Anda di halaman 1dari 49

TUMOR MAMMAE

DISUSUN OLEH :
KEREN MARTHEN
11.2015.041
ANATOMI
VASKULARISASI PAYUDARA
1. Cabang
A.mammaria
interna

2. Cabang
A.Interkostalis
lateral

3. Cabang
A.Aksilaris
ALIRAN LIMFE PAYUDARA
 Kelompok mammaria eksternal
(anterior pectoral nodes)
 Kelompok skapular
 Kelompok sentral
 Kelompok interpektoral
(Rotter’s node)
 Kelompok vena aksila (lateral)
 Kelompok subklavikal (apical)
PERSARAFAN PAYUDARA
 Cabang pleksus servikalis
 Nervus interkostalis.
FISIOLOGI
Lahir Pubertas Fertilitas

Menopause Klimakterium

Sesuai daur menstruasi

Hamil dan Menyusui epitel duktus


lobus dan alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru
ANAMNESIS

 Pasien biasanya datang dengan keluhan


benjolan / massa di payudara, rasa sakit,
keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling,
kemerahan, ulserasi, peau d'orange), pembesaran kelenjar getah
bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara
harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
 Dalam anamnesis juga ditanyakan adanya faktor - faktor risiko pada
pasien, dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan
ukuran tumor. Untuk meminimalkan pengaruh hormon estrogen
dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih 1
minggu dihitung dari hari pertama haid.
TUMOR JINAK MAMMAE

Kista Mammae

Fibroadenoma Mammae

Fibrokistik

Papiloma Intraduktus

Adenosis Sklerosis

Tumor Phyloides

Galaktokel

Duktus Ektasia

Mastitis Neoplasma

Nekrosis Sel Lemak


KISTA MAMMAE
 Usia 45-52 tahun

 Ukuran 1-5 cm

 Kista berwarna coklat


kebiruan

 Dipenuhi dengan serous dan


cairan keruh

 Nyeri (+)
• Kista  ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk
dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara
• Karekteristiknya adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini
dapat juga mobile namun tidak seperti fibroadenoma.
• Diagnosis ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang
diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda
warnanya, mulai dari kuning, coklat, hijau, hitam, atau seperti susu.
• Mammografi dan ultrasonografi tidak begitu penting bagi pasien yang
simptomatik.
• Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun
terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai.
Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi
masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walau bagaimanapun, bukti
klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi.
• 2 cardinal rules yang menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
- massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.
- cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
• Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy
dan eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan
eksisi pada kista:
1. Bila cairan aspirasi mengandung darah (selagi tidak disebabkan oleh
trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma
yang sangat jarang ditemukan.
2.Rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang
tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan
eksisi. Apabila kista masih terus membesar, eksisi
direkomendasikan.
FIBROADENOMA MAMMAE

 Wanita muda usia 15-25 tahun, jarang


ditemukan setelah menopause
 Benjolan bulat atau berbenjol-benjol
dengan diameter 2-3 cm, licin
 Konsistensi kenyal padat

 Kuadran lateral superior dari mammae

 Batas tegas

 Mobilitas (+)

 Tidak nyeri, nyeri tekan (+/-)

 Metastase (-)

 Pertumbuhan cepat selama kehamilan


& laktasi, atau menjelang menopause
KLASIFIKASI
Common Fibroadenoma (±80%)
• Ukuran 1-3 cm
• 21-25 tahun
• Dirasakan sebagai benjolan, biasanya berbentuk oval atau bulat,
halus, tegas, dan bergerak sangat bebas

Giant Fibroadenoma (4%)


• Ukuran >5 cm
• Pada wanita hamil dan menyusui
• Dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan asimetris

Juvenile Fibroadenoma (0,5-2%)


• Fibroadenoma Pericanaliculare: kelenjar bulat & lonjong dilapisi
epitel selapis atau beberapa lapis
• Fibroadenoma Intracanaliculare: jar. ikat mengalami proliferasi
lebih banyak  kelenjar berbentuk panjang-panjang dengan lumen
sempit atau menghilang
PENATALAKSANAAN

 Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan


yang dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae.
 Pengangkatan mammae harus memperhatikan faktor fisik dan
psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka
diperlukan pengangkatan.
 Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu
pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta
sedikit jaringan sehat di sekitarnya. Eksisi ini tidak akan merubah
bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan
jaringan parut yang akan digantikan jaringan normal
secara perlahan.
PAPILOMA INTRADUKTUS
 Lesi jinak berasal dari duktus laktiferus, umumnya soliter

 75 % tumbuh dibawah areola mammae

 Sering pada wanita pramenopausal atau postmenopausal dengan


insidens tertinggi pada dekade ke enam.

 Gejala berupa nipple discharge yang serous dan bercampur darah.

Pengobatan

 Terapi secara konservatif

 Papiloma serta nipple discharge dapat hilang spontan

 Eksisi lokal duktus jika tidak dpt hilang spontan

 Curiga maligna eksisi luas + radiasi


ADENOSIS SKLEROSIS
 Adenosis  pembesaran lobus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya

 Adenosis sklerotik: pembesaran lobulus disertai dengan


parut seperti jaringan fibrous.

 Secara histopatologik tampak proliferasi jinak

 Diagnosis pasti: Stereotactic core atau wire localization


biopsy

 Th/ Eksisi
TUMOR PHYLOIDES
 Semua usia, kebanyakan usia 45 tahun.
 Bentuk bulat lonjong permukaan berbenjol
 Batas tegas
 Pertumbuhannya cepat, ukuran dapat mencapai 20-30 cm
 Konsistensinya padat kenyal tetapi ada bag yg kisteus
 Tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit
 Metastase (-)
 Penanggulangan : Eksisi Luas
 Jika tumor sudah besar : Mastektomi Simpleks
 Bila tumor ternyata ganas : Mastektomi Radikal
GALAKTOKEL
 Kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui.

 Tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun


dapat juga keras dan susah digerakkan.

 Tidak memerlukan tindakan

 Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel


menimbulkan rasa tidak nyaman  drainase dengan
aspirasi jarum halus.
EKTASIA DUKTUS
 Pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan sekresi
puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket

 Pada puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta


tampak kemerahan

 wanita usia 40 - 50 tahun.

 Th/ konservatif  kompres air hangat dan obat-obat antibiotik.

 Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat


diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi
areola.
MASTITIS SEL PLASMA
Disebut juga sebagai mastitis komedo

Radang subakut sistem duktus yang mulai di bawah areola.

Gambaran klinisnya sukar dibedakakan dengan karsinoma, yaitu :

 konsistensi keras,

 bisa melekat di kulit

 retraksi putting susu

 bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila.

Th/ Eksisi
NEKROSIS SEL LEMAK
 Terjadi bila jar. payudara yang berlemak rusak, bisa spontan atau
akibat dari cedera yang mengenai payudara; terapi radiasi. Ketika
tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah
yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.

 Berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar,
kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.

 Secara klinis sukar dibedakan dengan karsinoma; secara histopatologik


terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian jadi fibrosis.

 Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus

 Th/eksisi
TUMOR GANAS PAYUDARA

Kista Mammae

Fibroadenoma Mammae

Fibrokistik

Papiloma Intraduktus

Adenosis Sklerosis

Tumor Phyloides

Galaktokel

Duktus Ektasia

Mastitis Neoplasma

Nekrosis Sel Lemak


EPIDEMIOLOGI

 Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi pada

negara berkembang  18% dari seluruh kelompok kanker.

 Insidensi di Inggris  2 : 1000 wanita tiap tahun, dengan

prevalensi yaitu 2% wanita pada umur 50 tahun


ETIOLOGI

 Usia  ≥ 45 tahun, jarang sebelum menopause

 Ras  wanita kulit putih lebih sering

 Riwayat ca mammae primer  resiko 3-4 x

 Riwayat ca mammae pada keluarga  resiko 2-3 x pada wanita

yang ibunya atau saudara perempuan kandungnya memiliki


kanker payudara

 Hormonal  paparan estrogen

 Diet  makanan berlemak, alkohol

 Pernah menderita penyakit payudara non-kanker


ETIOLOGI

 Menarche sebelum usia 12 tahun

 Menyusui dan menopause

 Kepadatan jaringan payudara

 Obesitas  resiko 1,5 – 2x

 Radiasi

 Paritas dan fertilitas

 Perubahan payudara tertentu: atypical hyperplasia dan lobular

carcinoma in situ [LCIS]

