BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam perkembangan embrio, pada hari kedua puluh satu setelah konsepsi
akan terbentuk genital ridge yang berasal dari proliferasi intermediate
mesoderm. Genital ridge ini terbentang dari kranial ke kaudal dari embrio
yang merupakan asal dari seluruh alat genital, kecuali vulv a, uretra dan
vagina bagian bawah.
Pada minggu ke-5 dan ke-6, terbentuk saluran Muller (Muller duct) atau
saluran paramesonefros yang berjalan kanan kiri yang berasal dari but
Coelomic epithelium. Pada minggu ke-7 dan 8 sampai minggu ke-12 terjadi
penggabungan (fusi) dari kedua saluran Muller pada bagian distalnya,
sedangkan pada bagian proksimal masih tetap terpisah. Bagian distal setelah
berfusi, kemudian akan terjadi rekanalisasi sehingga terbentuklah vagina dan
uterus. Sedangkan bagian proksimal saluran Muller yang tidak mengadakan
fusi akan membentuk tuba fallopii. Vagina bagian bawah atau distal dibentuk
dari sinus urogenitalis. Pada tingkat permulaan sekali, kloaca akan terbagi
dua menjadi hindgut dan sinus urogenitalis karena terbentuknya septum
urorektal yang berasal dari mesoderm yang tumbuh ke bawah. 6,7
3
1) Saluran Muller dan Wolfian (asal dari ureter dan ginjal) secara embrional
begitu dekat dalam perkembangannya sehingga tidak jarang kelainan
vagina disertai pula kelainan ginjal, calyces ginjal dan ureter
a. Tidak adanya uterus dan vagina (sisa uterus yang rudimenter biasanya
dengan tuba fallopii yang juga rudimenter)
a. Definisi
b. Epidemiologi
Hal ini juga bertujuan agar peningkatan hair removal atau perubahan
pola rambut mempengaruhi frekuensi operasi labiaplasty.Studi tahun 2009
yang menganalisis pengaruh media pada operasi kosmetik genital wanita
(FGCS) menunjukkan 84% wanita muda menghilangkan rambut
kemaluan, dibandingkan dengan hanya 36% wanita lanjut usia. Dari
wanita tersebut, hanya 50% yang senang dengan penampilan labia mereka.
10
c. Etiologi
Penyebab pasti hipertrofi labia minora tidak diketahui, dan oleh karena
itu etiologi multifaktorial dimaksudkan. Faktor genetik dan hormon dapat
menyebabkan hipertrofi labia di awal kehidupan. Iritasi mekanis dari
bersepeda, hubungan seksual, tindik genital, menunggang kuda, dan faktor
lainnya dapat menyebabkan hipertrofi di kemudian hari.10
d. Diagnosis
e. Penatalaksanaan
A B
B
A
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Diagnosis
2) Riwayat nyeri abdomen dengan eksaserbasi per bulan. (akut dan siklik)
= terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang
dialami setiap bulan.
6) Retensi urin = Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari
vagina yang distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung
kemih. 12,13
A B
e. Tatalaksana
1) Himenektomi
2) Himenoplasti
A B
f. Komplikasi
Komplikasi lain yang dapat terjadi seperti trauma pada urethra, rektum
atau vesika urinaria. Hal ini dapat terjadi pada kasus dimana gambaran dan
posisi anatomi pada pemeriksaan radiologi sebelum operasi tidak jelas atau
pada kasus dimana diagnosis pasien bukanlah himen imperforata, tetapi
Agenesis Vagina. Obstruksi aliran keluar cairan menstruasi juga bisa
mengakibatkan menstruasi retrograde sehingga berisiko menyebabkan
terjadinya endometriosis sekunder. 13
g. Prognosis
17
b. Epidemiologi
Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauster (MRKH) atau yang juga
dikenal dengan mullerian agenesis dan mullerian aplasia adalah
malformasi kongenital dari saluran genetalia wanita. Biasanya
18
amenore primer jika wanita itu telah berumur 14 tahun namun belum
tampak tanda-tanda pertumbuhan seks sekunder dan belum pernah
mendapatkan haid. Atau apabila wanita itu telah mencapai usia 16 tahun
dan telah terlihat tanda-tanda pertumbuhan seks sekunder tapi belum
pernah haid16
Dalam kasus amenore primer perlu dilakukan langkah-langkah untuk
menegakkan diagnosa secara cermat. Langkah awal yang perlu diambil
adalah dengan melakukan anamnesa secara cermat. Perlu ditanyakan
tentang penyakit seperti TB, asma, pemakaian obat penenang jangka
panjang, pemakaian obat penurun atau penambah berat badan, obat
kanker dan glukokortikoid. Juga perlu digali apakah pasien sedang
mengalami stres berat, atau memiliki penyakit keturunan didalam
keluarganya16
Pada awal kunjungan pasien harus dilakukan mekanisme
pemeriksaan yang bertujuan menyingkirkan diagnosa banding amenore
primer tersebut, meliputi :
a. Pengukuran tinggi badan, berat badan, tanda pertumbuhan seks
sekunder
b. Pemeriksaan fisik genetalia eksterna dan interna
c. Pemeriksaan pencitraan radiologis USG, MRI
d. Pemeriksaan laboratorium hormonal
e. Pemeriksaan kromosom/karyotyping.
Terdapat beberapa macam skema pendekatan diagnosa amenore
primer :
1) Kategorisasi Fenotip Menurut Brenner
Klasifikasi ini berdasar ada tidaknya perkembangan payudara
dan uterus. Berdasar tabel dibawah ini termasuk dalam kelompok
II dimana ada payudara namun tak ada uterus. Kelemahan
pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak mencantumkan
bagaimana bila uterus terbentuk abnormal.
20
IV Ada Ada