Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun


leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya.1
Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada
usia diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Di Indonesia angka
kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 - 11,87 % dari semua penderita ginekologi yang
dirawat.1,2
Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak problem
termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas. Memang
perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk
dilakukan histerektomi. Hal ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan
terapi yang paling efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai
etiologi mioma uteri itu sendiri. Pemeriksaan radiologi mempunyai peran penting
dalam mendiagnosa mioma uteri. Pada referat ini akan dipaparkan mengenai
gambaran foto polos abdomen, pemeriksaan histerosalpingografi, ultrasonografi, CT
scan abdomen dan MRI dari mioma uteri.

1,2,3,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan histologi


Uterus adalah organ yang terdiri atas suatu badan (korpus), yang terletak di
atas penyempitan rongga uterus (orifisium internum uteri), dan suatu struktur silindris
di bawah, yakni serviks yang terletak di bawah orifisium internum uteri. Uterus
adalah organ yang memiliki otot yang kuat dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 4 cm
dan ketebalan 2,5 cm .Pada setiap sisi dari uterus terdapat dua buah ligamentum
broad yang terletak diantara rektum dan kandung kemih, ligamentum tersebut
menyangga uterus sehingga posisi uterus dapat bertahan dengan baik. Bagian korpus
atau badan hampir seluruhnya berbentuk datar pada permukaan anterior, dan terdiri
dari bagian yang cembung pada bagian posterior. Pada bagian atas korpus, terdapat
bagian berbentuk bulat yang melintang di atas tuba uterina disebut fundus. Serviks
berada pada bagian yang lebih bawah, dan dipisahkan dengan korpus oleh ismus.
Sebelum masa pubertas, rasio perbandingan panjang serviks dan korpus kurang lebih
sebanding; namun setelah pubertas, rasio perbandingannya menjadi 2 : 1 dan 3 : 1. 5
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan
pernah melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung
kemih dan rectum. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).5
2

Gambar 1.Anatomi dari uterus


Bagian-bagian uterus terdiri atas 5:
1. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal di atas muara tuba uterina yang
mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Fallopi masuk ke uterus. Fundus uteri
ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya kehamilan
2. Korpus uteri adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri
menyempit di bagian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai
serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat
janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri
(rongga rahim).

3. Serviks uteri adalah bagian uterus paling distal. Serviks menonjol ke dalam
vagina melalui dinding anteriornya dan bermuara ke dalamnya berupa ostium
eksternum. Serviks uteri terdiri dari :

Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio

Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di


atas vagina

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk


sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjarkelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum
reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu
di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Secara histologi dinding uterus terdiri atas5 :
1. Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah. Dua pertiga bagian atas kanalis servikalis dilapisi selaput
lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis gepeng, menyatu dengan epitel
vagina. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting
dalam siklus haid. Endometrium merupakan bagian dalam dari korpus uteri yang
membatasi cavum uteri. Pada endometrium terdapat lubang-lubang kecil yang

merupakan

muara-muara

dari

saluran-saluran

kelenjar

uterus

yang

dapat

menghasilkan sekret alkalis yang membasahi cavum uteri.


2. Miometrium / Otot-otot polos
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah
yang berada di sana. Miometrium merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari
otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong isinya keluar saat
persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh darah,
pembuluh limfe dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3 bagain :

Lapisan luar yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju ke
arah ligament

Lapisan dalam merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai


sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri internum

Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman


serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah. Jadi,
dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.

3. Perimetrium /lapisan serosa


Lapisan serosa terdiri atas peritoneum viseral yang meliputi dinding uterus
bagian luar. Ke anterior peritoneum

menutupi fundus dan korpus, kemudian

membalik ke atas permukaan kandung kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk


5

kantung vesiko-uterina. Ke posterior, peritoneum menutupi menutupi fundus, korpus


dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan membentuk kantung rekto-uterina.
Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum membentuk lipatan ganda
dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah ligamentum
latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.

Gambar 2 .Histologi dari uterus

Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamentum yang
memfiksasi uterus adalah ( Ilmu Kebidanan )5:

1. Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum ( Mackenrodt ) yakni


ligamentum yang trepenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas
jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis.
2. Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang, kiri dan kanan, kearah tulang sakrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum yakni ligamentum yang
menhaan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan
kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang
terasa sakit di daerah inguinal pada waktu berdiri cepat karena uterus
berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta
mengadakan tarikan pada daerah inguinal.
4. Ligamentum latum sinistrum et dekstrum yakni ligamentum yang meliputi
tuba, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini
adalah bagian dari peritoneum viseral yang meliputi uterus dan kedua tuba
dan berbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal, ligamentum ini ditemukan
indung telur ( ovarium sinistrum et dekstrum ). Untuk memfiksasi uterus,
ligamentum latum ini tidak banyak artinya.

5. Ligamentum infundibulo-pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba


Fallopi berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarika.

Gambar 3 .Anatomi dari uterus

2.2 Vaskularisasi
Pasokan darah uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarika.
Arteri Uterina Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hipogastrika) yang
masuk uterus melalui ligamentum latum. Pada tempat setinggi servik pars
supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria
servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar berjalan kearah atas melalui
dinding lateral uterus. Arteri Ovarika adalah cabang langsung dari aorta yang
memasuki ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvicum. Didaerah
8

hilus ovarium, arteri ovarika terbagi menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk
ovarium. Cabang utama arteri ovarika selanjutnya berjalan sepanjang mesosalphynx
Pembuluh darah vena pada uterus terbagi 2 yaitu vena uterina dan vena
ovarika. Vena uterina berjalan mengikuti arteri uterina yang bermuara pada vena cava
inferior.Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava inferior sedangkan vena ovarika
kiri bermuara ke vena renalis sinistra.

Gambar 4 .Anatomi arteri dan vena di daerah uterus

2.3 Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous. Merupakan struktur yang padat, memiliki pseudokapsul, dan membentuk
nodul kecil maupun besar yang dapat diraba pada dinding otot uterus tumor ini sering
juga disebut fibroid, leiomyoma, atau fibromioma. Tumor ini merupakan tumor jinak
dan massa pada uterus yang paling sering ditemui pada pelvis wanita. Mioma ini bisa
muncul single/tunggal, tapi lebih sering dijumpai multipel serta memiliki ukuran yang
9

10

bervariasi mulai dari ukuran mikroskopik 1 mm sampai dengan ukuran yang besar
yakni 20 cm dan mengisi hampir seluruh ruang abdomen.6,7,8
2.4 Insiden
Mioma uteri merupakan jenis tumor pelvik yang paling sering ditemukan.
Insiden tertinggi dari mioma ini dijumpai pada wanita usia reproduksi antara 30-50
tahun, dimana angka insiden yang lebih tinggi dijumpai pada wanita berkulit hitam
daripada wanita berkulit putih, yakni sebesar 3 - 9 x lipat lebih tinggi. Insiden
meningkat dengan pertambahan umur, menurun pada wanita yang baru melahirkan.
Resikonya juga meningkat dengan diet yang tinggi kalori dan berkurang dengan diet
yang tinggi sayuran hijau. Tumor ini tidak terdeteksi sebelum pubertas dan
merupakan tumor yang pertumbuhannya tergantung pada hormon. 8,9,10
Menurut perkiraan frekuensi mioma uteri dalam kehamilan dan persalinan
berkisar 1%, dengan menyisihkan mioma kecil yang tidak terdeteksi, sedang menurut
Merill, insident mioma uteri selama kehamilan bervariasi antara 0.3% 7.2%. 7,8
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berpotensi menjadi ganas walaupun
jarang, mioma uteri dapat mengalami transformasi ganas kurang dari 0,5%. Montaque
dkk melaporkan bahwa dari 13.000 kasus mioma uteri, terdapat 38 kasus (0,29%)
memperlihatkan perubahan ganas.8,9
2.5 Etiopatogenesis
Mioma merupakan tumor jinak yang terdiri dari sel otot polos yang
berproliferasi lokal dan terdapat akumulasi dari matriks ekstraseluler. Penyebab pasti
10

