Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM DI RUMAH SAKIT


UMUMKABUPATEN GIANYAR

OLEH :
NI KOMANG ROSIANA, S.Kep
NIM. C1221058

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Anatomi Fisiologi

Organ genetalia interna adalah suatu alat reproduksi yang


berada di dalam tidak dapat dilihat kecuali dengan jalan
pembedahan.Organ genetalia interna terdiri dari uterus, serviks uteri,
korpus uteri, ovarium.
1. Uterus
Uterus atau rahim merupakan organ muskular yang sebagian
tertutup oleh peritoneum atau serosa.Rongga uterus dilapisi
endomentrium.Uterus wanita yang tidak hamil terletak
padarongga panggul antara kandung kemih di anterior dan
rektum di posterior.Bentuk uterus menyerupai buah pir, uterus
terapung di dalam pelvis dengan jaringan dan ligamentum.
Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm dan
berat uterus 50 gram. Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum
yang telah dibuahi selama perkembangan. Uterus terdiri dari:
1. Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba
fallopi berinserasi ke uterus.Di dalam klinik penting
diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena
tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan
fundus uteri.
2. Korpus uteri
Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada
kehamilan.Dinding korpus uteri terdiri lapisan serosa,
muskular dan mukosa.Rongga yang terdapat dalam
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga
rahim.Korpus uteri berfungsi sebagai tempat janin
berkembang.
3. Serviks uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus
yang terletak di bawah ismus. Serviks terutama terdiri
dari atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta
pembuluh darah, namun masih memiliki serabut otot
polos. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan sekret yang
kental dan lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran
kelenjar serviks tersumbat dapat berbentuk kista, retensi
berdiameter beberapa milimeter yang disebut sebagai
folikel nabothian.
Secara histologik uterus terdiri dari :
a. Miometrium (lapisan otot polos)
Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong
isinya keluar pada waktu persalinan. Sesudah plasenta
lahir akan mengalami pengecilan sampai keukuran
normal sebelumnya.
b. Endometrium (epitel, kelenjar, jaringan dan pembuluh
darah)
Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang
mempunyai arti penting dalam siklus haid. Pada masa
kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh darah
akan bertambah banyak, hal ini diperlukan untuk
memberikan makan pada janin.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral)
Lapisan serosa terdiri dari ligamentum yang menguatkan
uterus, yaitu:
1) Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra,
mencegah supaya uterus tidak turun.
2) Ligamentum sakrouterium sinistra dan dekstra,
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.
3) Ligamentum rotondum sinistra dan dekstra,
menahan uterus agar dalam keadaan antefleksi.
4) Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamen yang
menahan tuba falopii.
2. Ovarium
Ovarium atau indung telur merupakan organ yang
berbentuk buah almond. Ukuran ovarium cukup bervariasi,
selama masa reproduksi panjang ovarium 2,5 cm sampai 5 cm,
lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat dari
ovarium adalah 5 sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas
rongga panggul dan bersandar pada lekukan dangkal dinding
lateral pelvis diantara pembuluh darah iliaka eksterna dan interna
yang divergen. Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium. Ligamentum utero-ovarika memanjang dari bagian
lateral dan posterior uterus, tepat di bawah insersi tuba, ke uterus
18 atau kutub bawah ovarium. Ovarium ditutupi oleh peritoneum
dan terdiri dari otot serta jaringan ikat yang merupakan
sambungan dari uterus. Ligamentum infundibulopelvikum atau
ligamentum suspensoriumovarii memanjang dari bagian atas
kutub tuba ke dinding pelvis yang dilewati pembuluh ovarika
dan saraf.
Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla.
Korteks, atau lapisan luar, dalam lapisan ini terdapat ovum dan
folikel de Graaf. Korteks ovarium berbentuk kumparan yang
diantaranya tersebar folikel primodial dan folikel de Graaf dalam
berbagai tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari korteks,
yang kusam dan keputih-putihan, dikenal sebagai tunika
albugenia, pada permukaannya terdapat epitel kuboid yaitu epitel
germinal Waldeyer .Medulla, atau bagian tengah dari ovarium,
terdiri dari jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari
mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam
medulla dan sejumlah kecil serat otot polos yang
berkesinambungan dengan yang berasal dari ligamentum
suspensorium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan androgen) yang 19 dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormon
estrogen bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut
aksila serta pubik dan berperan dalam mempertahankan kalsium
dalam tulang. Progesteron dipengaruhi oleh estrogen sehingga
dapat menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat
menyebabkan penumpukkan lemak.
3. Tuba fallopi
Tuba fallopi atau saluran ovum yang memiliki panjang
yang bervariasi dari 8 sampai 14 cm dengan diameter 3 sampai 8
mm, bagian terlebar dari ampula antara 5 sampai 8 mm dan
ditutupi oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran
mukosa. Saluran ovum berjalan dari lateral kiri dan kanan. Tuba
fallopii berfungsi untuk menghantarkan ovum dari ovarium ke
uterus dan untuk perjalanan ovum yang telah dibuahi. Tuba
fallopii terdiri dari :
a. Parst. Interstisiallis, bagian yang terdapat di dinding
uterus.
b. Parst. Ismika atau ismus merupakan bagian dari medial
yang sempit seluruhnya.
c. Parst. Ampularis, bagian yang terbentuk saluran leher
tempat konsepsi agak lebar.
d. Infindibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai umbai yang disebut fimbria
yang berfungsi untuk menangkap telur dan menyalurkan
telur kembali ke tuba.

