Anda di halaman 1dari 27

KISTA OVARIUM

Definisi dan epidemiologi


Kista ovarium merupakan kantong yang berisi liquid atau semi-liquid pada ovarium.
Kista ovarium ditemukan melalui pemeriksaan sonogram transvaginal pada hampir semua
wanita premenopause dan mencapai 14,8 % pada wanita postmenopause. Sebagian besar kista
ini adalah kista fungsional dan jinak.

Etiologi

Kista fungsional multipel dapat timbul akibat stimulasi gonadotropin yang berlebihan.
Neoplasia trofoblastik gestasional (molahidatiform dan koriokarsinoma) dan jarang
pada kehamilan multipel atau diabetik. Kondisi ini dinamakan hiperreksi luteinalis.

Pasien infertil yang ovulasinya diinduksi dengan gonadotropin atau agen lainnya,
seperti clomiphene citrate atau letrozole, dapat membentuk kista akibat adanya
sindrom hiperstimulasi ovarium.

Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya dapat
teratasi dengan menghentikan terapi.

Faktor resiko kistadenokarsinoma ovarium adalah riwayat keluarga, usia lanjut, ras
kulit putih, infertil, nulipara, riwayat ca mammae, dan mutasi BRCA gene.

Menarke dini

Hipotiroidisme

Kista neonatal (frekuensinya meningkat pada bayi dengan ibu diabetes dan toksemia)

Merokok, yang masih kontroversi.

Patofisiologi
Setiap bulannya, secara normal pada ovarium berkembang kista kecil yang dinamakan
folikel graaf. Pada pertengahan siklus , salah satu folikel yang paling dominan melepaskan
oosit matur. Folikel yang ruptur menjadi korpus luteum, yang ukurannya 1,5-2 cm, dengan
kantong ditengahnya. Jika tidak terjadi pembuahan pada oosit, maka korpus luteum akan
fibrosis dan mengecil. Jika fertilisasi terjadi, korpus luteum mulai membesar dan kemudian
secara bertahap mengecil selama kehamilan.
Kista ovarium yang muncul pada proses normal ovulasi disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Biasanya berbentuk folikuler dan luteal, yang disebut kista teka lutein. Kista ini
dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk follicle stimulating hormone (FSH) dan human
chorionic gonadotropin (HCG).
Kista neoplastik akibat pertumbuhan yang abnormal pada sel ovarium, kemungkinan
bisa ganas maupun jinak. Neoplasma ganas dapat muncul dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Paling sering berasal dari permukaan epitel (mesotelium).
Kista jinak dapat menyebabkan nyeri dan tidak nyaman yang berhubungan dengan penekanan
pada organ disekitarnya, torsi, ruptur, perdarahan uterus yang abnormal. Namun jarang
menyebabkan kematian. Kistadenoma musinosum dapat menyebabkan pengumpulan cairan
musin dalam abdomen, yang dikenal sebagai pseudomyxoma peritonei yang berakibat fatal.
Kista fungsional ovarium dapat terjadi pada semua umur, tetapi paling sering pada
wanita usia reproduktif. Kista luteal terjadi setelah ovulasi pada wanita usia reproduktif.
Sebagian besar kista neoplastik terjadi selama usia reprodutif.

Jenis-jenis Kista Ovarium Jinak


1. Non-neoplastik (fungsional)
a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi namun tumbuh
terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah
pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista. Terapi jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm dapat ditunggu dahulu karena kista
folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.
b. Kista korpus luteum
Berasal dari korpus luteum yang persisten, dimana sering terjadi perdarahan
didalamnya sehingga terbentuk kista. Diding kista berwarna kuning terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka. Terapi dengan menunggu kista sampai hilang sendiri, jika tidak
dilakukan operasi pengangkatan kista tanpa mengorbankan ovarium.
c. Kista teka lutein
Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini akibat
pengaruh hormon gonadotropi yang berlebihan. Kista ini dapat mengecil spontan dengan
menghilangkan penyebabnya.
d. Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium. Kista ini berisi cairan jernih dan serous.
e. Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
f. Kista Stein-leventhal
3

Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom stein leventhal. Dan kiranya disebabkan
oleh gangguan keseimbangan hormonal. Terapi dengan pemberian klomifen yang bertujuan
menyebabkan ovulasi.

