Anda di halaman 1dari 59

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ( lanjut-1 )

PEMERIKSAAN MULUT, GIGI, LIDAH, TONSIL, PHARYNG

• Rongga mulut :
-. periksa bau mulut, radang mucosa (stomatitis), dan
adanya aphtoe (sariawan).
• Labio/Palate/Gnato schizis : kalau ada dicatat.
• Gigi :
-. Periksa adanya makanan, karang gigi, carries, sisa akar
gigi yang tanggal, pendarahan, abses, benda asing (gigi
palsu), keadan gusi = meradang/gingivitis dan ada
tidaknya radang jaringan penyangga gigi (periodontitis).
• Lidah :
-. Kotor/coated pada keadaan hygiene mulut kurang,
demam thypoid, tidak suka makan, pasien koma.
• TONSIL / TONSILA PALATINA :

Ukuran besar tonsil dinyatakan dengan :


~ T 0 – bila sudah dioperasi
~ T 1 – ukuran yang normal
~ T 2 – pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
~ T 3 – pembesaran mencapai garis tengah, dan
~ T 4 – pembesaran melewati garis tengah.
• Tonsil diperiksa apakah meradang atau tidak.
• Kadang terdapat nanah (GO) atau membrane putih perak
( pada difteria ).
• Infeksi/ceries pada gigi seringkali menjadi focus infeksi
terhadap tonsil sehingga peradangan menjadi kronik.
• PHARYNX :

-. Dinding belakang ( oro pharynx ) diperiksa adakah


peradangan, pembesaran adenoid dan lendir/secret,
( mulut dibuka dg spatula = tongue spatule ).
PEMERIKSAAN LEHER.

• Kelenjar getah bening / Lympho-nodi :

-. Pembesaran kelenjar getah bening dapat terjadi karena


infeksi difokus lain, seperti di : pharynx, gigi, larynx, dan
telinga.
-. Infeksi toxoplamosis memberi gejala pembesaran kelenjar
getah bening leher juga.
• KELENJAR TYROID :
-. Px/ inspeksi : ttg bentuk, & besarnya, bila pembesarannya
telah nyata.
-. Px/ palpasi : satu tangan dari samping atau dua tangan dari
arah belakang.
-. Jari-jari meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta
menelan.
-. Dalam keadaan normal, tyroid dirasakan tak ada sesuatu
teraba, saat menelan kelenjar tyroid akan ikut naik turun.
-. Hal ini memastikan bahwa yang diraba tadi adalah benar
tyroid.
-. Palpasi tyroid dilaporkan ttg bentuknya, simetris atau tidak,
diraba keras atau kristik, ataukah noduler (berbenjol).
-. Px/ Auskultasi : bila ditemukan adanya Bruit tyroid
mungkin ini suatu keganasan karena darah dan pembuluh
darah bertambah banyak.
KAKU KUDUK

• Kaku kuduk :

-. Setiap rangsang meningeal, ( peradangan, perdarahan


Sub-arachnoid ) menimbulkan kekakuan otot-otot leher.
Spasme otot ini disebut sbg kaku kuduk/tengkuk yang
merupakan ciri atas adanya iritasi/rangsangan meningeal
PEMERIKSAAN THORAKS

• Diperlukan ingat tentang garis-garis imaginer :


-. Linea midio-sternalis
-. Linea sternalia.
-. Linea medio-clavicularis.
-. Linea axilaris anterior, media, dan posterior.
-. Linea scapularis.
-. Linea vertebralis.
-. Angulus Ludovici, Angulus Costae,dan Arcus Costae.
PEMERIKSAAN THORAKS

• Dilakukan secara berurutan meliputi : inspeksi, palpasi,


perkusi, dan auskultasi.
a. INSPEKSI :
-. Diamati bentuk thorax apakah biasa/normal, atau ada
kelainan bentuk seperti : kiposis, lordosis, scoliosis,
gibbus ( kiposis yang ektrim ).
-. Bentuk yang lain : bentuk dada burung (pigeon chest)
sternum menonjol, bentuk dada tukang sepatu/cekung
(Funnel chest), barrel chest (besar menggembang muka
belakang).
PENGAMATAN PERNAFASAN :
• Terdengar stridor / bunyi pd ( inspirasi/expirasi ).
• Menghitung frekuensi pernapasan ( normal 12 – 20x/1’ .

• Perbandingan frekuensi napas : HR = 1 : 4.


• Napas > 20x/menit disbt Tachypnea.
• Kurang dari 12x/menit disebut Bradipnoe.

• Catat pola/irama napasnya, : teratur / periodic, Cheynes


Stokes, Kussmaul (cepat-dalam), hiperventilasi (hanya
dalam) atau irama satu-satu pada pasien sebelum
meninggal.
• Amati ada tidaknya dyspnea (setiap ketidak-nyamanan
bernapas dalam bentuk apapun) : merupakan tanda dari
-. retraksi intercostalis
-. retraksi supra sternal
-. pernapasan cuping hidung
-. d’effort inspirasi, seperti pada difteria.
-. d’effort expirasi, seperti pada asma bronchiale,
- orthopnoe, lebih nyaman bernapas pada posisi duduk.
• Amati ada/tidak cyanosis : disekitar bibir, mulut dan dasar
kuku.
• Clubbing of the finger ( jari pemukul genderang ).
• Amati suara batuk yang kita dengar (produktif, kering,
whooping, pendek-pendek/ dehem-dehem)
PALPASI

• Palpasi thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan


jari.
• M eraba dan merasakan getaran dinding dada sewaktu
pasien mengucapkan “tujuh puluh tujuh ….” berulang-ulang.
• Getaran yang dirasakan disebut Vokal-fremitus ).
• Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian
mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar.
• Pemadatan jaringan paru (pneumonia, keganasan) akan
terasa lebih bergetar.
• Pada Pleural effution dan Peneumo thorax akan terasa
kurang bergetar.
PERKUSI

• Perkusi dinding thorax; caranya mengetuk jari tengah


tangan kiri yang ditempelkan didinding dada dicelah
intereostal.
• Penilaian suara yang ditimbulkan oleh perkusi :
a. Sonor adalah suara perkusi jaringan paru yang normal
b. Redup / pekak adalah suata perkusi jaringan yang lebih
padat / konsolidasi paru-paru seperti Pneumonia.
c. Hypersonor/ tympani adalah suara perkusi daerah
berongga kosong seperti : daerah caverne-caverne paru,
penderita asma kronik, dg bentuk dada Barrel-chest,
akan terdengar seperti ketukan pd benda-benda kosong,
bergema.
• Perkusi dilakukan dengan cara membandingkan kiri-kanan
pada setiap daerah permukaan thorax.
AUSKULTASI :

• Auskultasi paru : mendengarkan suara pada dinding


thorax dengan menggunakan stetoskop.
• Caranya : pasien diminta bernapas cukup dalam dengan
mulut terbuka dan letakkan stetoskop secara sistematik
dari atas kebawah dengan membandingkan kiri-kanan.
• Ada tiga suara yang didengar pada pemeriksaan
Auskultasi :
1. Suara napas
2. Suara ucapan (tujuh puluh tujuh ….)
3. Suara tambahan.
SUARA NAFAS

a. Vesicular, : terdengar disemua lapangan paru yang normal.


-. Bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari
expirasi.
b. Broncho-vesicular, : terdengar didaerah percabangan
bronchus dan trachea. Yaitu :
-. Di sekitar sternum dan region intercapular, nadanya
sedang, lebih kasar dibandingkan vesicular, inspirasi
sama panjang dengan expirasi.
c. Bronchial, : terdengar trachea (leher) dan supra Sternal.
-. Bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek
dibandingkan dengan expirasi.
PERHATIAN :

• Bila didapat suara broncho-vesicular atau bronchial dilapangan


paru ( yang semestinya vesticular ), tentu merupakan suatu
kelainan.
• Bila tidak terdengar suara sama sekali, hal ini bisa karena paru-
parunya colaps/atelektasis atau pleural effusion yang banyak
jumlahnya.
• Jumlah cairan pleura yang tidak banyak bisa menimbulkan suara
vesicular yang melemah.
• Bila terdengar suara seperti tiupan pada mulut botol, disebut
suara Amforik merupakan suara resonansi dari rongga-rongga
Caverne yang ada dalam paru-paru.
Px/ SUARA UCAPAN

• Penderita diminta mengucapkan “tujuh puluh tujuh, …” berulang-ulang


setiap sesudah inspirasi secara berbisik, dengan intonasi yang sama kuat.
• Pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop secara sistematik disemua
lapangan paru serta membandingkannya kiri dan kanan.
Kemungkinan terdengar :
-. Suara normal : perlu mengenal atau membiasakan mendengar pada
orang sehat. Intensitas dan kualitas dikiri sama dengan kanan.

