PENDAHULUAN
menentukan diagnosa dari suatu penyakit, oleh karena itu suatu tumor atau kelainan tubuh
lainnya memerlukan pemeriksaan yang teliti baik secara klinis, radiologis maupun
histopatologis. Perlakuan terhadap spesimen yang memadai dan benar akan memberikan
informasi yang akan membantu untuk menentukan staging tumor, prognosis, pengobatan yang
paling tepat, serta menilai respon terhadap terapi yang akan diberikan. 1 Suatu spesimen ini tidak
hanya untuk menentukan diagnosis penyakit tetapi juga sebagai pertimbangan penting dalam
histopatologis diperlukan jaringan tubuh yang di dapat dengan biopsi atau operasi dan kemudian
Sebaiknya dalam pengiriman jaringan sudah dalam keadaan terfiksasi artinya dengan
melakukan tindakan perendaman dari bahan yang akan diperiksa yang berasal dari biopsi,
operasi atau autopsi ke dalam cairan fiksasi yang mempunyai volume cukup dan memakai cairan
fiksasi yang benar sebab jika terdapat kesalahan dalam proses fiksasi terhadap jaringan tersebut
penting histopatologis sebagai bagian dari tim multidisiplin. 2 Sediaan jaringan mikroskopik yang
ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan itu tetap memiliki struktur
1
dan komposisi molekul yang sama seperti di tubuh.3 Laporan histopatologi diperlukan untuk
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir terbalik dengan panjang kurang lebih 7,5 cm dan tebal
5 cm, terletak pada bagian superior vesika urinaria dan di antara dua ovarium dalam kavitas
pelvis. Ligamentum latum juga membungkus uterus. Selama kehamilan, uterus bertambah besar,
berisi plasenta untuk memberi makan embrio janin, dan mengeluarkan bayi pada akhir
kehamilan.2 Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nullipara ukurannya 5,5-8
cm x 3,5-4 cm c 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. 3 Beratnya 40-80 gram pada
Uterus terdiri dari 3 bagian, yaitu: Fundus adalah uterus bagian atas dan berada di atas
pintu masuk tuba falopii; Korpus merupakan bagian pusat yang lebar. Serviks merupakan bagian
yang sempit dan terletak di ujung bawah uterus yang membuka ke dalam vagina.4
Lapisan uterus paling luar adalah serosa atau perimetrium, yang merupakan lipatan
peritoneum. Miometrium adalah lapisan otot polos, dimana selama kehamilan, sel-sel nya
membesar untuk mengakomodasi pertumbuhan fetus, dan berkontraksi serta berperan selama
persalinan dan kelahiran janin pada akhir kehamilan. 3 Endometrium terdiri atas dua lapisan.
Lapisan basilaris berbatasan dengan miometrium, dan mengandung banyak pembuluh darah,
tetapi lapisannya sangat tipis dan bersifat permanen. Lapisan fungsional merupakan lapisan yang
dapat beregenerasi dan lepas pada saat siklus menstruasi. Dibawah pengaruh hormon estrogen
dan progesteron dari ovarium, pertumbuhan pembuluh darah akan mempertebal lapisan
2
fungsional dalam mempersiapkan embrio yang terbentuk. Jika fertilisasi tidak terjadi, lapisan
fungsional ini tinggal dalam menstruasi. Selama kehamilan, endometrium membentuk bagian
plasenta maternal.3
Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan
dipertahankan oleh tonus uterus sendiri, tekanan intra-abdominal, otot-otot dasar panggul dan
ligamin-ligamen. Ligamennya antara lain ligamen kardinal kanan dan kiri (mackendrodt),
3
Gambar 2. Bagian Pemotongan Uterus
A. Suplai Darah
Suplai darah uterus dialiri oleh arteri uterin yang berasal dari ateri iliaka interna (arteri
hipogastrika) dan arteri ovarika.6 Arteri ini melalui sisi lateral dari uterus diantara dua lapisan
dari ligamen-ligamen. Arteri ini menyuplai uterus, tuba falopi, dan bergabung dengan arteri
ovarii untuk menyuplai ovarium. Percabangannya beranastomosis dengan arteri vagina yang
menyuplai vagina.7
sebagian besar lapisan ini secara periodik. Arteri arkuata tersusun melingkar di lapisan tengah
4
miometrium. Dari pembuluh ini muncul dua set arteri untuk mendarahi endometrium : arteri
lurus (rekta), yang menyuplai lapisan basal, dan arteri spiralis yang mengalirkan darah ke lapisan
fungsional.3
B . Drainase Limfatik
Aliran pembuluh limfe mengalir ke jaringan yang kaya akan kelenjar getah bening,
seperti dibagian parametrial dan paracervical, internal (hipogastrika), eksternal, iliaka, periaorta,
dan inguinal.5
Korpus uterus termasuk endometrium merupakan organ yang paling sering mengalami
penyakit. Uterus sebagai organ reproduksi, mendapat rangsangan hormon dengan setiap bulan
pertumbuhan tumor (neoplasia).8 Adapun kelainan yang sering dijumpai pada uterus,
diantaranya:
Akut endometritis
Kronik endometritis
Endometriosis
Hyperplasia Endometrium
Leiomioma (myioma)
Endometrial Carcinoma
5
Hiperplasia endometrium terjadi akibat rangsangan estrogen, baik endogen maupun
eksogen terhadap endometrium. Estrogen dapat meningkat pada tumor ovarium atau pada wanita
gemuk (obesitas).8
Adenokarsinoma adalah tumor malignansi saluran genitalia wanita yang terjadi di negara-
negara berkembang, sekitar 80-85 % kasus bergantung pada estrogen dan 15-20% tidak
endometrium. Jenis pertama disebabkan oleh rangsang estrogen tanpa imbangan progesteron dan
tumbuh dari hiperplasia yang atipik. Jenis kedua dari adenokarsinoma endometrium mengenai
wanita post-menopause dan mungkin tumbuh dari bagian basal endometrium yang tidak aktif
terdiri dari kelenjar dan stroma, hal ini memungkinkan karsinoma untuk menembus stromanya
Tumor jinak alat genital wanita yang paling sering dijumpai adalah fibroid atau
leiomioma. Tumor ini sering ditemukan pada masa reproduksi akhir dan disekitar masa
menopause. Secara klinis tumor ini ditemukan sebagai masa dalam rongga abdomen dan kadang
disertai perdarahan uteri yang abnormal. Tumor ini biasanya multipel, bulat, berbatas tegas. Pada
2. Anatomi Serviks
Serviks uterus merupakan bagian alat genital yang fungsinya sangat kompleks, sehingga
paling sering dan banyak mengalami penyakit baik yang ringan maupun yang berat (karsinoma)
yang mengakibatkan kematian.8 Mukosa serviks mengandung kelenjar serviks berisi mukus,
yang banyak bercabang. Mukosanya tidak banyak berubah selama siklus menstruasi dan tidak
6
terlepas selama menstruasi. Selama kehamilan, kelenjar mukus serviks berploriferasi dan
menyekresi lebih banyak mukus yang lebih kental.4
Eksoserviks pada umumnya dilapisi oleh non keratinizing squamous epithelium yang pada
masa anak-anak dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu sel basal, midzone (stratum spongiosum), dan
superfisial. Bagian dari midzone yang langsung di atas lapisan basal, yang disebut suprabasal
layer, ditunjukkan dengan pewarnaan perak yang menurut beberapa peneliti, “stem cell” dari
mukosa skuamous serviks ini berlokasi di antara lapisan ini. Secara morfologi variasi berbagai
lapisan serviks ini bergantung pada umur, pada post-menstruasi sel-sel mengalami atropi dan
menunjukkan tingginya perbandingan antara nukleus-sitoplasma. Perubahan ini seharusnya tidak
dianggap sebagai dasar cervical intraepithelial neoplasia (CIN).5
Sebelum melahirkan, orifisium eksternum berbentuk bulat/oval, regular dan kecil. Setelah
melahirkan, serviks biasanya lebih besar dan orifisium eksternum berubah menjadi celah pipih
melintang yang membagi bibir serviks menjadi bibir anterior dan posterior. Bentuk orifisium
eksternum juga dapat berbentuk irregular, nodular, atau stellata akibat proses penyembuhan
akibat laserasi saat proses melahirkan.9
A B
Gambar 3. Perbedaan gambaran serviks pada masa kehamilan dan pada saat persalinan.
