Anda di halaman 1dari 9

PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG DALAM ASUHAN

KEBIDANAN BAGI REMAJA DAN DEWASA

A. HUBUNGAN GIZI SEIMBANG DENGAN MENARCHE DAN


MENSTRUASI
 Nutrisi sangat mempengaruhi kematangan seksual remaja, remaja
putri yang mendapatkan menarche lebih dini cenderung lebih berat
dan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri lain yang belum
menarche walaupun usianya sama. Menurut Depkes RI pada remaja
banyak hal yang dapat mempengaruhi menarche antara lain
perubahan hormon yang dapat mempengaruhi kematangan sel dan
asupan gizi yang dikonsumsi saat datangnya menarche. Suatu hal
yang dapat mempengaruhi pembentukan hormon adalah asupan gizi,
dengan asupan gizi yang baik dapat mempercepat pembentukan
hormon-hormon yang mempengaruhi datangnya menarche.
(Lasandang dkk,2016)
 Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan
dan fungsi organ, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi
reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan menstruasi,
tetapi akan membaik jika asupan nutrisinya baik. Kekurangan nutrisi
pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi.
Hormon steroid akan mengalami perubahan yang dampak pada
terjadinya perubahan siklus ovulasi. (Lasandang dkk,2016)
 Remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik dengan
cara mengonsumsi makanan yang seimbang karena sangat
dibutuhkan pada saat menstruasi,terbukti pada saat menstruasi
tersebut, terutama pada fase luteal,akan terjadi peningkatan
kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan,dampaknya akan terjadi
keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama
siklus menstruasi. (Lasandang dkk,2016)
B. MASALAH GIZI PADA REMAJA DAN DEWASA
 Remaja termasuk kelompok rentan mengalami masalah gizi. Masalah
gizi yang banyak terjadi pada remaja antara lain anemia, gizi kurang
dan gizi lebih. Anemia yang paling banyak terjadi pada remaja
adalah anemia gizi besi dimana kadar hemoglobin didalam darah
kurang dari 12 gr. (Rizkiriani, 2014).
 Handayani (2014) menjelaskan terdapat 81% remaja putri memiliki
kekurangan zat besi tingkat berat. Padahal zat besi berfungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan berperan dalam
pembentukan sel darah merah yang setiap bulannya remaja
mengalami siklus mentruasi sehingga membutuhkan zat besi yang
lebih tinggi. Makanan yang dikonsumsi dapat memberikan manfaat
menghilangkan rasa lapar, tidak hanya itu fungsi utama dari makanan
adalah untuk mendapatkan tenaga, mendapatkan zat-zat pembangun
bagi sel tubuh dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Apabila terjadi ketidak seimbangan dari makanan yang dikonsumsi
dengan kebutuhan yang diperlukan remaja maka dapat menimbulkan
masalah gizi kurang dan gizi lebih (Rizkiriani, 2014).
 Gizi kurang pada remaja terjadi karena kebiasaan makan yang salah
sering jajan, sering tidak sarapan pagi, pemahamanan gizi yang
keliru dimana tubuh yang langsing menjadi idaman bagi para remaja
sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. Kurangnya asupan
energi dalam jangka waktu lama memiliki risiko terkena KEK,
dimana KEK terjadi karena keadaan berat badan yang kurang yang
disebabkan oleh kurangnya zat gizi. Status gizi lebih bisa terjadi
karena keturunan, keseringan remaja mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan lemak seperti fast food. Kandungan lemak yang tinggi
ditambah dengan rendahnya aktifitas fisik maka lemak akan
disimpan didalam tubuh. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka
remaja akan beresiko mengalami obesitas (Sartika, 2011).
C. MEMILIH, MENGOLAH DAN MENYAJIKAN MAKANAN PADA
REMAJA DAN DEWASA
