Anda di halaman 1dari 22

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

BAB I KONSEP TEORI

1.1 Pengertian Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17. Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor ganas inilah yang disebut dengan kanker. Tumor ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang mmenjadi tumor yang baru. Penyebaran ini disebut metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat seperti kanker payudara. Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Kapan penyebaran itu berlangsung masih tidak diketahui. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.

1.2 Tanda dan Gejala Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Tanda-tandanya adalah : Terdapat massa utuh (kenyal). Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan).

1|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


Nyeri pada daerah massa. Adanya lekukan ke dalam/dimpling, tarikan dan retraksi pada area mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling. Edema dengan Peaut dorange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk). Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain. Pengelupasan papilla mammae. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa : o Benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mulamula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. o Erosi atau eksema puting susu Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:

Pendarahan pada puting susu. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.

2|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:

Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); Adanya edema lengan;

o Keluarnya cairan (Nipple discharge) Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.

Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.

1.3 Faktor penyebab Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi kemungkinan

multifaktoral. Faktor-faktor berikut sebagai penyebab kanker payudara : a. Faktor Genetik Faktor genetik ditunjukkan oleh kecenderungan familial yang kuat. Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insidensi familial dapat disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang bekerja pada anggota keluarga yang sama. Suatu kromosom penanda (Iq+) telah dilaporkan, dan peningkatan ekspresi onkogen (HER2/NEU) telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen NEU yang mengalami amplifikasi pada sel-sel kanker payudara berhubungan dengan prognosis yang buruk.

3|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


b. Hormon Hormon banyak diyakini berperan dalam etiologi kanker payudara. Estrogen adalah hormon yang paling banyak diteliti karena adanya bukti epidemiologik bahwa pemajanan lam terhadap estrogen (menarche dini, menopause lambat, nuliparitas, dan tertundanya kehamilan) meningkatkan risiko kanker payudara. Prolaktin juga dapat menyebabkan kanker payudara, tetapi belum terbukti. Meskipun peran hormon dalam terjadinya kanker payudara belum pasti, tidak diragukan bahwa beberapa kanker payudara memiliki sifat bergantung hormon. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen, progesteron, dan reseptor hormon steroid lain di inti sel kanker payudara. Pada neoplasma yang memiliki reseptor ini, terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor. c. Virus Virus juga diduga menyebabkan kanker payudara. Faktor susu Bittner adalah suatu virus (virus tumor mamaria tikus) yang menyebabkan kanker payudara pada tikus. Virus tersebut ditularkan melalui air susu. Virus ini juga telah ditemukan pada genom tikus-tikus tersebut, ditularkan secara vertikal dan menyebabkan strain genetik tikus yang memiliki insidensi kanker payudara yang tinggi. Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor mamaria tikus telah ditemukan pada beberapa kasus kanker payudara manusia, tetapi maknanya tidak jelas. (Parakrama Chandrasoma. 2005 : Hal 749)

1.4 Klasifikasi Patologi Berdasarkan kriteria histologiknya, terdapat berbagai tipe kanker payudara yang berbeda, yang diklasifikasikan lebih lanjut menurut asal (globular versus duktus) atau derajat invasinya (in situ versus infiltrasi). A. Karsinoma In Situ (Noninvasi) 1) Karsinoma Lobular In Situ (LCIS) LCIS adalah proliferasi neoplastik sel epitel lobular, yang mengisi dan mendistensi setidaknya satu unit lobulus lengkap sehingga

