Anda di halaman 1dari 8

BAGIAN ILMU BEDAH

TUGAS BTKV

FAKULTAS KEDOKTERAN

AGUSTUS 2015

UNIVERSITAS HASANUDDIN

PEMERIKSAAN FISIK THORAKS (PARU DAN JANTUNG)

DISUSUN OLEH :
Khairiyyah Suriatmajaya (C111 10 806)
Inggrid (C111 11 161)
SUPERVISOR :
dr. Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.B, Sp.BTKV
dr. Rosie, Sp.BTKV

BAGIAN ILMU BEDAH THORAKS KARDIOVASKULAR


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

PEMERIKSAAN FISIK THORAKS

Gambar 1. Linea-linea dari thorax 1


1. Paru
INSPEKSI
Perhatikan bentuk dan pergerakan pada toraks, bentuk/ukuran toraks. Perhatikan
apakah terdapat daerah-daerah yang menonjol atau retraksi lokal. Apakah terdapat deformitas
rongga dada, pergerakan dinding toraks. Berkurang pada gangguan otot pernapasan, tahanan
dinding toraks yang meningkat, pengembangan paru yang berkurang, penekanan jaringan
paru, hiperinflasi. Apakah penderita menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas. 1
Bentuk dada ada beberapa macam, yaitu: normal, dada paralitikum, dada emfisema
(Barrel-Shape). Kelainan bentuk yang sering ditemui adalah: kifosis, skoliosis, pectus
excavatum, dan pectus carinatum. 1
Kelainan dada lain yang sering dijumpai adalah: pada kulit terlihat spider naevi,
bendungan vena, emfisema subkutis, ginekomastia, dan penyempitan atau pelebaran sela
iga.1
PALPASI
a. Palpasi, dengan menggunakan kedua tangan untuk memastikan apakah terdapat nyeri
tekan lokal, terdapat massa atau krepitasi, dan posisi trakea: apakah ada deviasi ke
kanan/kiri (pemeriksaan dengan jari telunjuk)
b. Pemeriksa melakukan pemeriksaan palpasi di anterior dan posterior
c. Meletakkan kedua telapak tangan pada dinding/samping dada
d. Mempersilahkan menarik nafas panjang
e. Mempersilahkan mengucapkan kata sembilan-sembilan atau iii iii iii

f. Menentukan perbedaan vocal fremitus kiri dan kanan. Intensitas vocal fremitus
g. relatif sama pada permukaan toraks kecuali hemitoraks kanan lebih kuat karena letak

anatomi bronkus besar lebih dekat ke dinding dada.

Gambar 2. Teknik pemeriksaan focal fremitus


PERKUSI
a. Perkusi dilakukan dalam posisi tegak karena suara perkusi dapat berubah karena
perubahan letak organ.
b. Melakukan perkusi dari atas kebawah pada dada depan dan belakang
c. Membandingkan tempat-tempat yang simetris dan identik pada kedua hemitoraks
d. Menentukan batas perubahan sonor ke pekak
e. Beri tanda untuk tindakan punksi percobaan (bila ditemukan daerah pekak curiga efusi
pleura)
f. Tentukan apeks paru dengan perkusi bahu mulai lateral (suara redup). Perkusi diteruskan
ke medial sampai terdengan sonor, berilah tanda. Lakukan perkusi dari pangkal leher ke
arah lateral sampai terdengan suara sonor, berilah tanda. Puncak paru terletak diantara
kedua tanda tersebut.

Gambar 3. Melakukan perkusi paru pada dada belakang


AUSKULTASI
a. Stetoskop diletakkan pada anterior, lateral dan posterior dada secara sistematis

b. Penderita diminta untuk menarik nafas panjang


c. Lakukan auskultasi secara sistematis dan bandingkan bunyi yang terdengar pada tiap sisi
d. Menentukan jenis suara pernafasan dan suara tambahan (vesikuler, bronkovesikuler,

bronchial, ronchi, wheezing, dan stridor)


e. Menentukan lokasi perubahan dari suara normal ke abnormal
f. Menentukan lokasi perubahan dari suara normal ke abnormal

Gambar 4. Lokasi untuk auskultasi pada paru 1

KESIMPULAN:

Tabel 1. Ringkasan pemeriksaan fisik thoraks dan paru 1

2. Jantung
INSPEKSI

Pada inspeksi jantung perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak
atau tidak nampak. Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan
mudah pulsasi yang disebut ictus cordis pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi
ini letaknya sesuai dengan apeks jantung. Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum
maksimum di tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel.
Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel
kiri. Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu
sistolis terjadi retraksi ke dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. 2,3
Pulsasi yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi arteri pulmonalis.
Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel
kanan, pulsasi tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan
apakah ada pulsasi arteri intercostalis yang dapat dilihat pada punggung. Keadaan ini
didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada leher bagian bawah dekat scapula ditemukan
pada coarctatio aorta. 2,3
PALPASI
Yang dinilai pada palpasi adalah menentukan lokasi punctum maksimum, apakah kuat
angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang teraba. Di samping adanya pulsasi perhatikan
adanya getaran thrill yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung.
Getaran ini sesuai dengan bising jantung yang kuat pada waktu auskultasi. 3
PERKUSI
Kegunaan perkusi adalah untuk menentukan batas-batas jantung. Selain perkusi
batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah besar di bagian basal jantung. Pada
keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni terdapat
pekak yang merupakan daerah aorta. 2,3
AUSKULTASI
Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan: bunyi jantung, bising jantung,
dan gesekan pericard. 2,3

Gambar 5. Lokalisasi auskultasi jantung

Bunyi Jantung
Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi jantung: 2,3

Bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal.


Bunyi ini adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel.
- Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan
tanda dimulainya fase diastole ventrikel.
Adapun bunyi jantung tambahan yang biasa didengar pada keadaan tertentu, yaitu: 2,3
- Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir
pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung.
Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan
patologis ditemukan pada kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan
myocarditis. Bunyi jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda, disebut
sebagai protodiastolik gallop.
- Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi
atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada orang
dewasa didapatkan dalam keadaan patologis yaitu pada A V block dan hipertensi
sistemik.. Irama yang terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop
Bising Jantung (cardiac murmur)
Bising jantung disebabkan oleh: aliran darah bertambah cepat, penyempitan di daerah
katup atau pembuluh darah, getaran dalam aliran darah oleh pembuluh yang tidak rata, aliran
darah dari ruangan yang sempit ke ruangan yang besar, dan aliran darah dari ruangan yang
besar ke ruangan yang sempit. 2,3
Jenis bising tergantung pada fase bising timbul: 2,3
- Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi
jantung 2). Dikenal 2 macam bising sistole :
Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang
dipompakan melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian
fase sistole. Didapatkan pada stenosis aorta, punctum maximum di
daerah aorta.
Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang
melalui bagian jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase
systole. Misalnya pada insufisiensi mitral.
- Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan
bunyi jantung 1). Dikenal ada 3 macam bising diastole: 2,3
Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada
stenosis mitral.
Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2; misalnya
pada insufisiensi aorta.

Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum


bunyi jantung 1, misalnya pada stenosis mitral. Bising sistole dan
diastole, terdengar secara kontinyu baik waktu sistole maupun diastole.

Misalnya pda PDA.


Bising fungsionil dijumpai pada beberapa keadaan, yaitu: demam, anemia,
kehamilan, kecemasan, hipertiroidi, beri-beri, dan atherosclerosis. 2,3
Gesekan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard
visceral dan parietal yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses
peradangan (pericarditis fibrinosa). Gesekan ini terdengar pada waktu sistole dan diastole
dari jantung, namun kadang-kadang hanya terdengar waktu sistole saja. Gesekan pericard
kadang-kadang hanya terdengar pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian
menghilang. Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum.
Sering dikacaukan dengan bising jantung. 2,3

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. Chapter 13: Chest and Lungs. [online] [cited Agustus 2015]. Available from:
http://www.us.elsevierhealth.com/product.jsp?isbn=9780323055703
2. Higgins JP. Physical Examination of The Cardiovascular System. USA: International Journal
Of Clinical Cardiology. 2015.
3. Chatten K, Howe M, Marks G, et.al. Guide To History Taking And Examination. London:
University College London. 2012

Anda mungkin juga menyukai