Anda di halaman 1dari 20

Konsep Asuhan Pada

Bayi Segera Setelah Lahir


Oleh :
Ramadhiena Destia Murtisari (1915401041)
1. Adaptasi Fisiologi BBL terhadap
kehidupan diluar uterus
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap ibunya kemudian
menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri,
mendpaatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh,
melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
Perubahan-perubahan fisiologis pada BBL :
1. sistem pernafasan
2. sistem kardiovaskuler
3. sistem thermogenik
4. pada sistem renal
5. sistem gastrointestinal
6. sistem hepar
7. sistem imunitas
8. Sistem integumen
9. Sistem reproduksi
10.Sistem skeletal
11.Sistem neuromuscular
2. Perlindungan termal (termogulasi)
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum
berfungsi semprurna, permukaan tubuh bayi relatif luas, tubuh
bayi terlalu kecil untuk bisa memproduksi & menghasilkan
panas karena BBL mudah sekali terkena hipotermi (suhu tubuh
turun 36,5°c).
Mencegah kehilangan panas tubuh
• Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih,
• Kering dan hangat,selimuti,tutup bagian kepala bayi,
• Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi dan segera
menyusukan bayinya,
• Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat,
• Jangan segera menimbang (tanpa penutup tubuh) dan
memandikan bayi.
3. Pemeliharaan pernafasan
1. Menjaga suhu tubuh
Bayi diletakkan di atas radiant warmer dan secepat mungkin dikeringkan.
2. Pembebasan jalan nafas
Bersihkan lendir dengan mengusap mulut dan hidung dengan menggunakan
kasa atau kain. Bila lendir banyak kepala bayi dimiringkan ke samping dan
lendir dihisap dari jalan nafas.
3. Rangsangan taktil
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan punggung,
jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang pernafasan spontan.
4. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis, bradikardi,
dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang bernafas selama
stabilisasi.
4. Pemotongan dan perawatan tali pusat

1. Pemotongan tali pusat


Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian tali pusat, menjepit tali pusat menggunakan
klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi, melakukan urutan pada
tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama memegang tali pusat di antara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan
kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem.
2. Mengikat tali pusat
Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati,
mengikat baik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua
kalinya, melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya
dalam wadah berisi larutan 0,5%, membungkus kembali bayi.
3. Merawat tali pusat
lepaskan klem menjepit tali pusat dan masuk pusat (pengolesan
alkohol atau povidone iodine pada puntung tali pusat masih
dibolehkan selama tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab).

4. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat


Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya kotor,
bersihkan dengan air matang/DTT kemudian keringkan kembali secara
seksama, warna kemerahan atau timbulnya nanah pada pusar atau
puntung tali pusat adalah tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk
untuk penanganan lebih lanjut)
5. Evaluasi nilai APGAR
No Nilai APGAR 0 1 2
.

1 Appereance Seluruh tubuh Badan merah Seluruh tubuh


biru atau ektremitas biru kemerahan
putih

2 Pulse (nadi) Tidak ada < 100 / menit >100 / menit


3 Greemace Tidak ada Perubahan mimic Bersin /
(menyeringai) mennagis

4 Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif /


(tonus otot) sedikit fleksi ektremitas fleksi

5 Respiratory Tidak ada Lemah / tidak Menangis kuat /


(pernapasan) teratur keras

• Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir menit ke 1 dan 5


sehingga dapat menidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan
pertolongan lebih cepat.
• Penilaian ini brtujuan untuk menilai bayi terkena asfiksia atau tidak
• APGAR ringkasan dari :
A : Appereance = Rupa(warna kulit)
P : Pulse = Nadi/frekuensi jantung
G : Greemace = Menyeringai(akibat kateter dlm hidung)
A : Activity = Tonus Otot
R : Respiratory = Pernapasan
*setiap penilaian diberi angka 0,1,2
• Dari pnilaian tsb dapat diketahui keadaan bayi dengan kriteria :
Nilai APGAR 7-10 = bayi normal
Nilai APGAR 4-6 = asfiksia ringan-sedang
Nilai APGAR 0-3 = asfiksia berat

• Bila APGAR dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7 maka harus


dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut.
6. Bounding attachment
• Bounding Attachment merupakan peningkatan tali kasih dan
keterikatana ikatan batin antara orang tua dan bayi.
• Tujuan Bounding Attachment adalah untuk membantu
tumbuh kembang fisik,emosi dan intelektual seorang anak dari
awal kehidupan hingga dewasa.
• Faktor-faktor penghambat dilakukannya Bounding Attachment
:
a. Kurang support dari keluarga,orang tua, dan tenaga
kesehatan
b. Proses persalinan dengan tindakan/operatif/SC
c. Bayi dan ibu dengan risiko (tidak rawat gabung)
d. Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (unwaried child)
Upaya meningkatkan keterikatan kasih sayang ibu –bayi-keluarga :
a. Adaptasi
b. Kontak sedini mungkin
c. Penekanan hal2 positif
d. Keterlibatan anggota keluarga lain
7. Pemberian ASI awal
• Pastikan pemberikan ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,lakukan insiasi menyusu dini (IMD), anjurkan ibu
memeluk dan menyusukan bayi setelah tali pusat dipotong,
lanjutkan pemberian ASI setelah plasenta lahir dan tindakan
lain yang diperlukan, telah selesai dilaksanakan, minta anggota
keluarganya membantu ibu menyusukan bayinya.
Langkah langkah IMD :
1. Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.
2. Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama
paling sedikit satu jam.
3. Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan
mulai menyusu:
8. Pemberian salf mata
Pemberian salep mata pada bayi baru lahir biasanya
diberikan salep antibiotik (salep mata antibiotika
tetrasiklin 1% ) untuk mencegah terjadinya infeksi pada
mata bayi. Sakit mata pada bayi baru lahir ini dikenal
denganneonatal conjunctivitisatauophthalmia
neonatorum yang merupakan salah satu yang paling
umum terjadi pada bulan pertama sejak bayi lahir.
9. Pemberian vitamin k
Terkait suntikan vitamin K1 ini sangat penting untuk mencegah
terjadinya perdarahan otak. Vitamin K dalam tubuh bayi
(transferan dari ibu) masih sedikit jumlahnya, asupan vitamin
K dari ASI pun belum memadai sehingga bayi baru lahir harus
dapat suntikan vitamin K yang selanjutnya berperan dalam
aktivasi protein untuk proses pembekuan darah. Suntikan
Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum
pemberian imunisasi hepatitis B.
Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1
yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk
dipergunakan kembali.
10. Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang dipakai untuk
mencegah infeksi hati dan sirosis akibat virus hepatitis B.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap
membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier
(pembawa) hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi
carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi
pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan
yang terinfeksi pada umur dewasa risiko menjadi carrier 5-10%.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari
karena:
• Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
• Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari
ibu pembawa virus.
• Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi
Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati
dan kanker hati primer
• Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%
bayi dari penularan Hepatitis B.
11. Pemberian identitas bayi
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan
pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,
sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi
identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis
kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap
telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan


anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri.
Tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan menuliskan
keterangan lahir untuk digunakan orang tua dalam memperoleh
akte kelahiran bayi, lembar keterangan lahir terdapat di dalam
Buku KIA.
12. Pemeriksaan fisik BBL
Pemeriksaan fisik BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan BBL:
• Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
• Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
• Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
• Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai