Anda di halaman 1dari 26

PEMOTONGAN MAKROSKOPIS UTERUS DAN ADNEXANYA

Sri Wahyuni, H. Soekimin


Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Pemeriksaan makroskopis merupakan pemeriksaan penunjang yang akurat dalam

menentukan diagnosa dari suatu penyakit, oleh karena itu suatu tumor atau kelainan tubuh

lainnya memerlukan pemeriksaan yang teliti baik secara klinis, radiologis maupun

histopatologis. Perlakuan terhadap spesimen yang memadai dan benar akan memberikan

informasi yang akan membantu untuk menentukan staging tumor, prognosis, pengobatan yang

paling tepat, serta menilai respon terhadap terapi yang akan diberikan. 1 Suatu spesimen ini tidak

hanya untuk menentukan diagnosis penyakit tetapi juga sebagai pertimbangan penting dalam

menentukan penatalaksanaan dan prognosis nantinya.2 Kemampuan untuk membuat diagnosis

diantaranya terletak pada pemotongan spesimen patologis sehingga untuk pemeriksaan

histopatologis diperlukan jaringan tubuh yang di dapat dengan biopsi atau operasi dan kemudian

diperiksa di Laboratorium Patologi Anatomi dengan menggunakan mikroskop cahaya.2

Sebaiknya dalam pengiriman jaringan sudah dalam keadaan terfiksasi artinya dengan

melakukan tindakan perendaman dari bahan yang akan diperiksa yang berasal dari biopsi,

operasi atau autopsi ke dalam cairan fiksasi yang mempunyai volume cukup dan memakai cairan

fiksasi yang benar sebab jika terdapat kesalahan dalam proses fiksasi terhadap jaringan tersebut

merupakan kesalahan yang tidak dapat di perbaiki kembali.2

Pentingnya spesimen histopatologi dalam manajemen pasien dan menyoroti peran

penting histopatologis sebagai bagian dari tim multidisiplin. 2 Sediaan jaringan mikroskopik yang

ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan itu tetap memiliki struktur

1
dan komposisi molekul yang sama seperti di tubuh.3 Laporan histopatologi diperlukan untuk

menegakkan diagnosa dan menentukan prognosa serta rencana pengobatan.4

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Uterus

Uterus berbentuk seperti buah pir terbalik dengan panjang kurang lebih 7,5 cm dan tebal

5 cm, terletak pada bagian superior vesika urinaria dan di antara dua ovarium dalam kavitas

pelvis. Ligamentum latum juga membungkus uterus. Selama kehamilan, uterus bertambah besar,

berisi plasenta untuk memberi makan embrio janin, dan mengeluarkan bayi pada akhir

kehamilan.2 Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nullipara ukurannya 5,5-8

cm x 3,5-4 cm c 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. 3 Beratnya 40-80 gram pada

nullipara3,5 dan 60-70 gram pada multipara.6

Uterus terdiri dari 3 bagian, yaitu: Fundus adalah uterus bagian atas dan berada di atas

pintu masuk tuba falopii; Korpus merupakan bagian pusat yang lebar. Serviks merupakan bagian

yang sempit dan terletak di ujung bawah uterus yang membuka ke dalam vagina.4

Lapisan uterus paling luar adalah serosa atau perimetrium, yang merupakan lipatan

peritoneum. Miometrium adalah lapisan otot polos, dimana selama kehamilan, sel-sel nya

membesar untuk mengakomodasi pertumbuhan fetus, dan berkontraksi serta berperan selama

persalinan dan kelahiran janin pada akhir kehamilan. 3 Endometrium terdiri atas dua lapisan.

Lapisan basilaris berbatasan dengan miometrium, dan mengandung banyak pembuluh darah,

tetapi lapisannya sangat tipis dan bersifat permanen. Lapisan fungsional merupakan lapisan yang

dapat beregenerasi dan lepas pada saat siklus menstruasi. Dibawah pengaruh hormon estrogen

dan progesteron dari ovarium, pertumbuhan pembuluh darah akan mempertebal lapisan

2
fungsional dalam mempersiapkan embrio yang terbentuk. Jika fertilisasi tidak terjadi, lapisan

fungsional ini tinggal dalam menstruasi. Selama kehamilan, endometrium membentuk bagian

plasenta maternal.3

Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan

dipertahankan oleh tonus uterus sendiri, tekanan intra-abdominal, otot-otot dasar panggul dan

ligamin-ligamen. Ligamennya antara lain ligamen kardinal kanan dan kiri (mackendrodt),

ligament rotundum, ligamentum latum, ligamentum infundibulum-pelvikum.6

Gambar 1. Anatomi dari sistem reproduksi wanita 6

3
Gambar 2. Bagian Pemotongan Uterus

A. Suplai Darah

Suplai darah uterus dialiri oleh arteri uterin yang berasal dari ateri iliaka interna (arteri

hipogastrika) dan arteri ovarika.6 Arteri ini melalui sisi lateral dari uterus diantara dua lapisan

dari ligamen-ligamen. Arteri ini menyuplai uterus, tuba falopi, dan bergabung dengan arteri

ovarii untuk menyuplai ovarium. Percabangannya beranastomosis dengan arteri vagina yang

menyuplai vagina.7

Gambar 3. Suplai darah pada sistem reproduksi wanita 3

Pembuluh darah yang menyuplai endometrium terutama penting untuk pelepasan

sebagian besar lapisan ini secara periodik. Arteri arkuata tersusun melingkar di lapisan tengah

4
miometrium. Dari pembuluh ini muncul dua set arteri untuk mendarahi endometrium : arteri

lurus (rekta), yang menyuplai lapisan basal, dan arteri spiralis yang mengalirkan darah ke lapisan

fungsional.3

B . Drainase Limfatik

Aliran pembuluh limfe mengalir ke jaringan yang kaya akan kelenjar getah bening,

seperti dibagian parametrial dan paracervical, internal (hipogastrika), eksternal, iliaka, periaorta,

dan inguinal.5

Kelainan pada uterus

Korpus uterus termasuk endometrium merupakan organ yang paling sering mengalami

penyakit. Uterus sebagai organ reproduksi, mendapat rangsangan hormon dengan setiap bulan

mengalami menstruasi dan kadang-kadang hamil dengan berbagai komplikasinya serta

pertumbuhan tumor (neoplasia).8 Adapun kelainan yang sering dijumpai pada uterus,

diantaranya:

 Akut endometritis

 Kronik endometritis

 Endometriosis

 Hyperplasia Endometrium

 Leiomioma (myioma)

 Endometrial Carcinoma

5
Hiperplasia endometrium terjadi akibat rangsangan estrogen, baik endogen maupun

eksogen terhadap endometrium. Estrogen dapat meningkat pada tumor ovarium atau pada wanita

gemuk (obesitas).8

Adenokarsinoma adalah tumor malignansi saluran genitalia wanita yang terjadi di negara-

negara berkembang, sekitar 80-85 % kasus bergantung pada estrogen dan 15-20% tidak

bergantung pada estrogen.10 Ditemukan dua keadaan klinikopatologis jenis adenokarsinoma

endometrium. Jenis pertama disebabkan oleh rangsang estrogen tanpa imbangan progesteron dan

tumbuh dari hiperplasia yang atipik. Jenis kedua dari adenokarsinoma endometrium mengenai

wanita post-menopause dan mungkin tumbuh dari bagian basal endometrium yang tidak aktif

atau atropi. Adenokarsinoma endometrium dapat terbatas pada endometrium. Endometrium

terdiri dari kelenjar dan stroma, hal ini memungkinkan karsinoma untuk menembus stromanya

dan tetap berada di intra-endometrial.8

Tumor jinak alat genital wanita yang paling sering dijumpai adalah fibroid atau

leiomioma. Tumor ini sering ditemukan pada masa reproduksi akhir dan disekitar masa

menopause. Secara klinis tumor ini ditemukan sebagai masa dalam rongga abdomen dan kadang

disertai perdarahan uteri yang abnormal. Tumor ini biasanya multipel, bulat, berbatas tegas. Pada

potongan berwarna putih, disertai serabut yang saling berikatan.8

2. Anatomi Serviks

Serviks uterus merupakan bagian alat genital yang fungsinya sangat kompleks, sehingga
paling sering dan banyak mengalami penyakit baik yang ringan maupun yang berat (karsinoma)
yang mengakibatkan kematian.8 Mukosa serviks mengandung kelenjar serviks berisi mukus,
yang banyak bercabang. Mukosanya tidak banyak berubah selama siklus menstruasi dan tidak

6
terlepas selama menstruasi. Selama kehamilan, kelenjar mukus serviks berploriferasi dan
menyekresi lebih banyak mukus yang lebih kental.4

Eksoserviks pada umumnya dilapisi oleh non keratinizing squamous epithelium yang pada
masa anak-anak dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu sel basal, midzone (stratum spongiosum), dan
superfisial. Bagian dari midzone yang langsung di atas lapisan basal, yang disebut suprabasal
layer, ditunjukkan dengan pewarnaan perak yang menurut beberapa peneliti, “stem cell” dari
mukosa skuamous serviks ini berlokasi di antara lapisan ini. Secara morfologi variasi berbagai
lapisan serviks ini bergantung pada umur, pada post-menstruasi sel-sel mengalami atropi dan
menunjukkan tingginya perbandingan antara nukleus-sitoplasma. Perubahan ini seharusnya tidak
dianggap sebagai dasar cervical intraepithelial neoplasia (CIN).5

Sebelum melahirkan, orifisium eksternum berbentuk bulat/oval, regular dan kecil. Setelah
melahirkan, serviks biasanya lebih besar dan orifisium eksternum berubah menjadi celah pipih
melintang yang membagi bibir serviks menjadi bibir anterior dan posterior. Bentuk orifisium
eksternum juga dapat berbentuk irregular, nodular, atau stellata akibat proses penyembuhan
akibat laserasi saat proses melahirkan.9

A B

Gambar 3. Perbedaan gambaran serviks pada masa kehamilan dan pada saat persalinan.
A. Nullipara serviks. B. Multipara serviks

Kelainan pada serviks

Polip endoserviks merupakan massa pertumbuhan di kanalis servikalis yang dapat kecil

atau besar dan menonjol keluar dari orifisium. Polip dapat berukuran 2-3 cm dan panjang 4-5

cm.8

7
Karsinoma sel skuamosa pada serviks dapat dijumpai sebagai lesi eksofitik (papiler atau

polipoid) atau endofitik (infiltrasi ke struktur sekitarnya); sedangkan setengah dari

adenokarsinoma merupakan lesi eksofitik dan lainnya berupa nodular atau ulserasi serviks.

Infiltrasi yang dalam pada dinding menyebabkan serviks berbentuk barrel-shaped.11

3. Anatomi Tuba Fallopi

Tuba fallopi terdiri dari 2 tabung berotot dengan mobilitas yang tinggi, dan masing-

masing sepanjang lebih kurang 12 cm. Salah satu ujungnya, yaitu infundibulum, terbuka ke arah

rongga peritoneum di samping ovarium dan memiliki tepi dengan juluran mirip jari-jari yang

disebut fimbriae; ujung yang lain, yakni bagian intra mural, menembus dinding uterus dan

bermuara ke bagian dalam organ ini.3

Kelainan pada tuba fallopi

Radang tuba fallopi (salpingitis) biasanya merupakan radang sekunder dari infeksi

endometrium atau IUD dari kavum uteri. Komplikasi radang dapat berupa penimbunan nanah di

dalam lumen tuba (pyosalpinx). Radang kronis yang berkelanjutan dapat menyebabkan distensi

tuba, hilangnya mukosa dan akumulasi cairan serosa dalam lumen (hydrosalpinx).

4. Anatomi Ovarium

Ovarium adalah sepasang struktur berbentuk oval dengan panjang sekitar 4 cm masing

masing sisi uterus dalam kavitas pelvis.7 Permukaannya ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau

selapis kuboid, yaitu epitel germinativum. Di bawah epitel terdapat selapis jaringan ikat padat,

8
yakni tunika albuginea. Dibawah nya terdapat daerah korteks, dan bagian terdalam ovarium

adalah daerah medulla.4

Ligamentum ovarii menghubungkan sisi medial ovarium dengan dinding uterus, dan

ligamentum latum adalah lipatan peritoneum yang menutupi ovarium. Kedua ligamentum

tersebut membantu menjaga ovarium tetap di tempatnya.