 Perubahan genetik: BRCA1, BRCA2


KLASIFIKASI

1. Non invasive carcinoma


a.Ductal carcinoma in situ  sel kanker yang telah terbentuk
dalam saluran dan belum menyebar  saluran menjadi
tersumbat dan membesar seiring bertamhnya sel kanker di
dalamnya  kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang
tersumbat  terlihat dalam mamografi sebagai clustered or
irregular calcifications atau disebut microcalcificatons pada
hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan putting atau
munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan
Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker
invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel
cenderung lebih invasif dari tipe satunya.
- solid, papillary, atau cribiform: perkembangan lebih lambat, terlihat
lebih kecil dibandingkan sel normal.
- Comedeonecrosis: sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan
bentuk tak beraturan.
b.Lobular carcinoma in situ  sebenarnya bukan kanker  bermula
dari kelenjar yang memproduksi air susu tetapi tidak berkembang
melewati dinding lobulus.
Seorang wanita dengan
LCIS memiliki peluang 25%
munculnya kanker invasive
(lobular atau lebih umum
sebagai infiltrating ductal
carcinoma) sepanjang
hidupnya.
2. Invasive Carcinoma
I. Paget’s diseease dari papilla mammae  muncul sebagai erupsi
eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai,
ulserasi, atau halus. Patognomonik  sel besar pucat dan bervakuola
(Paget’s cells) dalam deretan epitel
Th/ pembedahan: lumpectomy, mastectomy, modified radical
mastectomy
II. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (80%)  60%
kasus metastasis ke KGB aksila.
Umumnya pada wanita perimenopause atau postmenopause
dekade ke 5-6; massa soliter dan keras, batas kurang tegas.
Mikroskopik  permukaannya membentuk konfigurasi bintang
di bagian tengah dan garis berwarna putih kapur atau kuning
menyebar ke sekeliling jaringan payudara.
b.Medullary carcinoma (4%)  herediter, berhubungan dengan BRCA-1;
20% kasus bilateral. Mikroskopik:
- infiltrat limforetikular padat terutama terdiri dari sel limfosit &
plasma
- inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif
- pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada
diferensiasi duktus atau alveolar
c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)  massa tumor yang besar, tidak
dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopik; ditemukan pada wanita
yang lebih tua.
d.Papillary carcinoma (2%)  pada wanita dekade ke 7, wanita non kulit
putih; ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm, frekuensi
metastasis ke KGB aksila rendah.
e. Tubular carcinoma (2%)  pada wanita perimenopause dan periode
awal menopause; long-term survival mendekati 100%
III. Invasive lobular carcinoma (10%).
Histopatologi  sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas,
dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus  mengkonfirmasi adanya
musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring
cell carcinoma). Sering multifokal, multisentrik, dan bilateral.

IV. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)


Distribusi lokal tumor menurut histologisnya pada semua pasien

Location Lobular (%) Ductal (%) Combination (%)


Niplle 2.2 1.7 1.9
Central 6.0 5.3 6.1
Upper inner 7.3 9.2 8.3
Lower inner 3.8 4.7 3.9
Upper outer 37,0 36.9 37.1
Lower outer 5.8 6.4 5.7
Axillary tail 0.8 0.8 0.6
Overlapping* 18.6 18.2 19.9
Not otherwise specified 18.6 16.8 16.5
STAGING
T - Tumor
Tx : tumor primer tidak dapat ditentukan
Tis: Carcinoma insitu dan Paget disease tanpa teraba tumor
To : tidak ditemukan adanya tumor primer / tidak teraba tumor
T1 : tumor < 2cm
a. tidak terfixir pada fascia atau otot pectoralis
b. terfixir pada fascia atau otot pectoralis
T2: tumor 2-5cm
a. tidak terfixir pada fascia atau otot pectoralis
b. terfixir pada fascia atau otot pectoralis
T3: tumor > 5cm
a. tidak terfixir pada fascia atau otot pectoralis
b. terfixir pada fascia atau otot pectoralis
T4: tumor segala ukuran dengan ekstensi langsung ke dinding dan atau kulit
a. dengan fiksasi ke dinding dada
b. dengan edema, infiltrasi atau ulserasi kulit payudara (peau de orange), atau
nodule satelit pada kulit payudara yang sepihak dengan tumor
c. kedua diatas
STAGING
N – kelenjar getah bening regional
Nx : kelenjar regional tidak dapat ditentukan
No : tidak teraba kel axilla
N1 : teraba kel axilla homolateral yang tidak melekat / masih mobile
a. dianggap tidak mengandung pertumbuhan tumor
b. dianggap mengandung pertumbuhan tumor
N2 : teraba kel axilla homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : KGB infra atau supra clavicula homolateral teraba dianggap
menyebabkan edema lengan

M - Metastase
Mx : tidak dapat ditentukan metastasis jauh
Mo : tidak ada metastase jauh
M1 : terdapat metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikular
TNM Stage Groupings
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1a N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1a N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1a N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1
DIAGNOSIS
Anamnesa
 Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada
puting susunya
- Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah
ketiak
- Puting susu terasa mengeras
 Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya
- Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara
- Puting susu tertarik ke dalam payudara
- Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak.
Kulit mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.
 Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi  bentuk, ukuran, simetris/tidak, edema (peau d’orange),
retraksi kulit atau puting susu, eritema
 Palpasi  massa, kelenjar limfe aksila, supraklavikula, parasternal 
nilai lokasi, ukuran, konsistensi, bentuk, mobilitas atau fiksasinya
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
 Mammografi  u/deteksi ca mammae sebelum massa dapat dipalpasi
- massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate),
penebalan asimetris jar. mammae, dan kumpulan mikrokalsifikasi
 USG
- massa jinak  kontur halus, oval atau bulat, echo yang lemah di bag.
sentral dengan batas yang tegas.
- ca mammae  dinding yang ireguler, dapat juga berbatas tegas
dengan peningkatan akustik.
- juga u/mengarahkan FNAB, core-needle biopsy, lokalisasi jarum
pada lesi payudara
 MRI  sensitif tetapi tidak spesifik
DIAGNOSIS
 Biopsi: FNAB dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi, core-needle biopsy

