DISUSUN OLEH :
SUCIATI (C11112050)
SITI ARIFAH (C11112 (C11112051)
A.YUSRIANA AZZARAH (C11112052)
NURUL INDAH PERTIWI (C11112053)
BESSE JUMRANA (C11112054)
ARMAWATI (C11112055)
SRI MEGAWATI (C11112056)
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Idar Mappangara, Sp.PD, Sp.JP, FIHA,FINASIM
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Tanggal Lahir / Usia : 7-08-1950 / 65 tahun
No.Rekam Medis : 755130
Pendidikan : SD sederajat
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Pondok Asri 11 BLK E/21
Telp/HP : 081342123325
Masuk RS : 23-04-2016 pukul 21.31
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri Dada Kiri
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Sakit sedang/gizi baik/GCS 15 (compos mentis)
Status Antropometri
- Tinggi Badan : 165 cm
- Berat Badan : 69 kg
- Indeks Massa Tubuh : 25 kg/m2
2
Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 80 kali/menit, reguler
- Frekuensi napas: 18 kali/menit
- Suhu (aksilla) : 36,5oC
Kepala
Deformitas : Tidak ada Mata
Simetris muka : Simetris Eksoftalmus : Tidak ada
Rambut : Sukar dicabut Konjungtiva : Anemis (-)
Ukuran : Normocephal Kornea : Refleks kornea (+)
Bentuk : Mesocephal Enoptalmus : Tidak ada
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm/2,5 mm
Telinga Hidung
Pendengaran: Dalam batas normal Epistaksis : Tidak ada
Otorrhea : Tidak ada Rhinorrhea:Tidakada
3
Mulut
Bibir : Kering (-) Lidah : Kotor (-)
Tonsil : T1-T1 Tidak Hiperemis Faring : Tidak Hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran DVS : R+2 cmH2O
Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran Kaku kuduk : Tidak Ada
Dada
Bentuk : Simetris kiri sama dengan kanan
Buah dada : Simetris kira sama dengan kanan, tidak ada kelainan
Sela iga : Simetris kiri sama dengan kanan
Pulmo
Palpasi : Fremitus simetris kiri sama dengan kanan
Nyeri tekan tidak ada
Perkusis : Batas paru hepar ICS VI dekstra
Batas paru belakang kanan ICS IX
Batas paru belakang kiri ICS X
Auskultasi : Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi Tambahan : Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas ICS II sinistra
Batas kanan linea parasternalis dekstra
Batas kiri linea axilla anterior sinistra
Aukultasi : BJ I/II murni reguler
Bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba
Massa tumor (-), Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas
Tidak ada udem
D. ELEKTROKARDIOGRAM
Interpretasi
1. Irama : Sinus Rhytme
2. HR : 90 kali/menit
3. Regularitas : Regular
4. Aksis : Normoaxis
5. Interval P-R : 0,12 detik
6. QRS rate : durasi 0,08 detik
7. Komplek QRS : Normal
8. Segmen ST : ST elevasi pada lead II,III,aVF dan lead V5,V6
9. Gelombang T : normal
Kesimpulan: Sinus rithem, HR: 90 Kali/menit, Infark Miokard Inferior + lateral
E. LABORATORIUM
Hematologi Rutin
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
HCT 36,2 37 48 %
PT 9.9 10 - 14 detik
INR 0.95 -
F. RADIOLOGI
1. Foto Thorax PA (23 Januari 2016)
- Bercak berawan pada kedua lapangan paru terutama kiri disertai garis-
garis fibrosis yang meretraksi hilus ke cranial
- Gambaran granglas pada hemithorax sinistra disertai peripical capping
- Cor dan aorta sulit dievaluasi
- Kedua sinus dan diafragma kanan baik, diafragma kiri tentung
- Tulang-tulang intake
Kesan:
TB Paru Lama Aktif Lesi Luas
Efusi pleura sinistra
G. ASSESSMENT
ST Elevation Myocard Infarction (STEMI) Inferior + lateral onset 5 jam
Killip I
H. TERAPI
1. Oksigen 4 liter per menit via nasal kanul
2. IVFD NaCl 0,9% 500 cc/24 jam/IV
3. Cedocard 1mg/jam/syringe pump
4. Aspilet 160mg/24j/oral
5. Clopidogrel 20 mg/24 jam/oral
6. Simvastatin 40 mg/24 jam/oral
7. Actylase 15mg/intravena
Actylase 50mg habis dalam 30 menit
Actylase 35mg habis dalam 60 menit
8. Captopril 12,5mg/8jam/oral
9. Arixtra 2,5mg/24jam/sc
10. Alprazolam 0,5mg/24jam/oral
11. Laxadin 100cc/24jam/oral
I. FOLLOW UP
Pemeriksaan Lab:
WBC :13.100
Hb: 12,9
PLT: 250.000
PT/APTT: 9,9/25,2
INR : 0,95
Na/K/Cl: 142/3,5/111
Ur/Cr : 17/0,69
GPT/GOT : 60/20
CK/CKMB :523/535
J. RESUME
Seorang laki-laki usia 65 tahun dibawa ke UGD RSWS dengan keluhan utama
Nyeri dada sebelah kiri dialami sejak 5 jam yang lalu Nyeri dada dirasakan
seperti tertekan tembus ke belakang dan menjalar ke lengan kiri dan leher.
Durasi nyeri sekitar 20 menit. Pasien juga mengeluhkan keringat dingin saat
serangan datang. Riwayat hipertensi sekitar 5 tahun,. Riwayat merokok ada.
Pemeriksaan Fisis:
Keadaan umum : sakit sedang/obesitas/compos mentis
Tanda-tanda vital : dalam batas normal,
JVP : R+2 cmH20
Thorax : ronkhi (-), wheezing (-),
BJ I/II regular, bising (-)
Abdomen : peristaltik (+), kesan normal, asites (-)
Ekstremitas : edema (-)
EKG : ST Elevasi pada lead I,II,aVF, dan lead 5,6
Pemeriksaan Lab : Troponin I 2,48, CK 523. CKMB 53,5
Foto thorax : Cor dan aorta sulit dievaluasi, TB Paru Lama Aktif Lesi
Luas, Efusi pleura sinistra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang
utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian
yang tinggi. Banyak kemajuan yang telah dicapai melalui penelitian dan oleh
karenanya diperlukan pedoman tatalaksana sebagai rangkuman penelitian yang
ada.
Spektrum sindrom koroner akut (SKA) terdiri atas:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator
kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan
tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard
secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara
mekanis, intervensi koroner perkutan primer.
DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI
adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga
aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat
nutrisi,oksigen dan mati.
Karakteristik utama Sindrom Koroner Akut Segmen ST Elevasi adalah angina
tipikal dan perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik untuk
STEMI. Sebagian besar pasien STEMI akan mengalami peningkatan marka
jantung, sehingga berlanjut menjadi infark miokard dengan elevasi segmen ST
(ST-Elevation Myocardial Infarction, STEMI). Oleh karena itu pasien dengan
EKG yang diagnostik untuk STEMI dapat segera mendapat terapi reperfusi
sebelum hasil pemeriksaan marka jantung tersedia.
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi
plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan
diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah
trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat
liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi
mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu
terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner
menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama
kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark
miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner.
Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari
iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena
proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan
remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran danfungsi ventrikel). Sebagian
pasien SKA tidak mengalami koyak plak sepertiditerangkan di atas. Mereka
mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibatspasme lokal dari arteri koronaria
epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitanarteri koronaria, tanpa spasme
maupun trombus, dapat diakibatkan olehprogresi plak atau restenosis setelah
Intervensi Koroner Perkutan (IKP).Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam,
anemia, tirotoksikosis, hipotensi,takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya
SKA pada pasien yang telahmempunyai plak aterosklerosis.
Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner,
maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI).Perkembangan
perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI karena dalam rentang
waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah kolateral. Dengan kata lain
STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat cepat.
Tabel 1. Perbedaan pathogenesis pada sindroma Koroner akut
Manifestasi Klinis Patogenesis Aliran Darah
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis diperoleh melalui anamnesis,pemeriksaan fisik,
elektrokardiogram, tes marka jantung, dan foto polos dada,diagnosis awal pasien
dengan keluhan nyeri dada dapat dikelompokkansebagai berikut: non kardiak,
Angina Stabil, Kemungkinan SKA, dan DefinitifSKA (Gambar 1).
TATA LAKSANA
Diagnosis kerja infark miokard harus telah dibuat berdasarkan riwayat nyeridada
yang berlangsung selama 20 menit atau lebih yang tidak membaikdengan
pemberian nitrogliserin. Adanya riwayat PJK dan penjalaran nyeri keleher, rahang
bawah atau lengan kanan memperkuat dugaan ini. PengawasanEKG perlu
dilakukan pada setiap pasien dengan dugaan STEMI. DiagnosisSTEMI perlu
dibuat sesegera mungkin melalui perekaman dan interpretasiEKG 12 sadapan,
selambat-lambatnya 10 menit dari saat pasien tiba untukmendukung
penatalaksanaan yang berhasil. Gambaran EKG yang atipikal padapasien dengan
tanda dan gejala iskemia miokard yang sedang berlangsungmenunjukkan perlunya
tindakan segera.Sebisa mungkin, penanganan pasien STEMI sebelum di rumah
sakit dibuatberdasarkan jaringan layanan regional yang dirancang untuk
memberikanterapi reperfusi secepatnya secara efektif, dan bila fasilitas
memadaisebanyak mungkin pasien dilakukan IKP. Pusat-pusat kesehatan yang
mampumemberikan pelayanan IKP primer harus dapat memberikan pelayanan
setiapsaat (24 jam selama 7 hari) serta dapat memulai IKP primer sesegera
mungkindi bawah 90 menit sejak panggilan inisial.
Semua rumah sakit dan Sistem Emergensi Medis yang terlibat dalam penanganan
pasien STEMI harus mencatat dan mengawasi segala penundaanyang terjadi dan
berusaha untuk mencapai dan mempertahankan targetkualitas berikut ini:
1. Waktu dari kontak medis pertama hingga perekaman EKG pertama 10menit
2. Waktu dari kontak medis pertama hingga pemberian terapi reperfusi:
Untuk fibrinolisis 30 menit
Untuk IKP primer 90 menit (60 menit apabila pasien datang denganawitan
kurang dari 120 menit atau langsung dibawa ke rumah sakit yangmampu
melakukan IKP)
KOMPLIKASI
1. Gangguan hemodinamik
Gagal jantung
Aritmia
2. Komplikasi kardiak
Regurgitasi katup mitral
Ruptur jantung
Rupture septum ventrikel
Infark ventrikel kanan
Perikarditis
Aneurisma ventrikel kiri
Thrombus ventrikel kiri