11

dari terjadinya mioma uterus sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
diperkirakan sumber/asal dari dari mioma ini bukan dari elemen otot yang matang,
melainkan dari tipe sel yang imatur (genitoblas) dari jaringan otot uterus ataupun otot
polos pembuluh darah disekitar uterus.7,9,10
Penelitian sitogenetik menunjukkan bahwa mioma muncul dari satu sel otot
polos neoplastik, mioma merupakan tumor monoklonal yang berasal dari mutasi
somatik. Variasi dari abnormalitas kromosom yang melibatkan beberapa kromosom
(terutama kromosom 12) telah dapat diidentifilasi dan menimbulkan pendapat bahwa
terdapat peranan genetik dalam patogenesis tumor ini, dimana proses yang
bertanggung jawab terhadap transformasi neoplastik ini belum diketahui dengan jelas,
namun diduga estrogen dibutuhkan untuk terjadinya mutasi ini. 6
Dilihat dari mekanisme etiologinya, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan mioma ini, antara lain progesteron, estrogen, dan Peptide
Growth Factor (PGF). Progesteron dapat meningkatkan aktivitas mitosis dari mioma,
namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat belum jelas, selain itu
progesteron juga menyebabkan pembesaran tumor dengan jalan menstimulasi
produksi apoptosis-inhibiting protein yang berakibat pada penurunan apoptosis dari
tumor. Sedangkan estrogen berpengaruh terhadap pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler, dimana mioma mengandung reseptor
estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada miometrium sekitarnya,
namun lebih rendah dibandingkan endometrium.7,8
11

12

Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya keterlibatan PGF (yakni


Epidermal Growth Factor/EGF, insulin-like growth factor, platelet-derived growth
factor) dalam regulasi pertumbuhan mioma, dimana EGF merangsang sintesis DNA
pada mioma dan sel miometrium, sedang estrogen memacu efek tersebut melalui
EGF. Selain faktor-faktor hormonal tersebut, terdapat juga faktor lokal yang
mempengaruhi variasi besar tumor dan tingkat pertumbuhannya, antara lain suplai
darah, kedekatannya dengan tumor lain, dan perubahan degeneratif. Sedangkan faktor
resiko terjadinya mioma ini antara lain multipara, obesitas, riwayat keluarga, ras asli
Afrika.9,10
2.6 Karakteristik
Mioma biasanya memiliki ciri tersendiri, bersifat multipel, dan berlobulasi bulat
ataupun ireguler. Tumor ini memiliki pseudokapsul yang menutupinya dan secara
jelas dibatasi dengan miometrium sekitarnya. Mioma ini dapat dienukleasi secara
mudah dari jaringan miometrium sekelilingnya. Pada pemeriksan makros dengan
potongan transversal, tumor ini tampak a. Secara umum, tumor ini berwarna lebih
terang dibandingkan miometrium.10,11
a. Klasifikasi
Berdasarkan lokasinya pada uterus, mioma dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yakni 11:

Mioma intramural/interstisial : merupakan bentuk yang paling umum/sering


terjadi. Mioma ini terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium,
12

13

berbentuk nodul berkapsul yang terisolasi dalam berbagai ukuran. Tumor ini
dapat menimbulkan distorsi dari ruang uterus atau permukaan luar uterus,
dimana jika tumor ini muncul single/tunggal dapat menyebabkan pembesaran
uterus yang simetris.

Mioma submukosum : Berada dibawah endometrium dan menonjol didalam


rongga uterus. Jenis ini dijumpai 5% dari seluruh kasus moima. Jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain
meskipun besar belum memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai "curette bump" dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Mioma submukosa
pedunkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor
ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama "mioma
geburt" atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi
dan infark. Pada beberapa kasus mioma penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses diatas

Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol


pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum ini dapat
tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra
ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan

13

14

lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri


dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic myoma

b. Patologi11 :

Gambaran Makroskopik : Mioma merupakan tumor padat dengan


pseudokapsul, memiliki batas yang jelas dengan miometrium sekitarnya.
Pseudokapsul sendiri bukan kapsul yang sesungguhnya, melainkan dihasilkan
dari kompresi fibrus dan jaringan otot pada permukaan tumor. Karena
vaskularisasinya berlokasi di perifer, bagian sentral dari tumor ini mudah
mengalami perubahan degeneratif. Pada permukaan potongan, tumor ini
halus, padat, dan biasanya berwarna putih kemerahan tergantung dari
vaskularisasinya.