B. Definisi
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista
indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil,
yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat
terbentuk kapan saja (Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium (Benson & Ralph
C, 2014)
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/
abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista
ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Williams, 2015).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kista
ovarium merupakan pertumbuhan sel yang abnormal pada ovarium.

C. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan)
hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada
saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus,
adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian
akan membantu tumbuhnya kista. Faktor makanan ; lemak berlebih
atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak
dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan
resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu
yang dapat mungkin terjadi, yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu
kanker yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen
tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
b. Gangguan hormon Individu yang mengalami kelebihan
hormon estrogen atau progesteron akan memicu
terjadinya penyakit kista.
c. Riwayat kanker kolon Individu yang mempunyai riwayat
kanker kolon, dapat berisiko terjadinya penyakir
kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara
merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
2. Faktor eksternal
a. Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan
tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel
jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat
oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan
baik.
b. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya
hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya
hidup yang tidak sehat dengan merokok dan
mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan
tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah
tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
c. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain
merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi
serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat
yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh
manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam
peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang
dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi
dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi,
dan lain-lain.
d. Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah
salah satu faktor pemicu terjadinya kista, walaupun sosial
ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena
penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau
tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista
apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
e. Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista,
karena apabila stress manusia banyak melakukan
tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok,
seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ksita ovarium antara lain :
1. Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai rasa agak
gatal
2. Rasa nyeri sewaktu berhubungan atau nyeri rongga panggul jika
tubuh bergerak
3. Rasa nyeri segera timbul begitu siklus menstruasi selesai.
Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan
lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar
darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak
teratur.
4. Perut membesar, perasaan penuh tertekan di perut bagian bawah
5. Mual dan ingin muntah
6. Nyeri saat buang air kecil dan konstipasi
7. Nyeri spontan pada perut

E. Patofisiologis
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel
ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan
yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan
ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial.
Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone), dimana FSH dan LH
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan
progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah
hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis
dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan
tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal
tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium,
serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

F. Pathway

Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu pembentukan hormone yang


mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi dan gagal


mereabsorbsi cairan

Terbentuk kista ovarium

Adanya cairan dalam Ansietas Pembedahan


jaringan di daerah ovarium

Jaringan terputus
Klien merasa nyeri pada
perut bagian bawah

Kerusakan Integritas Jaringan

Nyeri Akut

Klien mengalami ketakutan Hambatan Mobilitas Fisik


dalam melakukan mobilisasi
G. Klasifikasi
MenurutJoyce M.Black (2014).Eiologi, kista ovarium dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a. Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata
dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan
dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
jernih yang serosa dan berwarna kuning.
b. Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular,
biasanya unilateral dan dapat tumbuh menjadi besar.
c. Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel
germinativum, kista ini dapat membesar.
d. Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol
dari pada mesoderm dan endoterm. Dinding kista keabu-
abuan dan agak tipis.
2. Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
a. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi
kista.Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan atau
kiri.Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada
bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga
dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang
terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di
atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
b. Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di
dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur.
Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan
menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun
di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat
terjadi pada satu ovarium.Timbul gejala utama yaitu rasa
sakit terutama ketika haid atau bersenggama.
c. Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi
sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat
terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui
proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri
mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai
kista.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian
endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri
hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut
bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat
pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya
terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium
yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan
gangguan dan rasa sakit.

H. Gejala Klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau
hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula kista yang
berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam.
Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena
mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,
radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala
atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang
serius. Berdasarkan (Djuanda, 2014), gejala-gejala berikut mungkin
muncul bila anda mempunyai kista ovarium: Kebanyakan kista
ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan Kista ovarium
tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik menurut (Nugroho. 2014).
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium
antara lain :
1. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
2. Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah, disertai
nyeri.
3. Nyeri saat bersenggama.
4. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan
lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar
darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak
teratur.

I. Komplikasi
Komplikasi dari kista ovarium menurut Manuaba (2010), yaitu :
1. Perdarahan intra tumor
Perdarahan di dalam kista terjadi sedikit demi sedikit kemudian
berangsur-angsur menyebabkan kista membesar dan
menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen. Kista berpotensi
untuk pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya kista yang
berpotensi pecah.
2. Perputaran tungkai (torsi kista)
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista yang tidak
melekat. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di
kuadran abdomen bawah, mual, dan muntah dapat terjadi.
3. Infeksi pada tumor
Infeksi pada kista dapat terjadi bila di dekat tumor ada sumber
kuman patogen. Menimbulkan gejala seperti demam, nyeri pada
abdomen dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Robekan dinding kista
Pada torsi tungkai kista, akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan
pada perut. ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista
tumpah kedalam rongga abdomen disertai perdarahan intra
abdomen dan menimbulkan rasa nyeri disertai tanda-tanda akut.
5. Keganasan kista
Dijumpai kista pada usia sebelum menarche atau kista pada usia
diatas 45 tahun. Perubahan kearah keganasan dapat terjadi pada
kista denoma ovari serosum, kista denoma ovari musinosum dan
kista dermoid.
J. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
dengan kista ovarium adalah sebagai berikut :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat
tumor.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk
menampilkan gambar dari organ dalam. Melalui pemeriksaan ini
dapat menampilkan bentuk, letak dan batas tumor ini berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kemih, dapat diketahui tumor
klastik atau solid dan juga menunjukkan apakah kista tersebut
diisi cairan atau padat.
3. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks,
selanjutnya pada kista dermoid kadangkadang dapat dilihat gigi
dalam tumor.
4. Pemeriksaan CA-125
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi
proses keganasan pada kista atau tidak.
5. Pap smear
Untuk mengetahui diplosia seluler menunjukan adanya kanker
atau kista.