4|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


menyumbat lumen. Membran basalis karsinoma ini utuh, tidak ada risiko penyebaran penyakit selama tumor tetap in situ. LCIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral. LCIS tidak menghasilkan suatu lesi yang dapat diraba, dan tidak terlihat pada mamografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan patologik insidental pada pasien yang jaringan payudaranya diangkat karena alasan lain. Keberadaan LCIS meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara dikemudian hari sebesar sepuluh hingga dua belas kali lipat. Kedua payudara sama-sama berisiko, dengan payudara ipsilateral berisiko sedikit lebih tinggi dibandingkan payudara kontralateral. Karsinoma infiltratif yang terkait dengan LCIS dapat bersifat duktus atau lobular. Penatalaksanaan pasien LCIS masih sangat kontroversial, dan perawatan yang direkomendasikan berkisar pemantauan lanjutan secara cermat hingga masektomi sederhana bilateral karena meningkatnya risiko karsinoma payudara. 2) Karsinoma duktus in situ (DCIS) Karsinoma intraduktus adalah proliferasi neoplastik sel epitel duktus yang terbatas di dalan membran basalis. DCIS murni tidak bermetastasis. Namun, DCIS umumnya berhubungan dengan karsinoma duktus infiltratif. DCIS seringkali multifokal, dan bilateral pada 15-20% kasus. Secara kasar, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang terdiri atas struktur-struktur tebal seperti tali yang dari struktur ini kadang dapat dihasilkan materi nekrotik. Klasifikasi adalah gambaran yang lazim. DCIS dapat dideteksi dengan mamografi. Namun, pada beberapa kasus, DCIS tidak teraba dan juga tidak terlihat dengan mamografi (DCIS mikroskopik). Secara histologik, duktus yang terkena, terdistensi oleh sel-sel ganas yang dapat tersusun dalam pola kribiformis, papilar, atau padat. Sel-sel ini besar dan seragam, dengan membran sel yang memiliki bats

5|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


jelas dan inti sel bundar tidak bertumpang tindih. Nekrosis sentral adalah gambaran yang sering ditemukan. Penatalaksanaan DCIS berbeda-beda menurut ukuran lesi. Untuk ukuran lesi mikroskopik dan kecil (<2,5 cm), eksisi lengkap lokal (lumpektomi) adalah penanganan yang biasa dilakukan . Untuk lesi yang lebih besar, biasanya dilakukan mastektomi. Disekitar kelenjar getah bening aksila tidak diindikasikan jika tidak terjadi invasi, khususnya pada lesi berukuran lebih kecil dari 2,5 cm.

B. Karsinoma Duktus Infiltratif (Invasif) 1) Karsinoma duktus invasif Karsinoma duktus invasif adalah tipe karsinoma payudara tersering, yang menyusun lebih dari 80% jumlah seluruh kasus. Secara makroskopis, karsinoma ini berupa sebuah massa infiltratif berwarna putih-keabuan yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini dan teerjadi akibat deposisi unik jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasia), menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous). 2) Karsinoma lobular infiltratif Karsinoma lobular infiltratif merupakan 5-10% dari semua karsinoma payudara. Karsinoma jenis ini serupa dengan karsinoma duktus infiltrasi kecuali dalam hal : Pola infiltrasi histologik yang berbeda, dengan kecenderungan membentuk baris-baris sel tunggal (susunan benang Indian [Indian filing]) dan susunan konsentrik sel disekeliling duktus (penampakan targetoid). Insidensi bilateralitas yang sedikit lebih tinggi. Frekuensi positif-reseptor estrogen yang lebih tinggi. (Parakrana Chandrasana. 2005 : Hal 750) 3) Varian morfologik karsinoma payudara a. Karsinoma medular

