1. DEFINISI
1
2. ETIOLOGI
2
sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani
(Price, Sylvia 2005).
Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara malformasi
anorektal dengan pasien trisomi 21 (Down's syndrome). Hal ini
menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang berbeda
dapat menyebabkan malformasi anorektal atau dengan kata lain etiologi
malformasi anorektal bersifat multigenik.5
3
penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung,
keterbelakangan
mental dan cerebral palsy.
2) Infeksi toksoplasmosis, pada ibu hamil dapat menyebabkan
infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran
ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan
mental dan cerebral palsy.
3) Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan
kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan
berlangsung, dapat menyebabkan kerusakan otak, cerebral
palsy,
gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi.
4) Sindroma varicella kongenital, disebabkan oleh cacar air dan bisa
menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang,
kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala
yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan
keterbelakangan mental.
e. Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari
teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu
zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya spina
bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa
terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka
setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal
sebanyak 400 mikrogram/hari.
f. Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga
merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang
abnormal dapat menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan
bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit dapat mempengaruhi
pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau dapat
menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses
pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin
4
mengalami gangguan menelan, yang dapat disebabkan oleh kelainan
otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).
h. Usia
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35
tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan
kromosom pada janin yang dikandungnya.
3. KLASIFIKASI
a. Anal stenosis
Terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia
Terdapat membran pada
anus.
c. Anal agenesis
Memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
d. Rectal atresia
Tidak memiliki rektum.
a. Laki – laki
1) Kelompok I
a) fistel urin
b) atresia rectum
c) perineum datar
5
d) fistel tidak ada
e) invertogram: udara > 1 cm dari kulit
Tindakan: kolostomi neonatus; operasi definitif pada usia 4-6
bulan
2) Kelompok II
a) fistel perineum
b) membran anal
c) stenosis anus
d) fistel tidak ada
e) invertogram: udara < dari 1 cm dari kulit
Tindakan: operasi langsung pada neonates
b. Perempuan
1) Kelompok I
a) Kloaka
b) fistel vagina
c) fistel anovestibuler atau rektovestibuler
d) atresia rectum
Gambar 1. Kloaka. Tipe ini merupakan gambaran klasik pada perempuan dengan
malformasi kongenital dengan sebuah orificium perineal. Genitalia tampak cukup
pendek, yang ditemukan tetap dengan kloaka.
6
2) Kelompok II
a) fistel perineum
b) stenosis anus
c) fistel tidak ada
d) invertogram: udara < 1 cm dari kulit
Tindakan: operasi langsung pada neonates
Gambar 2. Fistula fourchette. Malformasi ini adalah pada suatu tempat pertengahan jalan
antara fistula perineal dan fistula vestibular. Fistula ini mempunyai lapisan mukosa vestibular
yang lembab pada bagian anteriornya, tetapi pada bagian posteriornya kulit perineal kering.
7
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm
Normal male anatomy Recto urethral bulbar fistula (low) Recto bladder neck fistula (high)
Normal female anatomy Vestibular fistul High Imperforate anus Typical Cloaca
8
Secara umum, anomali anorectal dapat dibedakan menjadi :
a. Tanpa fistula
b. Dengan fistula
Macam – macam fistula :
1) Fistula rektovesical
Hubungan punctum dengan buli-buli
2) Fistula rektouretral
Hubungan punctum dengan uretra
3) Fistula rektoperineal
Hubungan punctum dengan perineum
4) Stenose ani
Beberapa fistula ke dimple anal
5) Fistula rektoscrotal ♂
Hubungan punctum dengan scrotum
6) Fistula rektovaginal ♀
Hubungan punctum dengan vagina
7) Fistula rektovestibularis ♀
Hubungan punctum dengan vestibulum
9
4. PATOFISIOLOGI
10
5. MANIFESTASI KLINIK
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru
lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang
dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga
dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat
kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat
normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan
timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah
berwarna hijau.
11
6. KOMPLIKASI
a. Asidosis hiperkloremia
12
5) Rontgenogram abdomen dan pelvis
Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
13
e. Pemeriksaan Fisik Rectum
Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
14
dengan kelingking yang dilapisi vaselin didorong masuk
sampai teraba/menonjol ujung rektum kemudian ujung
rektum
pada defek
(1) Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi
tampak ada anal dimple dilakukan insisi di anal dimple
melalui
tengah sfingter ani aksternus.
(2) Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak
boleh langsung ditembus tapi lebih dulu fistel ano
uretralis tersebut diikat. Bila tidak bisa kasus
dianggap dan
diperlakukan sebagai kasus malformasi rektum.
(3) Pada agenesis anorektal pada kelainan tinggi setelah bayi
berat badan mencapai 10 kg tersebut harus diperbaiki
dengan operasi sakropenial atau abdomino perineal
dimana kolon distal ditarik ke anterior ke muskulus
puborektalis dan dijahitkan ke perineum. Pada anomali ini,
sfingter ani eksternus tidak memadai dan tidak ada sfingter
internus, sehingga kontinensi fekal tergantung pada fungsi
muskulus pubo rektalis.
15
Gambar 5 : teknik operasi PSARP
18
(Diagram : penanganan atresia ani pada bayi laki-laki)
20
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Pemeriksaan Fisik
1) Daerah perineum
Inspeksi dengan cermat derah perineum secara dini untuk mencapai
hubungan fistula ke kulit untuk menemukan muara anus ektropik atau
stenatik untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang untuk melihat
adanya meconium untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan
letak fistel dan terapi segeranya
2) Abdomen
Memeriksa tanda-tanda obtruksi usus (perut kembung). Amati adanya
distensi abdomen. Ukur lingkar abdomen. Dengarkan bising usus (4
kuadran). Perkusi abdomen. Palpasi abdomen (mungkin kejang usus). Kaji
hidrasi dan status nutrisi. Timbang berat badan tiap hari. Amati muntah
proyektif (karakteristik muntah)
3) Tanda-tanda Vital
Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan). Ukur frekuensi
pernafasan (terjadi takipnea atau dyspnea). Ukur nadi (terjadinya
takikardi)
4) Observasi manifestasi malformasi anorektal
(a) Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila
o
Nursing Outcomes Classification Nursing Interventions Classification (NIC)
(NOC)
Nyeri Akut (00132) hal
1 469 Defenisi: Pengalaman sensori dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1400. Pain management
emosional tidak menyenangkan yang selama …. x 24 jam klien akan:
muncul akibat kerusakan jaringan actual
Aktivitas keperawatan:
atau digambarkan sebagai kerusakan
- 2102. Pain Level
(International for the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari - 1605. Pain control
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
intensitas ringan hingga berat dengan - 2101. Pain : Disruptive Effects, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
akhir yang dapat diantisipasi atau yang dibuktikan dengan indikator dan faktor presipitasi.
dipredisikan sebagai berikut:(1-5 = tidak pernah, 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
jarang, kadang-kadang, sering, atau 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Domain 12: Kenyamanan selalu).
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
Kelas 1: Kenyamanan fisik Kriteria Hasil :
4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Halaman : 469
- Mampu mengontrol nyeri (tahu
menemukan dukungan.
penyebab nyeri, mampu
5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Batasan Karakteristik: menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
- Focus menyempit (mis: persepsi 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
waktu, proses berpikir, interaksi nyeri sebelum pemberian obat.
dengan orang dan lingkungan) 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
3. Cek riwayat alergi
- Focus pada diri sendiri
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
- Keluhan tentang intensitas
analgesik ketika pemberian lebih dari satu.
menggunakan standar skala nyeri
(mis., Skala Wong Baker FACES,
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
skala analog visual, skala penilaian
numerik)
Faktor Yang Berhubungan :
iskemia, neoplasma)
- Agen cedera fisik ( mis., abses,
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
amputasi, luka bakar, terpotong,
dosis optimal.
mengangkat berat, prosedur bedah,
trauma, olahraga berlebihan)
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
- Agen cedera kimiawi (mis., luka
nyeri secara teratur.
bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agens mustard)
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
- Obstruksi anatomi
Penyebab multiple
Kerusakan integritas kulit (00023) Setelah dilakukan tindakan ❖ 3520. Perawatan Luka Tekan halaman 376
dapat
Factor yangmengganggu
berhubunangan kesehatan.
: 2. penekanan.
9. Lakukan perawatan pasien sesuai dengan
yang dibuktikan dengan indicator
Domain 3: Eliminasi dan 6. Angkat balutan
1) Eksternal
selama…x
sebagai24berikut:
jam, klien
(4-5akan :
= Sebagian prosedur safetydanyang
plester perekat menggunakan kapas
berlaku.
Pertukaran Kelas 1: Fungsi
- zat kimir, radiasi besar adekuat – sepenuhnya 10.alkohol.
3. Batasi pengunjung / atau keluar masuk
Urinarius Halaman: 199
- usia yang ekstrim adekuat) 7. Ukur luas luka yang pasien.
sesuai
0703. infection Severity yang keluarga terhadap
Factor Resiko :
Kriteria Hasil: 8. 11.
- kelembapan dibuktikan dengan indicator ( 1 berat 4. Bersihkan dengan normal
Lakukan saline
cuci atausebelum
tangan pembersih
danyang tidak
sesudah
- Kurang pengetahuan untuk
- hipertermi, hipotermi ❖ Integritas
sekali, kulit
2 : berat , 3:yang baik4:bisa
sedang, ringan ,
- Penurunan
mengihndari hemoglobin
pemajanan pathogen beracun
kontakdengan tepatpasien dengan menggunakan antiseptic.
/ merawat
- imobilitas fisik dan 5dipertahankan
: tidak ada) (sensasi elastisitas, 9. 12.
-- Malnutrisi 5. Berikan perawatan ulkusuniversal
Terapkan pada kulitprecautions
yang diperlukan
dalam
2) Supresi
Internal respon inflamasi (mis., temperature, hidrasi, pigmentasi)
- Obesitas 10. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
interlekuein
- perubahan6status [ cairan
IL-6], C- perawatan klien .
- Penyakit kronis (mis., diabetes ❖ Tidak Hasil
Kritertia ada luka/lesi
: pada kulit 11. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
reactive protein[CRP])
- perubahan pigmentasi 6.
13. Lakukan pergantian kateter secara periodic
❖ Perfusi jaringan baik’ 12. Perkuat balutan luka, sesuai kebutuhan.
Pertahanan
mellitus)
- perubahan turgor Tubuh Terhadap
untuk mengurangi
13. Pertahankan insidensteril
teknik balutan infeksdi pada
ketika bladder.
melakukan
Pathogen Lingkungan
- Prosedur
- faktorinvasive Meningkat
perkembangan -❖ Demam
Menunjukkan pemahaman dalam
14.
7. Lakukan ambilan urine tengah periodic
- Terpajan pada wabah proses perbaikan kulit dan
- Nyeri perawatan luka, dengan tepat.
- kondisi
Pertahanan ketidakseimbangan
Tubuh Primer Tidak Adekuat
mencegah terjadnya untuk
14. Ganti urinalisis.
balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
- Peningkatan leukosit cedera
nutrisi integritas kulit
- Gangguan berulang. 15.15.
8. Periksa
Kolaborasi pemberian
luka setiap antibiotic dengan
kali perubahan balutan medis
- perubahan sirkulasi
- Gangguan peristalsis ❖ Mampu melindungi kuit dan 16. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
- kondisi gangguan metabolic
17. Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
- Merokok
- gangguan sensasi mempertahankan kelembaban kulit
18. Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
dan perawatan alami. 6550. Infection Protection
- - tonjolan
Pecah ketubantulang
dini 19. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan
Aktivitas Keperawatan:
- Pecah ketuban lambat gejala infeksi.
1 Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan
- Penurunan kerja sliaris 20. Berikan obat – obatan antibiotic.
local
Resiko Infeksi (00004) 6540. Infection Control
- Perubahan pH sekresi 2 Monitor status kerentanan terhadap infeksi
4 Definisi : Rentan mengalami invasi dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Aktivitas
3 Batasi Keperawatan
pengunjung :
-multiplikasi
Stasis cairan tubuhpatogenik yang
organism
4 Jaga teknik septic dan aseptic pada perawat pasien yang
1. Jaga kebersihan lingkungan sekitar pasien.
Pertahanan Tubuh
beresiko
Sekunder Tidak Adekuat
5 Lakukan kultur urine sesuai kebutuhan
- Leucopenia
6 Instruksikan klien untuk minum antibiotic (sesuai
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2005. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta : EGC.
Suriadi & Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3.
Jakarta. EGC