BAB I
PENDAHULUAN
1,2,3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Serviks uteri adalah bagian uterus paling distal. Serviks menonjol ke dalam
vagina melalui dinding anteriornya dan bermuara ke dalamnya berupa ostium
eksternum. Serviks uteri terdiri dari :
merupakan
muara-muara
dari
saluran-saluran
kelenjar
uterus
yang
dapat
Lapisan luar yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju ke
arah ligament
Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamentum yang
memfiksasi uterus adalah ( Ilmu Kebidanan )5:
2.2 Vaskularisasi
Pasokan darah uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarika.
Arteri Uterina Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hipogastrika) yang
masuk uterus melalui ligamentum latum. Pada tempat setinggi servik pars
supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria
servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar berjalan kearah atas melalui
dinding lateral uterus. Arteri Ovarika adalah cabang langsung dari aorta yang
memasuki ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvicum. Didaerah
8
hilus ovarium, arteri ovarika terbagi menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk
ovarium. Cabang utama arteri ovarika selanjutnya berjalan sepanjang mesosalphynx
Pembuluh darah vena pada uterus terbagi 2 yaitu vena uterina dan vena
ovarika. Vena uterina berjalan mengikuti arteri uterina yang bermuara pada vena cava
inferior.Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava inferior sedangkan vena ovarika
kiri bermuara ke vena renalis sinistra.
2.3 Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous. Merupakan struktur yang padat, memiliki pseudokapsul, dan membentuk
nodul kecil maupun besar yang dapat diraba pada dinding otot uterus tumor ini sering
juga disebut fibroid, leiomyoma, atau fibromioma. Tumor ini merupakan tumor jinak
dan massa pada uterus yang paling sering ditemui pada pelvis wanita. Mioma ini bisa
muncul single/tunggal, tapi lebih sering dijumpai multipel serta memiliki ukuran yang
9
10
bervariasi mulai dari ukuran mikroskopik 1 mm sampai dengan ukuran yang besar
yakni 20 cm dan mengisi hampir seluruh ruang abdomen.6,7,8
2.4 Insiden
Mioma uteri merupakan jenis tumor pelvik yang paling sering ditemukan.
Insiden tertinggi dari mioma ini dijumpai pada wanita usia reproduksi antara 30-50
tahun, dimana angka insiden yang lebih tinggi dijumpai pada wanita berkulit hitam
daripada wanita berkulit putih, yakni sebesar 3 - 9 x lipat lebih tinggi. Insiden
meningkat dengan pertambahan umur, menurun pada wanita yang baru melahirkan.
Resikonya juga meningkat dengan diet yang tinggi kalori dan berkurang dengan diet
yang tinggi sayuran hijau. Tumor ini tidak terdeteksi sebelum pubertas dan
merupakan tumor yang pertumbuhannya tergantung pada hormon. 8,9,10
Menurut perkiraan frekuensi mioma uteri dalam kehamilan dan persalinan
berkisar 1%, dengan menyisihkan mioma kecil yang tidak terdeteksi, sedang menurut
Merill, insident mioma uteri selama kehamilan bervariasi antara 0.3% 7.2%. 7,8
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berpotensi menjadi ganas walaupun
jarang, mioma uteri dapat mengalami transformasi ganas kurang dari 0,5%. Montaque
dkk melaporkan bahwa dari 13.000 kasus mioma uteri, terdapat 38 kasus (0,29%)
memperlihatkan perubahan ganas.8,9
2.5 Etiopatogenesis
Mioma merupakan tumor jinak yang terdiri dari sel otot polos yang
berproliferasi lokal dan terdapat akumulasi dari matriks ekstraseluler. Penyebab pasti
10
11
dari terjadinya mioma uterus sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
