Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hafidz Alfarisi

NIM : 2010713018

A. PENGERTIAN DAUR KEHIDUPAN

Dalam kehidupan manusia, daur ataupun siklus kehidupan berkaitan dengan


tumbuh kembang. Pertumbuhan berarti bertambahnya jumlah dan ukuran sel sedangkan
perkembangan berarti peningkatan fungsi sel, jaringan, organ tubuh dalam bentuk yang
kompleks.
Pada setiap tahap siklus hidup manusia, pertumbuhan dan perkembangan terjadi
secara bersamaan sebagai satu kesatuan. Pertumbuhan dan perkembangan dimulai
dengan pembentukan embrio dan diferensiasi sel selama pembentukan janin saat ibu
hamil, kemudian bayi lahir dan menjadi dewasa (Pritasari et al., 2017). Sebagai ilustrasi
dapat dilihat Gambar 1.1 sebagai berikut.

Sumber: Damayanti, D, Materi Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jurusan Gizi, 2016
Gambar 1.1
Siklus atau daur kehidupan

Siklus hidup kadang disebut juga siklus hidup dan berkaitan erat dengan gizi
manusia. Siklus hidup manusia terbagi dalam beberapa tahapan: pembuahan telur-
janin-bayi di bawah 6 bulan-balita-anak-remaja-dewasa-lansia. Sebagai ilustrasi dapat
dilihat Gambar 1.2 sebagai berikut. Anak laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan
gizi yang berbeda karena perkembangan fisik mereka yang berbeda. Pada masa remaja,
masalah gizi biasanya berkaitan erat dengan gaya hidup dan kebiasaan makan, dan gaya
hidup serta kebiasaan makan juga erat kaitannya dengan perubahan fisik dan kebutuhan
energi pada masa remaja (Rachmi et al., 2019).
Sumber: Mencintai & Menikmati Tiga Siklus Kehidupan dengan Sempurna, Kompasiana, Agustus 2017
https://www.kompasiana.com/jepretpotret/59869c4263a8e6112f165114/dari-terbaik-di-dua-dunia-
mencintai-menikmati-tiga-siklus-kehidupan-dengan-sempurna
Gambar 1.2
Proses pertumbuhan dan penuaan

 MASALAH GIZI BERDASARKAN DAUR KEHIDUPAN

Karena kondisi kesehatan, penting untuk mempelajari metode siklus hidup


atau siklus hidup. Dalam satu tahap, mungkin dipengaruhi oleh tahap sebelumnya.
Misalnya, kondisi remaja putri yang sehat bukannya anemia yang mempengaruhi
kondisi wanita sehat usia subur yang tidak mengalami anemia. Selain itu, kondisi
wanita usia subur yang sehat akan mempengaruhi kondisi ibu hamil yang sehat dan
melahirkan bayi yang sehat. Sebaliknya, ibu hamil yang kekurangan energi kronis
(KEK) meningkatkan risiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR). Jika bayi
BBLR tidak diintervensi dengan baik dapat menjadi anak di bawah usia 5 tahun
dengan kekurangan energi protein (KEP). Balita perempuan penderita KEP dapat
tumbuh menjadi remaja putri dengan gangguan tumbuh kembang atau KEK, dan
pada akhirnya berisiko menjadi ibu hamil penderita KEK (Rachmi et al., 2019).
Berdasarkan pendekatan ini, intervensi pada tahapan tertentu, seperti
intervensi pada ibu hamil KEK atau remaja putri penderita anemia dan gizi buruk,
dapat membantu menyelesaikan permasalahan pada penduduk di tahap selanjutnya
(Rachmi et al., 2019).

 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KESEHATAN


DAN GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN

Menurut Robinson dan Wesley. Dalam buku pengantar tentang gizi


masyarakat, status gizi adalah keadaan kesehatan yang berkaitan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh. Status gizi menurutnya dipengaruhi oleh faktor
langsung seperti pola makan dan penyakit infeksi. Makan sehat adalah suatu cara
atau cara kerja yang mempunyai tujuan khusus untuk mengatur jumlah dan jenis
makanan, seperti menjaga kesehatan, status gizi, mencegah atau membantu
penyembuhan penyakit. Penyebab langsung dari masalah gizi kedua adalah
penyakit infeksi (Deswita & Yuliani, 2014). Faktor langsung yang menyebabkan
permasalahan gizi yang kedua yaitu penyakit infeksi.
Selain faktor langsung, status gizi. Lima faktor tidak langsung juga akan
berpengaruh pada lima aspek yaitu ekonomi keluarga, budaya, produksi
makanan, kebersihan lingkungan, fasilitas pelayanan kesehatan. (Deswita &
Yuliani, 2014).