Gambar 5 .Gambaran makroskopis mioma uteri

Gambaran Mikroskopik : Mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan
ikat fibrous yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern),
14

15

dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma. Terdapat sedikit struktur vaskular dan
mitosis yang jarang.

Gambar 6 .Gambaran mikroskopis mioma uteri


Perubahan-perubahan sekunder pada mioma uteri adalah sebagai berikut 11 :
a. Atrofi : Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir
mioma uteri menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin, perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
usia

lanjut.

Tumor

kehilangan

struktur

aslinya

menjadi

homogen.Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari


padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
c. Degenerasi kistik, dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan
15

16

yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.


Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista
ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membatu ( calcified degeneration ), terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
e. Degenerasi merah ( carneous degeneration ), perubahan ini biasanya
terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena
suatu

nekrosis

subakut

akibat

gangguan

vaskularisasi.

Pada

pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah


berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
yang disertai emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor
dan uterus membesar dan nyeri pada perabaan.Penampilan klinik
seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma
bertangkai.
f. Degenerasi lemak, keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi
pada degenerasi hialin yang lanjut, dikenal dengan sebutan
fibrolipoma.9

16

17

Gambar 7 .lokasi mioma uteri


Pada kehamilan ukuran mioma cenderung membesar akibat adanya edema dan
berdegenerasi namun bukan akibat peningkatan proses proliferasi. Selain itu
kehamilan sendiri dapat menyebabkan perubahan pada mioma uteri antara lain tumor
tumbuh lebih cepat terutama bulan-bulan pertama, terjadi degenerasi merah pada
waktu hamil maupun nifas dan dapat juga mengalami torsi dengan gejala-gejala
sindrom abdomen akut walaupun jarang.12
Mioma yang diameternya kecil dari 5 cm jarang mengalami degenerasi
selama kehamilan, sedangkan mioma yang diameternya lebih dari 8 cm erat
hubungannya dengan tingginya insiden komplikasi mioma dalam kehamilan. Ukuran
mioma akan terus membesar selama kehamilan, karena peningkatan dari hormon
esterogen. Dapat menimbulkan nyeri dan sering terjadi persalinan preterm.
Degenerasi merah atau hialin mungkin ditemui dengan nyeri yang terlokalisir ataupun
17

18

menjalar, demam dan peningkatan jumlah sel darah putih. Pada kebanyakan kasus
degenerasi merah pada pemeriksaan USG tampak ruang kistik pada mioma.12
2.7 Pemeriksaan Radiologi
2.7.1. Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen gambaran mioma uteri akan terlihat sebagai suatu massa
jaringan lunak yang berasal dari daerah pelvis. Gambaran massa jaringan lunak
disertai dengan kalsifikasi di daerah pelvis dapat ditemukan pada mioma uteri tipe
calcified. Gambaran kalsifikasi pada mioma uteri dapat berbentuk pop corn dan
kalsifikasi pada tepi luar dari dinding massa. Mioma uteri dapat juga memberikan
gambaran massa dengan densitas jaringan lunak yang berukuran besar yang
menyebabkan pendesakan dari usus- usus ke arah superior dan keluar dari daerah
pelvis.13

Gambar 8 Pada foto polos abdomen pada gambar a. tampak bayangan opak densitas jaringan lunak di
rongga pelvis disertai kalsifikasi didalam massa. Gambar b tampak bayangan opak di abdomen bawah
sampai tengah yang mendorong usus-usus kearah superior13

18

19

Gambar 9 Pada foto polos abdomen terlihat pada gambar a tampak bayangan opak diabdomen tengah
sampai bawah disertai kalsifikasi berbentuk pop corn. Gambar 2 tampak bayangan opak di rongga
pelvis dengan gambaran kalsifikasi pada tepinya13

2.6.2. Pemeriksaan Hysterosalpingongraphy (HSG)


Pemeriksaan hysterosalpingography (HSG) biasanya dilakukan untuk menilai
patensi tuba pada pasien dengan infertilitas. Namun, hal ini juga berguna untuk
mengevaluasi kontur rongga endometrium, dan gambaran mioma uteri akan terlihat
sebagai gambaran filling defect pada dinding uterus. Kadang mioma submukosa dapat
menyebabkan obstruksi tuba. Mioma intramural atau subserosa tidak akan terlihat
dengan teknik ini.14

19

20

Gambar. 10 Pada pemeriksaan histerosalpingografi tampak filling defect pada dinding uterus, kontras
tidak tampak memasuki tuba uterina.14

2.6.3 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ultrasonografi biasanya digunakan untuk investigasi awal untuk
memeriksa keadaan pelvis perempuan. Idealnya, baik pemeriksaan ultrasonogarfi
transabdominal (TA) dan transvaginal (TV) harus dilakukan. Ultrasonografi
transvaginal lebih sensitif untuk diagnosis mioma uteri dengan berukuran kecil.
Ultrasonografi sangat tergantung dengan kemampuan operator, mioma uteri sekecil 5
mm dapat terlihat di USG transvaginal. 14
Gambaran ultrasonografi dari mioma uteri merupakan suatu massa solid
berbatas tegas. Ekogenesitas massa hampir mirip dengan myometrium (isoekoik), tapi
kadang-kadang

hipoekoik. Mioma uteri bisa menyebabkan ukuran dari uterus

menjadi lebih besar atau dapat menyebabkan perubahan kontur uterus normal.
20

21

Bahkan mioma noncalcified sering menunjukkan bayangan posterior akustik shadow,


meskipun hal ini tentu saja lebih jelas pada mioma calcified. Mioma uteri memiliki
penampilan yang kompleks, dengan area kistik di dalam massa. Doppler USG
biasanya menunjukkan vaskularisasi pada dinding massa .14
Mioma submukosa biasanya jelas terlihat terpisah dari endometrium di USG
transvaginal , tetapi bisa sulit untuk membedakan dari polip. Sonohysteroskopi adalah
teknik di mana garam steril diinjeksikan ke dalam rongga rahim melalui kateter
transervikal ketika melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Metode ini
memungkinkan visualisasi yang lebih baik dari endometrium dan telah terbukti lebih
akurat daripada USG transvaginal dalam mendeteksi mioma submukosa dan dalam
membedakan mioma submukosa dengan polip uteri.14
Mioma uteri yang berukuran besar kadang-kadang dapat menyebabkan
obstruksi ureter, dengan hidronefrosis sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan USG
harus mencakup saluran kemih setiap kali massa pada rongga pelvis yang berukuran
besar diidentifikasi. Diagnosis mioma uteri pada USG biasanya cukup mudah
meskipun gambarannya hampir mirip dengan adenomiosis fokal dan mioma
pedunkulata kadang-kadang bisa salah di diagnosa dengan massa adneksa.14

21

22

Gambar 11 Gambaran USG mioma submukosa, tampak gambaran


massa hipoekoik yang menekan endometrial line14

Gambar 12 Gambaran USG mioma subserosa1

22

23

Gambar 13 Gambaran USG mioma intramural14


2.6.4 CT scan abdomen
CT scan bukanlah pemeriksaan radiologi pilihan untuk mengkarakterisasi
massa di dalam rongga pelvis.. Temuan khas dari mioma uteri adalah massa solid
dengan ukuran uterus yang membesar disertai dinding uterus yang ireguler.
Kalsifikasi terlihat pada sekitar 4% dari kasus mioma, biasanya padat dan amorf.
Namun, kalsifikasi juga dapat ditemui pada dinding perifer dari mioma uteri.15
Pada CT scan dengan menggunakan kontras, mioma biasanya menunjukkan
atenuasi relatife hipodense terhadap miometrium meskipun, kadang-kadang atenuasi
mioma uteri mungkin isodense atau hiperdense. Mioma uteri kadang-kadang bisa
tumbuh hingga ukuran besar dan hadir dengan gejala sekunder untuk efek massa,
seperti hidronefrosis. Mioma uteri adalah penyebab yang jarang dari sindrom pseudoMeig dan kadang-kadang dapat hadir dengan asites 15