Kelainan pada Ovarium

Umumnya tumor pada ovarium adalah jinak, biasanya terjadi pada usia 20-45 tahun.

Tumor merupakan kelainan terpenting pada ovarium. Kelainan ini cukup sering ditemukan, 70-

80% diantaranya merupakan tumor jinak, sedangkan tumor ganas kira-kira 5% dari seluruh

keganasan pada wanita.8 Adapun kelainan yang dapat dijumpai pada ovarium dapat diantaranya :

epithelial tumors ( serous tumors, mucinous timors, endometrioid tumors, brenner tumors, clear

cell tumors), germ cell tumors (teratoma, dysgerminoma, yolk sac tumors, choriocarcinoma,

embryonal carcinoma) dan sex cord stromal (fibroma, thecoma, granulosa cell tumor, sertoli

cell tumor, leydig cell tumor, sertoli-leydig cell tumor ) 12

Tumor serosa berdiameter 5-10 cm, tetapi pada umumnya bisa mencapai 30-40 cm

dengan bentuk bulat ataupun ovoid. Walaupun solid, tumor ini biasanya kistik sering dikenal

sebagai kistadenoma atau kistadenokarsinoma. Pada irisan, tumor kistik kecil memperlihatkan

rongga satu rongga, tetapi tumor besar biasanya memiliki sekat-sekat yang nantinya membentuk

massa yang multiloculated.13 Tipe jinak memiliki permukaan licin berkilau tanpa adanya

penebalan epitel atau sedikit proyeksi papiler sedangkan tipe borderline memiliki proyeksi

9
papiler lebih banyak. Semakin ganas suatu tumor, semakin cenderung memiliki konsistensi padat

dan invasif dengan area nekrosis dan perdarahan.12,13

Tumor yolk sac, biasanya terjadi pada usia muda di bawah 30 tahun. Makroskopik

menunjukkan bagian kistik dan padat, sering disertai perdarahan. Mikroskopik menunjukkan

gambaran khas, yaitu struktur Schiller-Duval. Tumor ini dapat bermetastasis ke intra abdominal.

Prognosis buruk bila penderita tidak diobati.8

PEMOTONGAN MAKROSKOPIS

Pemotongan makroskopis bertujuan untuk memastikan apakah jaringan yang diterima

sesuai dengan formulir yang diterima (identifikasi jaringan), memeriksa /menilai jaringan yang

diterima dan menggantinya dalam bentuk tulisan sejelas mungkin sehingga setiap yang

membacanya dapat membayangkan jaringan tersebut keseluruhannya (deskripsi jaringan), dan

untuk memilih secara tepat bagian dari jaringan untuk diperiksa secara mikroskopis.1

Pemotongan makroskopis jaringan juga butuh persiapan, dimulai dengan orientasi

spesimen yaitu pemeriksaan umum dari spesimen, dengan identifikasi semua komponen normal

dan abnormal.13 Spesimen yang diterima harus disertai surat permintaan yang membantu dalam

hal identifikasi pasien, jenis spesimen, informasi klinis, riwayat klinis dan tanda khusus.

Terkadang ahli bedah memberi tanda dengan menggunakan label, jahitan atau diagram untuk

menunjukkan struktur penting atau lokasi tertentu dari suatu spesimen. 13 Ahli patologi juga harus

menempatkan spesimen pada tempat pemotongan khusus (talenan) dalam posisi anatomi dan

merekam informasi berikut : (1) jenis spesimen; (2) struktur termasuk; (3) dimensi; (4) berat; (5)

bentuk; dan (6) warna.13


10
Ruangan pemotongan harus bersih dan rapi. Seluruh peralatan harus disediakan, mudah

dijangkau, dan dibersihkan sebelum pemotongan, untuk menghindari kontaminasi cairan atau

pecahan satu spesimen dengan spesimen lainnya.