 Sebagai bagian dari konsep Gizi Seimbang, terdapat panduan
keragaman pangan serta porsi yang dianjurkan untuk dikonsumsi
setiap kali makan. Konsep ini dikenal sebagai "Isi Piringku" dan
dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 41 Tahun 2014.
Dalam 1 piring setiap kita makan, isilah 2/3 bagian dari setengah
piring masingmasing untuk makanan pokok dan untuk sayuran, 1/3
bagian dari setengah piring masingmasing untuk lauk-pauk dan
untuk buah. (Februhartanty dkk, 2019)
 Dalam satu hari, kita dianjurkan untuk makan sumber karbohidrat 3-
4 porsi, makan sayur 3-4 porsi, buah 2-3 porsi, makanan sumber
protein hewani dan nabati 2-4 porsi. Selain itu, kita perlu membatasi
jumlah gula dan garam dalam makanan kita, dan rutin
mengkonsumsi air putih. Jangan lupa mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah makan. Secara rutin, lakukanlah aktivitas fisik
30 menit setiap harinya. (Februhartanty dkk, 2019)
 Air putih diperlukan oleh tubuh kita untuk menghindari kekurangan
cairan tubuh (dehidrasi), memperlancar proses pencernaan, dan
memelihara fungsi ginjal agar tetap optimal. Seperti telah disinggung
dalam Sesi 2 (Gizi dalam Daur Kehidupan), salah satu penyebab
utama masalah gizi adalah adanya infeksi berulang. Dan salah satu
hal menyebabkan terjadinya infeksi berulang adalah buruknya
kebersihan seseorang, misalnya rendahnya kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan, atau tidak mencuci tangan setelah membersihkan
diri ketika buang air besar. (Februhartanty dkk, 2019)
D. PENDIDIKAN GIZI PADA REMAJA DAN DEWASA
 Rutinitas remaja sangat terbiasa berkumpul dengan kelompok sebaya
menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk mengisolasi diri di
rumah. Keadaan ini dapat memicu stres pada remaja dan berujung
pada kesalahan-kesalahan dalam mengatasi stres yang dialami. Salah
satu cara yang mungkin dilakukan remaja dalam menanggapi stres
akut adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan yang tidak
sehat seperti mengonsumsi makanan ringan yang tinggi energi dan
tinggi gula, serta tinggi lemak jenuh. (Februhartanty dkk, 2019)
 Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan berlarut-larut dan akhirnya
dikaitkan dengan munculnya masalah kesehatan seperti obesitas atau
berat badan berlebih, hipertensi, sampai hiperlipidemia. Adanya
ketidakseimbangan antara asupan makan dan kebutuhan tubuh
disertai adanya penyakit infeksi merupakan faktor penyebab masalah
gizi remaja baik itu gizi kurang ataupun lebih. ( Februhartanty dkk,
2019)
 Pemahaman dan praktik pola hidup sehat pada remaja melalui
pemenuhan gizi seimbang berdasarkan prinsip gizi merupakan upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah terkait gizi tersebut.
Dengan menerapkan prinsip gizi seimbang, diharapkan dapat
meningkatkan status gizi remaja yang optimal. ( Februhartanty dkk,
2019)
 Untuk mencegah berbagai macam penyakit terkait gizi, pada masa
ini remaja sangat disarankan untuk makan makanan dengan gizi
seimbang. Prevalensi terkait gizi yang cukup tinggi di Indonesia
adalah anemia defisiensi besi atau ADB. Penyakit ini terjadi karena
tubuh mengalami kekurangan mikronutrien zat besi (Fe) dan asupan
protein. Tercatat berdasarkan Riskesdas pada tahun 2018, sebanyak 3
sampai dengan 4 dari 10 remaja di Indonesia (32%) mengalami
anemia. (Februhartanty dkk, 2019)
 Anemia yang tidak teratasi hingga dewasa akan berlanjut sampai
pada kehamilan. Anemia yang terjadi pada saat kehamilan dapat
menyebabkan berat badan tubuh yang kurang, eklamsia, ketuban
pecah dini dan perdarahan. (Februhartanty dkk, 2019)
PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG DALAM ASUHAN
KEBIDANAN INFERTILE

A. HUBUNGAN GIZI SEIMBANG DENGAN INFERTILE


 Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi, dapat diketahui apabila seseorang mengalami anoreksi
nervosa, maka akan terjadi perubahan-perubahan hormonal tertentu
yang ditandai penurunan BB yang mencolok, hal ini terjadi karena
kadar gonadotropin menurun dalam serum urine, serta penurunan
pola sekresinya, dan kejadian ini berhubungan dengan gangguan
fungsi hipotalamus. (Indarwati dkk, 2017)
 Pada wanita anoreksia, kadar hormon steroid mengalami perubahan
yaitu terjadi peningkatan kadar testosteron serum, dan penurunan
ekskresi 17-ketosteroid dalam urine (diantaranya androssteron dan
epiandrossteron) shg terjadi perubahan siklus ovulasi. Bila anoreksi
tidak terlalu berat, dapat diberikan hormon GRH (gonadotrophin
relating hormone), selanjutnya siklus haid normal kembali.
(Indarwati dkk, 2017)
 Kecukupan gizi akan mempengaruhi fungsi sex dan reproduksi
berjalan dengan baik. Bila asupan gizi kurang, muncul gagguan
seperti tidak berkembangnya organ seks, menopause dini, dan
impotensi. Organ seks yang tidak berkembang secara sempurna akan
berdampak terhadap fertilisasi seseorang. (Indarwati dkk, 2017)
B. MENYUSUN MENU BAGI IBU INFERTILE
Menu gizi seimbang untuk ibu infertile menurut (Winarni dkk, 2019)
 Karbohidrat (Nasi, gandum ,roti, dll) Sebagai zat pembangkit
energi & menjaga kebugaran.
 Lemak (Avokad dan coklat) Sebagi sumber energi & peningkat
libido pada pria dan wanita.
 Protein, berfungsi untuk memelihara sel dan jaringan, sebagai zat
penyubur pada pria (kelompok asam amino misalnya asam amino
esensial, arginim dan triptofan). Asam amino terdapat pada kuning
telur, susu, daging segar, ikan, tempe, tahu.
 Vitamin (vit A, vit B compleks dan vit C) Zat organik komplek yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil.
C. MEMILIH, MENGOLAH DAN MENYAJIKAN MAKANAN PADA
IBU INFERTILE
Olahan makanan yang dianjurkan menurut (Winarni dkk, 2019)
 Makanan yang belum disuling (nasi, roti, sereal, atau biji-bijian)
 Makanan yang segar (sayuran baru setiap hari)
 Memperbanyak mengonsumsi kacang-kacangan.
 Telur --> sumber protein terbaik karena mengandung nutrisi untuk
pertumbuhan anak.
 Mengonsumsi ikan segar minimal seminggu sekali.
 Mengonsumsi vitamin B (B6, B12) asam folat --> berpengaruh
terhadap kesuburan.
 Mengonsumsi zat besi --> perempuan anemia cenderung berkurang
kesuburannya.
 Memasak makanan dengan cara dikukus
 Makanan rendah lemak, cukup protein, memperbanyak buah dan
sayuran.
D. PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG BAGI IBU INFERTILE
 Kecukupan gizi akan mempengaruhi fungsi sex dan reproduksi
berjalan dengan baik. Bila asupan gizi kurang, muncul gagguan
seperti tidak berkembangnya organ seks, menopause dini, dan
impotensi. Organ seks yang tidak berkembang secara sempurna akan
berdampak terhadap fertilisasi seseorang. Infertilitas yang
berdampak pada kemandulan dapat dicegah dengan pengaturan pola
makan. Disarankan untuk mengonsumsi makanan yg dapat
meningkatkan kesuburan, & menghindari makanan yg dapat
mengurangi kesuburan. Jumlah / porsi makan disesuaikan dengan
kebutuhan dan aktivitas, supaya tidak terjadi obesitas &
mempengaruhi kesuburan.
 Status gizi berlebihan pada seorang wanita dapat menyebabkan
infertilitas, gangguan siklus haid, dan sindrom ovarium polikistik
(sel telur tidak terbentuk). Obesitas menyebabkan perubahan sekresi
hormon hipotalamus berupa peningkatan sekresi LH. Sekresi LH
yang berlebihan menyebabkan gangguan pematangan folikel,
sehingga terjadi ovulasi infertil atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Lasandang Nurrahmawati dkk, 2016. Hubungan status gizi dengan usia
menarche pada remaja smp negri 6 tidore kepulauan. Skripsi fakultas
kedokteran universitas sam ratulangi manado
2. Rizkiriani A, 2014. Aktivitas fisik,body image dan status gizi remaja
perkotaan, institut pertanian bogor. Skripsi institut pertanian bogor
3. Februhartanty judhiastuty dkk, 2019. Buku ajar gizi dan kesehatan
remaja jakarta : seameo recfon, kemendikbud ri,2019. Vii, 166 hlm :
27.9 cm
4.

Anda mungkin juga menyukai