A. Nullipara serviks. B. Multipara serviks
Polip endoserviks merupakan massa pertumbuhan di kanalis servikalis yang dapat kecil
atau besar dan menonjol keluar dari orifisium. Polip dapat berukuran 2-3 cm dan panjang 4-5
cm.8
7
Karsinoma sel skuamosa pada serviks dapat dijumpai sebagai lesi eksofitik (papiler atau
adenokarsinoma merupakan lesi eksofitik dan lainnya berupa nodular atau ulserasi serviks.
Tuba fallopi terdiri dari 2 tabung berotot dengan mobilitas yang tinggi, dan masing-
masing sepanjang lebih kurang 12 cm. Salah satu ujungnya, yaitu infundibulum, terbuka ke arah
rongga peritoneum di samping ovarium dan memiliki tepi dengan juluran mirip jari-jari yang
disebut fimbriae; ujung yang lain, yakni bagian intra mural, menembus dinding uterus dan
Radang tuba fallopi (salpingitis) biasanya merupakan radang sekunder dari infeksi
endometrium atau IUD dari kavum uteri. Komplikasi radang dapat berupa penimbunan nanah di
dalam lumen tuba (pyosalpinx). Radang kronis yang berkelanjutan dapat menyebabkan distensi
tuba, hilangnya mukosa dan akumulasi cairan serosa dalam lumen (hydrosalpinx).
4. Anatomi Ovarium
Ovarium adalah sepasang struktur berbentuk oval dengan panjang sekitar 4 cm masing
masing sisi uterus dalam kavitas pelvis.7 Permukaannya ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau
selapis kuboid, yaitu epitel germinativum. Di bawah epitel terdapat selapis jaringan ikat padat,
8
yakni tunika albuginea. Dibawah nya terdapat daerah korteks, dan bagian terdalam ovarium
Ligamentum ovarii menghubungkan sisi medial ovarium dengan dinding uterus, dan
ligamentum latum adalah lipatan peritoneum yang menutupi ovarium. Kedua ligamentum
Umumnya tumor pada ovarium adalah jinak, biasanya terjadi pada usia 20-45 tahun.
Tumor merupakan kelainan terpenting pada ovarium. Kelainan ini cukup sering ditemukan, 70-
80% diantaranya merupakan tumor jinak, sedangkan tumor ganas kira-kira 5% dari seluruh
keganasan pada wanita.8 Adapun kelainan yang dapat dijumpai pada ovarium dapat diantaranya :
epithelial tumors ( serous tumors, mucinous timors, endometrioid tumors, brenner tumors, clear
cell tumors), germ cell tumors (teratoma, dysgerminoma, yolk sac tumors, choriocarcinoma,
embryonal carcinoma) dan sex cord stromal (fibroma, thecoma, granulosa cell tumor, sertoli
Tumor serosa berdiameter 5-10 cm, tetapi pada umumnya bisa mencapai 30-40 cm
dengan bentuk bulat ataupun ovoid. Walaupun solid, tumor ini biasanya kistik sering dikenal
sebagai kistadenoma atau kistadenokarsinoma. Pada irisan, tumor kistik kecil memperlihatkan
rongga satu rongga, tetapi tumor besar biasanya memiliki sekat-sekat yang nantinya membentuk
massa yang multiloculated.13 Tipe jinak memiliki permukaan licin berkilau tanpa adanya
penebalan epitel atau sedikit proyeksi papiler sedangkan tipe borderline memiliki proyeksi
9
papiler lebih banyak. Semakin ganas suatu tumor, semakin cenderung memiliki konsistensi padat
Tumor yolk sac, biasanya terjadi pada usia muda di bawah 30 tahun. Makroskopik
menunjukkan bagian kistik dan padat, sering disertai perdarahan. Mikroskopik menunjukkan
gambaran khas, yaitu struktur Schiller-Duval. Tumor ini dapat bermetastasis ke intra abdominal.
PEMOTONGAN MAKROSKOPIS
sesuai dengan formulir yang diterima (identifikasi jaringan), memeriksa /menilai jaringan yang
diterima dan menggantinya dalam bentuk tulisan sejelas mungkin sehingga setiap yang
untuk memilih secara tepat bagian dari jaringan untuk diperiksa secara mikroskopis.1
spesimen yaitu pemeriksaan umum dari spesimen, dengan identifikasi semua komponen normal
dan abnormal.13 Spesimen yang diterima harus disertai surat permintaan yang membantu dalam
hal identifikasi pasien, jenis spesimen, informasi klinis, riwayat klinis dan tanda khusus.
Terkadang ahli bedah memberi tanda dengan menggunakan label, jahitan atau diagram untuk
menunjukkan struktur penting atau lokasi tertentu dari suatu spesimen. 13 Ahli patologi juga harus
menempatkan spesimen pada tempat pemotongan khusus (talenan) dalam posisi anatomi dan
merekam informasi berikut : (1) jenis spesimen; (2) struktur termasuk; (3) dimensi; (4) berat; (5)
dijangkau, dan dibersihkan sebelum pemotongan, untuk menghindari kontaminasi cairan atau
Cara pemotongan spesimen bervariasi dan bergantung pada jenis spesimen dan lesinya.13
Deskripsi makroskopis yang logik, faktual, dan ringkas dapat membantu merekonstruksi
objektif, seperti ukuran, berat, warna, bentuk, konsistensi dan keterangan spesifik lainnya.14
Pengambilan sampel meliputi lesi, jaringan yang normal dan batas, juga sampel yang diambil
tidak terlalu besar dari diameter dan ketebalan kaset. Pada pengambilan sampel dari tumor
misalnya tidak hanya untuk mengetahui jenis tumor tetapi juga untuk menentukan histologi dan
4. Untuk biopsi endometrium atau kerokan, semua jaringan diserahkan untuk diperiksa,
untuk kerokan dari abortus inkomplit, serahan potongan dari plasenta, bagian janin,
bagian desidua.
11
a. Buka dan potong dengan gunting melalui kedua dinding lateral dari serviks ke
tanduk uterus.
b. Lalu buat tanda untuk bagian anterior (potongan kecil berbentuk biji pada satu
sisi) dan potong dengan bagian yang sama dengan pisau melalui fundus.
c. Buat beberapa potongan dari serviks melalui kanal serviks. Jika mioma buat
potongan silang.
3. Uraikan :
e. Periksa apakah ada mioma, jumlah, lokalisasinya, ukuran, bertangkai atau tidak.
a. Serviks : ambil satu potong dari setengah bagian depan dan setengah bagian
belakang.
b. Fundus : ambil maksimal dua potong dekat fundus dan meliputi endometrium.
12
Gambar 4. Pemotongan makroskopis pada histerektomi non maligna 1
1. Ukur dan timbang jaringan serta tentukan bagian depan dan bagian belakang
(instruksi umum)
2. Potong serviks dari fundus kira-kira 2,5 cm diatas bagian luar (ostium eksterna)
dengan pisau yang tajam. Serviks dibuka secara longitudinal seperti pada pemotongan
core biopsy.
3. Uraikan :
13
a. Periksa warna serviks, adakah tidak teratur, erosi, kista, dan bekas biopsi
terdahulu.
14
Gambar 5. Pemotongan makroskopis pada radikal histerektomi Ca serviks 1
- Ambil 3 potong maksimal, 1 potong dari daerah perluasan tumor terdalam dan
- 2 potong dari bagian yang tidak ada tumor, kemudian ambil potongan dari
15
b. Jika ada tumor :
16
1. Uraikan jaringan yang diterima, dengan menghitung jumlah, bentuk, dan warna
dari 4 mm.
3. Seluruh jaringan yang diterima harus diproses meskipun ukurannya sangat kecil.
5. Tandai dengan tinta bagian ektoserviks dan endoserviks dengan warna yang
berbeda.
6. Untuk jaringan berbentuk silinder kecil, dapat dipotong menjadi dua bagian
secara longitudinal.
7. Untuk jaringan yang dangkal, seperti piring atau mangkuk, pemotongan dilakukan
secara radial.