Cara pemotongan spesimen bervariasi dan bergantung pada jenis spesimen dan lesinya.13

Deskripsi makroskopis yang logik, faktual, dan ringkas dapat membantu merekonstruksi

gambaran spesimen. Deskripsi harus mendokumentasikan tentang karakteristik spesimen dengan

objektif, seperti ukuran, berat, warna, bentuk, konsistensi dan keterangan spesifik lainnya.14

Pengambilan sampel meliputi lesi, jaringan yang normal dan batas, juga sampel yang diambil

tidak terlalu besar dari diameter dan ketebalan kaset. Pada pengambilan sampel dari tumor

misalnya tidak hanya untuk mengetahui jenis tumor tetapi juga untuk menentukan histologi dan

perluasan lesi ke struktur sekitarnya.13

Pemotongan Makroskopis pada Uterus

A. Kerokan endometrium atau biopsi. 4,13

1. Pertama gunakan saringan logam atau kasa untuk mengumpulkan jaringan.

2. Ukur seluruh jaringan

3. Periksa warna dan kekenyalannya

4. Untuk biopsi endometrium atau kerokan, semua jaringan diserahkan untuk diperiksa,

untuk kerokan dari abortus inkomplit, serahan potongan dari plasenta, bagian janin,

bagian desidua.

B. Uterus : Histerektomi (instruksi umum) 1,14

1. Ukur dan timbang jaringan

2. Jika uterus yang diterima utuh dan segar :

11
a. Buka dan potong dengan gunting melalui kedua dinding lateral dari serviks ke

tanduk uterus.

b. Lalu buat tanda untuk bagian anterior (potongan kecil berbentuk biji pada satu

sisi) dan potong dengan bagian yang sama dengan pisau melalui fundus.

c. Buat beberapa potongan dari serviks melalui kanal serviks. Jika mioma buat

potongan silang.

3. Uraikan :

a. Terangkan jenis histerektomi

b. Periksa bentuk uterus, apakah ada penebalan dindingnya atau abnormal.

c. Periksa endometrium : apakah menebal, polip atau kista.

d. Periksa bentuk serviks

e. Periksa apakah ada mioma, jumlah, lokalisasinya, ukuran, bertangkai atau tidak.

4. Sediaan untuk pemeriksaan histologis :

a. Serviks : ambil satu potong dari setengah bagian depan dan setengah bagian

belakang.

b. Fundus : ambil maksimal dua potong dekat fundus dan meliputi endometrium.

c. Jika ada mioma ambil satu potongan dari setiap mioma.

d. Jika ada polip serviks atau endometrium serahkan seluruhnya.

12
Gambar 4. Pemotongan makroskopis pada histerektomi non maligna 1

C. Uterus : histerektomi pada karsinoma serviks 1,14

1. Ukur dan timbang jaringan serta tentukan bagian depan dan bagian belakang

(instruksi umum)

2. Potong serviks dari fundus kira-kira 2,5 cm diatas bagian luar (ostium eksterna)

dengan pisau yang tajam. Serviks dibuka secara longitudinal seperti pada pemotongan

core biopsy.

3. Uraikan :

13
a. Periksa warna serviks, adakah tidak teratur, erosi, kista, dan bekas biopsi

terdahulu.

b. Sisa jaringan uterus, tuba dan ovarium sesuai instruksi umum.

c. Jika ada kelenjar getah bening, periksa apakah dikenai tumor.

4. Sediaan untuk pemeriksaan histopatologis :

a. Serviks : semua jaringan dibuat sediaan dan pisahkan secara berikut :

- Potongan dari jam 12 ke 3

- Potongan dari jam 3 ke 6

- Potongan dari jam 6 ke 9

- Potongan dari jam 9 ke 12

b. Vagina : seluruh reseksi

c. Jaringan kiri dan kanan jika ada perluasan tumor.

d. Sisa uterus sesuai instruksi umum

e. Ovarium dan tuba

f. Kelenjar getah bening jika ada.

14
Gambar 5. Pemotongan makroskopis pada radikal histerektomi Ca serviks 1

D. Uterus : histerektomi pada hyperplasia endometrium atau karsinoma 1,14

1. Ukur, timbang dan uraikan seperti instruksi umum

2. Sediaan untuk pemeriksaan histopatologis :

a. Jika jelas ada tumor :

- Ambil 3 potong maksimal, 1 potong dari daerah perluasan tumor terdalam dan

dari permukaan melalui serosa.

