisa SR
Komp: Champix®
Corhinza®
kaps lepas lambat Indlkasl :
menghentikan Paracetamol 500 m g,
loratadine 5 mg, pseudoephedrlne hCI 30 mg,
pseudoephedrine kebiasaan
chlorpheneramine maleat 2 mg
sulfate 120 mg merokok pada
Dosis: dws 1 kapl 3x/hr
Dosis: 1 kaps orang dewasa
2x hari
N - ACE
Edotin®, Erdobat® N-acetylcysteine
Lar.inhalasi
Erdosteine 300 mg
100 mg/ml, 3 ml
Dosis: 1 kaps 2-3 x/hr Dosls: nebulisasi 1 amp 1-2x/ hr
selama s-10 hr
ryMedlclne 94
Bronkodilator
Jnhalasi dosis
Nebulizer Oral Lama
Obat terukur / inhalasi Vial
(mg) (mg) Kerja
serbuk kerlna
Agonis Jl, kerja singkat / SABA
Salbuta mol
Tab 2-4 mg,
Sirup 2 mg / 5 ml, 4-6
Vial 0,5 mg/ml
100-200 mcg 2,5-5,0 2-4 - jam
2 ml, Inhaler
100 mca/semorot
Fenoterol
Inhaler
4-6
100 mcg/semprot, 100-200 mcg 0,5-2,0 - - jam
Lar. Inhalasi 0,1%
50 ml
T erbutaline 250-500 mcg 5- 10
2,5- - 4-6
50 jam
Procat erol 10 mcg - 0,25- - 6-8
05 iam
Agon is 132 kerja lama / LABA
12
Sa lmeterol 50-100 - - - iam
Fo rmoterol 4,5-12 - - - 12
iam
Metilxa ntin
Aminofilin
Sediaan:
Tab 200 mg,
- - 200 240 4-6
ini 24ma/ml (10 mil
Berva
Teofllin riasi,
Sediaan: 200- bisa
Kapsul 130 mg, - - 400
- samp
eliksir 130 mg/15 ml ai 24
iam
Anti-kollnerglk
Tlotro olum 18 mca - - - 24
I p ratropiu m
Sediaan: Inhaler
0,35-
200 mcg/semprot, 40-80 mcg
0,50 mg - - 6-8
Lar. Inhalasi 0,025%
20 ml
.' -
-u . . edlclne 95
Agonisl3 2 I
Ke
Lasmalin
Terbutaline sulfate
I : asm a bronklal, bronkitis kron ik, emfisema, peny paru lain dg
kompllkasl bronkospasm e
Dosls: oral dws 1- 2 tab, sirup dws 2-3 sdt
KI: tirotokslkosls
Sedlaan: tab 2.5 m 1.5 m 5 ml
Meptin• Procaterol HCI
Dosls:
Swlngha/er dewasa dosls lazlm 20 mcg (2
semprotan) s/d 4 x/hari
Sediaan: Inhaler 10 mcg/ dosis 200 dosis
Phamlnove> Phyllocontin.,
Aminophylline Aminophylline
Pulmlcort
Budesonide
Turbuhaler 200 mcg/dosls x 100
Respules 0.25 mg/ml; 0.5 mg/mlx2 ml
Dosls: tubuha/er 200- 1200 mcg/harl terbagl dalam 2 -4 dosis, pemellharaan
200-400 mcg 2x/hari )pagi, m alam)
Res ules 1-2 m 2x harl emeiharaan 0. 5-1 m 2x harl
97
P~AW-1~
MDI (Heter Dose Inhaler)
• Lepaskan penutup aerosol (2)
• Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian kocok
seperti gambar (3)
Ekspirasi maksi ma l. Semakin banyak udara yang dihembuskan,
semakin dalam obat dapat dihirup
Letakkan mouthpiece di antara kedua blblr, katupkan kedua blblr kuat-
kuat (teknik closed mouth)
Lakukan i nsplrasi · secara perlahan. Pada awal inspirasl, tekan MDI
sepertl pada gambar (5). Lanjutkan insplrasl anda selambat dan
sedalam mungkin
Tahan nafas selama kurang lebih LO detik agar obat dapat bekerja
Keluarkan nafas secara perlahan
Kumursetelah pemakalan (mengurangi ES stomatitis)
R•plratory Medicine 98
DPI (Dry Pow der Inhaler) : turbuhaler
Buka tutup turbuhaler
Putar baglan dasar yang berwarna ke arah kanan sampal sejauh
mungkln (maksimal) lalu putar ke kiri sampal berbunyi "klik"
Keluarkan nafas (eksplrasl makslmal), masukkan mulut ke turbuhaler
Hlsap secara kuat dan cepat (lnspirasl makslmal)
Tahan napas dan hitung sampal s-10
Tutup kemball turbuhaler
Kumursetelah menghlsap
I ngat untuk selalu mengecek jumlah dosis yang tersisa di jendela
window.