23

24

Gambar. 14 CT scan abdomen potongan axial pada gambar a tampak massa isoden inhomogen
multiple di abdomen tengah sampai bawah disertai asites.Pada gambar b tampak bayangan isodens
inhomogen diserai kalsifikasi didalamnya di daerah uterus.15

2.6.5 Magnetic Resonance Imaging ( MRI )


MRI adalah pemeriksaan radiologi pilihan yang secara akurat dalam
mengkarakteristik massa di dalam rongga pelvis. Telah terbukti lebih sensitif dalam
mengidentifikasi mioma uteri dari USG, tidak melibatkan penggunaan radiasi
pengion, dan dapat dengan mudah menunjukkan anatomi uterus. Mioma submukosa,
intramural dan subserosa biasanya mudah dibedakan dengan MRI, dan dapat
mendiagnosa mioma sekecil 5 mm. Mioma di lokasi yang relatif tidak biasa, seperti
dalam leher rahim, juga dapat diidentifikasi.16
Pada T2WI, endometrium normal memberikan antenuasi yang hiperintense.
Sekitar endometrium memberikan atenuasi lebih rendah

dari endometrium yang


24

25

dikenal sebagai zona junctional, yang merupakan miometrium bagian dalam. Bagian
selanjutnya dari miometrium memberikan atenuasi isointense pada T2WI.16
Biasanya, mioma uteri adalah massa berbatas tegas
intensitas signal

yang memberikan

hipointense dibandingkan dengan miometrium pada T2WI dan

memberikan intensitas signal

isointense dibandingkan dengan miometrium pada

T1WI. Mioma dapat menunjukkan degenerasi akibat suplai darah yang tidak
memadai dan kemudian memiliki penampilan variabel dan sering heterogen, yang
pada pemberikan kontras memberikan penyangatan yang minimal atau heterogen..
Area kalsifikasi dapat muncul sebagai gambaran flow void pada MRI.16

Gambar. 15 .MRI abdomen pada gambar a potongan sagittal tampak mioma uteri subserosa yang
memberikan signal hipointense pada T2WI .pada gambar b potongan sagittal dan coronal tampak
mioma uteri intramural yang memberikan signal hiperintense bersepta .16

25

26

2.8 Diagnosis banding


2.8.1 Leiomiosarkoma
Leiomiosarcomas terkadang berasal dari suatu mioma yang sudah ada sebelumnya
tapi biasanya diketahui terjadi de novo. Gambaran klasik dari leiomiosarkoma ini
berupa massa didaerah pelvis yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat
dalam ukuran. Leiomiosarkoma ini biasanya berupa massa heterogen berukukuran
besar yang mengandung daerah perdarahan.Pada pemriksaan dengan menggunakan
kontras massa ini memberikan bentuk yang ireguler dan memiliki margin tidak teratur
dibandingkan dengan mioma uteri17

Gambar. 16.MRI abdomen potongan sagittal tampak massa dirongga pelvis yang meberikan signal
hipointense inhomogen pada T2WI dan pada potongan axial T1WI tampak suatu area yang
hiperintense di dalam massa .17

