Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN LENGKAP

PBL SISTEM ONKOLOGI

Modul Benjolan Pada Payudara


Skenario 1

Oleh
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

A. Akramullah Adi R.
Rezki Indriyanti
Putri Nila Kandi
Dian M.R.L.B
M. Taufiq
Rien Anggreini Razak

C11107014
C11109010
C11109120
C11109139
C11109257
C11109277

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Muh. Usri Yusran J.


Nur Ichfa Dwi Utami
A. Aryi Adlina Putri
Armin Abbas Soamole
Muhammad Rohim
Surya Setiawan

13.

14.Fakultas Kedokteran
15.Universitas Hasanuddin
16.2011-2012
17.

C11109298
C11109316
C11109335
C11109353
C11109372
C11109395

18.Skenario 1
19. Seorang wanita 20 thn, datang ke PUSKESMAS dengan keluhan ada benjolan di
payudara kanan dengan diameter 2 cm. Benjolan telah dirasakan selama 1 tahun yang
kadang-kadang terasa nyeri. Ada riwayat kanker payudara dalam keluarga (nenek)
20.
21. Kata kunci:

Wanita 20 tahun
Benjolan di payudara kanan
Berdiameter 2 cm
1 tahun
Kadang-kadang nyeri
Riwayat kanker payudara dalam keluarga (nenek)

22.
23. Pertanyaan:
1. Anatomi dan histologi
24. Anatomi payudara
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
25.
26.
27.

28.
29.
30.
31.
32.
33. Lokasi :
34. Terletak anterior terhadap oto pectoralis major & pectoralis minor di sepanjang costa IV
sampai costa VI.
35. Bagian-bagiannya:
-

Corpus, merupakan bagian besar di depan otot ( jaringan kelenjar)


Nipple (putting), berbetnuk tonjolan pada ICS IV
Areola, daerah lingkaran berpigmen di sekitar nipple.

36.

Batas-batas:

37.
38.
39.
40.
41.
42.

Superior : costa II/III


Inferior : costa VI/VII
Medial : tepi sternum
Lateral : mid axilla

Breast quadrants

43. Untuk kepentingan anatomis &

44. deskripsi letak tumor &kista, permukaan


45.
46. payudara di bagi menjadi 4 kuadran:
47. Superior (upper)medial
48. Inferior (lower)medial
49. Superior(upper)lateral
50. Inferior(lower)lateral
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57. Varkularisasi Payudara
58. Suplai arteri payudara berasal dari:
59. 1. Pada bagian Medial divaskularisasi oleh
cabang mammary internal pada cabang perforata dan anterior intercostal brances pada
internal thoracic artery, yang berasal (origin) dari subclavian artery.
60. 2.Pada bagian lateral thoracic and thoracoacrominal arteries, cabang dari axillary artery.
61.
3. Posterior divaskularisasi oleh intercostal arteries, cabang dari thoracic aorta di
intercostral spaces ke II, III, dan IV.
62.
63.
Vaskularisasi vena pada payudara terutama oleh vena axillary dan vena thoracal internal.
64.
65.
66.

67.

68.
69.
Aliran lymphatic
70.
Berperan dalam metastasis sel kanker. 75%lymph terutama dari quadrant lateral
mammae bermuara ke nodus limpatikus axillary (meliputi nodus limpatikus apical, nodus
limpatikus lateral, nodus limpatikus central, nodul limpatikus anterior, nodus limpatikus
posterior ). Sebagian besar lymph disalurkan ke pectoral/ nodus limpatikus anterior. Tetapi ada
juga lymph yang mengalir langsung ke interpectoral, deltopectoral, supraclavicular, atau nodus
cervical inferior.
71.
72.
Bagian terbesar dari sisanya, terutama dari quadrant medial mammae mengalir ke nodus
limpatikus parasternal. Lymph dari quadrant inferior mengalir langsung ke nodus limpatikus
abdominal. Lymph dari nodus axillary mengalir ke clavicular (infraclavicular dan supraclavicular
) nosud lymph.
73.

74.

75.
76. Sebelum pubertas, mammary glands tersusun oleh lactiferous sinus dengan beberapa
cabangnya yaitu lactiferous ducts. Selama pubertas (usia 8-15 tahun), payudara
mengalami pembesaran karena peningkatan lepolisis lipid di bawah pengaruh hormone
estrogen yang di hasilkan ovarium . Areola & nipples juga membesar. Ukuran & bentuk
payudara ditentukan oleh factor genetic, etnic, dan diet. Lactiferous dutct muncul &
membentuk 15-20 lobule terdapat lactiferous duct, yang bermuara secara terpisah pada
nipples & tersususn secara radial. Di bawah permukaan areola, lactiferous ducts memiliki
bagian yng sedikit melebar (lactiferous sinus), tempat berakumulasinya ASI pada ibu
menyusui. Mammary glands adalah medified sweat glands sehingga tidak terdapat
special capsule/ heath. Kontur & volume payudara dibentuk oleh subcutaneous fat.
Alveoli yang menghasilkan ASI terbentuk pada ujung terminal lactiferous ducts dalam
bentuk susunan seperti anggur.
77.
78.
79.
80.
81.
82.