-. Bronchoponi : suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras


dibandingkan daerah sisi yang lain. Ini akibat adanya proses
pemadatan/konsolidasi paru.
• Pectoriloquy : suara terdengar “jauh” dan tidak jelas
(=nggrenyem), terdapat pd effusion atau atelektasis.

• Egophony : suara bergema seperti seorang yang hidungnya


tersumbat (= bindeng) dan terasa dekat. Suara semacam ini
bisa didapat pada pemadatan paru yang disertai
caverne/berongga-rongga besar.
SUARA TAMBAHAN

• Normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan


menunjukkan ada kelainan.

MACAM’’ SUARA TAMBAHAN :


a. Rales : bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-
saluran halus pernapasan mengembang pada inspirasi :
-. Rales halus, terdengar ”meritik” halus pada akhir inspirasi
jadi pendek.
-. Rales sedang, terdengar lebih kasar dan ditengah fase
akhir inspirasi.
-. Rales kasar, terdengar lebih lama, yaitu pada seluruh fase
inspirasi.
Rales seringkali ditemui pada peradangan jaringan paru
(Pneumoria- TBC).
b. Ronchi :
-. ciri khas ronchi : nada rendah dan sangat kasar terde-
ngar baik pada inspirasi maupun expirasi.
-. Akan hilang bila pasien disuruh batuk.
-. Ronchi terjadi bila cairan mucus terkumpul dalam
trachea atau bronchus besar (misalnya oedem paru)
c. Wheezing :
-. Bunyi musical terdengar “ngiii…ik” atau pendek ngiik,
terdapat pada fase inspirasi atau expirasi, bahkan
biasanya lebih jelas pada expirasi.
-. Wheezing terjadi karena ada exudat lengket tertiup
aliran udara dan bergetar nyaring.
-. Biasanya, didapat pada bronchitis acuta.
-. Bila hanya terdengar pada fase expirasi, ini akibat
udara melewati celah sempit bronchial.
d. Pleural Friction-Rub :
-. Suatu bunyi yang terdengar “kering” persis seperti
suara gosokan amplas pada kayu.
Catatan : rales dan ronchi terdengar “basah” karena
seperti gemericik cairan.
-. Pleural friction-rub terjadi karena peradangan
pleura, terdengar sepanjang fase pernafasan
(inspirasi ).
-. Paling jelas suara ini terdengar didaerah
posterolateral bawah dinding thorax.
PEMERIKSAAN JANTUNG

INSPEKSI :
• Mencari ictus cordis : denyutan dinding thorax karena
pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax.
• Normal : berada di ICS-5 pada linea medio clavikularis kiri
selebar 1 cm saja.
• Mengetahui letak ictus, scr tak langsung diperoleh gambar-
an ttg ada / tidak pembesaran jantung (pembesaran jantung
ictus cordis bisa sampai pada linea axillaries anterior).
• Bulging precordial : daerah precordial yang lebih menonjol
dari dinding thorax yang lain, menunjukkan kemungkinan
pembesaran ventrikel kanan atau aneurysma pangkal aorta.
PALPASI :
• Pada ictus cordis : meraba ictus cordis dengan telapak jari II-III-IV
(seringkali juga ictus tidak tampak namun bisa teraba).
• Dirasakan kekuatan pukul dan lebarnya ictus cordis yang normal
tidak lebih dari 1 cm2.
• Kalau terasa lebih lebar dan pukulannya kuat serta letaknya
bergeser ke kiri berarti hipertropi ventrikel kiri (hipertensi yang
lama)
• Hitung frekuensi jantung / heart rate (HR), selama 1 menit
penuh serta diamati teratur tidaknya denyut jantung.
• Kemudian membandingkan HR dengan frekuensi nadi yang telah
kita hitung sebelumnya.
• Memeriksa ada tidaknya Thrill : getaran ictus cordis tidak lain ini
adalah murmur (auskultasi) derajat 5-6 yang karena
keras/kasarnya dapat kita raba.
PERKUSI :
• Tentukan batas-batas jantung, ( daerah jantung terdengar
pekak ).
• Pembesaran jantung dpt diperiksa dng perkusi adalah
pembesaran ventrikel kiri, yg kanan kurang dapat ditentukan
dengan perkusi karena pembesarannya lebih kearah antero
posterior.

AUSKULTASI :
• Mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop.
• Diperlukan suasana yang tenang agar bunyi jantung terdengar
baik.
• Mula-mula gunakanlah sisi membrane dengan tekanan kuat
untuk mendengar nada-nada yang lebih tinggi.
• Kemudian sisi bell dengan tekanan ringan untuk mendengar
nada-nada yang lebih rendah.
AUSKULTASI : TERDENGAR BUNYI JANTUNG

• BJ I : bunyi menutupnya katup Mitral dan Trikuspidalis.


• BJ II : bunyi menutupnya katup Aorta dan Pulmonalis.
• Ada lima tempat mendengar BJ untuk empat buah katup :
1. Katup Aorta/A di ICD-2, pd linea sternalis kanan untuk BJ
II-A
2. Katup Pulmonalis/P di ICS-2, pd linea sternalis kiri,
dan ICS-3, linea sternalis kiri untuk BJ II-P
3. Katup Tricuspidalis/T di ICS-4, linea sternalis kiri untuk BJ
I-T
4. Katup Mitral/M di ICS -5, linea medio-clavicularis kiri
(apex) untuk BJ I-M
• Normal BJ II (A dan P) dan BJ I (T dan M) adalah bunyi
tunggal.
• Bila pasien disuruh inspirasi dalam, bisa terjadi bunyi
terbelah (split) pada BJ II, karena pada inspirasi dalam
tekanan intra thorakal berkurang, darah lebih banyak ke
paru-paru, artinya atrium kanan dan ventrikel kanan
memompa lebih banyak darah ke paru-paru.
• Bila tetap terdengar split pada saat inspirasi maupun
ekspirasi, ini merupakan tanda yang cukup spesifik untuk
Atrial septal defect ( ASD ) atau Stenosis katup P.
BUNYI JANTUNG III ( kalau ada )

• BJ III didengar didaerah M :


-. BJ III terdengar sesudah BJ II dng jarak cukup jauh, ttp
tak melewati separuh fase diastolic, nadanya rendah.
(sehingga lebih jelas dengan sisi bell).
-. Pada anak dan orang muda, bukan kelainan jantung.
-. Pada orang dewasa/tua yng disertai tanda / gejala
payah jantung : ( oedem, dyspnea ) BJ III
merupakan tanda yang khas.
-. Suara-irama BJ pd decompatio cordis kiri disebut Irama
pacu kuda/Gallop rhythm, BJ III ini timbul akibat
getaran derasnya pengisian diastolic atrium kiri ke
ventrikel kiri yang sudah membesar, darah jatuh ke
ruang lebar kemudian timbul getaran.
FASE SISTOLIK & FASE DIASTOLIK

• Fase sistolik : fase antara BJ I dan BJ II


• Fase diastolic : fase antara BJ II dan BJ I berikutnya
• Fase diasnotic lebih lebar/lama dari pada fase sistolik.

-. Dengarkan baik-baik apakah didapat suara-suara


tambahan pada fase sistolik, fase diastolic atau kedua-
duanya.
-. Suara tambahan ini disebut Bising Jantung = Murmur.
BISING JANTUNG ( MURMUR )

• Murmur : fibrasi/getaran yang terjadi didalam jantung atau


pembuluh darah besar yang diakibatkan oleh bertambahnya
arus turbulensi darah.
• Arus darah yang normal adalah stream line / laminer.
• Bila darah melewati celah yang sempit terjadilah arus
turbulensi / turbuler, hal inilah yang menimbulkan bising.
• Bila didengar murmur harus dikaji lebih lanjut tentang :
1. Tempatnya (M.T.P).
2. Perjalanannya/menjalar atau tidak menjalar
3. Terjadinya pd fase sistolik atau diasnotic
4. Derajatnya ( tinggi rendahnya ) nada.
5. Kualitasnya
PEMERIKSAAN ABDOMEN

Ingat daerah abdomen dibagi menurut 9 regio :


a. Epigastrica
b. Hipocondrica kiri - kanan
c. Umbilicalis
d. Lumbalis kiri – kanan
e. Hipogastrica
f. Iliaca (=inguinal kiri-kanan).
Menurut 4 kwadran :
1. Kwadran atas kanan – kiri
2. Kwadran bawah kanan – kiti.
TERIMA KASIH

