(PBL 1)
A. CASE PBL 1:
Pada hari ini seorang remaja bernama Nayla berusia 13 tahun datang bersama ibunya ke
Puskesmas untuk berkonsultasi. Ibu Nayla mengatakan putrinya mengalami nyeri perut seperti di
remas-remas setiap kali menstruasi, bahkan terkadang sampai izin tidak masuk sekolah karena
nyeri yang dialaminya. Selain itu, 1 bulan terakhir ini, anaknya tidak menstruasi. Biasanya Nayla
menstruasi sekitar tanggal 5 atau 6 tiap bulannya namun sampai saat ini belum menstruasi
(terlambat 1 minggu). Menarche 8 bulan yang lalu. Aktivitas sehari-hari bersekolah dan
mengikuti les. Terkadang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan Nayla jarang sekali berolahraga
kecuali saat pelajaran olahraga di sekolahnya. Pola nutrisi : Nayla makan 3 kali sehari dengan
makanan yang bervariasi namun tidak terlalu suka makan sayur, sangat suka ayam yang dijual di
salah satu tempat makan cepat saji dan sangat suka minum minuman bersoda atau kemasan.
Pemeriksaan fisik : KU baik, TB 145 cm, BB 40 kg, TD 100/60 mmHg, wajah tidak pucat,
konjungtiva agak pucat, tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan pada perut.
B. TUGAS MAHASISWA
Lakukan tugas atau langkah berikut:
3. Brainstorming
1. Hengga ( benar bahwa pola nutrisi berkaitan dengan pola mens karena berhubungan dgn
hormon estrogen)
2. Lutfia ( mengarah pada dismenore karena terjadi peningkatan prostaglandin pada lapisan
uterus sehingga menyebabkan kontraksi pada uterus yang berujung nyeri)
3. Dhea (IMT yang kurang/lebih dari normal berpengaruh terhadap siklus mens)
4. Amarsya ( IMT naila normal sehingga tidak termasuk penyebab telatnya mens naila)
5. Hana (Nutrisi naila lebih ke arah lemak sehingga kurang mengontrol hormon dan
menyebabkan siklus tidak teratur) Bunga (Kandungan dalam fast food dapat
menyebabkan kekurangan vitamin A, B, C, D, serta zat besi yang dapat menyebabkan
siklus menstruasi yang tidak teratur ). Vita (naila kurang zat besi sehingga tekanan
darahnya rendah dan siklus mens nya tidak lancar).
6. Qorry (Untuk penyebab dari perut seperti diremas-remas dan telatnya menstruasi dari
nayla ini bukan dari patologis tertentu karena ditinjau dari pemeriksaan fisik tidak ada
massa dan nyeri tekan pada perut, dan kemungkinan juga karena amenorea akibat
perubahan hormon)
7. Hengga dan dhea (penyebab naila tidak mens karena kurangnya aktivitas fisik dan nutrisi
yang kurang tercukupi. Perubahan hormon pada naila yang dipengaruhi oleh pola
makan). Shafa (ada kemungkinan ada gangguan pada organ reproduksi yang
berhubungan dengan menstruasi seperti ovarium). Luthfia (ada kemungkinan mengalami
anemia sehingga berpengaruh pada siklus mens).
4. Systematic classification
5. Tentukan learning objective (LO)
1. Siti Faradiba, henggarintyas,amarsya ( mengetahui dan memahami penyebab dari
terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur )
2. Elva (Memahami penggolongan Dismenore)
3. Mengetahui tata laksana dari siklus yang tidak teratur dan dismenorea
6. Diskusi Kelompok
1. mengetahui dan memahami penyebab dari terjadinya siklus menstruasi yang tidak normal
: (SEPAKAT)
- Dhea :
a. Hubungan Pola Makan dengan Siklus Menstruasi
Pola makan termasuk nutrisi yang diperoleh sangat berpengaruh terhadap siklus
menstruasi. Seseorang yang jarang maupun kurang mengkonsumsi sayur dan buah bisa
menjadi penyebab siklus mens tidak normal. Seperti ketika kekurangan vit. C itu dapat
menghambat proses absorbsi besi sehingga produksi besi yang fungsinya menghasilkan
hemoglobin akan berkurang. Zat besi rendah, hemoglobin juga rendah, sehingga
menyebabkan anemia, dan anemia bisa menyebabkan siklus mens tidak normal karena
berkaitan dengan hormon steroid seperti androgen dan estrogen yang merupakan faktor
utama dalam pengaturan siklus mens. Kemudian, seseorang yang memiliki kebiasaan
makan makanan cepat saji juga mempengaruhi siklus mens, karena kebanyakan makanan
tersebut mengandung lemak tinggi. Konsumsi makanan berlemak dapat mempengaruhi
siklus menstruasi karena ketersediaan lemak berpengaruh pada produksi hormon. Jadi,
seorang yang memiliki penumpukan lemak menyebabkan tubuhnya bingung dalam
mengatur hormonnya sehingga produksi hormon terganggu dan siklus menstruasinya
cenderung tidak normal karena hormon estrogen berlebih akibat lemak berlebih.
Kekurangan lemak juga berpengaruh karena tubuh tidak mempunyai cukup sel lemak
untuk memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk menstruasi.
Sumber:
Lestari, M. Dan Fachry, A. 2019. ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Siklus Haid
Tidak Teratur Pada Mahasiswi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jayapura’, Jurnal Sehat
Mandiri, vol. 14, no. 2, p. 57–63.
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tidak normal berkaitan dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur. Terdapat beberapa teori yang membahas hal ini.
Teori pertama berkaitan dengan jumlah estrogen yang meningkat dalam darah,
dimana lebih panjangnya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah estrogen yang
meningkat dalam darah akibat jumlah lemak tubuh yang berlebihan. Kadar
estrogen yang tinggi akan memberikan feed back negatif terhadap sekresi GnRH
yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Teori kedua berkaitan dengan
hipothalamus, dimana kelaparan, extreme exercise dan stres dapat menjadi
pemicu pada supresi hipothalamus. Wanita yang memiliki berat badan kurang
secara sederhana tubuhnya akan menghentikan proses pembuatan estrogen.
Lemak yang terganggu dapat menghentikan sel untuk mengubah kolesterol
menjadi estrogen ekstra. Hal ini akan menyebabkan siklus menstruasi menjadi
lebih panjang dan terganggu pada Wanita.
Yudita, N. et all. 2017. ‘Hubungan Stress dengan Pola Siklus Menstruasi Mahasiswa
Kedokterna Universitas Andalas’, Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 6, no. 2, p. 57–63.
- Qorry :
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula juga akan memperberat gejala PMS. Gula
adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi, mengubah makan
menjadi manis dan merupaka pemanis sederhana yang paling sering digunakan baik di
makanan maupun minuman. Konsumsi gula yang berlebih juga akan menyebabkan
tubuh mengalami dehidrasi lebih cepat sehingga mudah lelah, lemas, lesu, letih, bahkan
pingsan. Sehingga dapat memperparah dismenorhea. Mengonsumsi gula yang berlebih
juga akan menambah kadar gula dalam darah meningkat sehingga dapat menyebabkan
resistensi insulin yang dapat mempengaruhi hormon seks termasuk siklus haid. Minuman
soda berkarbonat (soft drink) ternyata juga memiliki kandungan kafein dan pemanis
buatan (aspartame). Kafein dapat menyebabkan konstriksi pembuluh darah uterus (rahim)
sehingga terjadi penurunan aliran darah uterus, yang mana dapat mengurangi perdarahan
menstruasi dan memperpendek durasi mens. Selain itu, didapatkan juga bahwa mereka
yang mengonsumsi kafein dalam jumlah banyak menjadi dua kali lebih mungkin untuk
mengalami siklus menstruasi yang lebih pendek dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi. Efek vasokonstriktor dari kafein ini pun yang kemudian menyebabkan
nyeri saat menstruasi terasa lebih berat. Sehingga sebaiknya pada saat menstruasi, wanita
mengurangi atau tidak mengonsumsi minuman yang mengandung kafein. Kafein perlu
dihindari karena bisa menyempitkan pembuluh darah dan membuat tubuh terdehidrasi.
Maka dari itu bila mengonsumsi kafein, tubuh akan merasa tidak nyaman dan
menimbulkan sakit kepala serta meningkatkan kecemasan (Ramadhani, Setiawati and
Evayanti, 2016).
Sumber :
Farida, W., Sulistyani, dan Huda, A. 2020. ‘Hubungan Antara Siklus Gizi, Usia
Menarche, dengan kejadian Dysmonerrhea Primer pada Remaja Putri.’
E-Journal Kesehatan, vol.8, no.2.
- Vita : Olahraga yang rutin saat haid akan memperlancar sirkulasi darah sehingga
mengurangi nyeri perut atau dismenore. Olahraga yang ringan dapat membantu otot
menjadi rileks dan bisa memperlancar haid. Walaupun olahraga memiliki banyak
keuntungan, tetapi olahraga yang berat juga dapat menyebabkan beberapa gangguan.
Olahraga yang terlalu berat dapat menimbulkan gangguan pada fisiologi siklus
menstruasi, gangguan dapat berupa tidak adanya menstruasi (amenore), penipisan tulang
(osteoporosis), menstruasi tidak teratur. Hasil penelitian dari jurnal, siklus menstruasi
tidak teratur mayoritas berasal dari kelompok aktivitas fisik intensitas tinggi. Siswi yang
termasuk kelompok aktivitas fisik intensitas sedang dan intensitas rendah mayoritas
memiliki siklus menstruasi yang teratur. Dengan demikian, peneliti berasumsi bahwa
intensitas aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab ketidakteraturan siklus
menstruasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Souza et.al, (2013) yang menyebutkan bahwa aktivitas
fisik intensitas tinggi akan menyebabkan peningkatan jumlah hormon ghrelin, dimana
hormon Ghrelin menyebabkan pulsalitas Luteinizing Hormone (LH) menurun, padahal
Luteinizing Hormone (LH) berperan penting dalam proses ovulasi dan pematangan
corpus luteum. Selain itu dalam penelitiannya, Souza et al. juga menyebutkan bahwa
peningkatan hormon ghrelin merupakan pertanda bahwa tubuh sedang mengalami defisit
energi. Sehingga aktivitas fisik berhubungan dengan siklus menstruasi, oleh karena itu
jika melakukan olahraga harus dengan intensitas rendah seperti yoga agar otot kita rileks,
dan sebaliknya saat menstruasi jangan terlalu lelah dan melakukan aktivitas yang berat
karena dapat memperparah kelainan menstruasi tersebut.
Sumber :
Souza MJ, Leidy HJ, O’Donnell E, Lasley B, Williams NI (2013). Fasting Ghrelin Levels
in Physically Active Women: Relationship with Menstrual Disturbances and Metabolic
Hormones.
Naibaho, W. N. K. et al. (2014) ‘Hubungan antara Tingkat Aktivitas Fisik dan Siklus
Menstruasi pada Remaja di SMA Warga Kota Surakarta’, Nexus Kedokteran Komunitas,
3(2), pp. 162–169.
- Luthfia : Seorang perempuan yang kekurangan gizi, fungsi organ reproduksinya akan
berkurang, dan menyebabkan penurunan berat badan yang juga bisa berpengaruh
terhadap perubahan hormon tertentu yang berkaitan dengan gangguan hipotalamus
sehingga siklus ovulasi juga akan terganggu. Begitu juga perempuan yang memiliki
kelebihan berat badan akan berpengaruh pada fase folikular (FP) dan fase luteal (LP) di
dalam siklus menstruasi yang meliputi dua mekanisme. Pertama adalah terjadi
hiperinsulinemia, akibatnya ada ketidakseimbangan SHBG dan androgen yang
menyebabkan tidak terjadi ovulasi. Kedua, kelebihan berat badan mengakibatkan
peradangan metabolik dan sistemik kronis yang dapat mengubah fungsi reproduksi
sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad (HPG). Selain itu, kelebihan berat badan akibat
trigliserida menyebabkan peningkatan resistensi leptin pada aksis HPG sehingga dapat
meningkatkan risiko gangguan makan dan hipogonadisme atau kegagalan gonad. Jadi,
perempuan baik dengan kekurangan maupun kelebihan nutrisi berdampak pada
penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberi rangsang terhadap hipofisis anterior
untuk memproduksi FSH yang berfungsi sebagai penstimulasi pembentukan 3 sampai 30
folikel yang mengandung sel telur dan pematangan folikel. Selain itu, berdampak pula
pada produksi LH yang berfungsi dalam ovulasi yang apabila tidak dibuahi akan
mengalami peluruhan. Oleh karena itu, apabila kerja FSH dan LH terganggu, maka siklus
menstruasi akan ikut terganggu (Astuti dan Noranita, 2016).
- Qorry : Nutrisi pada konsumsi buah dan sayur mengakibatkan defisiensi vit C yang
menghambat proses absorpsi besi
Absorpsi besi yang efektif dan efisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor,
seperti vitamin C. Absorpsi besi dalam bentuk nonheme dapat meningkat empat kali lipat
dengan adanya vitamin C. Oleh karena itu, kekurangan vitamin C dapat menghambat
proses absorpsi besi. Vitamin C dapat menghambat pembentukan hemosiderin yang
diimobilisasi untuk membebaskan besi jika diperlukan. Vitamin C juga memiliki peran
dalam pemindahan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati. Hal ini sebagai
risiko potensial defisiensi zat gizi bagi kelompok remaja putri yang mengalami
menstruasi setiap bulan. Asupan zat gizi yang kurang dari kebutuhan tubuh dapat
menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi dihitung berdasarkan
lamanya empat fase pada satu siklus menstruasi. Fase-fase siklus menstruasi tersebut
adalah fase menstrual, fase preovulatori, ovulasi dan fase pasca ovulatori. Satu siklus
menstruasi terjadi selama 25 hingga 32 hari. Remaja vegetarian yang defisiensi protein,
vitamin C dan zat besi berkaitan dengan fase preovulatori sedangkan defisiensi vitamin
B12 berkaitan dengan fase ovulasi. Selain itu kelebihan dan kekurangan gizi secara
umum berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus memberikan ransangan impuls ke
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Wahyuni, Y., & Dewi, R. (2018). Gangguan siklus menstruasi kaitannya dengan asupan
zat gizi pada remaja vegetarian. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of
Nutrition), vol. 6, no. 2.
- Safa : Amenore pada atlet sbg kasus nyata dari gabungan 2 faktor penyebab gangguan
mens
Sistem reproduksi perempuan sangat sensitif terhadap stres fisiologis.
Banyakatlet perempuan mengalami masalah gangguan menstruasi yang
berkaitan dengan latihan, seperti menarche yang tertunda, oligomenore dan
amenore. Kejadian amenore pada atlet adalah antara 5%-46%. Amenore pada atlet
diduga terjadi karena pemakaian energi yang berlebihan dan simpanan energi yang
rendah, yang menyebabkan gangguan pada hormon sistem reproduksi yang terlibat
dalam fisiologi menstruasi.
Amenore pada atlet yang mengalami overtraining
terjadi karena gangguan pada hipotalamus. Gangguan terutama terletak
pada sekresi pulsatif GnRH. Terjadi penekanan terhadap sekresi pulsatif GnRH yang
normalnya berlangsung tiap 60-90
menit. Penekanan mengakibatkan penurunan frekuensi maupun amplitudo pulsatil
sekresinya. Penekanan terhadap GnRH terjadi karena pengaruh penurunan berat
badan, asupan energi yang rendah, maupun gangguan terhadap keseimbangan energi
akibat ketidakseimbangan antara pemasukan dan pemakaian energi. Pada atlet dapat terjadi
pemakaian energi yang berlebih karena porsi latihan fisik yang berat sedangkan asupan energi
tidak mencukupi. Kekurangan energi juga mempengaruhi sekresi pulsatil LH.
Batubara, F. and Ibrahim, B. 2018. ‘Amenore pada Atlet yang mengalami overtraining’.
Majalah Kedokteran UKI 2018. Vol. 34 No.2
- Hana Navisah : Hormon dan Pola Makan, pola makan yang tidak baik akan memberi
rangsangan kepada hipotalamus dalam memberikan ransangan kepada hipofisa anterior
untuk menghasilkan FSH dan LH apabila produksi hormon tersebut terganggu maka
siklus menstruasi juga akan terganggu. Status gizi mempengaruhi keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, pada wanita dengan gizi lebih, produksi hormon progesteron
menurun, sedangkan pada wanita kurus produksi hormon estrogen lebih sedikit, dimana
dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Apabila produksi hormon terganggu akan
mengganggu pula siklus menstruasi (Dwi Ayu dan Apriliyanti, 2022)
- Amarsya :stress yang mempengaruhi kinerja hormon pada tubuh, hipotalamus akan
terganggu. Hipotalamus yang bertugas melepas GnRH akan terganggu, misalkan saat
seseorang mengalami stres psikis hipotalamus justru akan melepas ACTH hormon yang
dilepaskan ke aliran darah ketika stres. Selanjutnya kortisol akan hadir di tubuh dalam
keadaan antisipasi, siap beraksi yang memiliki efek negatif pada otak. Otak tidak dapat
mengatasi adrenalin dengan baik sehingga mulai timbul efek negatif pada tubuh. Nah,
jika produksi GnRH terganggu, pengendalian dan pelepasan hormon LH dan FSH yang
seharusnya dilakukan GnRH juga ikut terganggu. Akibatnya hormon estrogen dan
progesteron dalam ovarium untuk menjaga siklus haid tetap teratur juga mengalami
ketidakseimbanhan dalam produksinya yang menyebabkan gangguan siklus menstruasi
terjadi (Sari, I, N., 2020).
- Siti Faradiba : Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum
estrogen. Sehingga dalam hal ini aktivitas berat menyebabkan adanya gangguan
menstruasi. Aktivitas fisik yang dilakukan lebih berkontribusi pada aktivitas melakukan
pekerjaan berat.
Olahraga berlebih bisa mengakibatkan terjadinya gangguan disfungsi hipotalamus yg
menyebabkan gangguan sekresi GnRH. Dimana disfungsi hipotalamus yg berkaitan
memakai kegiatan fisik yg berat bermasalah di pulsasi GnRH, mampu mengakibatkan
menarche yg tertunda dan persoalan siklus menstruasi. kegiatan yang menginduksi
amenorrhea berkaitan pada kondisi hipoestrogenisme.
- Claudia Bunga : Perubahan Hormon dapat terjadi karena makanan yang dikonsumsi,
salah satunya makanan cepat saji, kandungan gizi pada fastfood yaitu tinggi lemak, tinggi
kalori, tinggi gula, dan rendah serat. Kandungan asam lemak yang tinggi akan
mempengaruhi hormon progresteron pada masa fase luteal dari siklus menstruasi (
rahma,2021). Sehingga, apabila perubahan hormon terjadi maka akan mengakibatkan
siklus menstruasi yang tidak etratur
Sumber :
Rahma, B. 2021. ‘ Hubungan Kebiasaan Konsumsi fastfood dan stress terhadap siklus
menstruasi pada Remaja Putri’. Journal Health Sains, vol. 2, no.4
Ayu, D., Apriliyanti. 2020. ‘Hubungan Pola Makan dan Status Gizi dengan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri’, Stikes Ngudia Husada Madura
- Siti Faradiba : Selain itu peningkatan berat badan yang berlebih dapat menyebabkan
gangguan siklus haid melalui jaringan adiposa yang aktif akan mempengaruhi rasio pada
hormon estrogen dan androgen. Pada remaja perempuan yang mengalami kelebihan berat
badan akan terjadi peningkatan produksi estrogen dikarenakan selain bagian ovarium,
pada jaringan adiposa juga bisa mengolah estrogen. Peningkatan yang terjadi
terus-menerus secara tidak langsung mengakibatkan peningkatan pada hormon androgen
dimana dapat mengganggu perkembangan folikel dan berujung pada pengaruh
penghasilan folikel yang kurang matang
Nyeri menstruasi (dismenore) sering disebut sebagai kram menstruasi atau nyeri
mentruasi. Dalam bahasa Inggris, dismenore disebut sebagai “painful period” atau
menstruasi yang menyakitkan. Dismenore menyebabkan terganggunya aktivitas
sehari-hari. Dismenore biasanya dimulai saat 6–12 tahun setelah menarche. Nyeri saat
haid ini biasanya mulai dialami saat usia 15–17 tahun, hingga puncaknya pada usia
20–24 tahun, dan akan mulai berkurang setelahnya (Adisa Swastika, 2019).
Dismenore merupakan nyeri pada perut bagian bawah yang dialami oleh wanita
sebelum maupun selama menstruasi tanpa disertai tanda patologi, biasanya dapat
berupa kram (Agussafutri, 2017). Dismenore (nyeri haid) adalah kekakuan atau
kekejangan dibagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama
menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada menurunnya
kinerja dan kurangnya aktivitas sehari-hari (Inut et al., 2016). Dapat disimpulkan
bahwa dismenore yaitu nyeri pada perut bagian bawah yang di alami wanita sebelum
atau selama menstruasi, nyeri haid tersebut di mulai saat usia 6-12 tahun setelah
menarche (pertama haid), namun biasanya nyeri haid atau dismenore di mulai saat
usia 15-17 hingga puncaknya yaitu usia 20-24. Salah satu dampak dari dismenore
yaitu terganggunya aktivitas sehari-hari.
1. Faktor endokrin.
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. hormon progesteron
menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen
merangsang kontraktilitas uterus. Endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar
prostaglandin yang belebihan memasuki peredaran darah, maka selain dismenore
dapat juga dijumpai efek lainnya seperti: nausea, muntah, diare, flushing.
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri
dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya.
Faktor kejiwaan yang secara emosional tidak stabil yang terjadi pada saat remaja,
apabila tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses menstruasi dan
berkaitan juga dengan peningkatan hormon yaitu hormon prostaglandin yang dapat
meningkatkan kontraksi miometrium dan dapat mempersempit pembuluh darah,
sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot-otot rahim. Seperti: rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan
kewanitaannya, dan imaturitas.
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi
secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul
nyeri ketika menstruasi.
Wanita yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang
menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim
melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
4. Usia
Wanita semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah
lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan.
Faktor risiko timbulnya dismenore secara umum yaitu:
3. Depresi dan stress juga terbukti dalam meningkatkan risiko kejadian dismenore
karena stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot
punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore (Dzia, 2021)
● Terapi herbal
Sumber :
Prayuni, E. D. dkk. 2018. ‘Therapy for irregular menstruation with acupunture and
herbal Pegagan (Centella Asiatica (L.))’, Journal of Vocation Health Studies. Vol.
02, p. 86-91.
A. KASUS
Ny. Mawar (28 tahun) datang bersama suaminya Tn. Kumbang (32 tahun) ke Bidan
Praktik Mandiri dan mengatakan setelah 1,5 tahun menikah masih belum memiliki anak. Ny.
Mawar bekerja sebagai pegawai toko sedangkan Tn. Kumbang merupakan merupakan seorang
tukang bangunan. Sebelumnya ia mengatakan pernah menggunakan KB Suntik 1 bulan selama 1
tahun sejak awal pernikahan kemudian lepas KB karena ingin memiliki anak namun masih
belum hamil. Mereka ingin sekali mendapatkan anak laki-laki. Tn. Kumbang adalah seorang
perokok dan setiap hari dapat menghabiskan minimal 1 pack/hari. tn. Kumbang sering merokok
di dalam rumah. Selain itu, Tn. Kumbang juga sering mabuk-mabukan. Hasil anamnesa
didapatkan ayah dari Ny. Mawar menderita kencing manis dan ibunya menderita hipertensi, Tn.
Kumbang diketahui memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badannya 120 kg dan merupakan
perokok aktif dan peminum alkohol. Dalam sehari Tn. Kumbang menghabiskan 10 batang rokok.
Hasil pemeriksaan Ny. Mawar didapatkan tinggi badan 165 cm dan berat badannya 46 kg.
B. TUGAS MAHASISWA
Lakukan tugas atau langkah berikut:
1. Temukan kata kunci (key word)
a.
2. Identifikasi masalah
a.
3. Brainstorming
a.
4. Systematic classification
a.
5. Tentukan learning objective (LO)