- 2 potong dari bagian yang tidak ada tumor, kemudian ambil potongan dari

jaringan lunak kiri kanan parametrium.

15
b. Jika ada tumor :

- Potong tegak lurus yang sejajar dari kedua belahan uterus.

- Sisa uterus sesuai instruksi umum.

- Ovarium dan tuba sesuai intruksi umum

- Jika ada kelenjar getah bening, dibuat sediaan.

Gambar 6. Pemotongan makroskopis pada histerektomi Ca endometrium 1

Pemotongan Makroskopis pada Serviks

Biopsi Serviks 1,14 :

16
1. Uraikan jaringan yang diterima, dengan menghitung jumlah, bentuk, dan warna

dari potongan jaringan tersebut.

2. Pemotongan jaringan tidak boleh dilakukan kecuali jaringan berdiameter lebih

dari 4 mm.

3. Seluruh jaringan yang diterima harus diproses meskipun ukurannya sangat kecil.

4. Jika dilakukan Loop electrosurgical excision procedure (LEEP) uraikan mana

potongan bagian ektoserviks dan endoserviks.

5. Tandai dengan tinta bagian ektoserviks dan endoserviks dengan warna yang

berbeda.

6. Untuk jaringan berbentuk silinder kecil, dapat dipotong menjadi dua bagian

secara longitudinal.

7. Untuk jaringan yang dangkal, seperti piring atau mangkuk, pemotongan dilakukan

secara radial.

Gambar 7. LEEP pada serviks1

17
Pemotongan makroskopis Tuba Fallopi 1,14

1. Ukur panjang dan garis tengah yang terpanjang.

2. Jika ukuran tuba relatif normal, buat potongan serial pada interval 3-5 mm dan

lakukan pengamatan. Pemotongan dilakukan tidak terputus sehingga potongan masih

melekat pada bagian serosa.

3. Jika ukuran tuba membesar lakukan pemotongan longitudinal terputus, diikuti dengan

pemotongan paralel jika diperlukan.

4. Periksa serosa adakah perdarahan, perlekatan ke ovarium atau jaringan lainnya.

5. Periksa mukosa apakah ada atrofi, hiperplasia, dan lumen apakah utuh atau melebar.

6. Jika ada massa, ukur dan lihat perluasannya. Bila ada kista paraovarium ukur garis

tengah, tebal dinding, isi dan bertangkai atau tidak.

7. Untuk kasus-kasus yang disangka kehamilan ektopik, periksa apakah ada plasenta,

jumlah perdarahan dan embrio.

8. Sediaan untuk pemeriksaan histopatologis : ambil 3 potong dari tuba, proximal,

tengah dan distal.

9. Untuk tuba dengan sangkaan kehamilan ektopik dibuat sediaan dari beberapa jaringan

yang merupakan hasil konsepsi.

10. Untuk tuba dengan tumor buat sekurang-kurangnya 3 potong.

18
Gambar 8. Pemotongan pada tuba fallopi14

Gambar 9. Pemotongan pada Salpingo-oophorectomy 1

Pemotongan Makroskopis Ovarium 1,14

1. Ukur organ kemudian timbang beratnya.

2. Jika diterima dalam keadaan segar :

a. Ditimbang dan difiksasi dalam beberapa jam

b. Bila ada organ yang membesar buat beberapa potongan dan difiksasi dalam

beberapa jam.

3. Periksa apakah ada simpai yang menebal, melekat, ruptur dan permukaan luar licin

atau tidak.

4. Bila ada tumor periksa apakah simpai luar licin atau papilifer, solid atau kistik serta

ukur tumor nya.

19
5. Bila lesi kistik, uraikan tentang lokasi, ukuran, permukaan, isi, unilokular atau

multilokular, ada tidaknya struktur papiler, ada tidaknya kista-kista kecil lainnya.

Jika kista bersifat padat dan kistik, catat proporsi setiap area.

