Anda di halaman 1dari 13

DISTOSIA KARENA KELAINAN ALAT KANDUNGAN

A. VULVA
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan,
varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.

1. Oedema Vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala pre eklamsia akan tetapi dapat pula
mempunyai sebab lain misalnya gangguan giza. Pada persalinan lama dengan penderita dibiarkan
mengedan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva. Kelainan ini umumnya jarang merupakan
rintangan bagi kelahiran per vaginam.

2. Stenosis Vulva
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang sembuh
dengan parut-parut yang dapat menimbulakn kesulitan. Walaupun umumnya dapat diatasi dengan
mengadakan episiotomi, yang cukup luas. Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali
hingga hanya orifisium utrethra eksternum tampak dapat pula, terjadi. Penanganan ini ialah
mengadakan sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala.

3. Kelainan Bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia hymenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematimetra dan
atresia vagina dapat menghalangi konsepsi.

4. varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir.
Serta dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah seperti
otot-otot di tempat lain melemah akibat hormone estroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat mengakibatkan fatal dan
dapat terjadi pula emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun
setelah lahir.

5. Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma dijaringan ikat yang renggang divulva, sekitar vagina
atay ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk
pada tempat yang keras atau koitus kasar. Bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus
insisi dan bekuan darah dikeluarkan.

6. Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi
spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
Sifilis disebabkan oleh troponema palladium. Luka primer di vulva sering tidak disadari penderita
dalam stadium 2 dijumpai kondiloma akuminata yaitu tonjolan kulit lebar-lebar dengan permukaan
licin, basah, warna putih atau kelabu dan sangat infeksius. Wanita hamil fluor albus harus diperiksa
kemungkinan lues di samping pemeriksaan gonorea, trikomoniasias dan kandidiasis. Gonorea dapat
menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan keluhan fluor albus dan disuria.Bayi yang lahir
dengan ibu yang menderita gonorea dapat mengalami blenora neonaturum.
Trikomoniasis vaginalis yang disebabkan parasit golongan protozoa menimbulkan gejala fluor albus
dan gatal. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan sebaliknya dia dapat menulari
pasangan wanita. Penularan dapat terjadi juga melalui handuk.

7. Kondiloma Akuminata
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lender yang menyerupai jengger ayam jago. Berlainan
dengan kondiloma latum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap.
Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulis menganjurkan insisi dengan elektrocavteratau
atau dengan tingtura podofilin. Kemungkinan residiv selalu ada penyebab rangsangan tidak berantas
lebih dahulu atau penyakit primernya kambuh.

8. Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai
tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul
gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang.
Akibatnya terjadi inkotenensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan
sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per vaginam.

B. VAGINA
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah :

1. Kelainan Vagina
Pada aplasia vagina tidak ada vagina dan ditempatnya introitus vagina dan terdapat cekungan yang
agak dangkal atau yang agak dalam.Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru beberapa metode
sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya pada saat wanita bersangkutan akan
menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat
menyempit. Pada atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi sehingga terdapat satu septum
yang horizontal, bila penetupan vagina ini menyeluruh menstruasi timbul tapi darahnya tidak keluar,
namun bila penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul kesulitan kecuali mungkin pada
partus kala II.

2. Stenosis Vagina Kongenital


Jarang terdapat , lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara lengkap
atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan
distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya
janin.
Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus
dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada
stenosis vagina yang tetap laku dalam kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu
ditimbangkan seksio ceaserea.

3. Tumor Vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janinm per vaginam, adanya tumor vagina bisa pula
menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko. Tergantung
dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara
per vaginam atau diselesaikan dengan seksio sesar.

4. Kista Vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian
proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra eksterna. Bila kecil dan tidak ada keluhan
dibiarkan tetapi bila besar dilakukan pembedahan. Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.

C. SERVIKS
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan ialah

1. Distosia Servikalis
Karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis
akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin.
Diagnosis dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternum ditengah-tengah
lapisan tipis atau disebaut dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung, dimasukkan ke orifisium
ini biasanya serviks yang kaku pada primi tua sebagai akibat infeksi atau operasi.

D. UTERUS
1. Retroflexio Uteri
Retroflexio uteri gravida yang tetap menimbulkan abortus atau retroflexio uteri gravidi incarcerate.
Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup bulan. Jika ini terjadi,
maka partus dapat terjadi rupture uteri.

2. Prolapsus Uteri
Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkut\rang karena setelah bulan ke IV uterus naik dan
keluar dari rongga panggul kecil. Tetapi ada kalanya portio ini menjadi oedemateus.

3. Kelainan Bawaan Uterus


Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam
pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Kelainan bawaan dapat terjadi akibat
gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller dan dalam kanalisasi.
Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-sendiri
tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks, dan 2 vagina.
uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina,
cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai
cekungan di fundus uteri. Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral.
Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis terdiri
atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat
menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.
Distosia Kelainan Alat Kandungan

Pengertian Distosia Alat Kandungan


Pengertian Distosia
Yang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai adanya
hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 24 jam, tanpa
menimbulkan kerusakan yang berlebih.
Istilah distosia atau persalinan yang sulit kita pergunakan kalau tidak ada kemajuan
dari persalinan.
Distosia Alat Kandungan
Distosia alat kandungan adalah istilah yang digunakan pada kasus tidak adanya
kemajuan persalinan atau gangguan dalam proses persalinan yang disebabkan oleh adanya
kelainan pada alat kandungan. Alat kandungan yang akan dibahas yaitu vulva, vagina, portio
dan uterus.

Macam Macam Alat Kandungan


1. VULVA
Vulva termasuk dalam bagian alat kandungan luar. Terdiri dari Labia mayora, labia
minora, orifisium uretra externa, introitus vagina , klitoris, perineum dan anus.
Labia Mayora
Bentuknya lonjong. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum.
Permukaannya terdiri dari bagian liar dan bagian dalam. Bagian luar tertutup rambut yang
merupakan kelanjutan dari mons veneris. Bagian dalam tanpa rambut merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
Labia Minora
Berada di dalam lipatan L.mayora, tanpa rambut. Dibagian atas klitoris, L.minora
bertemu membentuk prepusium klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk
frenulum klitoris. L.minora mengelilingi orifisium vagina.
Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi yang bersifat erektil. Mengandung banyak
pembuluh darah dan serrat sarraf sensoris sehingga sangat sensitive dan merupakan analog
dari penis laki-laki.
Vestibulum
Alat reproduksi yang dibatasi oleh kedua L.minora, bagian atas klitoris, bagian bawah
pertemuan L.minora. pada vestibulum terdapat muara urethra, 2 lubang saluran kelenjar
bartholini, 2 lubang saluran kelenjar skene.
Kelenjar bartholini
Kelenjar ini dapat mengeluarkan lendir, dan pengeluaran lendir meningkat saat
hubungan seks.
Hymen
Jaringan yang menutupi vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini
berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat
menstruasi. Bila hymen tertutup akan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi.
2. VAGINA
Saluran yang menghubungkan vulva dengan uterus. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari mukulus sfingterani dan muskulus levatorani, sehingga dapat dikendalikan.
Vagina terletak diantara kandung kemuh dan rectum. Panjang bagian depannya sekitar 9cm,
dan belakangnya 11cm. pada dinding terdapat lipatan-lipatan yang disebut ruggae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak vagina terdapat bagian menonjol ke dalam vagina
disebut portio. PH vagina sekitar 4,5 yang bersifat asam, keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap kuman. Fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan lendir uterus dan
darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
3. UTERUS/PORTIO
Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih
dan rectum. Dinding depan, belakang dan atas tertutup peritoneum, sedangkan bagian
bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Bentuknya seperti bola lampu dan gepeng.
Untuk menyangga posisinya uterus disangga beberapa ligament jaringan ikat dan
parametrium. Ukurannya tergantung dai usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3cm,
nulipara 6-8cm, multipara 8-9cm. dindingnya terdiri dari 3 lapisan; peritoneum, lapisan otot
dan endometrium.

Kelainan Alat Kandungan dan Penanganannya


1. Kelainan Pada Vulva
Kelainan bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos,
hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi yang berakibat pada
kemandulan. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan
adalah septum vagina terutama vertika longitudinal.
Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separoh vagina
yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi
septum yang tidak lengkap kadang kadang menghambat turunnya kepala.
Struktur vagina yang kongenital biasanya tidak menghalngi turunnya kepala, akan
tetapi yang disebabkan oleh parut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.

2. Kelainan Pada Vagina


Pada vagina dapat terjadi atresia vagina, adanya sekat vagina, dan kista vagina. Pada
atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi, sehingga terbentuk suatu septum yang
horizontal. Septum itu dapat ditemukan pada bagian proksimal vagina, akan tetapi bisa juga
pada bagian bawah, diatas hymen (atresia retrohimenalis). Bila penutupan vagina itu
menyeluruh, menstruasi timbul tetapi darah haid tidak keluar. Terjadilah hematokolpos yang
dapat mengakibatkan hematometra dan hematosalpinks. Bila penutupan vagina tidak
menyeluruh, tidak akan timbul kesulitan, kecuali mungkin pada partus kala dua.
Kista vagina sebagian besar dijumpai secara kehetulan. Kista vagina berasal dari sisa
duktus Gartner atau duktus Muller. Pada kista vagina yang tidak terlalu besar tidak
memerlukan pengobatan dan dapat dibiarkan serta tidak akan mengganggu kehidupan rumah
tangga. Bila pada saat persalinan terjadi gangguan penurunan bagian terendah karena kista
vagina, kista tersebut dapat dipungsi sehingga cairannya keluar dan selanjutnya
memperlancar proses persalinannya.
3. Kelainan pada uterus
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang
dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Kelaina bawaan dapat terjadi
akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluaran muller dan dalam
kanalisasi.
Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluaran muller berkembang
sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 servik dan 2
vagina.
Uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1
servik, 1 vagina cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap.
Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri, kelainan ini paling
ringan dan sering dijumpai. Uterus bikornis unilateral rudimentarius terdiri atas 1 uterus dan
disampingnya terdapat tanduk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 servik yang
berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus,
kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.

Kelainan letak uterus


Anteversio uteri
Kelainan letak pada uterus ke depan dijumpai pada perut gantung. Perut gantung
terdapat pada multipara karena melemahnya dinding perut, terutama multipara gemuk, hal ini
menghalangi masuknya kepala ke dalam panggul, pembukaan tidak lancar. Dalam persalinan
tidur telentang, setiap ada his fundus dorong ke atas.

Retrofleksio uteri
Kadang kadang menyebabkan kemandulan karena kedua tuba tertekuk. Uterus
gravidus yang bertumbuh terus bisa terkurung dalam rongga panggul disebut retrofleksio
uteri gravidi inkarserata. Nasib kehamilan pada retrofleksio uteri dapat koreksi spontan,
abortus, koreksi tidak lengkap, inkrserasi

Tumor uterus
Mioma uteri
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
1. Mengurangi kemungkinan hamil
2. Kemungkinan abortus bertambah
3. Kelainan letak janin dalam rahim
4. Menghalangi jalan lahir
5. Inersia uteri dan atonia uteri
6. Sulit lepasnya plasenta

Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma :


1. Tumor tumbuh lebih cepat akibat hipertensi dan edema terutama dalam bulan-bulan pertama,
mungkin karena pengaruh hormonal.
2. Tumor menjadi lebih lunak, dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi
didalamnya. Tumor tampak merah disebut degenerasi merah atau tampak seperti daging
disebut degenerasi daging
3. Torsi pada mioma subserosum yang bertangkai.Torsi ini dapat menyebabkan nekrosis
dengan gambaran akut abdomen.

Penanganan
Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma. Bila degenerasi
merah maka diambil sikap koservatif dengan istirahat baring dan kontrol yang ketat. Bila
mioma menghalangi jalan lahir harus dilakukan SC. Pengangkatan secepat-cepatnya setelah 3
bulan postpartum .

Karsinoma servisis uteri


Kanker leher rahim mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, persalinan
dan nifas. Selain kemandulan, abortus, perdarahan, hambatan pertumbuhan janin. Apabila
penyakit ini tidak diobati pada kira-kira 2/3 diantara penderita kehamilan dapat mencapai
cukup bulan. Kematian janin dapat juga terjadi.
Pada trisemester I penderita harus segera diobati baik dengan penyinaran maupun
operasi radikal. Pengaobatan dengan sinar rontgen sebanyak 2000 rad kepada pelvis
menyebabkan hasil konsepsi mati dengan akibat abortus.
Pada trisemester II harus segera dilakukan histerotomi untuk mengosongkan rahim
disusul dengan penyinaran dan operasi radikal. Trisemester III untuk kehamilan yang lebih
36 mg atau lebih segera melakukan seksio sesarea, bila kurang 36 minggu sedapat dapatnya
ditunda sampai janin ditaksir 2500 gram. Penundaan 1 atau 2 minggu masih dianggap aman.

Karsinoma korporis uteri


Hampir tidak memungkinkan hamil. Oleh karena itu kombinasi tumor ini dengan
kehamilan jarang. Terapi dalam kehamilan sama seperti yang tidak hamil yaitu histerektomi
dengan atau tanpa penyinaran sebelum atau sesudahnya.

ADNEKSA
Tuba
Telah diketahui bersama bahwa patensi tuba mutlak untuk pembuahan. Kelainan pada
tuba seperti peradangan atau tumor hampir tidak memungkinkan hamil. Apabila terjadi
kehamilan juga akan menghasilkan kehamilan luar uterus, yang biasanya terganggu pada
kehamilan muda.

Ovarium
Tumor ovarium baik kecil maupun besar, kistik atau padat, jinak atau ganas
mempunyai arti obstetrik yang lebih penting daripada tumor tumor lain. Dalam kehamilan
tumor ovarium jarang dijumpai, yang paling sering kista dermoid.
Komplikasi yang paling sering dan berbahaya adalah torsi yang menyebabkan
nekrosis jaringan dan infeksi dengan gejala gejala sakit perut mendadak. Kista dapat pecah
karena trauma dan pengakhiran persalinan. Pada masa nifas juga berbahaya karena
pengecilan rahim memperbesar kemungkinan torsi.

Penanganan
Dalam kehamilan tumor ovarium yang lebih besar telor angsa harus dikeluarkan
karena:
1. Kemungkinan keganasan
2. Kemungkinan torsi
3. Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik yang gawat
Triwulan pertama, pengangkatan tumor sebaiknya ditunda sampai 16 minggu. Operasi
paling baik antara 16-20 mg. Operasi pada kehamilan muda dapat disusul oleh abortus
apabila korpus luteum graviditatis yang menghasilkan prosgesteron ikut terangkat. Pada
kehamilan lebih 16 minggu plasenta sudah terbentuk sehingga fungsi corpus luteum diambil
alih plasenta dan produksi progesteron berlangsung terus, pada kehamilan > 20 mg teknik
lebih sulit sehingga rangsangan mekanis pada uterus sulit dihindarkan sehingga dapat terjadi
partus prematurus.
Bila tumor diketahui pada kehamilan tua dan tidak menyebabkan penyulit obstetrik
atau gejala gejala akut , atau tidak mencurigakan akan mengganas dapat ditunggu partus
spontan. Operasi dapat dilakukan dalam masa nifas. Lain halnya dengan tumor yang
dianggap ganas atau yang disertai gejala-gejala akut. Dalam hal ini operasi harus segera
dilakukan tanpa menghiraukan usia kehamilan.
PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang
disebabkan kelemahan ligamen-ligamen, fasia endopelvik danotot dasar panggul yang
menyokong uterus.
Turunya uterus dari tempat biasa disebut desensus uteri atau prolap uteri. Terbagi
dalam 3 tingkat:
1. Tingkat 1 bila servik belum keluar dari vulva
2. Tingkat 2 bila servik sudah keluar vulva tapi corpus belum
3. Tingkat 3 bila korpus uteri sudah berada di luar vulva
Kehamilan dapat terjadi pada prolaps tk 1 dan 2

Uterus dan vagina dipertahankan posisinya oleh :


1. Tonus otot uterus
2. Ligamen-ligamen yang memfiksasi uterus
Lig kardinale
Lig rotundum
Lig infundibulopelvikum
Lig sakrouterina
3. Fasia endopelvik
4. Otot-otot dasar panggul m levator ani

Etiologi Prolapsus Uteri :


1) Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang terlampau
sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau oleh karena usia lanjut.
2) Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
3) Ekspresi Crede yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
4) Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi atau striktura
pada traktus urinarius).
5) Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan jaringan
penyokong uterus yang sering pada nullipara.

Patologi Prolapsus Genitalis


1. Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-
ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul ok peningkatan tekanan intra
abdominal dan faktor usia.
2. Karena servis uteri terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus
dekubitus.
3. Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma
obstetrik) sehingga vesika urinaria terdorong ke belakang dan dinding depan vagian
terdorong ke belakang.
4. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Harus di
DD/dengan Difertikulum Uretra, pada Difertikulum Uretra, uretra dan vesika urinaria normal
saja, hanya di belakang uretra ada lobang yang menuju ke kantong antara uretra dan vagina.
5. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma
obstetric atau lainnya, sehingga rekrum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas
belakang menonjol ke depan.
6. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus
atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan.
7. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina.
8. Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri.

Gejala Klinis Prolapsus Uteri


Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat
tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat mendadak seperti nyeri, muntah,
kolaps dll (jarang). Keluhan-keluhannnya adalah :
Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema (vagina atau perasaan berat pada
perut bagian bawah).
Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring.

Komplikasi Prolapsus Uteri :


1) Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
2) Dekubitus
3) Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
4) Gangguan miksi dan stress inkontinensia
5) Infeksi saluran kencing
6) Infertilitas
7) Gangguan partus
8) Hemoroid
9) Inkarserasi usus
Penanganan Prolapsus Uteri
Penanganan dibagi atas :
I. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran :
a. Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
b. Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti :
(1). Tidak mengedan sebelum waktunya
(2). Kala II jangan terlalu lama
(3). Kandung kemih kosongkan)
(4). episiotomi agar dijahit dengan baik
(5). Episiolomi jika ada indikasi
(6). Bantu kala II dengan FE atau VE

II. Pengobatan
A. Pengobatan Tanpa Operasi
Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara
pada prolapsus uteri ringan
ingin punya anak lagi
menolak untuk dioperasi
Keadaan umum pasien tak mengizinkan untuk dioperasi
Caranya :
Latihan otot dasar panggul
Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik
Pemasangan pesarium

B. Pengobatan dengan Operasi


1. Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
2. Histeraktomi vaginal
3. Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
4. Operasi-operasi lainnya :
Ventrofiksasi/hlsteropeksi

Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya cara yang terbaik adalah dengan :
1. Pemasangan pesarium
2. Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium)

sumber :
Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
Wiknjosastro, Hanifa.2008.Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Bagian Obsgyn FK UNPAD.1984.Obstetri Patologis. Bandung: Elstar Offset
http://obstetriginekologi.com/

Anda mungkin juga menyukai