SAMPAI JUMPA
Px / INSPEKSI ABDOMEN

1. Disimak abdomen membusung/membuncit / datar saja,


tepi perut menonjol (flank) / tidak, umbicilus menonjol
atau tidak.
2. Amati bayangan/gambaran bendungan pembuluh darah
vena dikulit abdomen.
3. Normal aliran pembuluh darah kulit abdomen berasal dari
pertengahan abdomen, ada yang menuju atas, ada yang
menuju bawah, dan tidak terlalu menonjol.
4. Inspeksi juga mengamati apakah didaerah abdomen
tampak benjolan-benjolan/masa. Laporkan bentuk dan
letaknya
AUSKULTASI ABDOMEN

• Segera dilakukan sesudah inspeksi.


• Stetoskop diletakkan didaerah epigastrium dan 4 kwadran
abdomen.
• Suara peristaltic usus terdengar normal antar 5 – 35 kali per
menit.
• Bila bunyi peristaltic keras & panjang disebut “ Borborygmi”
• Ditemui pd gastroenteristis atau obstruksi usus.
• Peristaltic yang berkurang ditemui pada ileus paralitik.
• Apabila setelah 5 menit tidak terdengar bunyi peristaltic sama
sekali baru dikatakan peristaltic negative/tidak ada ( pada
pasien post operasi ).
Px/ PALPASI ABDOMEN

• Sebelum palpasi, tanyakan apa ada bgn perut pasien yang


terasa nyeri (spontan) tanpa palpasi, sebab bila pasien
menyatakan ada, daerah tersebut harus dipalpasi terakhir.
• Palpasi dimulai dng palpasi umum terhadap keseluruhan
dinding abdomen untuk mencari tanda nyeri umum
(peritonitis, pancreatitis).
• Kemudian mencari dengan perabaan ada/tidaknya
masa/benjolan (tumor / faeces). Periksa juga turgor kulit
perut untuk menilai hidrasi pasien. Sesudah itu periksalah
dengan tekanan pada region Iliaca (Adnexitis, KET), barulah
kita secara khusus melakukan palpasi hepar dan lien.
PALPASI HEPAR

• Caranya : letakkan telapak tangan & jari kanan mulai dari


kwadran kanan bawah berangsur naik ikuti irama napas dan
gembungan perut, dan berupaya merasakan sentuhan tepi
hepar pada tepi jari telunjuk.
• Pembesaran hepar menuju arah inferior.
• Pada keadaan normal hepar berada dibelakang arcus-costa
sehingga tidak teraba.
Apabila hepar dapat diraba, dibuat deskripsi sebagai berikut :
1. Ukuran hepar dari tepi bawah arcus costa (dalam cm atau
lebar jari)
2. Perabaan keras, lunak atau biasa
3. Tepi hepar : tajam atau tumpul
4. Permukaan rata atau berbenjol-benjol
5. Nyeri tekan atau tidak.
HEPAR MEMBESAR PD KEADAAN :

a. Bendungan karena dekomp cordis


b. Malnutrisi

c. Gangguan fungsi hati hati/radang hati (hepatitis, Thypoid


fever, malaria, dengue, tumor hepar dan sebagainya)
d. Hepar yang teraba 1 jari pada bayi dan anak-anak
merupakan keadaan yang sering ditemui, hal ini bukan
berarti suatu pembesaran hepar.
PALPASI LIEN
• Caranya bi-manual (=2 tangan), jari-jari tangan kiri me-
ngangkat dengan cara mengait dinding perut kiri atas arah
belakang, sedangkan jari-jari tangan kanan berupaya
meraba lien dari arah depan abdomen kiri atas.
• Mencari/meraba lien yang ditandai dengan adanya incissura
lienalis.
• Pembesaran lien mengikuti arah garis ( Schufner ), mulai
pertengahan arcus costa kiri, melewati umbilicus menuju
kwadran kanan bawah abdomen, dibagi 4 bgn dr atas.
• Lien membesar didapat pada : Thypoid fever. Dengue fever,
Leucemia, Malaria dsb.
• Harus hati-hati melakukan palpasi pada lien yang membesar
karena bisa mengakibatkan rupture lien
PALPASI TITIK Mc. BURNEY

• Titik Me Burney berada pada batas sepertiga luar dan dua


pertiga dalam dari garis imaginer yang menghubungkan
umbicilus dengan SIAS kanan.