26

27

2.8.2 Adenomyosis
Adenomiosis adalah adanya endometrium heterotopik dalam miometrium
dan berhubungan dengan hiperplasia miometrium yang berdekatan. Adenomiosis
lebih sering terjadi pada wanita multipara. Ini biasanya hadir dengan gejala mirip
dengan yang disebabkan oleh mioma uteri, dan dua kondisi juga dapat hidup
berdampingan. Adenomyosis biasanya kondisi difus, yang terlihat pada MRI sebagai
zona junctional menebal . Hal ini biasanya mudah untuk membedakan dari mioma
uterus sebagai adenomiosis dimana biasanya adenomiosis memiliki beberapa foci
foci kecil hiperintens pada T2WI , yang mewakili struktur kelenjar. 18
Namun, kadang-kadang adenomiosis hadir sebagai massa fokal

dan

kemudian dapat keliru dibedakan dengan mioma . Biasanya, adenomiosis fokal


adalah massa dengan batas tidak tegas , berbentuk oval, memberikan signal
hipointense pada T2W MRI, sedangkan mioma biasanya didefinisikan dengan baik
dan berbentuk bulat. mioma uteri juga sering disertai dengan pembuluh darah
melebar, sedangkan adenomiosis fokal adalah tidak.18

Gambar. 17 .MRI abdomen potongan sagittal T2WI tampak penbalan dari zona junctional pada pasien
adenomyioasis18

27

28

2.8.3 Polip endometrial


Polip endometrium dapat hadir dengan pendarahan paska-menopause,
namun mereka seringkali merupakan temuan insidental di USG transvaginal. Polip
endometrial biasanya muncul sebagai massa endometrium dengan bentuk
pedunkulata dan biasanya akan menunjukkan sebuah garis endometrium atasnya
utuh. Polip endometrial ini sangant sulit dibedakan dengan mioma submukosa tetapi
sonohisteroskopi dapat membantu diagnosis19

Gambar. 18.MRI abdomen potongan sagittal tampak gambaran hipointense di dinding uterus pada
T2WI19

Gambar. 19.USG transvaginal tampak massa isokoik di dinding uterus.

28

29

2.9 Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama
apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian, mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam
menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi kisut.20
A.Penanganan konservatif20
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut 2:
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Monitor keadaan Hb
- Pemberian zat besi
- Terapi hormonal
B.Penanganan operatif20
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan
American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada
pasien dengan mioma uteri adalah
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
2. Diduga adanya keganasan.
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
29

30

5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.


6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
7. Anemia akibat perdarahan.
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah :20
- Miomektomi
Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin
memiliki anak lagi. Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda
kehamilan selama 4-6 bulan karena rahim masih dalam keadaan rapuh setelah
dioperasi.

Komplikasi

dari

miomektomi

berupa

risiko

perdarahan

harus

dipertimbangkan. Kemungkinan untuk pertumbuhan mioma lagi setelah miomektomi


berkisar 20-25% pasien
- Histerektomi
Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah
tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah
miomektomi, dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi konvensional
2.10 Prognosis
Histerektomi dengan pengangkatan seluruh mioma bersifat menyembuhkan.
Rekuren terjadi pada mioma dengan miomektomi, angka kejadian berkisar 15 40 %
pasien, dan dua pertiga dari kejadian tersebut membutuhkan tatalaksana operatif lebih
jauh20

30

31

BAB III
RINGKASAN

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
fibrus Tumor ini merupakan tumor jinak dan massa pada uterus yang paling sering
ditemui pada pelvis wanita. Penyebab pasti dari terjadinya mioma uterus sampai saat
ini belum diketahui dengan jelas. Berdasarkan lokasinya pada uterus, mioma dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yakni mioma intramural/interstisial, sub
mukosum, sub serosum. Menurut perkiraan frekuensi myoma uteri dalam kehamilan
dan persalinan berkisar 1%, dengan menyisihkan myoma kecil yang tidak terdeteksi,
sedang menurut Merill, insident myoma uteri selama kehamilan bervariasi antara
0.3% 7.2%.
Gejala dari mioma bervariasi tergantung dari ukuran, jumlah, dan lokasinya.
Kebanyakan wanita dengan mioma bersifat asimtomatis. Penanganan untuk mioma
uteri terbagi dua yaitu penanganan konservatif dan tindakan pembedahan. Prognosis
dari mioma uteri sangat baik bila dilakukan histerektomi dengan pengangkatan massa
secara keseluruhan
Pemeriksaan radiologi mempunyai peran penting dalam mendiagnosa mioma uteri.
Pada referat ini akan dipaparkan mengenai gambaran foto polos abdomen,
pemeriksaan histerosalpingografi, ultrasonografi, CT scan abdomen dan MRI dari
mioma uteri
31

