Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN FISIK THORAKS

RIDWAN
1310070100045
FK UNBRAH
RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
PEMERIKSAAN FISIK THORAKS
PERSIAPAN
 INFORM CONSENT
 MEMPERSIAPKAN PASIEN
 PEMERIKSA DI SEBELAH KANAN
TEKNIK PEMERIKSAAN PARU & JANTUNG
 INSPEKSI
 PALPASI
 PERKUSI
 AUSKULTASI
TEKNIK PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
1. DINDING THORAKS
 Jaringan parut bekas operasi
 Nilai Apakah ada perubahan
warna/tidak?
 Pelebaran vena-vena
superficial
 Pelebaran/ retraksi otot otot-
otot interkosta.
 Adanya pulsasi dinding dada?
 Ginekomastia, dll.
2. BENTUK
THORAKS
Thorak normal
berbentuk simetris
dengan ukuran lateral
kiri dan kanan lebih
besar dari
anteroposterior.
Kelainan thoraks:
 Paralitikum
 Emfisema
 Kyphosis
 Scoliosis
 Pectus excavatum
 Pectus carinatum
3. KESIMETRISAN THORAKS WAKTU BERNAFAS
Thoraks tertinggal ditemukan pada pasien emfisema berat, tumor paru atau
mediastinum yang besar, effusi pleura masif, kolaps paru dsb
 Frekuensi nafas
Normal: 14-20 x/i. bayi normal: 24-32x/i.
Takipneupneumonia berat, kecemasan berlebihan dan pasien asidosis.
Bradipneukelainan serebral atau penggunaan obat narkotika.
Apneusyok, kelainan serebral
 Irama nafas
Normal: adanya inspirasi dan ekspirasi silih berganti
Bradipneu: pernafasan lambat
Takipneu: pernafasan cepat dan dangkal
Kussmaul: pernafasan cepat dan dalam pada asidosis metabolik
Cheyne stokes: ada periode apneu kemudian periode hiperpneu
Biot: tidak teratur baik irama maupun amplitudonya.
TEKNIK PEMERIKSAAN PARU
PALPASI
1. Palpasi dinding thoraks
anterior (palpasi statis)
 Lakukan palpasi dinding
thoraks anterior, dengan
telapak tangan untuk
menentukan ada tidaknya
kelainan pada dinding dada
 Tentukan ada tidaknya
kelainan pada dinding dada,
seperti nyeri tekan pada
dinding dada, krepitasi karena
emfisema subkutis, tumor dll.
2. Pemeriksaan Ekspansi
Paru (palpasi dinamis)
 Letakkan kedua telapak
tangan, dan ibu jari
secara simetris pada
masing-masing tepi iga,
sedangkan jari-jari
lainnya menjulur
sepanjang sisi lateral
lengkung iga.
3. Pemeriksaan Tactile Vocal Fremitus (palpasi dinamis)
 Mintalah pasien menyebutkan kata-kata yang menimbulkan
resonansi yang tinggi sehingga getaran suara yang teraba pada
dinding thoraks akan terasa lebih jelas seperti 77 atau 99.
 Rasakan getaran suara yang timbul dengan seksama
 Bandingkan tactile vocal fremitus yang dirasakan pada telapak
tangan kanan-kiri pada dinding thoraks anterior-posterior,
mulai dari atas, tengah, bawah.
TEKNIK PEMERIKSAAN PARU
PERKUSI
1. Teknik Perkusi Dasar pada Thoraks
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding thoraks
 Tekan sedikit jari telunjuk atau jari tengah tangan kiri
(jari fleksimeter) pada sela iga daerah thoraks yang
akan diperiksa
 Ketuk bagian tengah falang medial dari jari
fleksimeter dengan ujung jari tengah kanan (jari
fleksor) dengan menggunakan sendi pergelangan
tangan sebagai poros
 Lakukan perkusi secara bergantian pada sela iga
dinding thoraks sebelah kanan – kiri, dimulai dari atas
tengah dan bawah pada dinding thoraks anterior.
 Lakukan perkusi pada dinding thoraks posterior.
Pasien menyilangkan lengan di dada letakkan masing-
masing telapak tangan dibahu. Lalu lakukan perkusi di
sela iga.
Lakukan penilaian
terhadap suara perkusi
yang timbul pada
dinding toraks pasien
apakah sonor (normal),
hipersonor (PPOK)
redup (efusi pleura)
beda (efusi pleura
masif)
 Perkusi batas paru hepar
Perkusi pada sela iga disepanjang garis midklavikula
kanan dari atas ke bawah. Pada perkusi iga ke 4 dan ke 5,
terjadi perubahan bunyi dari sonor ke sonor memendek
disebut batas paru hepar relatif.
Pada perkusi iga ke 5 dan ke 6, terjadi perubahan dari
sonor memendek ke pekak (beda) disebut batas paru hepar
absolut.
 Peranjakan hepar
Letakkan 2 jari diatas batas paru hati absolut. Pasien
tarik nafas dan lakukan perkusi akan terjadi perubahan
suara dari redup menjadi sonor.
TEKNIK PEMERIKSAAN PARU
AUSKULTASI
 Letakkan stetoskop pada seluruh dinding thoraks secara
sistematis dan bergantian, pada sela iga dinding thoraks sebelah
kanan ke sela iga dinding toraks sebelah kiri, dimulai dari atas,
tengah dan bawah pada dinding thoraks anterior
 Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi, lalu
dengarkan dengan seksama suara nafas yang terdengar
 Lakukan juga pada dinding thoraks posterior
 Lakukanlah penilaian terhadap suara pernapasan normal yang
terdengar dari stetoskop, terutama intensitas (normal, melemah,
mengeras) dan letaknya, apakah terdengar pada tempat
seharusnya atau tidak
 Dengarkan dengan seksama ada tidaknya suara nafas
tambahan, seperti ronkhi basah, ronkhi kering, mengi krepitasi
AUSKULTASI PARU
Suara Pernafasan Normal
 Vesikuler: inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, hampir
diseluruh lapangan paru.
 Bronkial: inspirasi dan ekspirasi sama panjang, terdengar di
manubrium sterni
 Bronkovesikuler: fase ekspirasi hampir sama panjang dengan
inspirasi, normal terdengar di ICR 1 dan 2 serta daerah
interskapula.
Suara Pernafasan Tambahan
 Ronki basah: terjadi saat inspirasi akibat getaran udara yang
melewati cairan yang abnormal pada saluran nafas. Ronki
basah terjadi jika terdapat cairan di alveoli atau bronkiolus
 Ronki kering: terjadi akibat getaran udara yang mengalir pada
saluran nafas yang menyempit akibat sekret yang kental.
 Wheezing: akibat getaran udara yang mengalir pada saluran
nafas yang menyempit akibat inflamasi (asma) atau anatomis
(PPOK)
AUSKULTASI PARU
1.
TEKNIK
INSPEKSI
PEMERIKSAAN JANTUNG
 Amati penampilan pasien: lelah dan
lesu karena berkurangnya cardiac
output, gelisah karena sesak nafas,
atau muka yang meringis karena rasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk.
 Amati dinding thoraks: jaringan
parut, kelainan bentuk thoraks (
pectus excavatum), frekuensi nafas
yang meningkat
 Amati pulsasi katup jantung: apeks
pulmonal, aorta, trikuspid
 Amati kelainan pada organ tubuh lain
yang berhubungan dengan jantung:
sianosis, clubbing fingers, edema
ekstremitas.
2. PALPASI
 Palpasi katup jantung: palpasi menggunakan
ujung jari telunjuk tangan kanan pada aorta,
pulmonal, septal trikuspid. Nilai pulsasi
normal, mengeras, melemah, hilang atau
bergeser letaknya.
 Palpasi apeks jantung: letakkan telapak
tangan kanan dalam posisi pronasi pada
dinding thoraks kiri seetinggi ICR 5, 2cm
sebelah medial garis midklavikula kiri.
 Palpasi Heaves: letakkan telapak tangan d
parasternal kiri. Penilaian ada tidak heaves,
seperti gelombang pada telapak tangan
ditemukan pada insufisiensi katup mitral dan
pembesaran ventrikel kanan
 Palpasi Thrill: telapak tangan menutupi katup
area katup aorta dan pulmonal. Penilaian
ada/tidak thrill, getaran pada telapak tangan
akibat turbolensi aliran darah .
3. PERKUSI
 Batas jantung kanan: perkusi di sela iga sepanjang garis
midklavikula kanan dari kranial ke kaudal. Hingga terjadi
perubahan bunyi sonor memendek jadi beda (batas paru-hepar
absolut) ICS 6 kanan. Tarik 2 jari ke arah kranial lalu lakukan
perkusi ke arah medial hingga bunyi sonor-sonor memendek
(batas jantung kanan relatif) normal pada garis sternal kanan.
Lanjut perkusi ke medial, sonor memendek-beda (batas jantung
kanan absolut).
 Batas jantung kiri: perkusi sepanjang aksillaris anterior kiri dari
kranial ke kaudal. Sonor-timpani batas paru-lambung pada ICS 8
kiri. Tarik 2 jari ke kaudal lalu perkusi ke medial, sonor-sonor
memendek (batas paru kiri relatif). Normal 2 jari sebelah medial
garis midklavikula kiri.
 Batas jantung atas: perkusi dari kranial ke kaudal, sepanjang garis
sternal kiri, sonor-sonor memendek (batas atas jantung) normal
pada sela iga ke 2 kiri.
 Bising jantung: letakkan
4. AUSKULTASI
diafragma stetoskop di katup
 Auskultasi & bunyi jantung jantung, dari basis-apeks
normal: letakkan permukaan jantung. Letakkan permukaan
diafragma stetoskop pada katup bell stetoskop pada daerah
jantung, dimulai dari basis (aorta, mitral-trikuspid jantung.
pulmonal) apeks (trikuspid, Dengarkan secara seksama
bikuspid). Letakkan bell stetoskop suara jantung yang terdengar.
pada daerah mitral-trikuspid Apabila terdengar bising
jantung, bersamaan meraba jantung, lakukan penilaian
palpasi arteri karotis pada terhadap bising jantung trsbt.
m.sternokleidomastoideus.
Dengar bunyi jantung I (suara
jantung yang terdengar pertama
kali dan terdengar bersamaan
denyut arteri karotis). Jantung II
(suara jantung yang terdengar
setelah bunyi jantung I, tidak
bersamaan dengan denyut arteri
karotis)

Anda mungkin juga menyukai