• Pada radang akut Appendix akan didapat nyeri tekan dan


nyeri lepas, yaitu rasa nyeri timbul saat daerah ini ditekan
maupun dengan mendadak dilepaskan.
PERKUSI ABDOMEN

• Caranya : sama seperti perkusi thorax.


• Suara perkusi abdomen yang normal adalah tympani.
• Masa padat atau cairan, menimbulkan suara pekak ( hepar,
ascites, vesika urinaria, masa tumor ).
• Perkusi dilakukan pada semua kwadran.
• Px/ Ascites : cairan dalam rongga perut berada dibawah, perkusi
dimulai dari tengah abdomen dengan posisi pasien terlentang,
menyusuri dinding abdomen, terus ke lateral abdomen.
• Perubahan suara dari tympani menjadi pekak merupakan batas
cairan ascites yang ada.
• Lalu pasien pindah posisi berbaring miring.
• Maka daerah lateral abdomen yang semula pekak setelah berada
diatas akan menjadi tympani karena cairan berpindah, sebaliknya
daerah umbilicus menjadi pekak, hal ini dsbt : shifting dullness.
• Perkusi ginjal : pada dinding abdomen belakang di costo-
vertebral.
• Dengan dilandasi telapak tangan kiri, kita lakukan perkusi
dengan sisi ulnar kepalan tangan kanan.
• Pada peradangan/infeksi saluran kemih akan didapat tanda
nyeri pada perkusi.

Px/ KELENJAR LIMFE INGUINAL, GENITAL dan ANUS :


a. Kelenjar limfe inguinal diperiksa dengan palpasi, teraba
membesar, nyeri tekan atau tidak, pembesaran dan nyeri
merupakan petunjuk adanya infeksi dari daerah tungkai,
kelamin, atau metastase tumor testis/prostate.
PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA PRIA

• Diperiksa apakah kulit sekitar kelamin mengalami


infeksi/jamur/kutu ( pediculosis pubis ).
• Testis kiri kanan, ada/tidak, hidrocele, radang ( orchitis )
• Mulut uretra; discharge nanah ( GO ).
• Ulcus dicorona glandis.
• Phymosis ( preputium tidak bisa ditarik )
• Lesi herpes, condyloma acuminate
• Keganasan, dsb
PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA WANITA.

• Bila tersedia diperiksa :


• Pemeriksaan sebaiknya dilakukan diatas meja ginekolog.
• Bila tidak lakukan dengan posisi anatomi.
• Amati vulva secara keseluruhan : adakah prolapsus uteri.
• Amati secret vaginal :
-. Normal-jernih, tidak gatal.
-. Lochea rubra sampai 3 hari post partum
-. Lochea alba – 9 hari post partum
-. Coklat : mungkin monilia/candida
-. Putih mucoid : infeksi Stafilokokus, Streptokokus
-. Putih berbusa : trichomonas vaginalis
-. Kuning kehijauan, lengket : GO
PEMERIKSAAN ANUS

• Anus diperiksa bersamaan dengan genetalia pada wanita.


• Pada pasien laki-laki, posisi pasien berbaring miring dengan
lulut terlipat menempel diperut/dada.
• Diperiksa adanya : haemoroid externa, fissure, fistula, tanda
keganasan
PEMERIKSAAN LENGAN & TUNGKAI