83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.

Histologi
96. Setiap payudara terdiri atas 15-25 lobes yaitu tubulo alveolar yang berfungsi untuk
menghasilkan ASI, yang masing-masing mengandung sinus laktiferin dan duktus yang
bermuara pada puncak putting. Setiap lobus terpisah oleh dense connective tissue
(jaringan pengikat interlobular) & adipose tissue. Dan setiap lobus terdiri dari lobuluslobulus. Setiap Lobulus dipisahkan oleh jaringan pengikat intralobular.

97.
98.
99. Lactiferous sinuses tersusun atas stratified squamous epithelium pada external openings.
Epitel ini segera berganti menjadi stratified columnar atau cuboidal epithelium. Lining
dari lactiferous ducts & terminal ducts disusun oleh simple cuboidal epithelium yang
dilapisi myopithelial cells.
100.
101.
Nipple berbentuk kerucut, berwarna pink / coklat muda / coklat tua. Bagian
luarnya dilapisi keratinized stratified squamus epithelium & langsung berhubungan
dengan kulit di sekitarnya. Banyak terdapat sensory nerve endings.
102.

103.
104.
105.
106. Kelenjar mamma non laktans
107. Disusun oleh sinus dan duktus
laktiferus, dibatasi oleh epitel berlapis
kuboid pada bagian basal terdapat sel-sel
mioepitel yang letaknya tersebar
108.
109.
110.
111.
112.
113. Kelenjar mamma laktans
114. Membesar selama masa kehamilan,
sel-sel alveolus dikelilingi oleh sel-sel
mioepitel
115.
116.

117.
118.
119.
2. Bagaimana terjadinya penonjolan pada kulit?
120.
Karena adanya proses poliferasi berlebihan yang umum terjadi nevus dan
akibat neoplasma.Nevus normalnya adalah sel melanoblast berada pada lapisan basal
epidermis, sel ini dapat atau tidak mengandung melanin, tetapi dapat memproduksi
melanin, pembentukan pigmen yang berlebihan akan difagosit oleh sel makrofag yang
dinamakan melanofor yang terletak di dermis bagian atas. Sel nevus yang
berpoliferasi menembus lapisan basal masuk ke dalam dermis.
121.
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
numbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
122.
Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma
sehingga terdapat ganggua pada proses regulasi hemostasis sel. Karsinogenesis akibat
mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan
pembentukan tumor atau neoplasma.
123.
Untuk terjadi karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Proses
transformasi sel kanker terjadi melalu pengaturan proliferasi beberapa jenis gen,
diantaranya protoonkogen dan antionkogen
124.

Protoonkogen:

125.
Protoonkogen berfungsi mengatur proliferasi dan differensiasi sel normal, bila
kemudian terjadi kontak oleh bahan karsinogen maka akan terjadi proliferasi
berlebihan dan tidak terkendali dimana protoonkogen akan berubah menjadi onkogen.
126.

Antionkogen:

127.
Pada sel normal terdapat keseimbangan antara onkogen dan anti onkogen, anti
onkogen yang dikenal umum adalah tp53. Apabila tp53 gagal mengikat dna maka
kemampuan mengontrol proliferasi menjadi hilangdan proliferasi sel berjalan terus
menerus.
128.
129.
130.
131.
132.
133.

134.

3. Diferensial Diagnosis
135.

Adenokarsinoma Mammae

136.
DEFINISI
Kanker yg berasal dari kel., sal. & jar. penunjang pd payudara
137.

EPIDEMIOLOGI

(wanita)

99 % dari seluruh ca mammae

(pria)

1 % dari seluruh ca mammae

Usia 45 49 tahun

25, 2 %

Usia 40 44 tahun

15, 8 %

Usia 54 59 tahun

15, 6 %

138.
PENYEBAB
Penyebab pasti belum diketahui
139.

faktor resiko:
Riwayat keluarga & gen terkait ca mammae
Reproduksi
Kelainan kel. Mammae
Penggunaan obat di masa lalu
Radiasi pengion
Diet & gizi

140.

JALUR PENYEBARAN

1. Invasi lokal
2. Metastasis kel. Limfe regional
3. Metastasis hematogen
141.

MANIFESTASI KLINIS

Massa tumor:
Tidak nyeri

Ditemukan secara tak sengaja


Kuadran lateral atas
Lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tdk tegas,
permukaan tdk licin, mobilitas kurang
Massa membesar bertahap, bertambah besar secara jelas
Perubahan kulit:
Tanda lesung
Perubahan kulit jeruk (peau d orange)
Nodul satelit kulit
Invasi, ulserasi kulit
Perubahan inflamatorik
Perubahan papilla mammae:
Retraksi, distorsi papilla mammae
Sekret papillar
Perubahan eksematoid
Pembesaran kel. Limfe regional:
Kel. Limfe aksilar ipsilateral yg soliter/multipel
Kel. Limfe supraklavikular
142.

TERAPI

Terapi bedah: mastektomi


Radioterapi
Kemoterapi
Terapi hormonal
Terapi biologis
143.
144.

145.

Fibroadenoma

146.
DEFINISI
Fibroadenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada
payudara yang teridiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa.
Benjolan ini biasanya ditemukan pada wanita muda, seringkali
ditemukan pada remaja putri.
147.
PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.
148.
GEJALA
Benjolan mudah digerakkan, batasnya jelas dan bisa dirasakan
pada SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Teraba kenyal karena mengandung kolagen (serat protein yang kuat
yang ditemukan di dalam tulang rawan, urat daging dan kulit).

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)


1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan
normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan
perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan
perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau
keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada
puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di
belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan
posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan
perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan
kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.

3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke


arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan
perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan
kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara
memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai
dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke
puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau
massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara
mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar
cairan dari puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu
kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini,
payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan
meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan
kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
149.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika
mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan
dan kulit lebih licin.

150.
151.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaa
fisik.
Benjolan cenderung berbentuk bundar dan memiliki pinggiran yang
dapat dibedakan dengan jaringan payudara di sekitarnya, sehingga
seringkali teraba seperti ada kelereng di dalam jaringan payudara.
Untuk membantu menegakkan diagnosa biasanya
dilakukan aspirasi jarum atau biopsi.

152.
PENGOBATAN
Fibroadenoma seringkali berhenti tumbuh atau bahkan mengecil
dengan sendirinya. Pada kasus seperti ini, tumor biasanya tidak
diangkat.
Jika fibroadenoma terus membesar, maka harus dibuang melalui
pembedahan.
153.

154.

Mastitis

155.

PENGERTIAN

156.
Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri,
pembengkakan dan kemerahan pada payudara.
157.

EPIDEMIOLOGI

158.

Mastitis biasa terjadi pada wanita menyusui yaitu minggu pertama melahirkan

159.
GEJALA
1. Payudara terasa lembut atau hangat ketika disentuh
2. Pembengkakan pada payudara
3. Nyeri atau rasa terbakar saat menyusui
4. Kulit kemerahan
5. Demam, gatal-gatal
6. Mastitis laktasi cenderung mempengaruhi hanya satu payudara
160.
PENYEBAB
Mastitis diakibatkan oleh yang bakteri memasuki payudara melalui kulit puting susu
yang retak atau melalui lubang bukaan saluran susu pada puting susu. Bakteri pada
permukaan kulit dan mulut bayi memasuki saluran susu dan berkembang biak,
sehingga menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan payudara karena infeksi
161.

DIAGNOSA

162.
Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan
tambahan mammografi bila tidak sedang menyusui.
163.
PERAWATAN DAN OBAT-OBATAN
1. Antibiotik. Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari.
Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang.
Namun obat tetap perlu diminum untuk mencegah kekambuhan.
164.
2. Perawatan diri. Istirahat, tetap menyusui dan minum cairan tambahan dapat
membantu tubuh mengatasi infeksi payudara.
3. Menyesuaikan teknik menyusui. Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong

payudara selama menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar. Dokter dapat
mengajari teknik menyusui yang baik.
Jika mastitis belum juga sembuh setelah minum antibiotik, periksa kembali ke dokter.
Kanker inflamasi payudara juga dapat menyebabkan kemerahan dan pembengkakan
yang gejala awalnya serupa dengan mastitis.
165.

166.

Penyakit Payudara Fibrokista

167.
DEFINISI
Penyakit Payudara Fibrokista adalah suatu keadaan yang terdiri dari
nyeri, kista dan benjolan jinak pada payudara. Sebetulnya
pemakaian istilah penyakit disini kurang tepat karena keadaan ini
bukan merupakan suatu penyakit.
Keadaan tersebut sangat sering ditemukan pada payudara yang
normal dan merupakan variasi normal. Perubahan fibrokista
merupakan penyebab tersering dari benjolan payudara pada wanita
yang berusia 30-50 tahun.
Perubahan fibrokista bukan merupakan keganasan. Minimal 60%
wanita selama masa reproduktifnya memiliki benjolan payudara
sebagai akibat dari perubahan fibrokista.
168.
PENYEBAB
Penyebabnya berhubungan dengan respon jaringan payudara
terhadap perubahan kadarestrogen dan progesteron yang terjadi
setiap bulan selama masa reproduktif wanita.
Setiap bulan selama 1 siklus menstruasi, jaringan payudara
membengkak dan kembali normal. Rangsangan hormon terhadap
jaringan payudara menyebabkan payudara menahan air serta
kelenjar susu dan salurannya melebar.
Pada saat ini payudara terasa membengkak, nyeri dan memiliki
benjolan
Setelah menstruasi, biasanya pembengkakan payudara berkurang
adan payudara tidak terlalu nyeri dan tidak memiliki benjolan.
Karena itu saat terbaik untuk untuk memeriksa payudara adalah
pada 7-10 hari setelah menstruasi (ketika jaringan payudara dalam
keadaan normal).
Biasanya perubahan fibrokista terjadi pada kedua payudara dan
lebih jarang ditemukan pada wanita yang menggunakan pil KB>
Faktor resiko terjadinya perubahan fibrokista adalah riwayat

keluarga dengan keadaan serupa dan diet (misalnya asupan lemak


dan kafein yang berlebihan).
169.
GEJALA
Gejalanya bisa berupa:
benjolan padat dengan bentuk yang tidak teratur.
nyeri payudara yang sifatnya menetap atau hilang-timbul
payudara terasa penuh
nyeri tumpul dan berat
pembengkakan dan nyeri tekan sebelum menstruasi
nyeri payudara berkurang setiap selesai menstruasi.
Gejalanya bisa ringan atau berat dan mencapai puncaknya sesaat
sebelum menstruasi serta menghilang segera setelah menstruasi.

170.

171.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

fisik.
Pada pemeriksaan payudara akan teraba massa yang bisa
digerakkan, bentuknya baisanya bundar dengan permukaan yang
licin .

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah;


Mammografi
USG payudara.

172.
PENGOBATAN
Jika benjolan tetap ada, mungkin perlu
dilakukan biopsi (pengangkatan jaringan untuk diperiksa dengan
mikroskop).
Untuk mengurangi nyeri, sebaiknya penderita tidak mengkonsumsi
kopi, teh, coklat dan minuman ringan. Selain itu bisa digunakan obat
pereda nyeri.
Rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan kompres hangat dan
pemakaian BH yang tepat. Kadang diberikan vitamin E.
Untuk mengurangi gejala bisa diberikan pil KB.

173.
Cystosarkoma
174.
PENDAHULUAN
175.
Varian jarang fibroadenoma, cystosarcoma phyllodes bertanggung jawab
untuk kurang dari 1% dari semua lesi jinak dan ganas payudara. Namanya salah
karena ia jarang ganas dan biasanya tidak kistik. Asalnya bisa dari fibroadenoma
selular yang telah ada yang sekarang mengandung satu atau lebih komponen asal
mesenkim. (1)
176.
Cystosarcoma phyllodes adalah jarang, terutama tumor jinak yang terjadi
hampir semata-mata pada payudara wanita. Namanya berasal dari kata Yunani
sarcoma, yang berarti tumor berdaging, dan phyllo, yang berarti daun. Dengan nyata
sekali, tumor menampilkan karakteristik yang besar, sarkoma ganas, mengambil
tampilan seperti-daun ketika dipotong, dan menampilkan epitel, ruang seperti-kista
bila dilihat secara histologis (karena itu namanya). Karena sebagian besar tumor itu
jinak, namanya dapat menyesatkan. Dengan demikian, terminologi yang disukai
sekarang adalah tumor filodes. (2)
177.
Adalah Johann Muller yang pertama kali memberikan nama cystosarcoma
phyllodes pada tahun 1838, karena tumor ini seringkali kistik dan secara klasik
memiliki proyeksi seperti daun ke dalamnya. Sementara istilah-istilah ini deskriptif
dengan tepat, istilah sarkoma tidak dibenarkan dalam mayoritas kasus, maka saran
bahwa istilah tumor filodes diganti, dengan istilah sarkoma filodes terbatas pada
sebagian kecil yang membenarkan penunjukan ini atas dasar histologis atau oleh
perilaku klinis. Ini adalah kondisi lain dimana kebingungan merajalela, dan banyak
lagi kesalahan harus ditujukan terhadap terminologi yang tidak tepat. Semenjak tumor
tidak kistik maupun sarkoma, cystosarcoma harus ditinggalkan mendukung tumor
filodes (jinak) atau sarkoma filodes (ganas). Kasus ini juga dijabarkan oleh
Azzopardi. (3,4)
178.
DEFINISI

179.
Sebuah tipe tumor yang ditemukan di jaringan payudara atau prostat. Biasanya
besar sekali dan berkembang dengan cepat. Tumor ini mungkin saja benigna (bukan
kanker) atau maligna (kanker) dan bisa menyebar ke bagian lain tubuh. Juga disebut
CSP atau tumor filodes. (5)
180.
Sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular
payudara. Ditandai dengan pembesaran cepat massa bergerak-keras asmiteris. Secara
histologis tampak seperti celah stroma seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel epitel. (6)
181.
SINONIM
182.
Cystosarcoma phylloides, cystosarcoma phyllodes, tumor filodes. (6)
183.
ETIOLOGI
184.
Etiologi cystosarcoma phyllodes tidak diketahui. (2)
185.
Tumor filodes secara nyata berhubungan dengan fibroadenoma dalam
beberapa kasus, karena pasien dapat memiliki kedua lesi dan gambaran histologis
kedua lesi mungkin terlihat pada tumor yang sama. Namun, apakah tumor filodes
berkembang dari fibroadenoma atau keduanya berkembang bersama-sama, atau
apakah tumor filodes dapat muncul de novo, tidaklah jelas. Noguchi dan kolega telah
mempelajari pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga kasus dimana
fibroadenoma dan tumor filodes diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada
masing-masing kasus, kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif yang
sama. Mereka berargumen dengan meyakinkan bahwa tumor filodes memiliki asal
yang sama dengan fibroadenoma, fibroadenoma tertentu dapat berkembang menjadi
tumor filodes. (3)
186.
Studi menarik oleh Yamashita dkk, mengamati immunoreactive endothelin 1
(irET-1), contoh perilaku dimana ilmu pengetahuan moderen menjelaskan mekanisme
yang akan dengan pasti terbukti penting dalam memahami kedua fungsi normal
payudara dan patologi, sementara memungkinkan pergeseran dalam penekanan dari
model rodentia ke studi manusia. Level jaringan irET-1 diukur dengan ekstrak dari 4
tumor filodes dan 14 fibroadenoma. Immunoreactive endothelin 1 dapat dibuktikan
dalam semua kasus, namun levelnya jauh lebih tinggi pada tumor filodes
dibandingkan pada fibroadenoma. Endothelin 1 pada prinsipnya merupakan
vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak fungsi lainnya. Ia menyebabkan
stimulasi sederhana DNA fibroblas payudara, namun dapat digabungkan dengan
insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk menciptakan stimulasi kuat. ET-1 tidak
terdapat pada sel epitel payudara normal, namun reseptor ET-1 spesifik terdapat pada
permukaan sel stroma normal. Reseptor ET-1 dijumpai pada permukaan sel dari selsel stroma tumor filodes namun sel-sel immunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel
tapi bukan sel-sel stroma, memberi kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel tumor
filodes. Dengan demikian hal tersebut menyediakan kemungkinan mekanisme
parakrin pada stimulasi pertumbuhan stroma cepat yang selalu terlihat bersama tumor
filodes. (3)
187.
Apa yang penting adalah bahwa tumor filodes tidak seharusnya dibingungkan
dengan sarkoma murni (tanpa elemen epitel sama sekali), untuk memiliki tingkat
lebih besar pada keganasan dan gumpalan keduanya sama-sama bisa mengaburkan
sifat jinak dasar kebanyakan tumor filodes. Imunositokemistri dan mikroskop elektron
memperlihatkan bahwa sel stroma pada kedua tumor filodes jinak dan ganas
merupakan campuran dari fibroblas dan miofibroblas. Teknik-teknik ini
membebaskan perbedaan dari leiomiosarkoma dan mioepitelioma, yang dapat
menyerupai tumor filodes menunjukkan reaksi yang sama sekali berbeda. (3)
188.
PATOFISIOLOGI

189.
Tumor filodes merupakan neoplasma non-epitelial payudara yang paling
sering terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor payudara. Tumor ini memiliki
tekstur halus, berbatas tajam dan biasanya bergerak secara bebas. Tumor ini adalah
tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm
pernah dilaporkan. (2)
190.
FREKUENSI
191.
Tidak ada perbedaan dalam frekuensi tumor filodes yang terlihat muncul
diantara pasien-pasien dari Amerika Serikat dan pasien-pasien dari negara lain. Tumor
filodes diperkirakan sekitar 1% dari total neoplasma payudara. (2)
192.
MORTALITAS/MORBIDITAS
193.
Karena data yang terbatas, persentase tumor filodes jinak dibanding ganas
tidak terdefenisi dengan baik. Laporan yang ada mengindikasikan bahwa sekitar 8095% tumor filodes adalah jinak dan itu sekitar 10-15% adalah ganas. (2)
194.
Meskipun tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki
kecenderungan untuk tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan
sarkoma, tumor maligna bermetastase secara hematogen. Sayangnya, gambaran
patologis tumor filodes tidak selalu meramalkan perilaku klinis neoplasma; karenanya
pada beberapa kasus terdapat tingkat ketidakpastian tentang klasifikasi lesi. Ciri-ciri
tumor filodes maligna adalah sebagai berikut: (2)
Tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
Paru merupakan tempat metastase yang paling sering, diikuti oleh tulang, jantung, dan
hati
Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera beberapa bulan
sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi awal
Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Kasarnya 30% pasien dengan tumor filodes maligna meninggal karena penyakit ini
195.
RAS, JENIS KELAMIN DAN USIA
196.
Predileksi tampaknya tidak ada untuk tumor filodes. (2)
197.
Tumor filodes muncur hampir secara eksklusif pada wanita. Laporan kasus
jarang telah dijelaskan pada pria. (2)
198.
Tumor filodes dapat terjadi pada segala usia; namun usia pertengahan adalah
dekade kelima kehidupan. (2)
199.
Beberapa fibroadenoma juvenil pada remaja dapat terlihat seperti tumor
filodes secara histologis; namun, mereka berperilaku jinak sama seperti fibroadenoma
lainnya. (2)
200.
GAMBARAN KLINIS
201.
Haagensen melaporkan kira-kira satu tumor filodes untuk setiap 40
fibroadenoma. Distribusi usia luas, dari 10-90 pada seri Haagensen dari 84 pasien,
namun dengan mayoritas antara 35 dan 55 tahun. Tumor bilateral sangat jarang,
meskipun sebuah kasus luar biasa dari tiga buah tumor terpisah pada jaringan
payudara ektopik aksila bilateral juga payudara normal telah dilaporkan. Tumor
filodes jarang pada pasien dibawah usia 20 tahun, ketika muncul untuk memberikan
reaksi terutama dengan cara jinak, tanpa memperhatikan corak histologis. Juga telah
dijelaskan dalam kelenjar mirip mammae di vulva, payudara pria dan di prostat dan
vesikula seminalis. (3)
202.
Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum
pasien datang, namun tumor-tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar. Hal ini
disebabkan mereka khususnya tidak invasif; besarnya tumor dapat menempati

sebagian besar payudara, atau seluruhnya, dan menimbulkan tekanan ulserasi di kulit,
namun masih memperlihatkan sejumlah mobilitas pada dinding dada. (3)
203.
Anamnesa (2)
Pasien khususnya muncul dengan massa payudara keras, bergerak, berbatas jelas,
tidak lunak
Sebuah massa kecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam beberapa
minggu sebelum pasien mencari perhatian medis
Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi kulit
Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe, kelelahan, dan
nyeri tulang
204.
Pemeriksaan fisik (2)
Disadari adanya massa payudara keras, bergerak, berbatas-jelas, tidak lunak
Secara ganjil, cystosarcoma phylloides cenderung melibatkan payudara kiri lebih
sering dibandingkan payudara kanan
Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena payudara yang mendasarinya
Temuan fisik (misal, adanya massa bergerak dengan batas jelas) mirip dengan yang
ada pada fibroadenoma
Tumor filoides umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar dan
memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
Temuan mamografi (misal, tampilan kepadatan bundar dengan batas halus) juga
serupa dengan yang terdapat fibroadenoma
Tumor maligna rekuren terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
Paru merupakan tempat metastase paling sering, diikuti oleh tulang, jantung dan hati
Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera beberapa bulan
sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi awal
Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Hitungan kasar 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal karena penyakit
ini
205.
PERILAKU TUMOR
206.
Sementara tumor filoides memperlihatkan kecenderungan jelas untuk berulang
secara lokal jika dieksisi dengan batas dekat, metastasis lokal atau jauh adalah jarang.
Faktanya, tumor-tumor tersebut dinilai sebagai jinak setelah studi histologis
menyeluruh dapat diharapkan memiliki prognosis yang baik, khususnya jika pada
awalnya diterapi dengan eksisi komplit. Tumor yang secara histologi maligna
(sarkoma filoides) tidak dapat diprediksi perilakunya. Studi pusat-tunggal dari 32
kasus memberikan indikasi perilaku yang wajar. Tumor-tumor jinak tidak
memperlihatkan rekurensi jika dieksisi komplit, namun setengahnya (6 dari 13) yang
dieksisi tak-komplit mengalami rekurensi lokal. Tidak terdapat rekurensi yang
terlihat setelah eksisi komplit pada empat batasan dan empat tumor maligna, namun
eksisi tak komplit tumor maligna mengarah pada penyakit dinding dada takterkontrol. (3)
207.
Pada umumnya, rekurensi lokal tumor jinak tetap jinak, namun transformasi
ke malignansi dapat terjadi dan ledakan malignansi telah dilaporkan setelah 15
episode rekurensi lokal jinak. (3)
208.
Prognosis menyenangkan secara keseluruhan terlihat pada seri Haagensen,
dimana hanya empat dari 84 pasien yang diketahui mengalami metastase. Sementara

kita menemukan rekurensi lokal pada pasien, tak satupun yang mengalami metastase.
Seri terbaru 66 kasus dari Mayo Clinic menegaskan bahwa yang paling berperilaku
derajat-rendah, tumor non-metastasis, namun baik evaluasi histologis maupun analisis
DNA dengan aliran sitometri memberikan penilaian perilaku yang dapat dipercaya
pada tumor individual. (3)
209.
PEMERIKSAAN
210.
Pemeriksaan laboratorium
211.
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa cystosarcoma (2)
212.
Studi Pencitraan
213.
Meski mamografi dan ultrasonografi umumnya penting dalam diagnosis lesi
payudara, namun keduanya sangat tidak dapat diandalkan dalam membedakan
cystosarcoma phyllodes jinak dari bentuk kondisi ganas ataupun dari fibroadenoma.
Dengan demikian, temuan pada studi pencitraan bukanlah diagnosis pasti dari
cystosarcoma phyllodes. (2)

214.
215.
Prosedur (2)
FNA untuk pemeriksaan sitologi biasanya tidak memadai untuk diagnosis tumor
filoides. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun masih bisa terdapat kesalahan
pengambilan sampel dan kesulitan dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma
Biopsi payudara eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi insisional untuk lesi
lebih besar adalah metode pasti untuk mendiagnosis tumor filoides
216.
Temuan histologis
217.
Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat bervariasi
dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya, tumor filoides
jinak memperlihatkan peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas fusiformis reguler
dalam stroma. Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid yang
diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan selularitas stroma dan
peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu diamati pada bentuk maligna cystosarcoma
phylloides. Secara ultra-struktural, pada tumor filoides bentuk jinak dan ganas,
nukleolus dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar dan sisterna
berlimpah dalam retikulum endoplasma. (2)

218.
219.
DIAGNOSA BANDING (2)
Angiosarcoma
Kanker payudara
220.
PENATALAKSANAAN
221.
Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20, semuanya
harus diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu berperilaku dalam sikap
jinak. (3)
222.
Sitologi aspirasi dapat memberi kesan diagnosis tumor filoides namun
histologi yang lebih tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan sebelum merencanakan
pengobatan. (3)
223.
Situasinya kurang jelas pada pasien yang lebih tua. Beberapa dokter bedah
memiliki pengalaman cukup untuk menjadi dogmatis mengenai manajemennya.
Haagensen melaporkan satu dari seri terbesar, dan merekomendasikan eksisi lokal
luas sebagai pendekatan primer pada penanganan tumor filoides jinak. Dia memiliki
angka rekurensi lokal sebesar 28% diantara 43 pasien yang ditangani dengan eksisi
lokal, dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya 3 dari rekurensi tersebut
yang menuntut mastektomi sekunder, dan tak satupun yang meninggal akibat tumor
ini. Hanya 1 dari 21 pasien yang diterapi dengan mastektomi (simpel atau radikal)
mengalami rekurensi lokal; ini adalah sarkoma filoides yang dengan cepat
menimbulkan metastasis lokal dan sistemik. Angka rekurensi lebih tinggi untuk tumor
filoides jinak dibandingkan ganas telah dilaporkan dalam sejumlah seri,
mencerminkan pendekatan bedah yang lebih sederhana untuk tumor-tumor yang
diperkirakan kurang serius. (3)
224.
Jelas bahwa eksisi tak-komplit merupakan penentu utama rekurensi pada lesi
jinak dan menengah. Mengapa rekurensi tinggi dilaporkan dari kebanyakan seri
sementara hal ini begitu baik diperlihatkan? Ada dua alasan utama: kegagalan untuk
mengantisipasi kemungkinan tumor filoides dan kegagalan mendefinisikan tenik yang
akan meyakinkan eksisi komplit. Yang pertama dapat dijumpai hanya dengan
kecurigaan tingkat tinggi, dan penilaian rangkap tiga pada semua massa sebelum
pembedahan. Khususnya penting untuk menghindari biopsi eksisi sebagai prosedur
diagnostik karena hampir tidak mungkin mempengaruhi batas eksisi tegas dari rongga
biopsi, dimana hal ini dilakukan sebagai prosedur primer sementara tumor masih in
situ. Untuk alasan ini, diagnosis histologis harus dibuat dengan biopsi jarum-inti, atau
setidaknya tidak ada prosedur lebih besar selain biopsi insisi. (3)
225.
Eksisi makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat dipastikan
dengan teknik yang tepat. Dengan teknik eksisi biasa sementara menempatkan traksi

pada massa, mudah untuk melakukan diseksi terlalu dekat ke tumor pada beberapa
titik diseksi. Cara yang dapat dipercaya untuk menghindari hal ini adalah agar dokter
bedah menempatkan jari-jari kiri pada massa, dan memotong diluar jari, dengan traksi
hanya pada jaringan payudara sekitarnya. (3)
226.
Untuk lesi kecil dimana diagnosis diusulkan oleh penilaian rangkap tiga atau
tampilan makroskopik (lunak, coklat, tampilan berdaging), tumor harus dieksisi
dengan batas 1-cm dari jaringan payudara normal. Jika histologinya jinak, hal ini
merupakan penatalaksanaan yang cukup, dengan eksisi quadrantic (seperempatlingkaran) untuk lesi menengah. Dimana diagnosis pertama kali dikenali pada
pemeriksaan histologi dari spesimen biopsi eksisi, eksisi quadrantic jaringan parut
direkomendasikan dengan maksud memastikan bersihan lokal yang memenuhi syarat.
Untuk lesi besar dan lesi rekuren, pembersihan yang baik pasti melibatkan
mastektomi mendekati-total dan kami lebih menyukai mastektomi sederhana, dengan
rekonstruksi menengah yang seharusnya diharapkan pasien. Terdapat beberapa bukti
meningkatnya insiden karsinoma payudara yang berhubungan, serentak atau
selanjutnya, pada pasien dengan tumor filoides dan hal ini merupakan alasan
tambahan untuk follow-up jangka panjang yang teliti terhadap pasien-pasien yang
demikian. (3)
227.
Terapi Bedah
228.
Pada kebanyakan kasus cystosarcoma phylloides, melakukan eksisi luas
normal, dengan lingkaran jaringan normal. Tidak terdapat aturan tentang besarnya
batas. Namun, batas 2 cm untuk tumor kecil (< 5 cm) dan batas 5 cm untuk tumor
besar (> 5 cm) telah dianjurkan. (2)
229.
Lesi tidak seharusnya dikupas keluar, seperti yang mungkin dilakukan
dengan fibroadenoma, atau angka rekurensi tanpa dapat diterima jadi meningkat. (2)
Jika tumor terhadap rasio payudara cukup tinggi untuk menghindarkan hasil kosmetik
yang memuaskan dengan eksisi segmental, mastektomi total, dengan atau tanpa
rekonstruksi, adalah sebuah alternatif.
Prosedur yang lebih radikal tidak secara umum dibenarkan.
Melakukan diseksi nodus limfatikus aksila hanya untuk nodus yang dicurigai secara
klinis. Namun, sebenarnya semua nodus ini reaktif dan tidak mengandung sel-sel
maligna.
230.
231.
232.
233.
234.
KOMPLIKASI (2)
235.
Seperti kebanyakan operasi payudara, komplikasi paska operasi dari
penatalaksanaan bedah tumor filoides termasuk berikut ini:
Infeksi
Pembentukan seroma
Rekurensi lokal dan/atau jauh
236.
PROGNOSIS (2)
Meskipun cystosarcoma phylloides dianggap sebagai tumor jinak secara klinis,
kemungkinan untuk rekurensi lokal setelah eksisi selalu ada, khususnya dengan lesi
yang memperlihatkan histologi maligna. Tumor setelah pengobatan awal dengan
eksisi lokal luas, yang rekuren secara lokal idealnya diterapi dengan mastektomi total.
Penyakit metastase khususnya diamati pada paru, mediastinum dan tulang.
Sajian klinis beragam

o Jika tumor jinak, prognosis jangka panjang baik sekali mengikuti eksisi lokal
yang memadai
o Jika tumor berulang recara lokal setelah eksisi, eksisi lokal berikutnya atau
mastektomi total khususnya kuratif

Anda mungkin juga menyukai