Anda di halaman 1dari 57

Anestesiologi

Learn with the BEST! With MEDIKO.ID


Dasar Anestesi
Dasar Anestesi
Dasar Anestesi
Resusitasi Jantung Paru
Kapan CPR dimulai?
1. Tidak ada respon
2. Tidak bernafas
3. Nafas tidak normal

Hal yang perlu ditekankan dalam CPR :


1. Kompresi minimal 100x/menit
2. Penolong tunggal menggunakan rasio
kompresi dan ventilasi 30:2.
3. Pada anak dengan dua penolong, gunakan
rasio kompresi dan ventilasi sebanyak
15:2.
4. Selama CPR korban dengan advanced
airway terpasang, ventilasi kecepatan 8-
10x/menit pada infant, anak dan dewasa,
tanpa istirahat selama kompresi dada.
Algoritma
Epinephrine diberikan
secara cepat
Algoritma
Perawatan Pasca Henti Jantung
Life support
A ─B─ C─ D ─ E
Quick Diagnosis – Quick Treatment

A= Airway, bebaskan jalan nafas, Lindungi C-spine


B= Breathing, beri bantuan nafas, tambah oksigen
C= Circulation, hentikan perdarahan, beri infus
D= Disability/SSP, cegah TIK ↑
E= Exposure, buka semua baju, cegah hipotermi

Pasien obstruksi (A) atau apneu (B) akan mati dalam 3-5 menit
Pasien shock berat (C) akan mati dalam 1-2 jam
Pasien coma (D) akan mati dalam 1 minggu
9
Problem Airway
Trauma laring Pasien daapat berbicara
lancer : airway clear!

Trauma maxillofacial

Apabila tidak dapat bicara, lakukan


Trauma laringeal look, listen and feel!

Jenis Suara Tambahan Etiologi


Gurgling Tertutup oleh cairan atau bahan semislid
Snoring Faring tertutup sebagian oleh palatum durum atau epiglotis
Crowing Spasme laring
Stridor inspirasi Obstruksi pada daerah supraglotis
Stridor ekspirasi Obstruksi daerah infraglotis
Triple Airway Manuver

Hati-hati pada pasien C-Spine Trauma


Alat bantu airway

Hati-hati pada pasien curiga


fraktur basis cranii, seukuran jari
kelingking kanan pasien
Oropharyngeal Airway
Laryngeal Mask Airway

Pada jalur nafas yang


sulit dikontrol Laryngeal Mask Airway
Airway management : Advance Airway

Intubasi ET Laryngeal Mask Airway Combitude


Airway Definitif
Merupakan tabung yang terpasang di dalam trachea dengan balon yang dikembangkan dibawah pita suara.
Tabung dihubungkan ke sumber oksigen melalui alat bantu ventilasi.
INDIKASI
Kebutuhan Perlindungan Airway Kebutuhan Untuk Ventilasi
Penurunan kesadaran (GCS ≤8) Apneu :
• Tidak sadar
• Paralisis neuromuskuler
Fraktur maksilofasial berat Usaha nafas tidak adekuat :
• Takipneu
• Hipoksia
• Sianosis
• Hiperkarbia
Resiko aspirasi tinggi : perdarahan Cedera kepala tertutup berat yang
membutuhkan hiperventilasi Endotracheal
Resiko sumbatan : hematoma leher, Kehilangan darah yang massif dan tube
cedera laring, trachea dan stridor. memerlukan resusitasi volume
Airway definitive
Jenis Contoh Hal Yang Harus Disiapkan
Orotrakeal Intubasi oral
Nasotrakeal Intubasi nasal
Surgical airway Krikotiroidotomi/trakeostomi

INDIKASI ET
• Untuk patensi jalan nafas
• Perlindungan terhadap baru
• Operasi yang membutuhkan VTP
• Operasi yang membutuhkan posisi selain
terlentang.
• Operasi daerah kepala, leher atau jalan nafas
atas.
• Diperlukan proteksi jalan nafas pada pasien
yang tidak sadar atau dengan depresi reflek
muntah.
• Adanya penyakit atau kelainan jalan nafas atas
Hal yang harus dipersiapkan
Teknik Intubasi
Airway definitif
Mesin dan Alat Anestesi

Merupakan alat yang digunakan untuk memberikan anestesi


umum dengan inhalasi, terdiri dari :
1. Breathing system

2. Alat penhubung antara breathing dengan pasien

3. Mesin anestesi
Mesin Anestesi
• Sumber gas
• Vaporizer : digunakan untuk menguapkan obat/cairan
anestesi yang mudah menguap.
• Flow meter : mengetahui volume gas yang berasal dari
tabung gas
Persiapan Pre Anestesi Pemeriksaan Laboratorium
1. Rutin :
ANAMNESIS • Darah
Riwayat penyakit yang dapat Alergi, DM, PPOK, penyakit • Urin
menjadi penyulit Tindakan. jantung, hipertensi, penyakit • X-foto : terutama untuk bedah mayor
hati dan ginjal • EKG : terutama bila >40 tahun
Riwayat penggunaan obat Alergi obat, intoleransi obat, 2. Khusus
seperti kortikosteroid, anti- • EKG pada anak
hipertensi, tranzquilizer, • Spirometri pada pasien tumor paru
MAO-I dan bronkodilator. • Fungsi hati pada pasien icterus
• Fungsi ginjal pada pasien hipertensi
Riwayat anestesi/operasi
sebelumnya
Kebiasaan sehari-hari Merokok, alcohol, obat
penenang, narkotik.
Riwayat keadaan umum,
kardiovaskuler dan ginjal
Apakah ini?
Makanan yang terakhir
dimakan.
Klasifikasi ASA
Prediksi Jalan Nafas

Jarak Thyromental
Oropharyngeal Airway
Persiapan AED/Defibrilator
Syok
Tekanan darah sistolik <90 mmHg, tekanan rata-rata arteral <60 mmHg, atau
penurunan tekanan sistolik >40 mmHg dari garis batas tekanan darah pasien
menunjukan hipotensi yang signifikan. Syok merupakan hipotensi dikaitkan
dengan abnormalitas hipoperfusi.

JENIS SYOK PATOFISIOLOGI SINGKAT


Syok hipovolemik Akibat kehilangan cairan
Syok kardiogenik Kegagalan jantung menghasilkan cardiac output

Syok distributif Akibat vasodilatasi arterial

Syok obstruktif Dikaitkan dengan kesukaran mekanis pada arus balik vena dan atau
aliran arteri ke jantung.
Ringkasan Perbedaan
Pengelolaan Syok
• Akses intravena
• Penggantian volume intravascular
• Perawatan spesifik

Kristalloid Koloid
NaCl 0.9 % Albumin
Ringer Laktat Hetastarch
Ringer Asetat FFP
Hartmann solution PRC/washed PRV
0.45% NaCl
3% NaCl
Intotropik dan Vasopressor
Sediaan dan Cara Pakai

Syringe pump
Trias Anestesi
Pemberian Anestesi
Pemberian anestesi dimulai dengan induksi yaitu memberikan obat sehingga
penderita tertidur. Tetapi untuk operasi yang lama, kedalaman anestesi perlu
dipertahankan dengan memberikan obat terus-menerus dengan dosis tertentu, hal ini
disebut maintenance, selesai pemberian dihentikan dan fungsi tubuh penderita
dipulihkan, periode ini disebut pemulihan/recovery.

Jenis Induksi
Induksi inhalasi

Induksi intravena
Maintenance Recovery
Induksi intramuskuler

Induksi rektal
Stadium Anestesi
Stadium 1
Stadium 2
Stadium analgesi atau
stadium disorientasi.
Stadium delirium atau
Stadium 3
stadium eksitasi
Dimulai sejak
diberikan anestesi Stadium 3
sampai hilangnya
Dimulai dari hilangnya
kesadaran sampai nafas
Stadium 4
teratur. Pernafasan irregular, Dibagi menjadi 4
kesadaran. Pada pupil melebar, refleks cahaya plane :
stadium ini operasi positif gerakan bola mata Dimulai dari nafas Stadium 4
tidak teratur. teratur sampai Dimulai paralisis difragma
kecil bisa dilakukan. paralise otot nafas. sampai apneu dan kematian.
Recovery

• Aldrette : untuk dewasa


• Bromage : Untuk spinal
• Steward score : untuk
anak-anak
Obat-obatan Anestesi
Dipenhidramine
Sulfas Atropine
Dosis :
Dosis : • Dewasa 25-50 mg (IV atau
• Premedikasi 0,01 mg/kgBB IM)
• Reverse 0,02 mg/kgBB
sebelum pemberian
neostigmine
Efek :
Efek : • Antagonis H1
• Mengurangi hipersekresi • Mencegah bronkokonstriksi,
• Cegah vagal reflek, sedasi dan anti emetik.
bradikardi (0.5 mg IV → • Membantu anafilaksis akut.
naikan HR 20x/menit) • Efek sedasi reseptor H1
• Dilatasi pupil antagonis dapat
• Bronkodilator mempotensiasis depresan
sistem saraf pusat.
Obat-obatan Anestesi : Intravena non narkotik
Golongan Barbiturat : golongan hipnotik sedatif
Long acting (6 jam) • Barbital
• Phenobarbital
• Mephobarbital
Intermediate acting (3-6 jam) Probarbital, amobarbital, buthetal
Short acting (3 jam) Pentobarbital, secoda barbital
Ultra short acting Thiopental kemital DIAZEPAM
• Sedasi biasanya terjadi 1-2 menit
PENTHOTAL setelah intravena.
• Penthotal tidak boleh disuntikan selain • Premedikasi narkotik memperkuat
melalui vena. efek narkotik.
• Dosis : 4-5 mg/kgBB • Dosis :
• Pada hepar : obat ini sedikit mengurangi • Premedikasi : 10 mg pada dewasa
aliran darah hati pada pasien dalam batas (IM).
normal sehat. • Induksi : 0.2-0.6 mg/kgBB pada
• Pada induksi dengan dosis 3-5 mg/kg/BB anak-anak (IM).
tidak terjadi perubahan index fungsi liver. • Anti kejang : 10-20 mg IV
Obat-obatan Anestesi : Muscle Relaxant
Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis atau pelepasan asetil kolin

Mengurangi kepekaan membrane otot, hal ini dapat terjadi karena


pengaruh obat pelumpuh jenis depolarisasi.
Mencegah bergabungnya asetilkolin dengan reseptor membrane.

Berdasarkan Cara Kerja Berdasarkan Lama Kerja


Depolarizing : suksinil kolin, Ultra short : suksinil kolin
suksamethonium Short : mivacurium
Non depolarizing : Intermediate : atracurium,
pancuronium bromide, rocuronium, vecuronium
atracurium, mivacurium Long acting : pancuronium.
Obat-obatan Anestesi : Narkotik Analgetik
Dalam anestesi obat-obat ini dipakai untuk premedikasi, analgetic, durante
maupun paska operasi. Alkaloid ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu : derivate
fenantren (morfin, kodein, thebain) dan derivat benzil iso kinolin tidak
mempunyai sifat narkotik antara lain papaverine dan noskapin.
Golongan Contoh
Narkotik alami Morfin, kodein, thebain

Narkotik semi sintetis Heroin, morphinon


Narkotik sintetis Methadone, meperidine, fentanyl,
sulfentanil, remifentanil

Sediaan Narkotik Analgetik


Narkotik Analgetik Yang Sering Dipakai
Nama Obat Dosis Fentanyl
Morfin • Premedikasi : 0,05-0,2 mg/kg IM • Dosis :
• Intraoperatif : 0,1-1 mg/kg IV • Potensi : 75-125 lebih kuat dari morfin.
• Postoperatif : 0,03-0,15 mg/kg IM dan 0,03-0,15 mg IV • Dosis 1-2 mcg/kgBB
• Efek :
Meperidine • Premedikasi : 0,5-1 mg/kg • Farmakodinamik :
• Analgesia intraoperatif :2,5 – 5 mg/kg • Non histamine release
• Analgesia post operatif : 0,2-0,5 mg/kg • Bradikardi, hipotensi
Fentanyl • Analgesia intraoperatif : 2-150 mcg/kg • Peningkatan TIK
• Analgesia post operatif : 0,5-1,5 mcg/kg • Mual muntah
Morphine
Pethidin/meperidine • Histamine release
• Dosis : • Farmakodinamik :
• Agonis reseptor opioid pada MU dan • Analgesia, euphoria, sedasi, mual.
kappa • Gatal → kulit dan sekitar hidung
• Potensi 1/10 morphine • Farmakokinetik :
• Onset : 2-4 menit IV dan 10-15 menit IM • Onset : 15-30 menit IM
• Durasi → 45-90 menit
Terapi Oksigen Jenis Aliran Contoh
Hipoksemia Kriteria Aliran rendah konsentrasi Kanul Binasal
Hipoksemia ringan PaO2 60-79 mmHg , SaO2 90-94% rendah
Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% Aliran rendah konsentrasi • Simple face mask
Hipoksemia berat PaO2 ˂ 40 mmHg , SaO2 ˂75% tinggi • Rebreathing masl
• Non rebreathing mask
Aliran tinggi konsentrasi Sungkup venturi
rendah
Aliran tinggi konsentrasi • Headbox
tinggi • Sungkup CPAP
Tipe Alat Bantu Nafas
Cara Pemberian Aliran O2 (L/mnt) FiO2 (%)

Nasal kanul 1–2 24 – 28


3–4 30 – 35
5–6 38 – 44
Simple face mask 6-10 35-60
Non-rebreathing 6-7 60-70

mask 8-9 80-90


10 – 15 95 – 99
Masker venturi aliran tetap 24 – 35
Head box 8 – 10 40
Ventilator mekanik bervariasi 21 – 100
Blood Gas Analysis

Base Excess
Tipe Anestesi
Anestesi Inhalasi
Anestesi Inhalasi

Jenis Anestesi Deskripsi


Enfluran Isomer isoflurane, tidak mudah terbakar, namun berbau, efek depresi nafas, dengan dosis tinggi
diduga menimbulkan gelombang otak seperti kejang.
Isofluran Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isoflurane.

Sevoflurane tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk induksi melalui
sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
Anestesi Lokal/Regional
Dosis anestesi lokal dan topikal
Anestesi spinal dan epidural
Ventilasi Mekanis
Oksigen bisa ditingkatkan dengan cara
Meningkatkan FiO2
Meningkatkan PEEP
Memperpanjang waktu inspirasi
Meningkatkan volume tidak atau tekanan inspirasi

Eliminasi karbondioksida bisa ditingkatkan dengan


Menaikkan volume tidal
Meningkatkan frekuensi pernafasan
Menurunkan dead space
Ventilasi Mekanik
Ventilasi Mekanis
Pengaturan Awal Ventilasi Mekanis

Parameter Dasar
Fraksi oksigen dimulai dengan 1,0. Disesuaikan untuk
mencapai PaO2 60-90 mmHg, mempertahankan SpO2
pada 90-98%.
Frekuensi pernafasan : 12x/menit
Volume tidal : 8 ml/kg prediksi berat badan.

PEEP : 5 cm H20
I:E rasio biasanya ditetapkan 1:2

Ringkasan Parameter Yang Harus diatur


Antidotum

Anda mungkin juga menyukai