a. Pemeriksaan oedema :
-. Edema biasa terjadi di : pretibia, maliolus, dorsum
pedis, jari-jari.
-. Juga bisa terjadi di : palpabrae, daerah tulang sacrum,
terlebih pada pasien yang berbaring lama.
-. Edema diperiksa dg menekankan jari dipermukaan
kulit dan kecekungan yang terjadi akan tidak segera
hilang (pitting edema).
-. Hal ini terjadi karena terkumpulnya cairan dijaringan
extraseluler lebih banyak dari biasanya (decomp
cordis, nefrotik sindrom ).
b. Menilai rentang gerak (ROM = Range of Motion)
-. Diperiksa simetrisitas lengan dan tungkai : panjang
dan besarnya dibandingkan antara sisi kiri dan
kanan.
-. Keadaan ini patogenik seperti : polio, fraktur tulang
dan kelumpuhan.
-. Gerakan pasif ke berbagai arah dinilai : apakah
mengala-mi hambatan/keterbatasan gerak yang
mungkin akibat dari kelainan sendi atau jaringan
disekitar sendi.
c. Uji kekuatan otot
1. Memeriksa Tonus Otot (ketegangan otot).
2. Trofi otot (ukuran otot) dg cara inspeksi & palpasi.
Bandingkan antara kiri dan kanan.
3. Kekuatan otot dinilai dengan angka nol sampai lima :
0 Otot sama sekali tidak mampu bergerak, bila lengan /
tungkai dilepaskan akan jatuh 100% pasif.
1 Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada
tahanan sewaktu jatuh.
2 Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan
gaya gravitasi saja, tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 Mampu menahan tegak dg sedikit didorong tetapi
tidak mampu melawan tekanan dari pemeriksa.
4 Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
5 Kekuatan utuh.
d. Menilai refleks-refleks fisiologik :
-. Refleks fisiologik diperiksa pada ketukan tendon yang
akan dijawab dengan kontraksi otot.
-. Diperiksa refleks tendon : biceps, patella, achiles.
e. Mencari refleks patologik :
-. Refleks patoligik Babinsky normal tidak ditemui.
Caranya : dengan menggoreskan benda berujung
tumpul pada telapak kaki.
-. Babinsky positif bila ibu jari kaki dan jari-jari kaki
lainnya mengalami dorso-fleksi (ini artinya patologis).
-. Babinsky negative bila ibu jari kaki dan jari-jari kaki
lainnya mengalami plantar-fleksi (ini artinya fisiologis
atau normal).
f. Mencari tanda khusus :
-. Clubbing of the finger : ujung jari seperti tongkat
genderang ( pada penyakit jantung bawaan, kronik, TBC ).
-. Terjadi pada semua keadaan dimana jaringan kekurang an
oksigen secara menahun/lama.
-. Spider naevi, pelebaran arteriola pada pasien cirhosis
hepatic yang sudah lanjut.
-. Uremic frost, didapat pada pasien uremia, setelah keringat
yang mengandung ureum menguap, tertinggal “bedak”
ureum.
Pemeriksaan dengan perabaan dan bukan saat pasien baru
saja dimandikan.
Px/ PAYUDARA pd WANITA

Inspeksi :
Periksa apakah tampak retraksi kulit daerah mamae akibat
tarikan ligamentum cowperi seperti kulit jeruk (peau de’
orange). Adakah discharge berbau dari puting susu, ulkus,
benjolan, sehingga tampak tidak simetris bentuknya.

Palpasi :
Lengan kanan pasien ditopang dg tangan kiri pemeriksa,
tangan kanan pemeriksa melakukan palpasi pada setiap
kwadrat mamae pasien dan fossa axilarisnya. Hal-hal yang
perlu diperiksa adalah :
-. Ukuran massa, ( dlm cm ), dan posisinya dicatat ( atas
luar, atas dalam, bawah luar, bawah dalam)
Bentuk massa :
-. Delimitasi, apakah mempunyai tepi yang jelas, seperti
pada kista?

-. Atau difus seperti pada karsinoma?


-. Kosistensi, karsinoma sekeras batu, kista lebih elastis
-. Mobilitas lesi, Apakah lesi itu dapat digerakkan
dengan bebas, pd karsinoma biasanya melekat pada
kulit, otot dibawahnya atau dinding dada.
Px / COLLUMNA VERTEBRALIS

Pasien pada posisi duduk, membelakangi pemeriksa :


Inspeksi :
-. Amati bentuk dan susunan Columna Vertebralis akan
adanya kelainan-kelainan : Scoliosis, Kyposis, Gibbus,
Meningocele, Spina bivida. . . . . . . ( Tgs )
Palpasi :
-. Tekanlah prosesus spinosus dari cervical sampai lumbo
sacral mencari tanda nyeri yang mungkin didapat, seperti
pada pasien Hernia Nukleo Pulposus ( HNP ).
UJI SYARAF KRANIALIS