6|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


Merupakan 1% dari kanker payudara. Tumbuh sebagai tumor yang relatif besar, lunak, berbatas jelas, berdiameter sampai 10 cm. Histologik karsinoma medular menunjukkan tepi yang berbatas jelas, sebukan sedang limfoplasmatik, dan sel-sel tumor besar, pleomorfik tumbuh padat, seperti sinsisium, massa yang beranastomose. Hanya jika tumor mempunyai semua gambaran ini maka perjalanan penyakit akan kurang ganas daripada karsinoma duktal infiltratif tipikal. b. Karsinoma koloid atau musinosa Sekitar 2-3% karsinoma payudara, tumbuh lambat, timbul tersering pada wanita yang lebih tua dan mempunyai prognosis baik. Morfologik massa lunak, gelatinosa terdiri atas danau-danau musin yang berwarna muda, di dalamnya terapung-apung pulau kecil selsel tumor berdiferensiasi baik. c. Penyakit paget Suatu bentuk karsinoma duktal yang tumbuh dalam duktus ekskretorius besar dan meluas ke kulit puting susu da areola. Sel-sel karsinoma duktus tampak besar, pucat, bervakuol terletak dalam epitel skuamosa berkeratin. Puting susu sering menunjukkan perubahan eksematoid. Pada hampir semua kasus di bawah jaringan payudaranya terdapat karsinoma in situ dan/atau duktal invasif. d. Karsinoma lobular invasif Merupakan 5% dari karsinoma invasif, tetapi cenderung lebih sering multifokal dan bilateral dibanding karsinoma duktal payudara. Prognosisnya kurang lebih sama dengan karsinoma duktal invasif. Tumbuh sebagai massa seperti karet, tidak berbatas jelas. Kadangkadang tumor scirrhous. Histologik tumor terdiri atas sel-sel kecil, uniform membentuk untaian sel tumor yang infiltratif, kadangkadang tersusun konsentrik di sekitar duktus. Pada beberapa kasus sulit dibedakan dari karsinoma duktal, dan tidak jarang karsinoma payudara memberikan kedua gambaran karsinoma lobular serta karsinoma duktal.

7|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


(Robbins, dkk. __ : Hal 403)

1.5 Klasifikasi Klinik Kanker payudara, disamping klasifikasi patologik juga mempunyai klasifikasi klinik. Sebelum 1968, di klinik bedah sering dipakai klasifikasi steinthal. Steinthal Steinthal II : kanker payudara sampai 2 cm besarnya dan tidak punya anak sebar. : kanker payudara sampai 2 cm atau lebih dengan mempunyai anak sebar di kelenjar ketiak. Steinthal II : kanker payudara sampai 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, intra dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit, atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit). Steinthal IV : kanker payudara dengan metastasis jauh, misalnya ke tengkorak, atau tulang punggung, atau paru-paru, atau hati dan panggul. Klasifikasi ini dikemukakan hanya secara garis besar, banyak sekali tingkat-tingkat yang terletak antara 2 tingkat. Pada tahun 1968 atas prakarsa Dr. P. Denoix bekas ketua Union Internationale Contre le Cancer, terbitlah buku kecil TNM Classification of malignant tumor. Pada klasifikasi TNM, T artinya Tumor, N = Nodule (kelenjar yang membesar regional), M = metastase jauh (misalnya paru-paru panggul, tulang punggung dan tulang tengkorak), dibedakan TIS, T1, T2, T3, dan seterusnya.

8|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


TIS = Tumor In Situ, ialah tumor sebelum invasi (tanpa infiltrasi), seperti intraduktal kanker yang kecil, Pagets diseaase dari puting susu tanpa teraba tumornya, hanya mengeluarkan benda-benda seperti pasir. T1 tumor 2cm atau kurang dan seterusnya, sampai T4 tumor : T1 T2 T3 T1 Tumor T1a T1b 2 cm atau kurang 2 cm - 5cm 5 cm atau lebih 2 cm atau kurang: tidak ada perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis. dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis

T2 Tumor T2a T2b T3 Tumor T3a T3b

2 cm - 5cm: tidak ada perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis. dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis lebih besar dari 5 cm: tanpa perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis /otot pektoralis. dengan perlekatan/infiltrasi ke fasia pektoralis dan otot pektoralis

Perlekatan sedikit ke kulit (dimpling) atau retraksi puting susu bisa saja timbul pada T1 T2 T3 . T4 Tumor T4a T4b dengan besarnya berapa saja tetapi dengan infiltrasi ke dinding thorak dan kulit. dengan fiksasi ke dinding thorak dengan edema, infiltrasi atau ulserasi kulit, atau kulit yang berbiji-biji. N = kelenjar limfe regional No N1 N1 a N1 b N2 tidak teraba kelenjar limfe di ketiak homolateral. teraba di ketiak homolateral yang dapat digerakkan. kelenjar limfe yang diduga bukan anak sebar. kelenjar limfe yang diduga anak sebar. kelenjar limfe ketiak homolateral, berlekatan satu sama lain