32

Pada foto polos abdomen tampak massa dengan densitas jaringan lunak di rongga
pelvis di beberapa kasus disertai kalsifikasi didalamnya, pada pemeriksaan
histerosalpingografi tampak filling defect di dinding uterus. Pada pemeriksaan USG
tampak massa solid hipoechoic di dinding u Uterus dan pada pemeriksaan CT scan
memberikan gambaran massa hipodens dengan ditemukan kalsifikasi pada beberapa
kasus. Pada pemeriksaan MRI mioma uterimemberikan gambaran massa yang
hipointense pada T2WI dan isointense pada T1W1 .

32

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.
Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England New
Jersey : The Phartenon Publishing Group, 2006 ; 1 8. Diakses 6 Juli 2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH.
Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI,
2014;
151

156.
Diakses
6
Juli
2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
3. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie
Chesmy, Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia :
Lippincott Williams and Wilkins, 2009 ; 314 315. Diakses 6 Juli 2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
4. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomiomata. In : Chesmy M, Heather,
Whary eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia : Lippincott
Williams and Willkins, 2009 ; 316 318. Diakses 6 Juli 2014.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
5. Moore, Keith L. 2006. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Williams &
Wilkins. Baltimore. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Volume 2.
6. Beck, W.W. NMS Obstetri and Gynaecology. 4th Ed. The Williams & Wilkins,
1997; 30: 339 345
7. Campbell, S., Monga, A. Gynaecology by 10 Teachers. 17th Ed. P: 115 - 117
8. DeCherney, A.H., Nathan, L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis
and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P: 693 - 699
9. Howkins & Bourne. Shaws Textbook of Gynaecology. 12th Ed. New Delhi: B.
I. Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
10. Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principles of Practice.
McGraw-Hill, 2001; P: 1151 1172
11. Novak & Novak. Textbook of Gynaecology. 5th Ed. The Williams & Wilkins
Company, 1956; P: 341 - 359
12. Hanifa, W. Tumor Jinak Pada Alat Genital dalam Ilmu Kandungan. Edisi III,
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;338-345
13. Hutchins FL. Uterine fibroids diagnosis and indications for treatment. Obstet
Gynecol Clin North Am. 1995;22:65965
14. Cicinelli E, Romano F, Anastasio PS, Blasi N, Parisi C, Galantino P.
Transabdominal sonohysteroscopy, transvaginal sonography and hysteroscopy
in the evaluation of submucous fibroids. Obstet Gynecol. 1995;85:427.
15. Ascher SM, Silverman PM. Applications of computed tomography in
gynecologic diseases. Urol Radiol. 1991;13:1628
33

34

16. Dudiak CM, Turner DA, Patel SK, Archie JT, Silver B, Norusis M. Uterine
leiomyomas in the infertile patient: preoperative localization with MR imaging
versus US and hysterosalpingography. Radiology. 1988;167:62763
17. Leibsohn S, d'Ablaing G, Mishell DR, Schlaerth JB. Leiomyosarcoma in a
series of hysterectomies performed for presumed uterine leiomyomas. Am J
Obstet Gynecol. 1990;162:96876
18. Mark AS, Hricak H, Heinrichs LW, Hendrickson MR, Winkler ML, Bachica
JA, Stickler JE. Adenomyosis and leiomyomas: differential diagnosis with MR
imaging. Radiology. 1987;163:5279
19. Prayson RA, Hart WR. Pathologic considerations of uterine smooth muscle
tumors. Obstet Gynecol Clin North Am. 1995;22:63757
20. Evans, Patricia., Brunsell, Susan. Uterine fibroid tumors: diagnosis and
treatment. America family phycian 2007; 75(may). p. 1503-7

34

Anda mungkin juga menyukai