17
Pemotongan makroskopis Tuba Fallopi 1,14
2. Jika ukuran tuba relatif normal, buat potongan serial pada interval 3-5 mm dan
3. Jika ukuran tuba membesar lakukan pemotongan longitudinal terputus, diikuti dengan
5. Periksa mukosa apakah ada atrofi, hiperplasia, dan lumen apakah utuh atau melebar.
6. Jika ada massa, ukur dan lihat perluasannya. Bila ada kista paraovarium ukur garis
7. Untuk kasus-kasus yang disangka kehamilan ektopik, periksa apakah ada plasenta,
9. Untuk tuba dengan sangkaan kehamilan ektopik dibuat sediaan dari beberapa jaringan
18
Gambar 8. Pemotongan pada tuba fallopi14
b. Bila ada organ yang membesar buat beberapa potongan dan difiksasi dalam
beberapa jam.
3. Periksa apakah ada simpai yang menebal, melekat, ruptur dan permukaan luar licin
atau tidak.
4. Bila ada tumor periksa apakah simpai luar licin atau papilifer, solid atau kistik serta
19
5. Bila lesi kistik, uraikan tentang lokasi, ukuran, permukaan, isi, unilokular atau
multilokular, ada tidaknya struktur papiler, ada tidaknya kista-kista kecil lainnya.
Jika kista bersifat padat dan kistik, catat proporsi setiap area.
b. Untuk kista, ambil maksimal 3 potong dari dinding kista terutama dari daerah
yang ada pertumbuhan papilifernya, karena bagian ini sering mewakili fokus
borderline. Pengambilan daerah yang tebal pada kasus kista dermoid untuk
c. Untuk tumor buat 3 potong sediaan atau 1 potong untuk setiap cm dari tumor, dan
tampilan bervariasi dapat dibuat beberapa blok untuk setiap area makroskopis
yang berbeda.
Gambar 10. Jaringan ovarium (a) normal, (b) kistik, (c) mixed solid/kistik 1
20
CONTOH KASUS
Ukuran jaringan :
Uterus
Cornu-cornu : 7 cm
Fundus-serviks : 8,5 cm
Antero-posterior : 3 cm
Ø serviks : 0,9 cm
Portio : licin
21
Tuba Fallopi
Ovarium
Kanan : 2 x 2 x 0,9 cm
Gambar makroskopis jaringan uterus, ovarium kanan dan kiri, serta tuba fallopi kanan dan kiri dan serviks
Ovarium kanan :
Tampak multipel lobus berisi massa berwarna putih keabuan dengan ukuran Ø 0,2- 0,4
cm
22
Tebal dinding : 0,1-0,2 cm
Tampak Ø lumen tuba 0,1- 0,2 cm dan tebal dinding tuba 0,2- 0,3 cm
Ovarium kiri :
Tampak multipel lobus berisi massa berwarna putih keabuan dengan ukuran Ø 0,2- 1,1
cm
Uterus :
Pada lamelarisasi tampak massa padat berwarna keabuan di dalam cavum uteri dengan
ukuran 4,5 x1,1 cm dan konsistensi kenyal. Tampak pula massa padat seperti kumparan,
berwarna keabuan pada dinding uterus dengan ukuran Ø 0,6 cm dan konsistensi kenyal.
Endometrium line 5,2 cm dan tebal dinding uterus 1,2 – 2,2 cm.
Serviks :
Tampak panjang kanalis servikalis 2,1 cm, tebal dinding 1 – 1,6 cm dan tidak dijumpai
adanya massa
1. Ovarium kanan beserta massa putih keabuan (sediaan Ia) dan tuba fallopi kanan
( sediaan Ib )
2. Ovarium kiri beserta massa putih keabuan (sediaan IIa) dan tuba fallopi kiri
( sediaan IIb )
23
3. Massa pada cavum uterus dan pada dinding uterus beserta endometrium line dan
Ib
IIb
Ia
IV IIa
III
Pemotongan makroskopis ovarium, tuba fallopi, uterus dan serviks. Melalui pemotongan lameralisasi, diambil 1
sediaan ovarium kanan (Ia), 1 sediaan tuba fallopi kanan (Ib), 1 sediaan ovarium kiri (IIa), 1 sediaan tuba fallopi kiri
(IIb), sediaan uterus beserta massa berbentuk kumparan (III), dan sediaan serviks (IV)
24
SIMPULAN
Pada refarat ini dibahas bagaimana pemotongan uterus beserta adnexa nya dengan tepat dan
benar secara makroskopis. Processing spesimen uterus dapat menjadi sulit karena beberapa hal.