9|Page

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


(paket) atau melekat ke jaringan sekitarnya. N3 Mo M1 Tingkat T N M Stadium 1: T1a No T1b No Stadium II: To N1b T1a N1b T1b N1b T2a No T2b No T2a N1b Stadium (N1a) (N1a) (N1a) (N1a) Mo Mo Mo Mo Mo Mo Mo Mo kelenjar limfe infra dan supraklavikular homolateral.

M = Anak sebar jauh. tidak ada anak sebar jauh. ada anak sebar jauh ditambah infiltrasi kulit sekitar payudara.

III: Setiap T3 dengan N apa saja, Mo T4 dengan N apa saja, Mo T dengan N2 T dengan N3 Mo Mo

Stadium

IV: Setiap T dengan N apa saja, M1 (Sarwono.2009:488)

1.6 Patofisiologi Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

10 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organorgan yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal. Kanker payudara biasanya timbul dari sel-sel epithel yang berasal dari jaringan ductus atau jaringan lobular. Kanker ini dapat bersifat invasive ataupun noninvasive, lebih jauh lagi, kejadian kanker yang paling sering kejadiannya pada kanker payudara adalah karsinoma ductal invasif, diikuti oleh lobular carsinoma invasif, carsinoma invasif (in situ) memiliki insidensi terkecil. Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase: 1. Fase induksi: 15-30 tahun Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu. 2. Fase in situ: 1-5 tahun Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi precancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara. 3. Fase invasi Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.

11 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


4. Fase diseminasi: 1-5 tahun Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempattempat lain bertambah.

1.7 Diagnosis Pemeriksaan histologik terhadap biopsi massa adalah metode diagnostik definitive. Biopsi eksisi, insisi, atau jarum dapat pula dilakukan. Diagnosis segera terhadap suatu spesimen biopsi dengan pemeriksaan irisan beku memiliki derajat keakuratan tinggi di tangan orang yang berpengalaman. Suatu diagnosis patologik lengkap mengenai karsinoma payudara harus memberi informasi berikut: (1) tipe histologik karsinoma, (2) ukuran tumor, (3) stadium penyakit, dan (4) status reseptor estrogen dan progesterone. Status reseptor dewasa ini ditetapkan menggunakan bioasai, pada metode ini spesiman tumor harus diambil oleh ahli patologi segera setelah eksisi, untuk dibekukan. Penundaan pengawetan sangat mengganggu hasil pemeriksaan reseptor. Tersedia tehnik imunohistokimia untuk menetukan reseptor pada jaringan yang akan difiksasi. Diagnosis sitologik menggunakan specimen yang diperoleh melalui aspirasi jarum halus saat ini semakin popular karena prosesnya cepat dan murah. Diagnosis sitologik hanya mampu mengidentifikasi sel karsinoma. Diagnosis definitive

12 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


mengenai tipe histologik karsinoma masih memerlukan pemeriksaan histologik terhadap irisan jaringan.

1.8 Faktor predisposisi Usia lanjut (risiko meningkat setiap penambahan usia, terutama setelah usia 40 tahun) Menarke di usia muda (<12 tahun). Riwayat tidak pernah melahirkan, atau usia persalinan pertama di usia lanjut (30 tahun). Tidak ada riwayat menyusui. Seorang wanita yang telah menyusui satu anak atau lebih memiliki risiko lebih rendah daripada wanita yang tidak pernah menyusui. Orang Amerika keturunan Kaukasia dan Afrika. Riwayat kanker payudara. Sel-sel payudara yang abnormal. Beberapa wanita yang berada pada posisi non-kanker sitemukan menderita ketidaknormalan pada sel-sel payudara tertentu yang nantinya bisa menjadi kanker. Seorang wanita dengan masalah ini, dikenal sebagai hyperplasia tidak normal, membutuhkan check-up teratur. Riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, terutama dua orang saudara atau lebih yang mengalami kanker derajat dua. Riwayat penyakit payudara benigna proliferatif. Riwayat menerima radiasi toraks sebelumnya, terutama sebelum usia 30 tahun. Riwayat densitas nodul pada mammogram pascamenopouse. Ooforektomi sebelum usia 35 tahun. Riwayat penggunaan terapi kontrasepsi hormon atau sulih hormon. Minum alkohol dan merokok. Beberapa studi menunjukkan wanita yang minum banyak alkohol memiliki risiko lebih tinggi daripada mereka yang tidak minum alkohol. Merokok tidak dihubungkan secara langsung dengan risiko kanker payudara, tetapi berhubungan dengan penyakit lain dan kesehatan secara menyeluruh.