6. Sediaan untuk histopatologi :

a. Untuk oophorectomy ambil 1 potong sagital dari masing-masing ovarium.

b. Untuk kista, ambil maksimal 3 potong dari dinding kista terutama dari daerah

yang ada pertumbuhan papilifernya, karena bagian ini sering mewakili fokus

borderline. Pengambilan daerah yang tebal pada kasus kista dermoid untuk

memastikan adanya elemen immatur.

c. Untuk tumor buat 3 potong sediaan atau 1 potong untuk setiap cm dari tumor, dan

1 potong pada ovarium non-neoplastik, jika teridentifikasi. Pada tumor dengan

tampilan bervariasi dapat dibuat beberapa blok untuk setiap area makroskopis

yang berbeda.

Gambar 10. Jaringan ovarium (a) normal, (b) kistik, (c) mixed solid/kistik 1

20
CONTOH KASUS

Ny. R, No slide RS/H/22.357


Diterima satu potong jaringan dari uterus disertai kedua adneksa dan serviks, berwarna
keabuan, permukaan tidak rata, konsistensi kenyal dengan berat 207,61 gram

Gambar makroskopis jaringan uterus beserta adneksa dan serviks

Ukuran jaringan :

Uterus

Cornu-cornu : 7 cm

Fundus-serviks : 8,5 cm

Antero-posterior : 3 cm

Ø serviks : 0,9 cm

Portio : licin

21
Tuba Fallopi

Kanan : 3,8 x 1,1 x 0,9 cm

Kiri : 4 x 1,1 x 0,5 cm

Ovarium

Kanan : 2 x 2 x 0,9 cm

Kiri : 2,7 x 2,5 x 0,5 cm

Gambar makroskopis jaringan uterus, ovarium kanan dan kiri, serta tuba fallopi kanan dan kiri dan serviks

Kemudian dilakukan pemotongan jaringan

 Ovarium kanan :

Tampak multipel lobus berisi massa berwarna putih keabuan dengan ukuran Ø 0,2- 0,4

cm

22
Tebal dinding : 0,1-0,2 cm

 Tuba fallopi kanan :

Tampak Ø lumen tuba 0,1- 0,2 cm dan tebal dinding tuba 0,2- 0,3 cm

 Ovarium kiri :

Tampak multipel lobus berisi massa berwarna putih keabuan dengan ukuran Ø 0,2- 1,1

cm

Tebal dinding : 0,05 -0,1 cm

 Tuba fallopi kiri :

Tampak Ø lumen tuba 0,1-0,2 cm dan tebal dinding0,2 - 0,3 cm

 Uterus :

Pada lamelarisasi tampak massa padat berwarna keabuan di dalam cavum uteri dengan

ukuran 4,5 x1,1 cm dan konsistensi kenyal. Tampak pula massa padat seperti kumparan,

berwarna keabuan pada dinding uterus dengan ukuran Ø 0,6 cm dan konsistensi kenyal.

Endometrium line 5,2 cm dan tebal dinding uterus 1,2 – 2,2 cm.

 Serviks :

Tampak panjang kanalis servikalis 2,1 cm, tebal dinding 1 – 1,6 cm dan tidak dijumpai

adanya massa

Sediaan yang diambil dari jaringan adalah :

1. Ovarium kanan beserta massa putih keabuan (sediaan Ia) dan tuba fallopi kanan

( sediaan Ib )

2. Ovarium kiri beserta massa putih keabuan (sediaan IIa) dan tuba fallopi kiri

( sediaan IIb )

23
3. Massa pada cavum uterus dan pada dinding uterus beserta endometrium line dan

keseluruhan dinding uterus ( sediaan III )

4. Keseluruhan serviks ( sediaan IV )

Ib
IIb

Ia
IV IIa
III

Pemotongan makroskopis ovarium, tuba fallopi, uterus dan serviks. Melalui pemotongan lameralisasi, diambil 1

sediaan ovarium kanan (Ia), 1 sediaan tuba fallopi kanan (Ib), 1 sediaan ovarium kiri (IIa), 1 sediaan tuba fallopi kiri

(IIb), sediaan uterus beserta massa berbentuk kumparan (III), dan sediaan serviks (IV)

24
SIMPULAN

Pada refarat ini dibahas bagaimana pemotongan uterus beserta adnexa nya dengan tepat dan

benar secara makroskopis. Processing spesimen uterus dapat menjadi sulit karena beberapa hal.

Spesimen uterus adalah jaringan yang memerlukan ketelitian untuk fiksasi yang tepat untuk

memastikan evaluasi mikroskopik dan imunohistokomia yang memenuhi syarat.

Pemeriksaan yang baik diawali dari pemprosesan spesimen yang tepat, baik dalam

tahapan fiksasi, deskripsi makroskopis, pemotongan makroskopis, dan pengambilan sampel

untuk pemeriksaan histopatologi. Oleh karena itu, ahli patologi diharuskan memiliki keahlian

dalam mengenali anatomi jaringan yang dikirim oleh klinisi karena terkadang dalam pengiriman

banyak terdapat kekurangan data dari jaringan ataupun keadaan jaringan yang sudah tidak baik.

25
Daftar pustaka

1. Rosai J. Rosai and ackerman’s surgical pathology. 10th ed. Vol 1. Missouri : Mosby
Elsevier; 2011. Chapter 1, General principles of gross examination; p.28
2. Mukawi TY. Teknik pengelolaan sediaan histopatologi dan sitologi. Bandung:
Lab/instalasi patologi anatomi FK Unpad;1989. Bab II, Pemeriksaaan dan
pemotongan jaringan basah; Hal. 38-45.
3. Allen DC, Cameron RI. Introduction. In: Allen DC, Cameron RI, editors.
Histopathology specimens: clinical, pathological, laboratory aspects. London:
Springer;2004.p.xv.
4. Desai, S.S., Bal, M., Rekhi, B., Jambhekar, N.A., 2011. Urinary Tract and Male
Genital System, in : Grossing of Surgical Oncology Specimens. Departement of
Pathology Tata Memorial Centre, Mumbai. pp. 153-156.
5. Allen DC, Cameron RI. Introduction. In: Allen DC, Cameron RI, editors.
Histopathology specimens: clinical, pathological, laboratory aspects. London:
Springer;2004.p.xv.
6. Juncuiera CL, Carneiro J. Histologi dasar : teks dan atlas. Ed 10. Jakarta : EGC;
2007. Hal 432-41.
7. Rosai J. Rosai and ackerman’s surgical pathology. 10th ed. Vol 2. Missouri : Mosby
Elsevier; 2011. Chapter 19, Female reproductive system; p. 1436-1440.
8. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : obstetric fisiologi,obstetric patologi. Vol 2. Ed 2.
Jakarta. lEGC; 1998. Hal 5-12.
9. Waugh A, Grant A. Ross and Wilson : Anatomy and Physiology in Health and
Illness. 9th ed. Spain : Elsevier; 2011. p.441-442
10. I Made Nasar,sutisna Himawan ,Wirasmi Marwoto Patologi : umum dan sistemik.
Vol 2. Ed 1 Jakarta : EGC; 2010. Hal 337-340
11. Pernoll ML. Benson & Pernoll’s handsbook of obstetrics & gynaecology. 10 th ed.
New York: Mc-Graw Hill; 2001. Chapter 2, Female reproductive anatomy and
reproductive function; p.30-35.
12. Wells M, Ostor AG, Crum CP, Franceschi S, Tommasino M, Nesland JM, et al.
Epithelial tumours. In: Tavassoli FA, Devilee P, editors. WHO classification ot
tumours: pathology and genetic of tumours of the breast and female genital organs.
Lyon ; IARC Press; 2000. P.266.
13. Rosai J. Rosai and ackerman’s surgical pathology. 10th ed. Vol 2. Missouri : Mosby
Elsevier; 2011. Chapter 19, Female reproductive system; p. 1436-1606.
14. Westra WH, Hruban RH, Phelps TH, Isacson C. Uterus, cervix, and vagina. In :
Westra WH, Hruban RH, Phelps TH, Isacson C, editors. Surgical pathology
dissection : an illustrated guide. 2nd ed. New York : Springer ; 2003. P.146-59

26

Anda mungkin juga menyukai