2. Neoplastik
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, lunak, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kisata tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous
dan berwarna kuning. Berhubung karena adanya tangkai dapat terjadi torsi dengan gejalagejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan
epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistadenoma ovarii serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar,permukaannya licin,
biasanya berongga satu, dan berwarna putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5 %. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat berdarah. Kista in memiliki 30-35
% kecenderungan menjadi ganas. Terapi dengan pengangkatan masa tumor.
c. Kistadenoma ovarii musinosum
Tumor biasanya berbentuk multillokuler, unilateral, dan memiliki tangkai. Kadangkadang dapat terjadi torsi ayng mengakibatkan terjadi gangguan torsi pada kista. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan
timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usu-usus dan peritoneum parietal. Dinding kista
agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, khususnya jika telah terjadi perdarahan atau
4

perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan kista terdapat cairan lendir yang khas
kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
pencampurannya dengan darah. Penangannya dengan pengangkatan tumor.
d. Kista endometroid
Kista ini beiasanya unilaterlal dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
e. Kista dermoid
Merupakan satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektodermal dengan
diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea, tampak
lebih menonjol dari elemen mesoderm dan entoderm.

Gejala klinik

Sebagian besar kista ovarium adalah asimptomatik. Bahkan kista ovarium ganas dapat
terjadi tanpa gejala sampai stadium yang lebih lanjut.

Nyeri atau rasa tidak nyaman dapat timbul di perut bagian bawah. Nyeri yang berat
dapat terjadi akibat adanya kista yang terpuntir atau ruptur.

Pasien merasa tidak nyaman pada saat coitus, khususnya pada penetrasi yang dalam.

Pergerakan usus dapat menjadi sulit, dan kemudian penekanan pada usus dapat
memicu keinginan untuk defekasi.

Miksi dapat muncul lebih sering, disebabkan karena penekanan pada kandung kemih.

Siklus menstruasi menjadi ireguler dan perdarahan vagina abnormal dapat terjadi.
Anak-anak dapat menunjukkan pubertas prekoks dan onset menarke yang lebih dini.
Pasien juga akan merasa penuh pada perut.

Penyakit keganasan yang lebih lanjut dapat dihubungkan dengan kakeksia dan
penurunan berat badan, limfadenopati pada leher, sesak nafas, dan tanda-tanda efusi pleura.
Kista yang besar dapat dipalpasi pada pemeriksaan abdomen. Gross asites dapat tergambar
melalui palpasi pada massa intraabdomen.

Akibat pertumbuhan
Adanya tumor didalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembonjolan perut.
Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam
perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak seberapa besar, tetapi terletak didepan uterus
dapat menekan kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi, dibanding suatu
kista yang lebih besar tetapi terletak berat di rongga perut. Selain gangguan miksi, tekanan
tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema pada tangkai. Pada tumor yang besar dapat
terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
Akibat-akibat hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola hidup, kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluatkan hormon. Sebuah tumor sel granulosa dapat menimbulkan hipermonorea,
dan arhenoblastoma dapat menyebabkan amenorea.
Akibat komplikasi
Perdarahan kedalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal.
Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi sekoyong-koyong dalam jumlah yang banyak, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih
akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang mempermudah
terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat
mengubah letakj tumor, dan karena sesudah peralinan dapat terjadi perubahan mendadak
dalam rongga perut.

Putaran tangkai menyebabkan ganggan sirkulasi meskipun ganguan ini jarang bersifat
total. Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopalvikum
terdapat peritooneum periatle dan ini menimbulkan rasa sakit. Perlu hal ini dipehatikan pada
pemeriksaan. Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah perbendungan darah dalam tumor
dalam dengan akibat pembesaran timor dan terjadinya perdarahan didalamnya. Jika putaran
tangkai berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemografik dalam tumor, dan jika tidak diambil
tindakan, dapat terjadi robekan dinding

kista dengan pendarahan intraabdominal atau

peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-lahan, tumor dapat melekat pada
omentum, yang membuat sirkulasi baru untuk nomor tersebut. Tumor mungkin melepaskan
diri dari eterus dan menjadi tumor parasid atau tumor pengembara.
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman patogen, seperti
apandisitis, divertikulitis atau salpingtis akuta. Kista dermoid cenderung mengalami
peradangan diusul dengan pernanahan.
Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, danlebih sering pada waktu persetubuan. Kalau
kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera
mengurang. Tetapi, kalau terjadi robekan pada kista disertai homoragi yang timbul secara akut,
maka pendarahan bebas dapat berlangsung terus kedalam rongga peritoneum, dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma mosinosum dapat mengakibatkan implantsi sel-sel
kista pada Peritoneum. Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musim yang mengisi rongga
perut dan menyebabkan perlekatan-perlekatan dalam rongga perut. Keadaan ini dikenal
dengan nama pseudomiksoma peritonei.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma
ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid. Oleh sebab itu, setelah
tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan ; adanya anak sebar (metastsis) memperkuat diaknosis keganasan.

Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah dan atau
dirongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada
tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor ; dalam hal ini
mioma subpresorsum atau mioma intraligamenter dapat menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis. Jika tomor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan
tumor itu konsistensinya kristik, perlu difikirkan adanya kehamilan atau kandung kencing
penuh. Umumnya dengan memikirkan kemungkinan ini, pada pengambilan anamnesis yang
cermat dan disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan ini dapat disingkirkan.
Tumor-tumor bukan dari ovarium yang terletak didaerah pelvis ialah antara lain ginjal
ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari kolon sigmoileum. Pemeriksaan pielogram intra
vena dan

pemasukan bubur barium dalam kolon dapat menentukan ada tidaknya

kemungkinan itu.
Dinegara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa
menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar
menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau asites, akan tetapi dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, pertukaran ini biasanya dapat diatasi. Jika terdapat
asites, perlu ditentukan sebab asites. Fibroma ovarii (sindro meigs) dan tumor ovarium ganas
dapat menyebabkan asites, akan tetapi asites dapat pula disebabkan oleh penyakit lain, seperti
sirosis hepatis. Pemeriksaan bimanual sebelum atau sesudah fungsi asites dapat memberi
petunjuk apakah ia disebabkan oleh tumor ovarium. Pemeriksaan kimiawi cairan dan
pemeriksaan histologik sedimen cairan dapat membantu dalam pembuatan diaknosis. Pada
tuberkulosis peritonea terdapat pula cairan dalam rongga perut, akan tetapi disini cairan tidak
bergerak dengan bebas seperti pada asites, karena dibatasi oleh perlekatan-perlekata.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka
perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala kearah peradangan
genital, dan pada pemeriksaan rumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlekatan. Kista nonneplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu
waktu biasanya menghilang sendiri.

Jika tumor ovarium itu bersifat neoplastik, timbul persoalan apakah tumornya jinak
atau ganas. Tidak jarang tentang hal ini tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan
operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang
ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diaknosis deferensial.

Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang memiliki nilai diagnostik pada kista
ovarium. Cancer Antigen 125 (CA125) merupakan protein yang diekspresikan pada membran
sel dari jaringan ovarium normal dan ca ovarium.
-

Kadar CA125 kurang dari 35 U/ml dianggap normal.

CA125 meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma ovarium epitelial, 50% pada
pasien kanker stadium I, dan dapat juga meningkat pada pasien tumor jinak atau ganas
lainnya, dan bahkan ditemukan meningkat pada sekitar 6% orang yang sehat.

Penemuan peningkatan kadar CA125 sangat berguna ketika dikombinasikan dengan


USG.
Tumor marker lainnya juga dapat meningkat pada pasien dengan kista ovarium

neoplastik, seperti: serum inhibin pada tumor sel granulosa, alpha-fetoprotein pada
endodermal sinus tumor, Lactic dehydrogenase pada disgerminoma, alpha-fetoprotein dan
beta-hCG pada karsinoma embrional.

Pemeriksaan Imaging
Ultrasonografi
Kista simplek berbentuk unilokuler dan memiliki dinding yang tipis mengelilingi
sebuah kavitas yang tidak mengandung internal echo. Kista ini tidak tampak ganas. Biasanya

berbentuk kista fungsional folikular atau luteal, dan jarang berbentuk kistadenoma seros atau
kkista inklusi. Kista komplek memiliki lebih banyak kompartemen (multilokuler), memiliki
dinding yang tebal, terdapat penonjolan ke lumen atau permukaan.
USG endovaginal dapat membantu pada pemeriksaan morfologik struktur pelvik
secara detail. Ini relatif tidak invasif dan memiliki toleransi yang baik terhadap wanita baik
usia reproduktif maupun usia lanjut. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa menunggu buli-buli
penuh.
USG trans abdominal lebih baik daripada USG endovaginal untuk mengevaluasi massa
yang besar dan juga dapat menilai struktur intra-abdominal lainnya seperti ginjal, hati, dan
asites. Ini dilakukan pada saat buli-buli penuh.
Doppler Flow Studies
Pemeriksaan ini dapat membentu identifikasi aliran darah pada dinding kista dan area
di sekitarnya, termasuk permukaaan tumor, septum, bagian padat pada tumor, dan stroma
ovarium peritumor. Prinsipnya adalah pembuluh darah baru pada tumor memiliki ketahanan
yang rendah terhadap aliran darah karena dindingnya mengandung sedikit otot polos. Ini dapat
dihitumg melalui indeks resistif atau pulsatil.
MRI
MRI dengan gadolinium dapat lebih jelas dalam mengevaluasi lesi yang sukar dinilai
dengan USG. MRI lebih baik dalam menilai jaringan lunak dibandingkan CT scan, khususnya
dalam mengidentifikasi jaringan lemak dan darah, dan dapat menggambarkan asal massa
organ ginekologi tersebut. MRI bukan termasuk pemeriksaan rutin.
CT scan

10

CT scan lebih jarang digunakan dibandingkan dengan USG dan MRI untuk membantu
menegakkan diagnosa kista ovarium dan massa pelvik. CT scan dapat digunakan untuk
memeriksa isi abdomen dan retroperitoneum pada kasus penyakit keganasan ovarium.
Terapi
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor nonneoplastik tidak. Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberi
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter
kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus
luteum, jadi tumor nonneoplastik. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu
dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini
hendaknya diambil sikap menunggu selama dua sampai tiga bulan, sementara mengadakan
pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam
pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar
tumor itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium non neoplastik ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi, jika
tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai
dengan pengangkatan tuba (salpingo-oovorektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus
diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau pada dua ovarium. Pada
operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui apakah ada
keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan
pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli katologi anatomik
untuk mendapat kepastian apakah tumor ganas atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah kistektomi dan salpingo ovorektomi
bilateral. Akan tetapi, pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan
tingkat keganasan tumor yang rendah (misalnya tumor sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

11

Pada pasien postmenopause dengan kista simplek berukuran kurang dari 5 cm dengan
nilai CA125 normal dapat dimonitor dengan USG serial. Beberapa bukti ditemukan bahwa
kista yang mencapai ukuran 10 cm dapat diikuti perkembangannya dengan aman melalui cara
ini.
Pada pasien premenopause yang asimptomatik dengan ukuran tumor kurang dari 8 cm
dan nilai CA125 dalam batas normal dapat dimonitor dengan USG ulangan dalam 8-12
minggu. Terapi hormon tidak banyak membantu dalam menekan stimulasi ovarium oleh
gonadotropin. Kista ovarium simplek persisten yang berukuran lebih dari 5-10 cm dan kista
ovarium komplek harus diangkat.
Laparatomi/laparoskopi dapat dilakukan, dengan tujuan:
-

Memastikan diagnosis kista ovarium

Menilai apakah kista akan menjadi ganas

Memperoleh cairan dari bilasan peritoneal untuk penilaian sitologik

Mengangkat seluruh kista

Menilai organ intraabdomen lainnya

Eksisi pada kista saja dapat dilakukan pada pasien yang ingin mempertahankan
fertilitas, termasuk pada kista fungsional, endometrioma, dermoid. Pengangkatan ovarium
sebelahnya

sebaiknya

dilakukan

pada pasien

postmenopause,

perimenopause,

dan

premenopause, yang berusia di atas 35 tahun.

Prognosis
Pada kista ovarium jinak dapat sembuh sempurna. Semua kista ovarium dapat muncul
kembali pada jaringan yang tersisa atau ovarium kontralateral.

12

INFERTILITAS
Kemandulan atau sterilitas adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk
memiliki keturunan. Sedangkan infertilitas bukanlah merupakan ketidakmampuan mutlak
untuk mendapatkan keturunan. Pasangan yang telah mencoba memiliki keturunan selama 1
tahun, namun belum juga mendapatkannya, sudah disebut sebagai pasangan infertil. Terdapat
2 jenis infertilitas yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer terjadi
pada pasangan yang belum pernah memiliki keturunan sama sekali, sedangkan infertilitas
sekunder pada pasangan yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan keturunan lagi setelah
mendapatkan keturunan yang pertama.
Suatu pasangan dikatakan infertil jika telah menjalani hubungan seksual secara teratur
(2-3)x/minggu, tanpa perlindungan selama 12 bulan dan tidak terjadi kehamilan. Secara
epidemiologi, 1 dari 7 pasangan mempunyai masalah dengan fertilitas. Faktor dari laki-laki
bertanggung jawab 30% dan wanita 40% sebagai penyebab infertilitas. Sisanya disebabkan
oleh kombinasi kedua faktor atau yang tidak diketahui penyebabnya.
Penyebab infertilitas:
1. Idiopatik (27%),
2. Faktor laki-laki (24%),
3. Anovulasi (21%),
4. Faktor tuba (14%),
5. Endometriosis (6%),
6. Disfungsi sexual (6%),
7. Faktor serviks dan imunologi (2%)

13

Dari beberapa penelitian setelah investigasi yang adekuat, kira-kira 15% pasangan infertil
tidak didapat penyebab infertilitasnya. Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan ini
mengecewakan bagi kedua pasangan maupun bagi tim kesehatan.

a. Pemeriksaan Penunjang
1. Pria
Biasanya pemeriksaan dimulai dengan analisis cairan semen, karena laki-laki mungkin
menderita azoospermia atau oligospermia berat.
Analisis Semen
Evaluasi terhadap sampel memungkinkan penilaian tingkat specimen sebagai :

Normal

Oligospermia (jumlah <20 juta per ml)

Dengan motilitas sperma normal

Dengan astenospermia

Oligospermia berat (>5 juta dalam spesimen total)

Azoospermia

Astenospermia dengan jumlah sperma normal

Hasil abnormal menunjukkan bahwa laki-laki harus diperiksa dan dilakukan


anamnesis. Riwayat mungkin menunjukkan bahwa ia terpajan pada panas yang tinggi, zat
kimia tertentu, atau mendapat obat anti kanker. Pemeriksaan genitalia laki-laki penting
dilakukan. Jika diagnosisnya adalah azoospermia atau oligospermia, dilakukan pemeriksaan
untuk mengukur kadar FSH. Jika diagnosis adalah oligospermia berat dan volume testis serta
kadar FSH normal, kadang-kadang perlu dilakukan biospi testis
Tabel 1. Analisis Semen Normal
Analisis Semen Normal
Volume

>2ml

Konsentrasi Sperma

>20 juta per ml


14

Konsentrasi Sperma Total

>40 juta

Motilitas 60 menit setelah ejakulasi

>50% dengan gerakan kedepan

Morfologi

>50% dengan morfologi normal

Apabila jumlah sperma kurang dari 20 juta per ml, morfologi dan motilitas sering abnormal.

Diagnosis infertilitas absolut dibuat jika didapati azoospermia dan peninggian kadar
FSH. Infertilitas berat ditegakkan jika didapati oligospermia berat. Infertilitas relatif
ditegakkan jika jumlah sperma antara 5 juta-20 juta/ml. Pengobatan dapat ditawarkan kepada
pria yang menderita infertilitas relatif, meskipun harus dikatakan bahwa tidak ada terapi yang
terbukti lebih efektif daripada placebo.
2. Wanita
Faktor-faktor yang perlu diperiksa:
Ovulasi
Cara yang paling efektif dalam menentukan apakah seorang wanita berovulasi adalah
mengukur suhu basal, uji lendir serviks, kadar progesteron serum pada fase luteal pertengahan
pada siklus menstruasi.
a. Suhu basal badan
Uji penyaringan yang paling sederhana untuk memastikan ovulasi normal secara memadai
adalah suhu basal badan, yang menilai lama berlangsungnya fungsi luteal, dan kadar
pertengahan luteal dari progesteron serum, yang menilai fungsi luteal.
b. Uji lendir serviks
Pemeriksaan uji lendir serviks berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan
fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal
getah serviks dalam menerima sperma.
c. Biopsi endometrium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh progesteron terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hari sebelum haid. Kontra indikasinya dapat berupa hamil,
infeksi pelvik atau servitis akut/kronik. Biopsi endometrium dapat pula dilakukan untuk
menilai fungsi ovarium.

15

Penolakan Servik (Cervical Hostility)


Biasanya digunakan untuk menunjukkan kegagalan sperma menembus mukus serviks
pada ovulasi, kegagalan ini lebih mungkin disebabkan oleh gangguan fungsi sperma, yang
mungkin bersifat imunologik. Tes positif (>5 sperma yang aktif per satu lapangan)
menunjukkan bahwa tidak mungkin ada masalah imunologik yang menyebabkan infertilitas.
Tes negatif tidak memberikan informasi yang bermanfaat karena itu, telah dikembangkan tes
mukus sperma yang lebih spesifik.
Faktor tuba
Potensi tuba falopii dapat dievaluasi dengan dua cara:
- Histerosalfingografi
- Laparoskopi
PENATALAKSANAAN INFERTILITAS
a. Infertilitas laki-laki
Azoospermia merupakan penghalang absolut bagi kehamilan, dan lazimnya tidak
terjadi kehamilan pada pasangan yang laki-lakinya mengalami oligospermia berat. Untuk
pasangan ini, inseminasi semen donor merupakan pilihan.
Perbaikan pada jumlah sperma penderita oligospermia ringan telah diusahakan dengan
menggunakan testosteron oral (mestrolon) dan yang lebih baru klomifen yang diberikan
sekurang-kurangnya 12 minggu.
Alternatif lain dengan mengambil konsentrat sampel semen dan membuahi beberapa
ovum dengan menggunakan teknik Fertilisasi In Vitro (IVF).
b. Infertilitas wanita
1. Kerusakan tuba
- Mengusahakan membuat tuba falloppi paten dengan pembedahan mikro. Jika ujung fimbrae
tuba saja yang terhambat, dapat dilakukan salfingotomi atau fimbriolisis. Hasilnya 40% wanita
hamil dalam 2 tahun setelah operasi.

16

- Kerusakan tuba yang lebih besar memerlukan anastomosis tuba, dengan angka keberhasilan
tidak lebih dari 20%, sedangkan melepaskan kembali ligasi tuba diikuti dengan angka
kehamilan 60%.

2. Teknologi bantuan reproduksi yang baru


Prosedur:

Wanita diberi obat perangsang ovulasi untuk menghasilkan superovulasi

Sel telur diambil dari ovarium melalui jalur transvaginal dibawah pengarahan ultrasound

Sel telur dipersiapkan untuk pembuahan (hanya dipilih sel telur yang baik)

Sperma ditambahkan in vitro pada sel telur yang terpilih

Dua atau lebih telur yang telah dibuahi dipindahkan ke uterus atau ke dalam tuba fallopii
dengan menggunakan tehnik gamete intrafallopian transfer (GIFT)

Angka keberhasilan IVF (bayi hidup dan sehat) kira-kira 10%. Sedangkan GIFT berhasil kirakira 20%.
3.Penolakan serviks (infertilitas imunologik)
Metode pengobatan paling tua pada laki-laki adalah menggunakan kondom selama 6
bulan dengan harapan antibodi sperma dapat hilang. Pengobatan lain bagi laki-laki adalah
menggunakan kortikosteroid dosis rendah (prednison 20 mg, 2x sehari pada 10 hari pertama
siklus menstruasi wanita) selama 3 bulan. Menggunakan sperma yang telah dicuci yang
dimasukkan ke dalam rongga uterus atau menggunakan tehnik IVF atau GIFT. Masingmasing pengobatan tersebut belum dievaluasi dengan baik dan nampaknya banyak kehamilan
dapat terjadi sekalipun tidak diberikan pengobatan.
4. Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan
Pendapat sekarang mengenai pengobatan pada pasangan yang didiagnosis sebagai
infertilitas yang tidak dapat dijelaskan masih membingungkan. Jika tidak diberi pengobatan,
melainkan dengan keyakinan bahwa tidak ada penyebab infertilitas, lebih dari 40 persen
wanita akan hamil dalam waktu 3 tahun. Namun, jika pasangan menginginkan, atau jika
17

wanita berusia lebih dari 35 tahun, dapat dipilih IVF atau GIFT segera setelah didiagnosis,
daripada menunda selama 3 tahun.
5. Terapi obat-obatan
-

Clomiphene citrate (clomid): meransang ovulasi dengan bekerja pada pituitary gland.
Pemberian secara oral.

Human menopausal gonadotropin or hMG (repronex, pergonal): bekerja langsung pada


ovarium untuk menstimulasi ovarium. Pemberian secara injeksi.

Follicle-stimulating hormone or FSH (Gonal-F, Follistim): meransang ovulasi.


Pemberian secara injeksi

GnRH analog: Untuk wanita yang tidak ovulasi secara teratur. Pemberian secara
injeksi.

Metformin (glucophage). Diberikan pada wanita resisten terhadap insulin atau


polikistik ovarium sindrom. Membantu meransang ovulasi. Diberikan sebagai
kombinasi clomiphane sitrat atau FSH. Diberikan secara oral.

Bromocriptine (Parodel). Diberikan pada wanita dengan gangguan ovulasi akibat


tingginya kadar prolaktin.

18

Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta
Dr. NURUL NOVIARISA
No. ID dan Nama Wahana
RSUD LUBUK SIKAPING
Topik
KISTA OVARIUM + INFERTILITAS PRIMER
Tanggal (kasus)
JUNI 2012
Nama Pasien
MARLISWATI
No. RM
045134
Tanggal Presentasi
Pendamping
Dr. Nurweti emida
Tempat Presentasi
RSUD LUBUK SIKAPING
Objektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja Dewasa
Lansia Bumil
Deskripsi
Tujuan
Bahan Bahasan

Manajemen penatalaksanaan kista ovarium dan penelusuran factor penyebab


infertilitas primer
Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara Membahas

Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail Pos
Data Pasien
Nama : MARLISWATI
No. Registrasi : 045134
Nama RS : RSUD LUBUK SIKAPING
Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis akhir / Gambaran Klinis : Kista ovarium + infertilitas primer / terasa benjolan di
perut kanan bawah sejak 8 bulan yang lalu. Pasien telah menikah sejak 10 tahun lalu dan
belum memiliki anak.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien mengalami abortus sebulan yang lalu,pada
kehamilannya yang pertama setelah 10 tahun menikah, pada usia kehamilan 16-18
19

minggu.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama dan
menderita penyakit keganasan
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien ibu rumah tangga dan suaminya seorang penjaga sekolah
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal di rumah permanen, di lingkungan
padat penduduk dengan sanitasi lingkungan baik. Tidak memiliki hewan peliharaan seperti :
kucing
7. Lain-lain : Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosa kista ovarium dan infertilitas primer
2. Mengetahui factor predisposisi infertilitas primer
3. Mengetahui penatalaksanaan kista ovarium
4. Mengetahui apakah ada kaitan antara penyakit seperti kista ovarium dengan infertilitas

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :

20

Seorang pasien wanita umur 37 tahun, masuk bangsal kebidanan tanggal 19 juni 2012
kiriman Poliklinik kebidanan dengan diagnosis: Kista Ovarium.
Anamnesa
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan adanya terasa benjolan di perut kanan bawah sejak 8 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Terasa adanya benjolan diperut kanan bawah sejak 8 bulan lalu, terasa sebesar telur ayam,
dirasakan tidak semakin membesar, tidak nyeri
Pada bulan maret 2012, pasien datang ke Poli kebidanan dengan keluhan utama telat haid
sejak 1 bulan sebelumnya, pada pasien dilakukan plano test (+) dan USG dengan hasil
gravid 4-5 minggu +kista ovarium dextra
Sejak awal kehamilan pasien sering mengalami keluar nya bercak darah sedikit- sedikit
dari kemaluan, dan pada Mei 2012 pasien mengalami perdarahan yang banyak,lalu
control ke poli kebidanan, dilakukan USG dengan hasil Abortus komplet + kista
ovarium. Pasien diberi obat pulang lalu direncanakan kistektomi, 40 hari setelahnya.
BAB dan BAK biasa.
Riwayat penurunan berat badan tidak ada
Pasien telah menikah sejak 10 tahun yang lalu, belum memiliki anak.
Riwayat Menstruasi: menarche: 13 tahun, siklus tidak teratur,2-4 bulan sekali, lamanya
bisa sampai 30 hari, banyaknya 6-7 x ganti duk/hari, nyeri (-).
Setelah menikah siklus haid mulai agak teratur datang tiap bulan, lama 7-10 hari,
banyaknya 4-5x ganti duk/hari
Melakukan hubungan suami istri teratur 3-4 kali seminggu.
Pasien dan suami tidak pernah memeriksakan diri ke dokter mengenai perihalnya yang
belum memiliki anak.
Riwayat perkawinan : 1 x tahun 2002
Riwayat kehamilan / abortus / persalinan : 1/1/0
1. 2012, abortus, usia kehamilan 16-18 minggu
21

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis dan hipertensi tidak ada.

Riwayat menderita penyakit infeksi genital tidak ada.

Riwayat pemakaian obat-obatan dalam jangka waktu yang lama tidak ada.

Riwayat trauma pada daerah panggul tidak ada.

Riwayat operasi pada bagian perut tidak ada.

Riwayat terpapar penyinaran tidak ada.

Riwayat merokok tidak ada.

Riwayat kontrasepsi : (-)


Riwayat imunisasi : (-)

2. Objektif :

22

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

: sedang

Kesadaran

: komposmentis kooperatif

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi nadi

: 84 x / menit

Frekuensi nafas

: 20 x / menit

Suhu

: 370 C

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5 2 cmH2O, Kelenjer tiroid tidak membesar

Dada

: Jantung dan Paru dalam batas normal

Abdomen

: Status ginekologi

Genital

: Status ginekologi

Ekstremitas

: edema -/- , reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-

STATUS GINEKOLOGI
Abdomen

Inspeksi

: Perut tidak tampak membesar, striae (-),venektasi (-), sikatrik (-)

Palpasi

: Tidak teraba massa, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-)

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Genitalia

Inspeksi : U/V : ppv (-)


Inspekulo :
Vagina : Tumor (-), laserasi (-), tanda radang (-)
Portio : Primipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa, tumor(-),

laserasi (-), OUE

tertutup.
VT/ bimanual :

vagina : tumor (-), laserasi (-)

Portio: primipara,ukuran sebesar jempol tangan dewasa, tumor (-), OUE tertutup

23

Corpus Uteri : Antefleksi, sebesar telur ayam

Adneksa parametrium :
kanan : teraba massa konsistensi kistik, permukaan licin, ukuran sebesar tinju dewasa,
mobile, nyeri tekan (-)
kiri : tidak ditemukan kelainan

Cavum douglas : tidak menonjol

Laboratorium :
HB

: 13,0 gr%

Lekosit

: 7000/mm3

trombosit

: 171000 / mm3

LED : 60 mm/jam
Hasil USG
Kesan : kista ovarium dextra 8-7 cm

24

3. Assesment :
Seorang pasien wanita berumur 37 tahun, dirawat di bangsal kebidanan, kiriman
poliklinik kebidanan dengan diagnosa Kista Ovarium + Infertilitas primer 10 tahun.
Diagnosis kista ovarium ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa terasa adanya benjolan diperut
kanan bawah sejak 8 bulan lalu, terasa sebesar telur ayam, dirasakan

tidak semakin

membesar, tidak nyeri. Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologik didapatkan
adanya massa konsistensi kistik, permukaan licin, ukuran sebesar tinju dewasa, mobile, nyeri
tekan (-). Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan USG sesuai dengan gambaran kista
ovarium.
Pada pasien lalu dilakukan laparatomi. Intraoperatif, didapat massa sebesar tinju
orang dewasa pada ovarium kanan, konsistensi kistik, dengan permukaan licin berwarna
merah muda, dan tidak didapatkan adanya perlengketan, lalu dilakukan kistektomi ovarium
dextra. Ovarium kiri juga ditemukan masaa kistik ukuran 2x3x1 cm, dan dilakukan aspirasi
didapatkan cairan bercampur darah sekitar 3cc. Untuk menentukan diagnosis pasti,
dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi anatomi.
Sedangkan diagnosa Infertilitas Primer ditegakkan atas dasar belum memiliki anak
setelah menikah sejak 10 tahun yang lalu. Pasien pernah hamil satu kali tahun 2012 dan
mengalami keguguran saat usia kehamilan 16-18 minggu. Riwayat Menstruasi: menarche: 13
tahun, siklus tidak teratur,2-4 bulan sekali, lamanya bisa sampai 30 hari, banyaknya 6-7 x
ganti duk/hari, nyeri (-). Namun setelah menikah siklus haid mulai agak teratur datang tiap
bulan, lama 7-10 hari, banyaknya 4-5x ganti duk/hari.
Pasien belum pernah memeriksakan dirinya dan suami mengenai perihal belum
memiliki anak. Karena itu pada pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut,
untuk mengetahui penyebab infertilitasnya antara lain konsultasi suami istri, analisa semen
(sperma) dan hormon seksual suami, biakan usap vagina, uji lendir serviks, USG,
histerosalfingografi, biopsi endometrium.

25

26

4. Plan :
Diagnosis :
Kista ovarium dextra +Infertilitas primer 10 tahun
Plan :
Pada pasien akan dilakukan Laparatomi dengan Kistektomi, lalu specimen dikirim untuk
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
Pendidikan :
-

Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan
pada pasien

Mengenai infertilitasnya diberikan penjelasan pada pasien untuk melakukan


pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat.

Konsultasi :
Diagnosa dan manajemen terapi pada pasien ini merupakan hasil konsultasi dan advice dari
dokter spesialis kebidanan.

27

Anda mungkin juga menyukai