K. Penatalaksanaan
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
1. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan
pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti, kompres hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi
napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
2. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen
dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk
mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2015)
3. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter
harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang
utama yaitu : laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2018).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut :
1. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan
cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu
sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2018).
2. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya
pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini
dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista
sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami proses
keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran
tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2018).
3. Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan antara lain:
a. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari
pertama pasca operasi.
b. Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c. Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap
hari selama masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan
pulang atau rujuk.
d. Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan
harus yang sesuai dan tidak lengket.
e. Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data
yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar
untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap - tahap
selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :
1. Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan
identitas masuk.
2. Riwayat kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial
ekonomi.
3. Status Obstetrikus, meliputi :
a. Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan
bau
b. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia
perkawinan
c. Riwayat persalinan
d. Riwayat KB
4. Pengkajian pasca operasi rutin
a. Kaji tingkat kesadaran
b. Ukur tanda-tanda vital
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Kaji turgor kulit
e. Pengkajian abdomen
 Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
 Auskultasi bising usus
 Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
 Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
 Kaji status balutan
f. Kaji terhadap nyeri atau mual
g. Kaji status alat intrusive
h. Palpasi nadi pedalis secara bilateral
i. Evaluasi kembajinya reflek gag
j. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang
diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
k. Kaji status psikologis pasien setelah operasi
l. Data penunjang
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah
lengkap (NB, HT, SDP)
 Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi
baik injeksi maupun peroral.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
3. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam 1. Manajemen nyeri
diharapkan nyeri pasien dapat teratasi dengan a. Lakukan pengkajian nyeri
kriteria hasil: komprehensif yang meliputi
1. Kontrol Nyeri lokasi, karakteristik,
a. Mengenali kapan nyeri terjadi onset/durasi, frekuensi,
dipertahankan pada skala 2 (jarang kualitas, intensitas atau
menunjukan) ditingkatkan pada beratnya nyeri
skala 4 (sering menunjukan) b. Berikan informasi mengenai
b. Menggambarkan faktor penyebab nyeri, seperti penyebab nyeri,
dipertahankan pada skala 2 (jarang berapa lama nyeri akan
menunjukkan) ditingkatkan pada dirasakan, dan antisipasi dari
skala 4 (sering menunjukkan) ketidaknyamanan akibat
c. Menggunakan pengurangan nyeri prosedur.
tanpa analgesic dipertahankan pada c. Ajarkan prinsip-prinsip
skala 3 (kadang – kadang manajemen nyeri.
menunjukan) ditingkatkan ke skala d. Pertimbangakan tipe dan
5 (secara konsisten menunjukan) sumber nyeri ketika memilih
2. Tingkat Nyeri strategi penurunan nyeri.
a. Mengernyit dipertahankan pada e. Ajarkan penggunaan teknik non
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke farmakologi
skala 5 (tidak ada) f. Kolaborasi dengan pasien,
b. Berkeringat berlebihan orang terdekat dan tim
dipertahankan pada skala 3 kesehatan lainnya untuk
(sedang) ditingkatkan ke skala 5 memilih dan
(tidak ada) mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
2. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik 1. Manajemen Energi 1. Pertambahan usia dapat
a. Kaji status fisiologis pasien yang mengakibatkan kemunduran sel –
menyebabkan kelelahan sesuai dengan sel dalam tubuh
konteks usia dan perkembangan 2. Pengungkapan secara verbal dapat
b. Anjurkan pasien mengungkapkan membatu perawat memilih
perasaan secara verbal mengenai intervensi
keterbatasan yang dialami 3. Aktivitas yang ringan dapat
c. Anjurkan pasien memilih aktivitas- memperbaiki system dalam tubuh
ktivitas yang membangun ketahanan 4. Relaksasi penting agar otot tidak
d. Berikan kegiatan pengalihan yang tegang
menenangkan untuk meningkatkan 5. ROM dapat memperbaiki sirkulasi
relaksasi
e. Lakukan ROM aktif/ pasif untuk
menghilangkan ketegangan otot
3. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik Setelah dilakukan ASKEP selama 3x24 jam 1. Perlindungan infeksi
diharapkan pasien mampu memenuhi kriteria a. Monitor adannya tanda dan
hasil : gejala infeksi sistemik dan local
1. Status sirkulasi b. Monitor kerentanan terhadap
a. Kekuatan nadi karotis kanan infeksi
dipertahankan pada skala 2 c. Hindari kontak dengan hewan
ditingkatkan keskala 4 peliharaan dan penjamu dengan
b. Kekuatan nadi karotis kiri imunitas yang membahayakan
dipertahankan pada skala 2
ditingkatkan ke skala 4
c. Saturasi oksigen dipertahankan pada
skala 2 ditingkatkan keskala 4
2. Respon pengobatan
a. Apical denyut jantung apical
dipertahankan pada skala 2
ditingkatkan keskala 4
b. Hasil sinar x-ray pada dada
dipertahankan pada skala 2
ditingkatkan keskala 4
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Pengurangan kecemasan
3 x 24 jam diharapkan ansietas berkurang a. Gunakan pendekatan yang
dengan kriteria hasil, Noc Lebel: tenang dan meyakinkan
1. Kontrol kecemasan diri b. Jelaskan semua prosedur
a. Memantau intensitas kecemasaan termasuk sensasi yang akan
dipertahankan pada skala 3 (kadang- dirasakan yang mungkin akan
kadang dilakukan) ditingkatkan ke dialami klien selama
skala 4 (sering dilakukan) prosedur(dilakukan)
b. Menggunakan teknik relaksasi untuk c. Berada disisi klien untuk
mengurangi kecemasan dipertahankan meningkatkan rasa aman dan
pada skala 3 (kadang-kadang mengurangi ketakutan
dilakukan) ditingkatkan ke skala 4 d. Identifikasi pada saat terjadi
(sering dilakukan) perubahan tingkat kecemasan
c. Mengendalikan respon kecemasan e. Berikan aktivitas pengganti yang
dipertahankan pada skala 3 (kadang- bertujuan untuk mengurangi
kadang dilakukan) ditingkatkan ke tekanan
skala 4 (sering dilakukan) f. Bantu klien untuk
mengartikulasikan deskripsi
yang realitis mengenai kejadian
yang akan datang
g. Atur penggunaan obat-obatan
untuk mengurangi kecemasan
secara tepat
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk
membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta
masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun
dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2011).

E. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011), evaluasi keperawatan terdiri dari
dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut evaluasi berjalan dimana evaluai dikatakan
sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi sumatif
Merupakan evaluasi akhir dimana metode evaluasi ini
menggunakan SOAP
S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan
O (Objective) : informasi yang di dapat berupa hasil
pengamatan penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
A (Analysis) : membandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi,teratasi sebagian, atau tidak teratasi
P ( Planing) : rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa
DAFTAR PUSTAKA

Agusfarly, (2014). Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Popular Obor.


Alimul Hidayat, Aziz, (2014). Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Arif, Purwanti, (2016). Perancangan Aplikasi Identifikasi Kista Ovarium Berbasis
Sistem Cerdas
DariHttps://Www.Researchgate.Net/Publication/292074016_Peranca
ngan_Aplikasi_Identifikasi_Kista_Ovarium_Berbasis_Sistem_Cerdas
Benson, Ralph C, Dkk, (2014). Buku Saku Obstetric Dan Genekologi. Jakarta :EGC.
Journal Of Cancer.
Bobak,Jensen, (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Alih Bahasa Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia, (2015). Kista Ovarium. Available Online
Http://Www.Medinuc.Com.Diakes Tanggal 12 Nov 2017.
Depkes RI. 2014. Rencana Stategis Kementrian Kesehatan. Jakarta Dinas Kesehatan
Makassar, (2016).
Djuanda,(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Andi Offl
Harif Fadillah, (2016). Standar diagnosa keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan ll:
Jakarta
Hamylton, (2015). At A Glance Sistem ReproduksiEdisi II. Jakarta :EMS,
Erlangga Medical Series Joyce M.Black,Dkk. (2014). Buku keperawatan medical
bedahEdisi 8. Jakarta: EGC
Marni, (2014). Asuhan Kebidanan Patologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Prawirohardjo. Nugroho, Taufan (2014). Obsgyn Obstetri dan Ginekologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Prasanti Adriani, (2018). Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium.
Https://Jurnal.Usu.Ac.Id/Index.Php/Gkre/Article/Viewfile/14141/8988
Prawirohardjo, Sarwono (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Saleh Pour Et-Al, (2014). Konseptual Asuhan Keperawatan Obstetric. Jakarta: Cipta
Pustaka
Setiati. 2015. Buku Asuhan Keperawatan. Jogyakarta : Mitra Cendikia
Sri Apriani, 2015. Karakteristik Penderita Kista Ovarium Pada Wanita Sebelum
Menopause Yang Dirawat Inap Di Rs. Haji Medan Tahun 2014-2015 Dari
File:///E:/File%20ners%20ku/Obgyn/14141-48975-1- Pb.Pdf
Williams, Rayburn F, (2015). Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Winkjosastro, (2014), Ilmu Kebidanan.Jogyakarta: Mitra Cendika.

Anda mungkin juga menyukai