D ·,::
,El ,I
...,
-•
''- :•.,,-::rr.
...
~
IT
II
..
:,,,·~-:
.•
',,,.
~
tlii
,.,- ~~
'
-
J
-J I --:,,
I
Gamb■r d lambll dari http://www.asthmameds.ca/pmdl.php
(· ·L a
I
G■ mbar d l■ mbll d■rl http://www.asthmameds..ca/ pmdl.php
99
DAffAR PUSTAKA
1. Bahan ajar anatom1 sistem respirasi FK Unhas, 2008
2. Panduan Sistematis Untuk Diagnosis Ftsis : Anamnesa & Pemenksaan Fis1s
Komprehensif, 2015 (Editor: Siti Setiat1 dkk)
3. Buku Pemerlksaan Fislk (Prof. Harsinen S, Sp.PD-KEMD)
4. Clinical Examination: Pocket Tutor, 2014 , JP Medical Ltd (Petes Carledge
etc)
5. Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1, Seventh
edition.
6. Anna Uyainah ZN, Zulklfli Amin, Felsal Thufeilsyah. Splrometri. Ina J Chest
Critand Emerg Med I Vol. 1, No. 11 March- May 2014
7. Spirometry fot Health Care Providers GOLD, 2010
8. SpIrometry In Practice - A Practical Guide To Using Spirometry In Primary
Care, 2005 (British Thoracic Society Bts, COPD Consortium)
9. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Departemen Kesehatan RI, 2009
10. Pocket Guide to Asthma Management and Prevention : A Guide for
Physicians and Nurses, 2018 (diakses dan www.ginasthma.1t)
11. IPD's Compendium of Indonesian Medicine 1st Edition - Penatalaksanaan
Terkinl, 2009
12. Penatalaksanaan Asthma dan PPOK pada Orang Dewasa berdasar Pedoman
GINA dan GOLD, dr.Achmad Hudoyo, Sp.P (d1akses dart
www.rspondokindah.co.id)
13. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia: PPOK,
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003
14. Pocket Gulde to COPD Diagnosis, Management, and Prevention : A Gulde
for Health Care Professionals, 2018 (diakses dari www.goldcopd.it)
15. Ped om an Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia: PPOK,
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003
16. Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
(Edisi Revisi), IDI, 2014
17. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulos,s, Kementrian Kesehatan RI,
2014
18. Buku Aj ar I lmu Penya kit Dalam FKUI, Edisi V
19. Panduan Praktik Kllnis: Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam,
Interna Publishing, 2015
20. Pedoman Diagnosis dan Penat alaksanaan di Indonesia: Pneumonia
Komunlti, Perhimpunan Dokter Paru I ndonesia, 2003
21. Nur Prasetyo Nugroho. Bronkiektasis. CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th.
2018
22. American College of Surgeons Committee on Trauma . ATLS Student Course
Manual, 2018.
23. Basics of Oxygen Therapy (diakses dari www.nursingcenter.com)
24. Critical Care Notes, F.A. Davis company, 2009 (Janice Jones and Brend Fix)
25. DahlanZ, Amin Z, Soeroto AY. Kompendium - Tatalaksana Penyak,t
Respirasi dan Kritis Paru. Bandung: 2012
26. Chris Higgins. An introduction to acid- base balance in health and disease
( diakses darl https ://acutecaretesting .org
27. www.asthmameds.ca (dlakses Junl 2016 )
28. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisl XVI