13 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

1.9 Komplikasi pada ibu dan bayi a. Pada ibu Potensi terjadi kanker inflamatorik. Terjadi metastasis di kelenjar getah bening aksila.

b. Pada bayi

14 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


Kadang-kadang sel ganas payudara ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik terhadap plasenta. Sel-sel ini ditemukan terbatas di ruang antarvilus, dan belum pernah dilaporkan penyebaran ke janin. (F. Gary Cunningham.2005:1615)

1.10

Penatalaksanaan Pendekatan diagnostik pada wanita hamil dengan kanker payudara seyogyanya tidak berbeda secara bermakna dengan pada wanita tidak hamil. Setiap massa payudara yang mencurigakan yang ditemukan selama kehamilan seyogyanya segera mendorong dilakukan rencana agresif untuk memastikan penyebabnya, baik dengan aspirasi jarum halus maupun biopsi terbuka. Aspirasi jarum halus sering merupakan prosedur pilihan untuk evaluasi awal massa

payudara yang terdeteksi pada masa hamil atau menyusui, sedangkan biopsi payudara biasanya dicadangkan untuk massa yang hasil aspirasi jarum halusnya tidak diagnostik. Risiko mammografi bagi janin hampir tidak ada apabila digunakan pelindung (shielding) yang sesuai, dan jumlah radiasi kurang dari 100 mrad. Jaringan payudara yang memadat pada kehamilan menyebabkan pemeriksaan ini menjadi kurang handal. Dalam kajian oleh Liberman dkk. dari 23 kasus karsinoma payudara terkait kehamilan, temuan mammografik hanya terdapat pada 18 (78%). Dengan menggunakan aspirasi jarum halus, tumor padat dapat dibedakan dari kista atau galaktokel. Biopsi eksisi harus dilakukan apabila hasil sitologis tidak diagnostik. Menurut Barnavon dan Wallack, aspirasi memiliki sensitivitas 66% dan spesifisitas 95%. Collins dkk. melakukan biopsi terhadap massa dari 17 wanita hamil dan hanya menemukan satu kanker. Tiga belas lainnya mengalami adenoma laktasi. Apabila diagnosis kanker payudara sudah ditegakkan, dilakukan foto toraks dan pemeriksaan metastatik terbatas. Walaupun sensitif dan spesifik, CTScan hati dan tulang mungkin dikontraindikasikan bagi wanita hamil karena adanya radiasi pengion. MRI dan USG merupakan alternatif yang layak untuk menilai keterlibatan hati. MRI tidak saja sensitif tetapi juga memiliki keunggulan gambar multi bidang dan resolusi kontras yang sangat baik. USG dilaporkan lebih sensitif daripada MRI untuk mendeteksi metastasis di hati. Clarke dkk

15 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


melaporkan bahwa sensitivitas USG dalam mendeteksi metastasis di hati adalah 76%. Terapi bedah jangan ditunda karena kehamilan. Tanpa adanya metastasis, dapat dilakukan eksisi luas, mastektomi radikal modifikasi, atau mastektomi radikal dengan penentuan stadium kelenjar getah bening aksila. Berry dkk melakukan mastektomi radikal modifikasi diikuti oleh kemoterapi pada 18 dari 22 wanita hamil. Risiko akibat prosedur ini minimal, dan insiden abortus hampir tidak ada. Karena teknik badah yang bertujuan menyelamatkan payudara biasanya harus disertai dengan radioterapi, teknik ini biasanya tidak dianjurkan bagi wanita hamil kecuali apabila keganasannya didiagnosis pada akhir trimester ketiga. Radioterapi tidak dianjurkan selama kehamilan karena terjadi hamburan radiasi ke abdomen yang cukup besar bahkan setelah pemakaian pelindung. Janin akan mendapat paling sedikit 100 sampai 150 rad apabila dosis radiasi ke payudara ibu 5000 rad. Data menunjukkan bahwa wanita tidak hamil dengan kelenjar yang positif kanker harus langsung diberi kemoterapi ajuvan. Karena itu dapat dianjurkan pemberian kemoterapi untuk pasien dengan kelenjar positif apabila diperkirakan belum akan terjadi pelahiran dalam waktu dekat. Saat ini sebagian besar penulis menganjurkan kemoterapi dengan siklofosfamid, doksorubisin, dan 5-fluorourasil. Setelah trimester pertama, metotreksat dapat menggantikan doksorubisin. Ablasi ovarium secara bedah tampaknya tidak memiliki tempat dalam penatalaksanaan kanker payudara pada wanita hamil. Berry dkk baru-baru ini melaporkan pengalaman mereka terhadap 24 wanita dengan kanker payudara primer, 18 menjalani mastektomi radikal modifikasi-14 selama kehamilan dan 4 pada masa pascapartum. Setiap wanita dipasangi kateter vena sentral, dan semua wanita diberi kemoterapi kombinasi dengan siklofosfamid, doksorubisin, dan fluorourasil setiap 3 sampai 4 minggu selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Median usia gestasi saat pelahiran adalah 38 minggu dsengan rentang 33 sampai 40 minggu. Hanya satu neonatus memiliki berat lahir kurang dari persentil ke-10 untuk usia gestasinya, dan tidak satupun dari 24 bayi menderita malformasi kongenital. (Parakrana Chandrasoma.2005:753)

16 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA

Wanita perlu dikaji sebelum menjalani operasi untuk melihat kesiapan psikologisnya dan untuk melihat hal-hal khusus yang perlu diajarkan kepadanya.

17 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


Kunjungan dari wanita yang pernah mengalami hal yang sama akan sangat bermanfaat pada masa preoperasi, juga pada masa pascaoperasi. Asuhan pascaoperasi berfokus pada upaya pemulihan. Upaya pencegahan harus dilakukan untuk menghindari pengukuran tekanan darah, pemberian injeksi, atau pengambilan darah dari lengan pada sisi tubuh yang terkena. Tempat insisi ditubuh wanita tersebut, yang terpasang sedang drainase, perlu dikaji serta di drain. Perawatan insisi dapat dilakukan dengan mengganti balutan. Apabila pada masa pascaoperasi lengan dapat digerakkan dengan baik, maka penggantian balutan dapat dilakukan selama periode pascaoperasi. Wanita biasanya dipulangkan ke rumah setelah diinformasikan tentang perawatan diri, setelah satu atau dua hari. Informasi tentang pembedahan rekonstruksi harus diberikan sebelum pembedahan dilakukan walaupun tidak semua wanita merupakan kandidat untuk prosedur tersebut atau tertarik untuk menjalaninya. Pilihan yang tersedia meliputi tandur otot dan kulit dari punggung, abdomen, atau panggul wanita, dan prostesis berisi saline. Penanaman jeli silikon pada wanita dibatasi oleh FDA pada tahun 1992 setelah penelitian tentang aspek keamanannya dilakukan. Kekhawatiran tentang penampilan setelah menjalani bedah payudara dapat mempengaruhi konsep diri wanita. Sebelum pembedahan, wanita dan

pasangannya perlu diberi informasi tentang gambaran penampilan wanita tersebut nantinya. Baik wanita maupun pasangannya diupayakan untuk mampu mendiskusikan perasaan serta kekhawatirannya dalam menerima perubahan tersebut. Tenaga kesehatan membantu pasangan tersebut untuk