- Open biopsy dengan lokal anestesi


 Biomarker  salah satu faktor yang meningkatkan resiko ca mammae 
mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan
perkembangan karsinoma  digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian
kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan histologis indeks dari
proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma.
- petanda proliferasi: PCNA, BrUdr dan Ki-67
- petanda apoptosis: bcl-2 dan rasio bax:bcl-2
- petanda angiogenesis: VEGF dan indeks angiogenesis
- growth factors dan growth factor receptor seperti (HER)-2/neu dan EGFr
- p53
PENATALAKSANAAN

 Stadium I, II, IIIa (stadium operable)  kuratif  operasi primer, terapi


lainnya bersifat adjuvant.
- stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau modified
radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
- Stadium IIIa  simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika
adjuvant
 Stadium IIIb dan IV  paliatif  u/mengurangi penderitaan dan memperbaiki
kualitas hidup.
- Stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama
adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal
terapi dan sitostatika.
- Stadium IV pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal
dan khemoterapi.
TERAPI SECARA PEMBEDAHAN

 Mastektomi Parsial; berdasarkan cara operasinya, prosedur dibagi dalam:

- Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja


- Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor
untuk meyakinkan batas jaringan bebas tumor.
- Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung tumor
dan kulit yang menutupinya (quadranectomy).
 Modified Radical Mastectomy  kanker yang besar dan residual setelah adjuvant
terapi , kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi radiasi.
- Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon  M. pectoralis mayor tetap
dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan kel. limfe level I, II, dan III pada
aksila diangkat. Scanlon  memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis
minor shg kel. limfe level III dapat diangkat dan N. pectoral lateral dari otot mayor
dipertahankan
- Prosedur Auchincloss  tidak mengangkat atau memisahkan M. pectoralis minor
TERAPI SECARA PEMBEDAHAN

 Total Mastectomy (simple mastectomy)  pengangkatan seluruh mammae,


axillary tail, dan fascia pectoralis.
- tidak mencakup diseksi aksila dan sering dikombinasi dengan terapi radiasi
post operasi  didasarkan teori bahwa KGB merupakan sumber suatu barrier
terhadap sel-sel ca mammae dan seharusnya tidak diangkat; terapi radiasi
akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma operasi.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
 Radioterapi  dapat u/semua stad. ca mammae

- setelah lumpectomy pada wanita dengan DCIS  radiasi adjuvant u/ mengurangi


resiko rekurensi lokal
- untuk stad. I, Iia, atau Iib setelah lumpectomy
- pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi (stad. IIIa atau IIIb)  radiasi
adjuvant setelah tindakan pembedahan
 Kemoterapi  bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel  terutama pada ca
mammae lanjut
- biasanya diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate,
Fluorouracil)
- kemoterapi dan obat penghambat hormon (Tamoxifen) seringkali diberikan segera
setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun menunda
kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita
- ES: mual, lelah, muntah, kerontokan rambut
TERAPI MEDIKAMENTOSA

 Terapi anti-estrogen  tamoxifen  menghambat pengambilan estrogen pada

jaringan payudara.

- ES tamoxifen: nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah, retensi cairan

Resiko jangka panjang: karsinoma endometrium

Terapi dihentikan setelah 5 tahun

 Terapi antibodi anti-HER2/neu  u/tujuan prognostik pada pasien tanpa

pembesaran KGB  u/membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan


regimen adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma
mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-
2/neu mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang ditambahkan pada
kemoterapi adjuvan.
SADARI

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Perhatikan


perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan
dan perubahan pada puting susu atau keluarnya cairan dari
puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua
tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan
lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor.
3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong
ke arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan
perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan,
telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar
(membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi
luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu.
Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah
kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan. Perhatikan
juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar
cairan dari puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada
payudara kiri dan kanan
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu
kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini,
payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal
yang sama terhadap payudara kanan.
7. Pemeriksaan no 5 dan 6 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi
karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit
lebih licin.
PROGNOSIS

5-year survival rate

 Stadium I: 94%

 Stadium IIa: 85%

 Stadium IIb: 70%

 Stadium IIIa: 52%

 Stadium IIIb: 48%

 Stasium IV: 18%


THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai