Anda di halaman 1dari 14

INSPEKSI THORAX

Pemeriksaan thorax saat statis dan dinamis terdiri dari pemeriksaan:


1. Bentuk thorax, tulang dada, iga, sela iga, dan tulang belakang
2. Dinding thorax dan mammae
3. Pulsasi pada dinding thorax
4. Gerak dinding thorax saat pernafasan

Bentuk
Normal: simetris, potongan melintang berbentuk elips, diameter anteroposterior:lateral= 5:7, sela iga tidak terlalu lebar/sempit, iga-iga tidak terlalu
horizontal /vertical, angulus costae=70-90
Abnormal:
-Thorax emphysematicus= barrel chest= thorax bentuk tong
sela iga lebar, iga-iga horizontal, angulus costae>90, terdapat pada emphysema
-Thorax paralyticus= pthisic chest
thorax gepeng, sela iga sempit, iga vertical, scapula menonjol ke belakang, angulus
sub costae<70, terdapat pada Tb paru
-Thorax asimetris
karena depresi pada satu sisi, terdapat pada atelektasis, fibrosis
karena penonjolan sesisi, terdapat pada efusi pleura, pneumothorax
-Bulging= voussure cardiaque
penonjolan daerah precordium krn pembesaran jantung ketika masih muda, terdapat
pada penyakit jantung congenital
-Pectus carinatum= pigeon breast= chicken breast
tulang dada menonjol seperti dada burung karena rachitis semasa kanak-kanak

-Pectus excavatum=funnel chest


cekungan kedalam pada tulang dada bawah bisa karena rachitis, sering pada tukang
sepatu tradisional. Dapat mengganggu hemodinamik peredaran darah paru atau dapat
menyebabkan bising jantung pada auskultasi.
-Rachitic rosary
hampir semua perlekatan iga dengan rawan iga di dada membentuk benjolan sehingga
menyerupai untaian biji tasbih di dada, terdapat pada rachitis
-Scorbutic rosary
tampak seperti untaian biji tasbih, terdapat pada penderita skorbut(defisiensi vit.C)
-Harrisons sulcus/ grooves
cekungan pada dinding thorax tempat melekatnya diafragma, terdapat pada rachitis,
malnutrisi
-Retraksi sela-sela iga atas waktu inspirasi
fibrosis
-Penggembungan sela-sela iga waktu ekspirasi
obstruksi dengan mekanisme pentil pada bronchus
-Broadbent= retraksi sela-sela iga terbawah sinkron dengan systole jantung, terdapat
pada perikarditis kostriktiva, AI, TI
-Kifosis abnormal
jika berbentuk sudut(anguler)=gibbus, terdapat pada spondilitis Tb
jika punggung lengkung seperti busur(arkuer), disebabkan karena osteoporosis
-Skoliosis abnormal
kebiasaan posisi buruk sejak kecil atau karena poliomyelitis, atau akibat trauma
-Lordosis abnormal

karena hamil tua, ascites, atau tumor intra abdominal


-Benjolan disekitar satu atau beberapa vertebrae
karena abses perinefritik, atau abses spondilitis Tb
-Kekakuan pergerakan tulang belakang, disebabkan spondilitis Tb atau HNP

Dinding thorax dan mammae


-Kelainan kulit: spider nevi pada sirosis hati, kehamilan
Roseole spot pada demam tifoid
-Vena kulit: normal tidak melebar/menonjol, arah aliran darah dari umbilicus ke
perifer.
Bila melebar(dilatasi) dan menonjol serta berkelok-kelok terutama pada vena bagian
tengah sedangkan aliran darah tetap, mungkin sirosis hati.
Bila berdilatasi terutama sisi thorax arah aliran darah dari cranial ke caudal,
kemungkinan obstruksi vena cava superior.
Bila vena di sisi berdilatasi dengan aliran darah dari caudal ke cranial, mumgkin
obstruksi vena cava inferior.
-Ginekomastia: pada sirosis hati
-Tumor pada mammae: jarang pada pria, pada wanita waspada keganasan
-Mammae yang mengecil pada wanita; hirsutisme pada sirosis hati, pada usia lanjut

Pulsasi pada dinding thorax


-Ictus cordis normal tampak pada sela iga V 1-2cm medial garis midclavikularis kiri
dengan diameter kira-kira 2cm. Letak bergeser sedikit ke bawah saat inspirasi dalam,
bergeser ke kiri/kanan pada saat berbaring pada sisi kiri/kanan, atau akibat efusi

pleura, pneumothorax, fibrosis paru, atelektasis, tumor mediastinum, atau pada


scoliosis abnormal.
Pada hipertrofi ventrikel kiri, ictus cordis bergeser ke lateral bawah.
Pada hipertrofi ventrikel kanan, ictus cordis menghilang/ tak terlihat, tetapi tampak
pulsasi nyata di bawah tulang dada/epigastrium yang berasal dari denyut ventrikel
kanan.
-Pulsasi abnormal di epigastrium mungkin disebabkan aneurisma aorta abdominalis,
atau tumor didepan aorta abdominalis.
-Pulsasi abnormal di sela iga II garis sternalis kanan dan di incisura jugularis sterni
mungkin karena aneurisma aorta
-Pulsasi abnormal di sela iga III kiri dekat sternum mungkin aneurisma atau dilatasi
arteri pulmonalis.(1)

Gerak dinding thorax pada pernafasan


Normal simetris, frekuensi 14-20 kali per menit, irama teratur, amplitudo sedang.
-Pernafasan dangkal pada emphysema, pleuritis, efusi pleura
-Pernafasan dangkal dan cepat pada decompensatio cordis
-Pernafasan cepat dan dalam(Kussmaul) pada asidosis
-Pernafasan Cheyene-Stokes pada decompensatio cordis kiri, keracunan opium atau
barbiturat, uremia.
-Pernafasan Biot pada kerusakan otak
-Pada wanita saat bernafas gerak thorax lebih dominan(pernafasan thorakoabdominal), pada pria gerak perut lebih dominan(pernafasan abdomino-thorakal).
Pada pria yang bernafas thorako-abdominal mungkin menderita paralysis diafragma,
pada wanita yang bernafas thorako-abdominal mungkin terdapat kelainan dalam
rongga dada atau dinding thoraxnya.(4)

Daftar Pustaka
1.hendarto
4. Maitre B, Similowski T, Derenne JP. Physical examination of the adult patient with
respiratory diseases: inspection and palpation. Eur Respir J; 1995; p.1584-93.

PALPASI THORAX
1. Memeriksa dengan perabaan kelainan pada dinding toraks
Jika ditemukan benjolan tetapkan besar kelainan, ukuran,
lokasi , konsistensi, permukaan suhu, rasa nyeri pada perabaan,
permukaan kulit, mudah atau tidak digerakkan dari dasarnya dan jaringan
sekitar (5)
2. Gerak pernafasan
Letakkan satu tangan pada tiap sisi dada. Minta pasien untuk bernafas
dalam-dalam.Apakah gerakan tiap sisi berjalan secara sinkron baik dari segi
waktu maupun perluasanya? Mulailah dengan menempatkan ujung kedua ibu
jari pada prosesus xifoideus dengan jari-jari tangan dan tangan terentang pada
kedua bidang bawah anterior paru-paru.Ulangilah ini di bagian posterior dan
superior.(5)
3. Taktil fremitus
Dipakai untuk memastikan terjadinya perubahan dalam densitas paruparu.Suara yang diucapkan secara normal menimbulkan resonansi yang dapat
dipalpasi. Pakailah sisi ulnar jari ke lima atau telapak tangan pada tempat yang
sama di atas tiap paru-paru dan mintalah pasien untuk mengucapkan tujuh
puluh tujuh. Batas normal fremitus sangat luas tergantung pada habitus dan
perkembangan otot. Pada orang yang sangat gemuk getaran tidak dapat mudah
teraba karena dinding dada akan menghambat hantaranya. Pada orang yang
sangat kurus tiap bunyi yang sangat halus tampaknya mencapai jari yang
meraba dada.
Umumnya penurunan fremitus ditemukan dengan halangan hantaran
gelombang bunyi. Cairan atau udara intrapleura khususnya merupakan

halangan yang sangat kuat. Sebaliknya konsolidasi paru memperkuat hantaran,


sehingga gambaran klasik pneumonia adalah peningkatan fremitus taktil
vocal. Jika disertai obstruksi bronkus atau efusi pleura, fremitus dan intensitas
bunyi nafas menurun.(5)
4. Thrill
Thrill adalah sensasi getaran superficial yang teraba pada kulit diatas daerah
turbulensi. Adanya thrill menunjukkan bising (murmur) yang kuat. Thrill
paling baik diraba dengan menggunakan kepala tulang metacarpal, dan
ditekankan dengan sangat ringan pada kulit. Jika memakai tekanan yang
terlalu besar, thrill tidak akan dapat teraba(5)
5. Angulus costae
Letakkan kedua telapak tangan pada sisi hemithoraks dengan ibu jari pada
prosseus xiphoideus. Lalu ukur sudut angulus costae (5)
6. Ictus cordis
Tentukan ictus cordis dengan cara inspeksi, kemudian raba ictus cordis dengan
telapak tangan (biasanya pada ICS IV) (5)
DAFTAR PUSTAKA
5) Diagnosis fisik/ John W. Burnside, Thomas J . McGlynn ; alih bahasa,
Henny
.
Lukmanto.-Ed. 17.- Jakarta : EGC,1995.

PERKUSI THORAX
Teknik melakukan perkusi yaitu dengan meletakan jari tengah tangan kiri datar pada
dinding toraks(biasanya diletakan pada sela iga) kemudian pangkal kuku jari
diperkusi (diketuk) oleh jari tengah tangan kanan yang digerakan pada sendi
pergelangannya,lalu dengarkan bunyi yang ditimbulkan.

Bunyi perkusi tympani ialah bunyi yang amat nyaring seperti mengetuk
abdomen yang kosong.misalnya perkusi yang dilakukan pada pneumothorax.

Bunyi perkusi hipersonor adalah bunyi perkusi yang kurang nyaring


dibandingkan dengan bunyi tympani karena masih ada jaringan di dalam
rongga yang penuh berisi dengan udara,misalnya pada paru yang mengalami
emphysema.

Bunyi perkusi sonor adalah bunyi yang kurang nyaring dibandingkan dengan
bunyi hipersonor.merupakan bunyi perkusi pada dinding toraks dengan cavum
pleura dan jaringan paru di dalamnya yang normal.

Bunyi perkusi redup adalah bunyi yang kurang nyaring dibandingkan dengan
bunyi bunyi sonor karena volume udara dalam jaringan paru berkurang
misalnya karena terdapat infiltrat atau jaringan kosolidasi atau jaringan paru
normal tapi cavum pleura berisi cairan(efusi)

Bunyi perkusi pekak adalah bunyi perkusi pada thoraks bila jaringan paru
didalamnya tidak lagi berisi udara sama sekali,misalnya paru telah terisi tumor
yang padat atau mengalami atelektasis.(1)

PERKUSI DADA DEPAN


I memeriksa keadaan paru dan cavum pleura
Dilakukan pada kedua hemitoraks perkusi secara sistematis dan
simetris untuk membandingkan bunyinya.
1.

Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang dan berhadapan

dengan pemeriksa
2.

Lakukan perkusi secara dalam pada fossa supraklavikula kanan, kemudian

lanjutkan kebagian dada kiri .


3.

selanjutnya lokasi perkusi bergeser kebawah sekitar 2- 3 cm, Begitulah

seterusnya kebawah sampai batas atas abdomen


4.

Mintalah pasien untuk mengangkat kedua lengan untuk melakukan perkusi aksila

dari atas kebawah di kanan dan kiri


5.

Bandingkan getaran suara yang dihasilkan oleh perkusi.

Bunyi perkusi sonor pada kedua hemithorax bearti kedua paru dan cavum
pleura normal

Bunyi perkusi redup,mungkin terdapat infiltrat tumor atau efusi pleura

Bunyi perkusi pekak,mungkin karena adanya suatu tumor yang besar

Bunyi perkusi hipersonor mungkin ada emphysema,pneumothorax kecil,atau


adanya kavitas di paru

Bunyi perkusi tymphani mungkin pneumothorax yang besar atau hebat.

II.menetapkan batas paru dan hepar

Perkusi dilakukan dari atas ke bawah garis midclavikularis kanan.Normal,batas antara


bunyi sonor (paru) dan redup(hati yang diliputi paru) adalah pada sela iga IV dan
batas bunyi redup ke bunyi pekak (hati yang tidak diliputi oleh paru) adalah pada sela
iga VI dalam keadaan ekspirasi.
III.menetapkan batas paru dan lambung
perkusi dari atas ke bawah pada garis axilaris anterior kiri dengan posisi pasien
tegak,dan oerut kososng.Batas bawah paru (sonor) dan batas atas lambung(tympani)
normalnya adalah sela iga VIII.
IV.menetapkan batas jantung sebelah kanan
Titik paling kanan jantung ditetapkan dengan perkusi dari arah lateral kanan ke
medial sepanjang garis horizontal melalui titik yang terletak 2 jari di atas paru dan
hepar.batas jantung kanan normal adalah pada garis sternalis kanan(titik perbatasan
antar bunyi sonor ke redup pada sela-sela iga III,IV,dan V kanan tidak lebih lateral
dari garis sternalis kanan)
V.menetapkan batas kiri jantung
Perkusi dari lateral (garis axilaris anterior) ke medial sepanjang garis horizontal yang
melalui titik 2 jari diatas batas paru lambung atau sepanjang sela iga V dan sepanjang
sela iga VI.Pada keadaan normal batas antara bunyi sonor (paru) dan redup(jantung)
adalah pada sela iga V 1-2 cm di sebelah medial garis midkalvikularis kiri.
VI menetapkan batas atas jantung
perkusi dari atas ke bawah mulai

dari sela iga II pada garis sternalis

kiri.Normal,peralihan dari sonor ke redup pada sela iga III.


PERKUSI DADA BELAKANG
VII menetapkan batas bawah paru di belakang
Perkusi pada garis scapularis kiri dan kanan.Perubahan bunyi sonor ke redup/pekak
merupakan batas paru bagian bawah.Pada keadaan normal bagian bawah paru kiri
setinggi vertebra thorakalis XI,sedangakan bagian bawah paru kanan setinggi vertebra
thorakalis X.(1)

AUSKULTASI THORAX
Pemeriksaan Paru Anterior(3)

Posisi pasien berbaring terlentang kemudian meminta pasien untuk bernafas


dengan mulut

Pemeriksaan dilakukan dari sisi ke sisi untuk membandingkan suara di kedua


sisi

Mendengarkan suara nafas normal (3)

Suara nafas tracheal


o Intensitas: sangat keras
o Tinggi nada: sangat tinggi
o Rasio I : E = 1 : 1
o Deskripsi: kasar
o Terdengar di atas trakea (daerah leher)

Suara nafas bronchial


o Intensitas: keras
o Tinggi nada: tinggi
o Rasio I : E = 1 : 3
o Deskripsi: tubular
o Terdengar di atas manubrium

Suara nafas bronkovesikular


o Intensitas: sedang
o Tinggi nada: sedang
o Rasio I : E = 1 : 1
o Deskripsi: berdesir tetapi tubuler
o Terdengar di atas bronkus utama (linea sternalis ICS I dan II)

Suara nafas vesicular


o Intensitas: lemah
o Tinggi nada: rendah
o Rasio I : E = 3 : 1
o Deskripsi: berdesir lemah
o Terdengar di sebagian besar paru perifer

Pemeriksaan Paru Posterior (3)


Didengarkan pada bagian punggung
Posisi pasien duduk dan bernafas melalui mulut
Stetoskop diletakkan pada lokasi yang sama dengan perkusi punggung
Pemeriksaan dilakukan dari sisi ke sisi untuk membandingkan suara di kedua
sisi

Mendengarkan suara nafas tambahan

Crackles (atau Rales)(2)


o Diskontinu
o Intermitten, nonmusical, dan singkat
o Crackles halus: Halus, nada tinggi, dan sangat singkat
o Crackles kasar: Agak kasar, nada rendah dan singkat

Mengi(2)
o Kontinu
o Musical, panjang (tetapi tidak menetap selama siklus pernapasan)
o Relatif bernada tinggi dengan kualitas desis atau lengking

Ronkhi(2)
o Kontinu
o Musical, panjang (tetapi tidak menetap selama siklus pernapasan)
o Nada suara relatif rendah dengan kualitas suara dengkur

Krepitasi(1)
o Bunyi seperti suara gesekan rambut
o Berasal dari cairan dalam alveolus
o Biasanya hanya terdengar pada akhir inspirasi

Pleural friction rub(1)


o Disebabkan karena gesekan antara kedua permukaan pleura yang
menjadi kasar misal akibat peradangan.
o Terdengan sepanjang inspirasi dan ekspirasi
o Dapat terdengar di bagian basal paru

Suara nafas abnormal(1)

Suara nafas tracheal, bronchial dan bronkovesikular terdengar tidak pada


tempatnya. Hal ini dapat terjadi karena bronkhiolus mengalami
infiltrasi/konsolidasi.

Suara nafas vesikuler memanjang. Hal ini terjadi karena lumen


bronkus/bronkhiolus mengalami penyempitan.

Suara nafas terdengan lemah. Hal ini dapat terjadi pada efusi pleura,
emfisema, pneumotorax atau obstruksi bronkus.

Suara nafas mengeras. Hal ini terjadi karena adanya infiltrat pada paru dan
ateletaksis paru akibat kompresisedangkan lumen bronkus tetap terbuka.

Suara nafas amforik. Bunyi menyerupai tiupan pada botol kosong. Terjadi bila
terdapat kavitas besar yang berhubungan terbuka dengan suatu bronkus.

Suara nafas cog-wheel, yaitu suara nafas yang tersendat-sendat. Terdapat


pada pleuritis adhesiva karena alveolus mengembang tidak serentak dan
bersamaan saat inspirasi.

Suara nafas metamorphosing, yaitu suara inspirasi yang mendadak berubah


dari halus menjadi kasar. Terdapat pada sumbatan bronkus/bronkiolus yang
mendadak lepas.

Suara nafas asthmatic, yaitu ekspirasi yang memanjang disertai wheezing.

Pola pernapasan abnormal(3)

Pemeriksaan Jantung
Mendengarkan bunyi jantung I dan II

Bunyi jantung I(1)


Terdengar di area katup mitral terletak di garis midklavikula sinistra
intercostae V dan katup trikuspidal terletak di garis parasternal sinistra
intercostae IV
o Melemah pada:
Fibrosis katup mitral
Infark miokard
Emfisema
Efusi pericardial/pleura kiri
o Mengeras pada:
MS/TS
Takikardia
Blokade jantung
Hipertiroidisme

Anemia
Demam rematik akut
Bunyi jantung II(1)
Terdengar di area katup aorta terletak di garis sternalis dextra intercostae II dan
katup pulmonal terletak di garis sternalis sinistra intercostae II
o Melemah pada:
Hipotensi
Shock
Fibrosis katup semilunar
Emfisema
Pulmonal stenosis
o Mengeras pada:
Setelah aktifitas
Hipertensi sistemik
Hipertensi pulmonal

Bunyi jantung tambahan(1)

Splitting
o Apabila katup mitral dan tricuspid tidak menutup secara bersamaan.
Fisiologis jika terdengar saar inspirasi dan patologis jika terdengar saat

ekspirasi
Bunyi jantung III
o Terdengar rendah di daerah mitral dan pantulan vibrasi ventrikular
dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastol BJ III mengikuti BJ
II
o Mungkin disebabkan oleh aliran darah dari atrium ke ventrikel sangat
cepat, misal pada hipertiroidisme, anemia dan MI. juga pada kelainan

miokard, missal hipertrofi atau dilatasi, peradangan atau fibrosis.


Bunyi jantung IV
o Bunyi yang terdengar rendah di atas daerah mitral, disebabkan oleh
tekanan untuk mengisi ventrikel pada diastol yang lambat, karena

meningkatnya tekanan diastol ventrikel.


Opening snap
o Terdengar tepat setelah BJ II dengan nada yang lebih tinggi. Dapat

terdengar pada penderita MS yang telah mengalami fibrosis


Bunyi ejeksi (ejection sound)
o Terdengar setelah BJ I dengan nada tinggi. Disebabkan oleh distensi

tiba-tiba pada aorta atau arteri pulmonalis yang patologis.


Klik sistolik (systolic click)

o Terdegar ditengah fase sistolik. Umumnya tidak mempunyai makna


patologik.
Bising Jantung(1)
Terjadi karena aliran darah dalam jantung menjadi turbulen sehingga
menimbulkan getaran
Dibedakan menjadi:
Murmur sistolik
o Pansistolik murmur
Apabila pada fase sistolik katup atrioventikular menutup tidak
sempurna. Terdapat pada MI
o Ejection sistolik murmur
Apabila pada fase sistolik katup semilunaris membuka tidak

sempurna. Terdapat pada AS, PS


Murmur diastolic
o Early diastolic murmur
Apabila pada fase distolik katup semilunaris menutup tidak
sempurna. Terdapat pada AI, PI
o mid diastolic murmur
Apabila pada fase diastolik atrioventikular membuka tidak

sempurna. Terdapat di MS
Pericardial friction rub
o Terdengar seperti bunyi sepatu kulit yang masih baru karena
permukaan pericardium parietal dan visceral menjadi kasar dan pada
pergesekan waktu systole dan diastole jantung menimbulkan bunyi.
o Terdapat pada perikarditis.

Daftar Pustaka
3. Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnosis Fisik: teknik auskultasi. EGC; 1995; p. 170175.

Anda mungkin juga menyukai