Anda di halaman 1dari 7

REFERAT

MANAJEMEN OPERATIF MAMMAE ABERRANS

Diajukan sebagai prasyarat menyelesaikan Stase Wound Onkologi 2


Bagian Ilmu Bedah, Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik

Oleh:
Sandy Sofian Sopandi
NPM: 1306492231

DIVISI BEDAH PLASTIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN/
RSUP DR HASAN SADIKIN
BANDUNG
2018
MANAJEMEN OPERATIF MAMMAE ABERRANS

Politelia/Polimastia
Politelia (poli = banyak, thelia = puting) adalah kondisi kongenital di mana terdapat puting
aksesori. Insidensi mencapai 5.6%. Polimastia (poli = banyak, mastia = payudara), atau terdapatnya
jaringan payudara tambahan (parenkim payudara ektopik dengan/tanpa puting), memiliki insidensi yang
lebih rendah, yaitu 0,1-1%. 1 Sementara jaringan payudara ektopik adalah terdapatnya jaringan payudara
pada lokasi lain tubuh.1 Lokasi selain milk line yang pernah dilaporkan adalah skapula, paha posterior,
kepala, dan leher.2 Insidensi sisi yang terkena dan jenis kelamin seimbang. Sebagian besar kasus bersifat
sporadis, tetapi insidensi familial telah ditemukan pada beberapa studi. 3
Politelia dan polimastia diperkirakan disebabkan oleh regresi inkomplit mammary ridge selama
perkembangan embrio, meninggalkan jaringan payudara residual sepanjang “milk line” antara aksila dan
inguinal. Regresi mammary ridge terjadi pada sekitar bulan ke-3 kehamilan. Pada 50% pasien, politelia
terjadi bilateral.1,2 Polimastia biasanya terjadi dari mammary ridge residual yang terkena stimulasi
hormon.2
Jaringan puting tambahan biasanya terletak kaudal dari puting sejati. Jaringan ini dapat berbentuk
puting parsial atau komplit, areola parsial atau komplit, atau kombinasi. Kondisi ini dapat bersifat
terisolasi atau multipel.1
Politelia jarang menimbulkan gangguan selain masalah estetik bagi pasien. Namun kompleks
puting dan areola dapat merespon secara fisiologis dan menderita penyakit yang sama dengan jaringan
payudara normal, termasuk fibroadenoma, penyakit payudara fibrokistik, adenokarsinoma, tumor
phylloides cystosarkoma, dan ketidaknyamanan selama kehamilan/menyusui. 2,3 Politelia juga
diasosiasikan dengan deformitas kongenital lain seperti malformasi urogenital (seperti hidroneftoris,
obstruksi ureteropelvik junction, megaureter, duplikasi ureter, agenesis renal unilateral, dysplasia
multikistik, hypoplasia ginjal, refluks vesikoureteral, kista renal soliter, polycystic kidney disease,
prolapse ureter, kista uretra, supernumerary kidney, obstruksi leher vesika, megaureter,
glomerulonephritis membranoproliferatif, nefritis familial, nefrosklerosis, penyakit kistik dewasa),
malformasi vertebra, aritmia kardiak, karsinoma sel renal, Wilm’s tumor, tumor testis, ulkus peptikum,
neurosis, epilepsi, abnormalitas telinga, hypoplasia gonadal, stenosis pylori, dan arthrogryposis. 2,3

Embriologi
Jaringan payudara terbentuk dari ektoderm pada minggu ke-5 gestasi. Mammary ridge atau milk
line yang berupa penebalan epitel berkembang secara bilateral dari aksila ke arah kaudal (inguinal). Dari
aksila, struktur ini berjalan inferomedial ke batas lateral pubis dan berakhir pada permukaan medial paha.
Pada perkembangan normal, terjadi fragmentasi membentuk akumulasi ektoderm. 2,3
Akumulasi ektoderm berlebih pada mammary ridge akan mengalami regresi apoptosis pada
minggu ke-7 hingga 8, meninggalkan jaringan payudara primordial pada ventral toraks. Sementara
sebagian akan dipertahankan untuk menjadi jaringan payudara sesuai phylogenesis mamalia yang
bersangkutan. Pada manusia, satu akumulasi bertahan pada level iga ke-4 di masing-masing sisi. 2,3
Pada minggu ke-10 hingga 14, jaringan payudara primordial menembus mesenkim di bawahnya.
Jaringan ikat mesenkim melingkupi payudara dan menjadi fasia superfisial, di mana lapisan luar menjadi
lanjutan dari fasia Camper dan lapisan dalam membentuk batas posterior payudara. Fasia ini tetap
tersambung satu sama lain melalui sistem serat jaringan ikat yang interdigitating yang terdapat pada
seluruh jaringan payudara dan membentuk ligamen suspensorium Cooper. Lapisan luar fasia superfisial

1
melingkupi seluruh payudara kecuali tepat di bawah areola. Pada minggu ke-20, terjadi kanalisasi dan
diferensiasi glandular-duktal. Diferensiasi jaringan payudara ektodermal berlanjut hingga kelahiran, di
mana perkembangan berhenti hingga saat pubertas. 2
Pada pubertas, jaringan payudara di bawah areola berkembang, memperbesar areola dan kulit di
sekitarnya, dan berkembang secara radial ke luar dengan pertumbuhan tambahan ke aksila ipsilateral,
membentuk ekor Spence. Pertumbuhan biasanya berhenti sekitar usia 16 tahun. 2

Gambar. Topografi polimastia. A) Milk line dari aksila ke inguinal. B) Pasien dengan polimastia dan
politelia aksila.

Klasifikasi
Klasifikasi jaringan payudara aberans sesuai Kajava adalah sebagai berikut: 3,4
1. Payudara komplit dengan puting, areola, dan jaringan kelenjar. Tipe ini sangat jarang.
2. Payudara tanpa areola, tetapi memiliki puting dan jaringan kelenjar
3. Payudara tanpa puting, tetapi memiliki areola dan jaringan kelenjar
4. Jaringan kelenjar aberans tanpa puting dan areola
5. Pseudomamma (puting dan areola, lemak menggantikan jaringan kelenjar)
6. Politelia (hanya puting). Tipe ini paling umum.
7. Politelia areolaris (hanya areola)
8. Politelia pilosa (hanya sepetak rambut)

Pemeriksaan

2
Puting tambahan biasanya ditemukan pada periode neonatal atau kanak-kanak berupa tanda atau
lokasi cekung berpigmen atau berwarna putih, dengan diameter 1-3 mm. 1,3 Biasanya puting tambahan
berukuan lebih kecil daripada puting normal (30% diameter normal pada 75% pasien, 50% diameter
normal pada 25% pasien). Persebaran dapat unilateral atau bilateral, simetris atau asimetris. Kassa basah
dapat digunakan untuk mendeteksi puting tambahan sepanjang milk line pada neonatus cukup bulan atau
postterm.4
Politelia seringkali disangka sebagai tanda lahir, nevus, tahi lalat, neurofibroma, papilloma, atau
verrucosis. Bila disertai jaringan payudara, penampakan dapat menyerupai lipoma, limfadenopati,
limfoma, dan limfadenitis supurativa. 1,3 Sementara jaringan payudara aksesori, dengan atau tanpa puting
aksesori, seringkali baru ditemukan ketika terjadi hipertrofi jaringan akibat pubertas, kehamilan, atau
menyusui. Pada masa menyusui bias terjadi nyeri dan keluarnya ASI. Perubahan juga dapat ditemukan
pada periode menstruasi.1,5
Massa payudara harus dieksklusi sebelum dilakukan manajemen. Diagnosis banding seperti
melanoma maligna, lipoma, limfadenopati, tumor jaringan lunak lain, lesi vaskuler, abses, acrochordon,
parut amniosentesis, dermatofibroma, hidradenitis supurativa, limfadenitis, limfangioma, makula,
neurofibroma, wart nongenital, nevus, dan skin tag harus dipertimbangkan. 2,4 Pemeriksaan testis
dilakukan terutama pada pasien dengan riwayat undescended testis. Pemeriksaan saluran kemih
diperuntukkan bagi mereka yang mengalami gejala. 2
Pemeriksaan menyeluruh mencakup palpasi ginjal dan kandung kemih, pengukuran tekanan
darah, analisis mikroskopik urin, dan USG ginjal. Gejala saluran kemih harus diikuti pemeriksaan segera.
Urinalisis dapat dilakukan secara periodik.3
Secara histologi, semua komponen puting normal dapat ditemukan pada politelia, termasuk
hiperpigmentasi, hiperkeratosis dengan penebalan epidermis, struktur pilosebaseus, otot polos, dan pada
sebagian kasus, kelenjar mammae dan duktus lurus intradermal. 1,4
Pemeriksaan penunjang pada massa payudara aberrans dengan keganasan antara lain
mammogram, biopsi, lymphatic mapping (lymphoscintigraphy; dengan injeksi patent V blue dye
peritumor ke jaringan payudara aberrans lalu deteksi dengan gamma counter-probe), dan biopsi sentinel
node.6

Komplikasi
Tergantung ukuran dan lokasi, politelia dapat menyebabkan gangguan estetik dan psikologis pada
pasien. Jaringan payudara juga dapat mengalami patologi sama dengan jaringan payudara normal,
termasuk abses, penyakit fibrokistik, fibroadenoma, karsinoma, dan penyakit Paget. Perubahan menjadi
keganasan tidak lebih sering daripada payudara normal. 3,4

Tata Laksana
Bila keluhan utama adalah mastodinia selama kehamilan/menyusui, pendekatan dengan observasi
cukup karena kemungkinan nyeri akan membaik.2
Jaringan payudara tambahan dapat dibuang secara operatif dengan meninggalkan drain suction
tertutup.1,2 Eksisi dapat dilakukan secara elips, Y-V, dan diamond-shaped. 5 Studi retrospektif terhadap 90
pasien dengan karsinoma pada lokasi ektopik (71% pada aksila) menunjukkan tidak ada perbedaan
survival antara pasien yang menjalani eksisi luas lokal dan modified radical mastectomy. 2

3
Papadimitriou membuat insisi berbentuk Y di mana bagian tegak lurus mengarah ke posterior dan
bagian V ditempatkan ke arah anterior. Setelah 2 flap kulit segitiga dibuang, flap berbentuk V didorong
ke posterior dan dijahitkan. Namun parut yang timbul masih tampak dengan gerakan abduksi lengan. 5
Komplikasi pascaoperasi yang dapat terjadi antara lain seroma, jaringan residu, cedera saraf
intercostobrachial, parut, dan infeksi.7
Teknik liposuction tumescent dapat dilakukan untuk menghindari parut pasca eksisi puting
tambahan. Liposuction dilakukan dengan bantuan ulatrasound melalui crease line posterior dari payudara
normal atau garis lipatan aksila posterior. Ultrasound juga dapat mendeteksi jaringan payudara residual. 8
Namun liposuction tidak memungkinkan dilakukannya analisis histologi. Liposuction juga lebih
traumatik daripada eksisi. Eksisi juga lebih dipilih pada lokasi massa di aksila, karena insisi dapat
diletakkan tersembunyi pada piramida aksila.4,9
Lipoplasti saja akan menimbulkan sagging pada lipatan aksila. Selain itu, karena jaringan fibrosa
yang padat pada ekor Spence, lipoplasti tidak menimbulkan hasil yang substansial. Kim mengajukan
tindakan eksisi melalui insisi pada garis kerut alami lipatan aksila dengan menggabungkan lipoplasti dan
eksisi dalam anestesi lokal.5
 Desain insisi pada margin massa dengan pasien berdiri, lengan beristirahat dalam posisi adduksi
 Garis insisi pada garis kerut alami lipatan aksila
 Demarkasi area yang akan dilakukan lipoplasti dan area yang akan di-undermining untuk eksisi
jaringan payudara dan dermofat berlebih
 Injeksi lidokain 2% dan epinefrin 1:100.000 pada garis insisi
 Larutan tumescent (normal saline 0,9% 1000 cc + bupivacaine 0,5% 25 cc + lidokain 1% 25 cc +
epinefrin 1:1000 1 cc) diinjeksi ke dalam area lipoplasti melalui insisi
 Lipoplasti pada area
 Insisi dan elevasi flap kulit (kedalaman lapisan lemak superfisial)
 Diseksi untuk memisahkan jaringan payudara aksesori dan lemak berlebih dari jaringan aksila
 Eksisi massa, hindari cedera pada pleksus subkutan atau struktur neurovaskuler aksila
 Irigasi luka dengan saline
 Kontrol perdarahan
 Drain dipertahankan
 Buang kulit berlebih
Dressing kompresi digunakan hingga 1-2 minggu. Drain dilepas setelah 3 hari. Pasien diminta
mengenakan sports bra selama 1-2 bulan setelah dressing dilepas.

4
Bila jaringan payudara ditinggalkan, harus dilakukan pengawasan rutin terhadap patologi dan
keganasan payudara karena jaringan ini memiliki risiko keganasan yang sama dengan payudara normal.
Tata laksana massa yang timbul dari jaringan ini mengikuti prinsip onkologi yang sama dengan massa
payudara biasa.1

5
REFERENSI

1. Mathes SJ, Seyfer AE, Miranda EP. Congenital anomalies of the chest wall. Dalam: Mathes SJ,
editor. Plastic surgery. Ed 2. Vol 6. Saunders, 2005. h. 543.
2. Shestak KC, Rottgers SA, Grunwaldt LJ, Fletcher D, Landfair AS. Congenital anomalies of the
breast: tuberous breasts, Poland’s syndrome, and asymmetry. Dalam: Thorne CH, Chung KC,
Gosain AK, Gurtner GC, Mehrara BJ, Rubin JP, Spear SL, editor. Grabb & Smith’s plastic
surgery. Ed 7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2014. h. 668.
3. Leung AKC, Robson WLM. Polythelia. International Journal of Dermatology. Sept 1989;
28(7):429.
4. Nguyen NV, Elston DM. Supernumerary nipple. 8 April 2016. Diunduh dari
www.emedicine.com (Diakses tanggal 17 Januari 2018)
5. Kim YS. Correction of accessory axillary breast tissue without visible scar. Aesthetic Surg J
2004;24:531-5.
6. Thorne AL, Jackson A, Yiangou C. The use of sentinel node biopsy in the treatment of cancer of
an accessory breast. The Breast 2003;12:153-5.
7. Emsen IM. Treatment with ultrasound-assisted liposuction of accessory axillary breast tissues.
Aesth. Plast. Surg 2006;30:251-2.
8. Araco A, Gravante G, Gentile P, Araco F, Delogu D, Cervelli V. Accessory axillary breast
tissues. Aesth. Plast. Surg 2006;30:727-8.
9. Down S, Barr L, Baildam AD, Bundred N. Management of accessory breast tissue in the axilla.
British Journal of Surgery 2003; 90:1213–14.

1. Thorne CH, Beasley RW. GRABB AND SMITH ’ S PLASTIC SURGERY.


2. Edition S, Mathes SJ. Mathes ed 2 vol 6 trunk lower extremity. 6.
3. Man C, Boleyn A, Anatomy C. polythelia. 1989;28(7):429–34.
4. Editor C. Supernumerary Nipple emedicine. 2018;500:2016–9.
5. Kim YS. Correction of Accessory Axillary breast tissue without visible scar. 2004;531–5.
6. Thorne AL, Jackson A, Yiangou C. The use of sentinel node biopsy in the treatment of cancer of
an accessory breast. 2003;9776:153–5.
7. Down S, Barr L, Baildam AD, Bundred N. Management of accessory breast tissue in the axilla.
2003;1213–4.
8. Emsen IM. Case Report Treatment with Ultrasound-Assisted Liposuction of Accessory Axillary
Breast Tissues. 2006;251–2.
9. Araco A, Gravante G, Gentile P, Araco F, Delogu D, Cervelli V. Accessory Axillary Breast
Tissues. 2006;727–8.

Anda mungkin juga menyukai