Spesimen uterus adalah jaringan yang memerlukan ketelitian untuk fiksasi yang tepat untuk
Pemeriksaan yang baik diawali dari pemprosesan spesimen yang tepat, baik dalam
untuk pemeriksaan histopatologi. Oleh karena itu, ahli patologi diharuskan memiliki keahlian
dalam mengenali anatomi jaringan yang dikirim oleh klinisi karena terkadang dalam pengiriman
banyak terdapat kekurangan data dari jaringan ataupun keadaan jaringan yang sudah tidak baik.
25
Daftar pustaka
1. Rosai J. Rosai and ackerman’s surgical pathology. 10th ed. Vol 1. Missouri : Mosby
Elsevier; 2011. Chapter 1, General principles of gross examination; p.28
2. Mukawi TY. Teknik pengelolaan sediaan histopatologi dan sitologi. Bandung:
Lab/instalasi patologi anatomi FK Unpad;1989. Bab II, Pemeriksaaan dan
pemotongan jaringan basah; Hal. 38-45.
3. Allen DC, Cameron RI. Introduction. In: Allen DC, Cameron RI, editors.
Histopathology specimens: clinical, pathological, laboratory aspects. London:
Springer;2004.p.xv.
4. Desai, S.S., Bal, M., Rekhi, B., Jambhekar, N.A., 2011. Urinary Tract and Male
Genital System, in : Grossing of Surgical Oncology Specimens. Departement of
Pathology Tata Memorial Centre, Mumbai. pp. 153-156.
5. Allen DC, Cameron RI. Introduction. In: Allen DC, Cameron RI, editors.
Histopathology specimens: clinical, pathological, laboratory aspects. London:
Springer;2004.p.xv.
6. Juncuiera CL, Carneiro J. Histologi dasar : teks dan atlas. Ed 10. Jakarta : EGC;
2007. Hal 432-41.
7. Rosai J. Rosai and ackerman’s surgical pathology. 10th ed. Vol 2. Missouri : Mosby
Elsevier; 2011. Chapter 19, Female reproductive system; p. 1436-1440.
8. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : obstetric fisiologi,obstetric patologi. Vol 2. Ed 2.
Jakarta. lEGC; 1998. Hal 5-12.
9. Waugh A, Grant A. Ross and Wilson : Anatomy and Physiology in Health and
Illness. 9th ed. Spain : Elsevier; 2011. p.441-442
10. I Made Nasar,sutisna Himawan ,Wirasmi Marwoto Patologi : umum dan sistemik.
Vol 2. Ed 1 Jakarta : EGC; 2010. Hal 337-340
11. Pernoll ML. Benson & Pernoll’s handsbook of obstetrics & gynaecology. 10 th ed.
New York: Mc-Graw Hill; 2001. Chapter 2, Female reproductive anatomy and
reproductive function; p.30-35.
12. Wells M, Ostor AG, Crum CP, Franceschi S, Tommasino M, Nesland JM, et al.
Epithelial tumours. In: Tavassoli FA, Devilee P, editors. WHO classification ot
tumours: pathology and genetic of tumours of the breast and female genital organs.
Lyon ; IARC Press; 2000. P.266.
13. Rosai J. Rosai and ackerman’s surgical pathology. 10th ed. Vol 2. Missouri : Mosby
Elsevier; 2011. Chapter 19, Female reproductive system; p. 1436-1606.
14. Westra WH, Hruban RH, Phelps TH, Isacson C. Uterus, cervix, and vagina. In :
Westra WH, Hruban RH, Phelps TH, Isacson C, editors. Surgical pathology
dissection : an illustrated guide. 2nd ed. New York : Springer ; 2003. P.146-59
26