Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga


pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan
menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat
mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas.
Pneumothoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik.
Pneumothoraks spontan dapat bersifat primer dan sekunder, sedangkan
pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik.(3)
Angka kejadian pneumothoraks belum diketahui secara pasti namun
menurut beberapa penelitian, pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan
5:1. Pneumothoraks spontan primer (PSP) memiliki insidensi 7.4 – 18 kasus per
100.000 penduduk setiap tahun pada laki-laki, dan 1,2 – 6 kasus per 100.000
penduduk setiap tahun pada perempuan(1). Pada anak, penyakit ini kurang umum
disbanding orang dewasa; tingkat pneumothoraks relatif lebih tinggi pada periode
baru lahir, bahkan pada bayi aterm, tetapi menurun selama masa balita. Neonatus
prematur pada penggunaan ventilasi mekanik berisiko tinggi pneumothoraks
neonatus, dan data terbatas pada anak-anak muda menunjukkan dominasi laki-laki
pada kejadian pneumothoraks spontan primer.(2)
Diagnosis pneumothoraks dilakukan dengan beberapa tahap dari melakukan
anamnesis dengan adanya gejala nyeri dada, sesak, mudah lelah dan denyut jantung
yang cepat. Dan juga dilakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan radiologi foto thoraks didapatkan
adanya bayangan udara dalam cavum pleura memberikan bayangan radiolusen
tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern), didapatkan pendorongan jantung
dan trakea ke kontralateral pada tension pneumothoraks.(2)
Sebagai dokter umum, kita dapat menilai jenis pnemutoraks, menatalaksana
awal kegawatdaruratan, dan merujuk ke Fasilitas Kesehatan Lanjutan. Referat ini
akan lebih menekankan pada tension pneumothoraks dan tatalaksananya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Thoraks

Thoraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah


lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada
bagian depan. Rongga dada berisi paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah
ruang di dalam rongga dada di antara kedua paru-paru. Di dalam rongga dada
terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan peredaran darah.
Organ pernafasan yang terletak dalam rongga dada yaitu esofagus dan paru,
sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh darah dan saluran
limfe. Pembuluh darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri yang
membawa darah dari jantung, vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler
yang merupakan jalan lalulintas makanan dan bahan buangan. (4)

Gambar 2.1 Anatomi Thoraks


Kerangka rongga thoraks, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri
dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam
segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi

2
membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan
rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus
posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor
membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Dada berisi organ vital paru dan
jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi
terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma,
yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui
trakea dan bronkus.(4)

Rongga thoraks atau cavitas thoracis berisi organ vital paru dan jantung.(4) Paru-
paru dan pleura mengisi sebagian besar rongga thoraks dengan jantung di
antaranya, sedangkan aorta descendens serta oeshophagus terletak di belakang
jantung. Pleura terbagi atas 2 lapisan, yaitu: pleura parietalis dan pleura visceralis.
Pleura parietalis merupakan selaput tipis dari membrana serosa yang melapisi
rongga pleura. Pada daerah yang menghadap mediastinum, pleura ini beralih
meliputi paru-paru sehingga disebut pleura visceralis atau pleura pulmonalis. Pleura
visceralis ini membugkus paru-paru dan melekat erat pada permukaannya. Ruangan
potensial antara kedua lapisan pleura ini disebut cavitas pleuralis yang hanya berisi
lapisan tipis cairan untuk lubrikasi. (5)

3
PARU PARU

Paru-paru merupakan organ pernapasan dalam tubuh yang sebagian besar


terdiri dari gelembung (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya alveoli paru paru ini
kurang lebih 700 juta buah.(4)

Gambar 2.2 Anatomi paru-paru

Paru-paru terbagi menjadi dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan
(pulmo dekstra) terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media
dan lobus inferior. Paru-paru kiri (pulmo sinistra), terdiri dari dua lobus, pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang
lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu
lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan
tiga buah segmen pada lobus inferior. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen,
yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. (4)

4
Gambar 2.3 Lobus paru-paru

Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat
sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang
disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2 – 0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada, menghadap ke
tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian
tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua
Pleura visceral, yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru dan pleura
parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar. Antara kedua pleura ini
terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum
pleura ini hampa udara dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.(4)

5
Gambar 2.4 Kavum pleura

Karena tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dan
pleura viseralis, maka apa yang disebut rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah
suatu ruangan potensial saja. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfir, mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura dapat
mengalami peradangan, udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura,
menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps. (4)

FISIOLOGI PERNAFASAN
Gerakan dinding dada
Saat terjadi inspirasi terjadi pembesaran dinding dada kearah ventrodorsalis
dan lateralis. Pengembangan dada ini dimungkinkan karena mobilitas artikulatio
kostovertebralis, elatisitas tulang rawan iga, dank arena sedikit bertambahnya
kifosis kolumna vertebralis. Otot-otot yang berperan dalam inspirasi adalah
diafragma (otot primer inspirasi), M intercostalis externa (otot komplementer
inspirasi), dan otot-otot leher, yakni M. skalenus dan M. sternokleidomastoideus,
keduanya berperan pada inspirasi paksa dengan mengangkat bagian atas rongga
thorax. (9)
Ekspirasi terjadi akbat proses pasif dengan melemasnya otot-otot inspirasi
sehingga rongga dada dan paru kembali ke ukuran prainspirasi. Pada ekspirasi
paksa, otot-otot yang berperan adalah otot-otot abdomen dan mm.intercoastalis
interna. (9)

6
Gaya yang menggerakkan rangka dada secara umum adalah mm.
intercostalis dan mm. scalene. Otot-otot tersebut merupakan otot metametrik
primitive yang harus dimasukkan ke dalam golongan otot authochthonus dada.
Termasuk pula mm.transverses thoracis dan mm.subcostales. Otot-otot tersebut
dipersarafi oleh rami anterior N.spinalis dan N. intercostalis (9)

Gambar 2.5 Anatomi Cavum Thoraks

Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam


pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (6).

7
Gambar 2.5
Menurut penyebabnya pneumothoraks yang spontan diklasifikasikan lagi ke dalam
dua jenis, yaitu(1,6,7):
 Pneumothoraks spontan primer, yaitu pneumothoraks yang terjadi secara
tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.
 Pneumothoraks spontan sekunder, yaitu pneumothoraks yang terjadi dengan
didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya,
misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker
paru-paru, asma, dan infeksi paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumothoraks dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu (8) :
 Pneumothoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi
negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru
belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun
tekanan di dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan
pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negatif.

8
 Pneumothoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumothoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumothoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini
(8)
sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
(8)
menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan
normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada
yang terluka (sucking wound)(1)
 Pneumothoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Pneumothoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin
bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada
waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara
(8)
di dalam rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam rongga
pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang
terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas. (1)

9
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumothoraks
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (8) :

1 2
Gambar 1 pneumothoraks parsialis pada anak, yaitu pneumothoraks yang
menekan pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru).
Gambar 2 pneumothoraks totalis pada anak, yaitu pneumothoraks yang mengenai
sebagian besar paru (> 50% volume paru).
sedangkan cara mengukur derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat
dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut:
(A x B) – (a x b) X 100%
(A x B)

10
Patogenesis

Pada fisiologi pernafasan normal, pada waktu inspirasi tekanan intrapleura


lebih negatif daripada tekanan intrabronkial sehingga paru mengembang mengikuti
gerakan dinding dada yang mengakibatkan udara luar akan masuk melalui bronkus
hingga ke alveolus. Sedangkan pada saat ekspirasi dinding dada menekan rongga
dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara luar
maupun intrabronkial sehingga menyebabkan udara tertekan keluar melalui
bronkus (9).Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran
pernapasan, tekanan ini akan lebih meningkat pada permulaan batuk, bersin, atau
mengejan. Apabila terjadi peningkatan tekanan intrabronkial disertai kelemahan
bagian perifer bronkus atau alveolus, maka kemungkinan akan terjadi robekan
alveolus maupun bronkus(9). Dugaan terjadinya pneumothoraks dapat dijelaskan
melalui adanya mekanisme kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui
robekan pleura yang pecah dimana bagian yang pecah ini berhubungan dengan
bronkus. Pelebaran alveolus dan septa-septa alveolus yang pecah kemudian dapat
membentuk suatu bula berdinding tipis di dekat daerah yang terdapat proses radang
nonspesifik atau fibrosis granulomatosa(9). Alveolus disangga oleh kapiler yang
mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabila alveolus melebar dan tekanan
intraalveolar meningkat, maka udara dengan mudah menuju ke jaringan
peribronkovaskuler. Gerakan nafas yang kuat, infeksi, dan obstruksi endobronkial
merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan,
selanjutnya udara yang terbebas dari alveolus dapat mengoyak jaringan fibrotik
peribronkovaskuler. Robekan pleura yang berlawanan arah dengan hilus akan
menimbulkan pneumothoraks, sedangkan robekan yang mengarah ke hilus dapat
menyebabkan pneumomediastinum. Di antara organ-organ mediastinum terdapat
jaringan ikat longgar sehingga mudah ditembus udara. dari leher, udara menyebar
merata di bawah kulit leher dan dada sehingga timbul emfisema subkutis(9).

11
Diagnosis
Diagnosa tension pneumothoraks merupakan diagnosa dari klinis, bukan
dari radiologi.Tanda-tanda klasik dari tension pneumothoraks adalah adanya
distress nafas, takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara nafas
unilateral, distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi lanjutnya.
Gelaja klinis dari tension pneumothoraks ini mungkin mirip dengan gejala klinis
dari cardiac tamponade, tetapi angka kejadian tension pneumothoraks ini lebih
besar dari cardiac tamponade. Selain itu untuk membedakannya juga bisa dilakukan
dengan mengetahui bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada
bagian dada ipsilateral.(10)
Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi
dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

12
Sedangkan pada pemeriksaan penunjang didapatkan
Foto Rontgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumothoraks antara
lain (11):
a. Bagian pneumothoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus
paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas
sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan
besar telah terjadi pneumothoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang
tinggi.

Gambar 2.6
Foto Ro pneumothoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps.
Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas
yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

13
CT-scan thorax
CT-scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa
dengan pneumothoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner
dan untuk membedakan antara pneumothoraks spontan primer dan sekunder.
Sebuah tension pneumothoraks mungkin berkembang saat pasien menjalani
pemeriksaan lanjutan, seperti CT scan (gambar di bawah) atau operasi. kalaupun
ada penurunan oksigenasi pasien atau status ventilasi, dada harus kembali
diperiksa.(12)

Gambar 2.7 CT dari tension pneumothoraks


Adanya (chest tube) bukan berarti pasien tidak bisa berkembang menjadi
tension pneumothoraks. Pasien di bawah ini memiliki ketegangan sisi kanan
meskipun adanya sebuah chest tube. Sangat mudah untuk menilai bagaimana hal
ini dapat terjadi pada gambar CT yang menunjukkan chest tube dalam fisura
oblique. Chest tube disini akan ditempatkan bagian belakang dada, sehingga akan
di pertahankan tetap disana ketika paru-paru didepannya menekan ke arah atas-
belakang. Chest tube pada pasien trauma terlentang harus ditempatkan secara
posterior untuk menghindari komplikasi ini. Komplikasi lain dari tension
pneumothorax lainnya seperti haemothoraks masih akan di-drainase asalkan paru-
paru telah mengembang sepenuhnya. (11),(12),(13),(14)
CT scan juga menunjukkan mengapa tension pneumothoraks tidak terlihat
pada X-ray dada polos paru yang dikompresi belakang tetapi meluas keluar ke tepi

14
dinding dada, sehingga tanda-tanda paru-paru terlihat di seluruh bidang paru-paru.
Namun ada pergeseran garis tengah.(11),(12)
USG
Pneumothoraks dapat juga didiagnosis oleh USG. Udara di rongga pleura
ditampilkan pantulan gelombang yang sangat tajam. Tidak seperti udara
intrapulmoner, pantulan gelombang tidak bergerak saat respirasi. Bagaimanapun
juga, luas pneumothoraks ditentukan dengan radiologis dada9. Menggunakan
Linear array transducer (Small parts/high frequency probe) dengan pasien dalam
posisi supinasi, scan dipermukaan anterior dinding dada menarik garis sagital
(longitudinal). Scan mulai dari anterior axillary line ke para sternal line.

Penatalaksanaan
Needle Thoracosintesis
Tension pnumothorax membutuhkan dekompresi yang segera. Dekompresi ini
dapa dilakukan dengan memasukkan jarum ke ruang intercostal ke dua pada garin
midclavicular pada sisi dada yang terkena. Terapi definitifnya biasanya
membutuhkan insersi chest tube ke dalam ruang pleural melalui ruang intercostal
ke lima (setinggi puting susu) dibagian depan di garis midclavicular.10
Prinsip terapi dari tension pneumothrax ini adalah menjaga jalan nafas agar
tetap terbuka, menjaga kualitas ventilasi, oksigenasi, menghilangkan penyebab
traumanya dan menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol ventilasi.13
Keberhasilan dari terapi yang kita lakukan bisa dinilai dari hilangnya udara
bebas pada ruang interpleural dan pencegahan pada kekambuhan atau recurensi.13
Pada kasus tension pneumothoraks, tidak ada pengobatan non-invasif yang dapat
dilakukan untuk menangani kondisi yang mengancam nyawa ini. Pneumothoraks
adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera. Jika
diagnosis tension pneumothoraks sudah dicurigai, jangan menunda penanganan
meskipun diagnosis belum ditegakkan.
Pada kasus tension pneumothoraks, langsung hubungkan pernafasan pasien
dengan 100% oksigen. Lakukan dekompresi jarum tanpa ragu. Hal-hal tersebut
seharusnya sudah dilakukan sebelum pasien mencapai rumah sakit untuk

15
pengobatan lebih lanjut. Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah persiapan
untuk melakukan torakostomi tube. Kemudian lakukan penilaian ulang pada pasien,
perhatikan ABCs (Airway, breathing, cirvulation) pasien. Lakukan penilaian ulang
foto toraks untuk menilai ekspansi paru, posisi dari torakostomi dan untuk
memperbaiki adanya deviasi mediastinum. Selanjutnya, pemeriksaan analisis gas
darah dapat dilakukan.
Dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothoraks
yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan
intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar
dengan cara :
Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif
karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut. Membuat hubungan dengan udara
luar melalui kontra ventil :
Dapat memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian
infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol
yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara
yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.
Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula.
Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai
menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini
kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya
dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol.
Pipa water sealed drainage (WSD)
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura)

16
Tujuan:
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi
sedikit cairan pleura / lubrican.(10),(13)

Gambar 2.8 Water Sealed Drainase (WSD)

KOMPLIKASI

Tension pneumothoraks dapat menyebabkan kegagalan respirasi akut,


empyema, hidro-pneumothoraks, hematothoraks, pneumomediastinum dan
emfisema subkutis, hingga henti jantung paru dan kematian. Selain itu,
pneumothoraks dapat pula menyebabkan terjadinya pneumothoraks simultan
bilateral (insidensi + 2 %) dan pneumothoraks kronik, bila tetap ada selama waktu
lebih dari 3 bulan (insidensi + 5 %)(1)

PROGNOSIS

Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif,


terutama yang mengenai penderita muda yang sehat. Pasien dengan pneumothoraks

17
spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari
observasi maupun setelah pemasangan tube toracostomy. Kekambuhan jarang
terjadi pada pasien-pasien pneumothoraks yang dilakukan torakotomi terbuka.
Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai
komplikasi.(15) Lebih dari 50% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hal
yang sama di kemudian hari. Tidak ada komplikasi jangka panjang setelah terapi
yang berhasil. Follow up dilakukan setidak-tidaknya dalam satu tahun setelah
pneumothorax teratasi yang dilakukan melalui pengambilan x-ray setiap tiga
bulan.(16)

18
BAB III
Kesimpulan
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam
pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena. Angka kejadian
pneumothoraks belum diketahui secara pasti namun menurut beberapa penelitian,
pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan 5:1. Pneumothoraks spontan
primer memiliki insidensi 7.4 – 18 kasus per 100.000 penduduk setiap tahun pada
laki-laki, dan 1,2 – 6 kasus per 100.000 penduduk setiap tahun pada perempuan.
Pada anak, penyakit ini kurang umum dibanding orang dewasa; tingkat
pneumothoraks relatif lebih tinggi pada periode baru lahir, bahkan pada bayi aterm,
tetapi menurun selama masa balita. Neonatus prematur pada penggunaan ventilasi
mekanik berisiko tinggi pneumothoraks neonatus, dan data terbatas pada anak-anak
muda menunjukkan dominasi laki-laki pada kejadian pneumothoraks spontan
primer. Pada tension pneumothoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan
makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang
bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta
percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka.
Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya
tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan
atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru
sehingga sering menimbulkan gagal napas. Tension pneumothoraks termasuk
dalam gawat darurat maka perlu dilakukan penanganan segera dengan needle
thoracosintesis. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga
pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah
menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut. Membuat
hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil. Dan membuat rongga paru
mengembang kembali.

19
Daftar Pustaka
1. Hisyam, B. Budiono, Eko. Pneumothoraks spontan. Dalam : Sudoyo, Aru,
W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati,
Siti (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006. P. 1063-1068.
2. Al Tawil K, Abu-Ekteish FM, Tamimi O, Al Hathal MM, Al Hathlol K,
Abu Laimun B. Symptomatic spontaneous pneumothorax in term newborn
infants. Pediatr Pulmonol. 2004 May. 37(5):443-6. [Medline].
3. Rasad, Sjahriar .Radiologi Diagnostik. Jakarta : Indonesia University; 2008.
P. 120.
4. Sjamsuhidajat, R. Dinding toraks dan pleura. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta : EGC. 1997. P.404-419.
5. Wibowo, Daniel, S. Paryana, Widjaja. Rongga thorax. Dalam : Anatomi
Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009. P. 209-220.
6. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed
Lung). Cited : [17 july 2018]. Available from :
http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm
7. Bascom, R. Pneumothorax. Cited on [14 september 2016]. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/827551
8. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Pneumothoraks. Dalam : Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 2009. p. 162-
179
9. Sideras, Jim. 2011. Tension Pneumothorax: Identification And
Treatment. Harvard University: EMS1.com
10. Comittee Of Trauma. Advance Trauma Life Support Chapter 4:
Thoracic Trauma P:111-126. United States Og America: American
College Of Surgeons.
11. Al-Hameed, Farhan. 2013. Pneumothorax Imaging. Saudi Arabia.
Intensive Care Department Of King Abdulaziz Medical City:
Emedicine.Medscape.Com

20
12. Daley, Brian James, Et.All. 2013. Pneumothorax. Tennesse. Department
Of Surgery Division Of Trauma And Critical Care University Of Tennesse
Health Science Center College Og Medicine: Emedicine.Mescape.Com.
13. Sideras, Jim. 2011. Tension Pneumothorax: Identification And
Treatment. Harvard University: EMS1.com
14. Brohi K. 2006. Tension Pneumothorax. London, Uk :Trauma.Org.
15. Airlangga University. 2008. Pedoman Teknik Operasi “OPTEK”,
Teknik Operasi Sistema Kardiothorax, P:130-148. Surabaya: Airlangga
University.
16. Jain, Dhruv, Et.All. 2008. Understanding And Managing Tension
Pneumothorax. New Delhi. Journal Indian Academy Of Clinical Medicine.

21

Anda mungkin juga menyukai