diperkirakan sumber/asal dari dari mioma ini bukan dari elemen otot yang matang,
melainkan dari tipe sel yang imatur (genitoblas) dari jaringan otot uterus ataupun otot
polos pembuluh darah disekitar uterus.7,9,10
Penelitian sitogenetik menunjukkan bahwa mioma muncul dari satu sel otot
polos neoplastik, mioma merupakan tumor monoklonal yang berasal dari mutasi
somatik. Variasi dari abnormalitas kromosom yang melibatkan beberapa kromosom
(terutama kromosom 12) telah dapat diidentifilasi dan menimbulkan pendapat bahwa
terdapat peranan genetik dalam patogenesis tumor ini, dimana proses yang
bertanggung jawab terhadap transformasi neoplastik ini belum diketahui dengan jelas,
namun diduga estrogen dibutuhkan untuk terjadinya mutasi ini. 6
Dilihat dari mekanisme etiologinya, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan mioma ini, antara lain progesteron, estrogen, dan Peptide
Growth Factor (PGF). Progesteron dapat meningkatkan aktivitas mitosis dari mioma,
namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat belum jelas, selain itu
progesteron juga menyebabkan pembesaran tumor dengan jalan menstimulasi
produksi apoptosis-inhibiting protein yang berakibat pada penurunan apoptosis dari
tumor. Sedangkan estrogen berpengaruh terhadap pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler, dimana mioma mengandung reseptor
estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada miometrium sekitarnya,
namun lebih rendah dibandingkan endometrium.7,8
11
12
13
berbentuk nodul berkapsul yang terisolasi dalam berbagai ukuran. Tumor ini
dapat menimbulkan distorsi dari ruang uterus atau permukaan luar uterus,
dimana jika tumor ini muncul single/tunggal dapat menyebabkan pembesaran
uterus yang simetris.
13
14
b. Patologi11 :
Gambaran Mikroskopik : Mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan
ikat fibrous yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern),
14
15
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma. Terdapat sedikit struktur vaskular dan
mitosis yang jarang.
lanjut.
Tumor
kehilangan
struktur
aslinya
menjadi
16
nekrosis
subakut
akibat
gangguan
vaskularisasi.
Pada
16
17
18
menjalar, demam dan peningkatan jumlah sel darah putih. Pada kebanyakan kasus
degenerasi merah pada pemeriksaan USG tampak ruang kistik pada mioma.12
2.7 Pemeriksaan Radiologi
2.7.1. Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen gambaran mioma uteri akan terlihat sebagai suatu massa
jaringan lunak yang berasal dari daerah pelvis. Gambaran massa jaringan lunak
disertai dengan kalsifikasi di daerah pelvis dapat ditemukan pada mioma uteri tipe
calcified. Gambaran kalsifikasi pada mioma uteri dapat berbentuk pop corn dan
kalsifikasi pada tepi luar dari dinding massa. Mioma uteri dapat juga memberikan
gambaran massa dengan densitas jaringan lunak yang berukuran besar yang
menyebabkan pendesakan dari usus- usus ke arah superior dan keluar dari daerah
pelvis.13
Gambar 8 Pada foto polos abdomen pada gambar a. tampak bayangan opak densitas jaringan lunak di
rongga pelvis disertai kalsifikasi didalam massa. Gambar b tampak bayangan opak di abdomen bawah
sampai tengah yang mendorong usus-usus kearah superior13
18
19
Gambar 9 Pada foto polos abdomen terlihat pada gambar a tampak bayangan opak diabdomen tengah
sampai bawah disertai kalsifikasi berbentuk pop corn. Gambar 2 tampak bayangan opak di rongga
pelvis dengan gambaran kalsifikasi pada tepinya13
19
20
Gambar. 10 Pada pemeriksaan histerosalpingografi tampak filling defect pada dinding uterus, kontras
tidak tampak memasuki tuba uterina.14
menjadi lebih besar atau dapat menyebabkan perubahan kontur uterus normal.
20
21
21
22
22
23
23
24
Gambar. 14 CT scan abdomen potongan axial pada gambar a tampak massa isoden inhomogen
multiple di abdomen tengah sampai bawah disertai asites.Pada gambar b tampak bayangan isodens
inhomogen diserai kalsifikasi didalamnya di daerah uterus.15
25
dikenal sebagai zona junctional, yang merupakan miometrium bagian dalam. Bagian
selanjutnya dari miometrium memberikan atenuasi isointense pada T2WI.16
Biasanya, mioma uteri adalah massa berbatas tegas
intensitas signal
yang memberikan
T1WI. Mioma dapat menunjukkan degenerasi akibat suplai darah yang tidak
memadai dan kemudian memiliki penampilan variabel dan sering heterogen, yang
pada pemberikan kontras memberikan penyangatan yang minimal atau heterogen..
Area kalsifikasi dapat muncul sebagai gambaran flow void pada MRI.16
Gambar. 15 .MRI abdomen pada gambar a potongan sagittal tampak mioma uteri subserosa yang
memberikan signal hipointense pada T2WI .pada gambar b potongan sagittal dan coronal tampak
mioma uteri intramural yang memberikan signal hiperintense bersepta .16
25
26
Gambar. 16.MRI abdomen potongan sagittal tampak massa dirongga pelvis yang meberikan signal
hipointense inhomogen pada T2WI dan pada potongan axial T1WI tampak suatu area yang
hiperintense di dalam massa .17
26
27
2.8.2 Adenomyosis
Adenomiosis adalah adanya endometrium heterotopik dalam miometrium
dan berhubungan dengan hiperplasia miometrium yang berdekatan. Adenomiosis
lebih sering terjadi pada wanita multipara. Ini biasanya hadir dengan gejala mirip
dengan yang disebabkan oleh mioma uteri, dan dua kondisi juga dapat hidup
berdampingan. Adenomyosis biasanya kondisi difus, yang terlihat pada MRI sebagai
zona junctional menebal . Hal ini biasanya mudah untuk membedakan dari mioma
uterus sebagai adenomiosis dimana biasanya adenomiosis memiliki beberapa foci
foci kecil hiperintens pada T2WI , yang mewakili struktur kelenjar. 18
Namun, kadang-kadang adenomiosis hadir sebagai massa fokal
dan
Gambar. 17 .MRI abdomen potongan sagittal T2WI tampak penbalan dari zona junctional pada pasien
adenomyioasis18
27
28
Gambar. 18.MRI abdomen potongan sagittal tampak gambaran hipointense di dinding uterus pada
T2WI19
28
29
2.9 Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama
apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian, mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam
menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi kisut.20
A.Penanganan konservatif20
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut 2:
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Monitor keadaan Hb
- Pemberian zat besi
- Terapi hormonal
B.Penanganan operatif20
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan
American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada
pasien dengan mioma uteri adalah
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
2. Diduga adanya keganasan.
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
29
30
Komplikasi
dari
miomektomi
berupa
risiko
perdarahan
harus
30
31
BAB III
RINGKASAN
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
fibrus Tumor ini merupakan tumor jinak dan massa pada uterus yang paling sering
ditemui pada pelvis wanita. Penyebab pasti dari terjadinya mioma uterus sampai saat
ini belum diketahui dengan jelas. Berdasarkan lokasinya pada uterus, mioma dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yakni mioma intramural/interstisial, sub
mukosum, sub serosum. Menurut perkiraan frekuensi myoma uteri dalam kehamilan
dan persalinan berkisar 1%, dengan menyisihkan myoma kecil yang tidak terdeteksi,
sedang menurut Merill, insident myoma uteri selama kehamilan bervariasi antara
0.3% 7.2%.
Gejala dari mioma bervariasi tergantung dari ukuran, jumlah, dan lokasinya.
Kebanyakan wanita dengan mioma bersifat asimtomatis. Penanganan untuk mioma
uteri terbagi dua yaitu penanganan konservatif dan tindakan pembedahan. Prognosis
dari mioma uteri sangat baik bila dilakukan histerektomi dengan pengangkatan massa
secara keseluruhan
Pemeriksaan radiologi mempunyai peran penting dalam mendiagnosa mioma uteri.
Pada referat ini akan dipaparkan mengenai gambaran foto polos abdomen,
pemeriksaan histerosalpingografi, ultrasonografi, CT scan abdomen dan MRI dari
mioma uteri
31
32
Pada foto polos abdomen tampak massa dengan densitas jaringan lunak di rongga
pelvis di beberapa kasus disertai kalsifikasi didalamnya, pada pemeriksaan
histerosalpingografi tampak filling defect di dinding uterus. Pada pemeriksaan USG
tampak massa solid hipoechoic di dinding u Uterus dan pada pemeriksaan CT scan
memberikan gambaran massa hipodens dengan ditemukan kalsifikasi pada beberapa
kasus. Pada pemeriksaan MRI mioma uterimemberikan gambaran massa yang
hipointense pada T2WI dan isointense pada T1W1 .
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.
Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England New
Jersey : The Phartenon Publishing Group, 2006 ; 1 8. Diakses 6 Juli 2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH.
Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI,
2014;
151
156.
Diakses
6
Juli
2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
3. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie
Chesmy, Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia :
Lippincott Williams and Wilkins, 2009 ; 314 315. Diakses 6 Juli 2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
4. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomiomata. In : Chesmy M, Heather,
Whary eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia : Lippincott
Williams and Willkins, 2009 ; 316 318. Diakses 6 Juli 2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
5. Moore, Keith L. 2006. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Williams &
Wilkins. Baltimore. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Volume 2.
6. Beck, W.W. NMS Obstetri and Gynaecology. 4th Ed. The Williams & Wilkins,
1997; 30: 339 345
7. Campbell, S., Monga, A. Gynaecology by 10 Teachers. 17th Ed. P: 115 - 117
8. DeCherney, A.H., Nathan, L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis
and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P: 693 - 699
9. Howkins & Bourne. Shaws Textbook of Gynaecology. 12th Ed. New Delhi: B.
I. Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
10. Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principles of Practice.
McGraw-Hill, 2001; P: 1151 1172
11. Novak & Novak. Textbook of Gynaecology. 5th Ed. The Williams & Wilkins
Company, 1956; P: 341 - 359
12. Hanifa, W. Tumor Jinak Pada Alat Genital dalam Ilmu Kandungan. Edisi III,
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;338-345
13. Hutchins FL. Uterine fibroids diagnosis and indications for treatment. Obstet
Gynecol Clin North Am. 1995;22:65965
14. Cicinelli E, Romano F, Anastasio PS, Blasi N, Parisi C, Galantino P.
Transabdominal sonohysteroscopy, transvaginal sonography and hysteroscopy
in the evaluation of submucous fibroids. Obstet Gynecol. 1995;85:427.
15. Ascher SM, Silverman PM. Applications of computed tomography in
gynecologic diseases. Urol Radiol. 1991;13:1628
33
34
16. Dudiak CM, Turner DA, Patel SK, Archie JT, Silver B, Norusis M. Uterine
leiomyomas in the infertile patient: preoperative localization with MR imaging
versus US and hysterosalpingography. Radiology. 1988;167:62763
17. Leibsohn S, d'Ablaing G, Mishell DR, Schlaerth JB. Leiomyosarcoma in a
series of hysterectomies performed for presumed uterine leiomyomas. Am J
Obstet Gynecol. 1990;162:96876
18. Mark AS, Hricak H, Heinrichs LW, Hendrickson MR, Winkler ML, Bachica
JA, Stickler JE. Adenomyosis and leiomyomas: differential diagnosis with MR
imaging. Radiology. 1987;163:5279
19. Prayson RA, Hart WR. Pathologic considerations of uterine smooth muscle
tumors. Obstet Gynecol Clin North Am. 1995;22:63757
20. Evans, Patricia., Brunsell, Susan. Uterine fibroid tumors: diagnosis and
treatment. America family phycian 2007; 75(may). p. 1503-7
34