Uji saraf cranial merupakan Px/ khusus neurologik yg rutin


bagi pasien penyakit saraf.
1. Nervus I = N. Olfactorius / penghidu :
-. Fungsi penghidu diperiksa dengan bau-bauan seperti
terasi, tembakau, wangi-wangian, dengan mata
tertutup pasien diminta untuk menyebutkan aroma
apa yang dicium.
2. Nervus II = N. Opticus / penglihatan :
-. Diperiksa dg pemeriksaan visus terhadap setiap mata.
-. Digunakan kartu Snellen yang dipasang pada jarak 6
meter dari pasien. Visus ditentukan dg kemampuan
membaca jelas deretan huruf-huruf yg ada.
3. Nervus III = Okulomotorius :
-. Caranya : meminta pasien membuka dan menutup
kelo-pak mata, memeriksa refleks pupil terhadap
cahaya, refleks akomodasi dan diameter pupil.

4. Nervus IV = Troclearis :
-. Caranya : meminta pasien menggerakkan bola mata
kearah atas dan bawah.
5. Nervus V = Trigeminus :
-. Caranya : meminta pasien membuka dan menutup
rahang, menggerakkan rahang lateral.
-. Memeriksa refleks, cornea, sensori wajah dengan
memberi rangsang nyeri (jarum), suhu (panas atau
dingin), texture ( kain, kertas, wool ).
6. Nervus VI = Abducens :
-. Caranya : meminta pasien untuk menggerakkan bola
mata kearah lateral.

7. Nervus VII = Fasialis :


-. Caranya meminta pasien untuk menggerakkan otot-otot
wajahnya, dan memberi rangsang rasa pada 2/3 lidah
anterior (asam, manis, asin) dan minta pasien untuk
menyebutkan dengan mata tertutup.

8. Nervus VIII = Vestibulokoklearis :


-. Fungsi keseimbangan dg tes Romberg; penderita berdiri
tegak dg mata tertutup, bila pasien terhuyung-huyung
dan jatuh artinya keseimbangan tidak baik (tes Romberg
positif).
-. Keseimbangan juga diperiksa dengan berdiri satu tumit
atau berjalan pada garis lurus.
TES PENDENGARAN

1. Test Rinne (garputala 256 Hz) :


-. Penala digetarkan, tangkainya ditempelkan pada poros.
Mastoidens, saat suara tidak terdengar pindahkan pada
muka liang telinga, bila suara masih terdengar berarti
Rinne (+).
-. Rinne positif bisa berarti tuli perseptif,
-. Sedangkan tuli konduktif memberi hasil Rinne (-).
2. Test Weber (garputala 512 Hz) :
-. Penala digetarkan tangkainya ditempelkan pada garis
tengah kepala.
-. Pasien diminta menyebutkan sisi telinga mana yang
lebih keras mendengar.
-. Jawaban : salah satu terdengar lebih keras atau sama
keras.
-. Satu sisi lebih keras disebut lateralisasi ke kiri atau ke
kana.
-. Bila lebih keras dikiri bisa berarti 2 hal :
a. Telinga kiri tuli konduktif
b. Telinga tuli perseptif
-. Sama keras bisa pula berarti 3 hal :
a. Kedua telinga normal
b. Kedua telinga tuli konduktif
c. Kedua telinga tuli perseptif
3. Test Schwabach 512 Hz :
-. Maksud pemeriksaan ini adalah membandingkan
hantaran suara antara pemeriksa dengan pasien.
-. Syarat pemeriksa pendengarannya normal.
-. Setelah penala digetarkan, ditempelkan pada poros.
Martoideus pasien, segera saat tidak terdengar suara
pasien memberi tanda.
-. Lalu segera pindahkan penala ke poros. Martoideus
pemeriksa, bila masih terdengar, dikatakan scwabach
pasien memendek (lebih pendek dari pendengaran
pemeriksa).
-. Bila urutan pemeriksaan dibalik hasilnya tetap
memendek, berarti ada gangguan pada system cochlea
pasien (tuli perseptif).
9. Nervus IX & X Glosopharygeus dan Vagus :
-. Diperiksa letak uvula, ditengah atau deviasi serta
kemampuan menelan pasien.
10. Nervus XI Accessorius :
-. Diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan
kanan dan gerakan kepala ke kiri dan kanan.

11. Nervus XII Hipoglosus :


-. Diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada
posisi lurus, gerakan lidah mendorong pipi kiri dan
kanan dari arah dalam.
TERIMA KASIH

SAMPAI JUMPA

Anda mungkin juga menyukai