mengomunikasikan perasaan serta kekhawatiran ini. Informasi tentang sumber di komunitas dan kelompok pendukung, seperti Reach to Recovery dapat sangat bermanfaat. Perawatan wanita yang menderita kanker payudara dikatakan efektif bila wanita tersebut merasa puas dengan ketetapan yang diputuskan sehubungan dengan pilihan terapi dan bila ia mendapat bantuan yang dibutyhkan dari orangorang terdekatnya selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan. (Bobak.2004 : Hal 1028)

18 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


BAB II KONSEP MANAJEMEN

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Kanker Payudara


S (Data Subjektif) o Riwayat keluarga ada yang pernah menderita kanker payudara. o Riwayat menerima radiasi toraks sebelumnya, terutama sebelum usia 30 tahun. o Riwayat penggunaan terapi kontrasepsi hormon atau sulih hormon o Riwayat menderita kanker payudara sebelumnya. o Benjolan pada payudara dan daerah ketiak o Pendarahan pada puting susu. o Rasa sakit atau nyeri pada daerah benjolan jika benjolan tersebut sudah besar dan muncul borok. o Bengkak pada lengan. o Terdapat bengkak luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); o Keluarnya cairan tidak normal yaitu, berdarah, cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara, dan cairan selain air susu. o Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam, berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi bengkak hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara yang berbau busuk dan mudah berdarah.

O (Obyektif) o Terdapat massa utuh (kenyal) o Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan) o Ulserasi kulit, edema kulit. Edema dengan Peaut doraNge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk). o Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak dengan diameter lebih 2,5 cm.

19 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


o Kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain. o Nyeri tekan pada daerah massa o Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper. o Terjadi pengelupasan papilla mammae o Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah. o Kulit terfiksasi pada dinding toraks. o Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

A (Assesment) Ibu hamil dengan kanker payudara P (Planning) 1. Menjelaskan pada ibu tentang penyakit kanker payudara yang dideritanya. 2. Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter agar dapat ditangani lebih lanjut dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih. 3. Memberitahu ibu ada beberapa terapi yang tidak boleh dilakukan karena kehamilannya yaitu radioterapi dan CT Scan karena radiasinya yang berbahaya bagi kondisi janin. 4. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung MSG karena dapat memperparah kanker yang diderita ibu. 5. Mengkaji ibu sebelum menjalani operasi untuk melihat kesiapan psikologisnya dan untuk melihat hal-hal khusus yang perlu diajarkan kepadanya. 6. Melakukan perawatan pada tempat yang di insisi dapat dengan mengganti

balutan. Apabila pada masa pascaoperasi lengan dapat digerakkan dengan baik, maka penggantian balutan dapat dilakukan selama periode pascaoperasi. 7. Memberikan informasi tentang perawatan diri kepada ibu pascaoperasi. 8. Memberikan informasi tentang gambaran penampilan wanita tersebut nantinya pasca operasi karena kekhawatiran tentang penampilan setelah menjalani bedah payudara dapat mempengaruhi konsep diri wanita.

20 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


9. Membantu pasangan untuk mengomunikasikan perasaan serta kekhawatiran yang dirasakan. 10. Memberitahu keluarga dan orang-orang terdekat ibu untuk memberika support kepada ibu selama ia menjalani semua tahap pengobatan dan pemulihan agar Perawatan ibu yang menderita kanker payudara menjadi efektif. 11. Melakukan rujukan.

21 | P a g e

HAMIL DENGAN KANKER PAYUDARA


DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Bobak. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : YIA.PKP Chandrasoma, Parakrama.2005.Patofisiologi Anatomi.Jakarta: EGC Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC Dixon, Mr. J. Michael. 2002. Seri Kesehatan Kelainan Payudara. Jakarta : Dian Rakyat Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Robbins, dkk. _ . Intisari Patofisiologi. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher Thomas, Rabe. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai