Diana Hasmarina
Pembimbing:
Dr. dr. Bakhtiar, M.Kes, S.pA
Pendahuluan
• Penelitian pada bagian Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Abakaliki Nigeria
Selatan yang dilakukan dari 1 Januari 2008 hingga 1 Desember 2009adalah sekitar
35% (Onyearugha et al., 2011)
Penelitian di Kanada dari tahun 2002 hingga tahun 2004 mendapatkan sebanyak 258 dari 367
kasus ikterus neonatorum merupakan kasus ikterus neonatorum berat dengan rata-rata kadar
puncak serum bilirubin total lebih dari 425 µmol/L (Sgro et al., 2006).
Jenis Ikterus
Ikterus Fisiologis:
Ikterus timbul pada hari ke 2 – 4.
Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan
kurang dari 5 mg/dl per 24 jam.
Kadar bilirubin serum kurang dari 12 mg/dl pada
bayi aterm dan kurang dari 14 mg/dl pada bayi
preterm.
Dapat menghilang dengan sendirinya.
Tidak perlu penanganan khusus.
Ikterus Patologis:
Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan
lebih besar dari 5 mg/dl per 24 jam.
Ikterus yang disertai proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, defisiensi G6PD, atau
sepsis)
Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia
>8 hari (pada NCB) atau > 14 hari (pada NKB)
Patofisiologi
Faktor perinatal:
Trauma lahir, seperti cephalhematom dan
ekimosis
Infeksi bakteri, virus, serta protozoa
(Behrmanet al., 2000; Dennery et al., 2001)
faktor neonatal :
Prematuritas
Faktor genetik, meliputi:
a. Gangguan konjugasi bilirubin secara genetik, seperti sindrom Gilbert
serta sindrom Crigler-Najjar tipe I dan II.
b. Defek enzim lainnya, meliputi defisiensi enzim Glukosa-6-fosfat,
defisiensi enzim piruvat kinase, defisiensi hexokinase, serta porfiria
eritropoietik kongenital.
Defek struktur eritrosit, seperti sferositosis dan eliptositosis.
Polisitemia
Obat-obatan, seperti streptomisin, kloramfenikol, benzil alkohol,
serta sulfisoxazole.
(Dennery et al., 2001; Kulkarni et al., 2013)
Derajat Ikterus Menurut Kramer
Keluhan Utama
Sesak
Keluhan Tambahan
Bayi tampak kuning
Riwayat Penyakit Sekarang
Menit 1 Menit 5
Respiration (Pernapasan) 1 1
Pemeriksaan Fisik
Lingkar Kepala : 36 cm
Rambut : Hitam, distribusi merata
Kulit : warna kuning pada wajah,dada, perut
sampai lutut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Conjunctiva pucat (-/-), ikterik (-/-),
sekret (-/-), refleks cahaya (+/+),Pupil
isokor bulat 3 mm/3 mm
Hidung : Sekret (-/-), Napas cuping hidung (-)
Telinga : Normotia, Serumen (-/-)
Mulut : Mukosa bibir lembab (+),sianosis ( - )
Leher : Pembesaran KGB ( - )
Thorax
Inspeksi : Retraksi interkostal (-)
Palpasi : Sf kanan= Sf kiri
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler (+/+), Suara napas
tambahan ronki (-/-) whezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba, thrill (-)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I > BJ II , reguler (+), bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-)
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Peristaltik (+) N
Ekstremitas : - Superior : sianosis (-/-)
- Inferior : sianosis (-/-) edema (-/-)
- Akral hangat
RESUME
Ikterus Neonatorum
TERAPI
1. O2 1 l/menit
2. Diet ASI
3. Terapi Sinar
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
ANALISA MASALAH
Kasus Pembahasan
Anamnesis: Dari hasil anamnesa Penyebab yang paling mungkin pada
didapatkan bayi mulai tampak kuning hari ke-6 setelah lahir adalah
pada hari ke-6 setelah lahir. disebabkan karena ASI, septikemia,
Anamnesis ini ditanyakan untuk atresia kongenital saluran empedu,
menilai etiologinya. hepatitis neonatorum, rubela,
galaktosemia, hipotiroidisme, hepatitis
herpes, serta anemia hemolitik
kongenital (sferositosis), atau
kemungkinan kegawatan akibat anemia
hemolitik lainnya seperti defisiensi
piruvat kinase serta enzim glikolitik
lainnnya atau anemia nonsferisik
herediter, defisiensi enzim G6PD,
glutation sintetase, atau peroksidase
(Behrmanet al., 2000; Kulkarni et al.,
2013)
Kasus Pembahasan
Anamnesis faktor resiko: Pasien ini Persalinan secara sectio Caesarea dapat
merupakan bayi yang lahir secara berakibat terjadinya hipoperfusi hepar
Sectio Cesarea atas indikasi PEB. yang dapat menyebabkan proses
konjugasi bilirubin terhambat. Ibu yang
melahirkan secara section caesarea
biasanya susah untuk menyusui bayinya
secara langsung, hal ini dikarenakan
ketidaknyamanan pasca operasi, dimana
seperti yang diketahui bahwa ASI ikut
berperan untuk menghambat terjadinya
sirkulasi enterohepatik bilirubin pada
neonatus (Richard E., et al. 2013;
Sukadi A. 2008).
Kasus Pembahasan
Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan fisik ini untuk melihat
didapatkan warna kuning tampak pertama penyebaran ikterus, sehingga dapat
kali pada kepala dan wajah, kemudian dilakukan penilaian derajat ikterus
menyebar ke dada, perut dan lutut. hal ini menurut Kramer. Cara ini dapat
menunnjukkan derajat ikterus kramer 3 memperkirakan kadar bilirubin serum
(kadar bilirubin 8 – 16 mg/dl). secara kasar dan untuk pemeriksaan lebih
lanjut terhadap kadar bilirubin indirek
atau direk secara laboratorium. Caranya
dengan jari telunjuk ditekankan pada
tempat-tempat yang tulangnya menonjol
seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain-
lain. Tempat yang ditekan akan tampak
pucat atau kuning (Behrmanet al., 2000;
Kramer, 1969).
Kasus Pembahasan
Tatalaksana: Terapi Sinar (fototerapi) Pada kasus ini, dengan melihat kadar bilirubin
total pasien yaitu 16,29 mg/dl mengindikasikan
bahwa pasien ini sudah seharusnya mendapatkan
terapi sinar (fototerapi).
Hal ini sesuai dengan aturan umum yang
digunakan di NICU, yaitu fototerapi dimulai ketika
total kadar bilirubin lebih besar dari 5 kali berat
badan lahir (Arianti, R. 2009; American Academy
of Pediatrics. 2004).
Umur Bayi dengan risiko rendah Bayi dengan risiko Bayi dengan risiko tinggi
(usia gestasi ≥ 38 minggu dan sedang ( usia gestasi ≥
38 minggu+faktor risiko (usia gestasi 35-37minggu+
sehat)
atau 35-37 minggu dan faktor risiko)
sehat )
24 jam ≥ 11,5 ≥ 10 ≥8
48 jam ≥ 15 ≥ 13 ≥ 11
96 jam ≥ 20 ≥ 17 ≥ 14,5
5 – 7 hari ≥ 21 ≥ 18 ≥ 15
Keterangan : Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi,
suhu tubuh tidak stabil, sepsis, asidosis, albumin < 3.0 g/dL
Panduan Fototerapi menurut AAP6.