B. KEBUTUHAN NUTRISI SAAT KEHAMILAN


Pahami siklus hidup Dalam kehidupan manusia, daur hidup atau daur hidup
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mengacu pada
peningkatan jumlah dan ukuran sel, sedangkan perkembangan mengacu pada
peningkatan fungsi bentuk-bentuk kompleks sel, jaringan, dan organ.
Selama hamil, ibu harus mendapatkan energi, protein, dan mikronutrien yang
cukup untuk mendukung kesehatan ibu serta tumbuh kembang janin. Sebuah studi
observasi yang sangat kuat di Belanda menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu
hamil yang lapar (dengan asupan energi kurang dari 1.000 kalori / hari) memiliki
berat kurang dari 300 gram dari rata-rata berat lahir. Kondisi ini terkait dengan
penurunan berat plasenta dan pertambahan berat badan selama kehamilan (Stein et al.
1975).
Kebutuhan nutrisi mikronutrien juga sangat penting karena berperan penting
dalam mencegah kegagalan atau kelainan tumbuh kembang janin. Kekurangan asupan
asam folat selama kehamilan berkorelasi kuat dengan peningkatan risiko penyakit
saraf Asupan yodium yang rendah berdampak pada hipotiroidisme kongenital dan
kretinisme. Pemberian mikronutrien berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan
janin salah satunya suplementasi magnesium yang dapat menurunkan risiko kelahiran
prematur (RR = 0,73 (95% CI = 0,57-0,94) dan berat badan lahir rendah (RR = 0,7
( 0), 53-0.93))) (Makrides dan Crowther, 2004). Demikian pula suplementasi dengan
mikronutrien lain seperti zinc dan kalsium juga dapat mengurangi terjadinya kelahiran
prematur, dan suplementasi dengan omega 3 juga dapat memperpanjang usia
kehamilan (kehamilan) dan menghambat produksi prostaglandin dengan cara
mencegah cacat janin dan meningkatkan antioksidan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan asupan nutrisi selama
masa kehamilan. Pemerintah Indonesia mengadopsi “Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013” yang diundangkan pada tanggal 28
November 2014, yang menetapkan angka kecukupan gizi yang direkomendasikan
untuk negara Indonesia. AKG mencerminkan asupan harian rata-rata penduduk,
bukan satu orang / orang. Berlawanan dengan kebutuhan gizi (requirement),
gambarkan jumlah minimal nutrisi yang dibutuhkan oleh setiap individu sehingga
jumlah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh faktor genetik. Secara umum,
kebutuhan gizi ibu hamil ditentukan dengan meningkatkan asupan setiap zat gizi pada
setiap masa kehamilan sesuai dengan usianya. Angka kecukupan gizi (AKG)
mengacu pada tabel RDA. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (No. 75
tahun 2013) mengatur tentang rasio kecukupan nasional Indonesia pada tahun 2014.

 Peranan Zat Gizi Pada Masa Kehamilan

Wanita hamil membutuhkan energi untuk memperluas jaringan ibu,


meningkatkan volume darah, pertumbuhan rahim dan payudara, serta penumpukan
lemak. Selama trimester ketiga, energi dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan
plasenta. (Arisman, 2010). Vitamin A, asam folat dan yodium berperan penting
dalam embriogenesis yang terjadi pada usia kehamilan 8 minggu. Gangguan
pertumbuhan saat ini dapat menimbulkan kelainan bentuk anatomis yaitu kelainan
batang saraf atau biasa disebut dengan neural tube defect (NTD) dan bibir sumbing
yang meningkatkan risiko kematian, morbiditas, lahir mati, aborsi spontan, dan
kelainan jantung. (Rosenquis et al., 2005). Cacat tabung saraf (NTD) adalah cacat
bawaan yang disebabkan oleh penutupan tabung saraf yang tidak lengkap selama
embriogenesis. Biasanya, NTD disertai dengan cacat bawaan lain dan sistem organ
yang tidak sempurna, seperti quadriplegia, disfungsi usus dan kandung kemih,
ketidakmampuan belajar, dan gangguan psikososial.
Setiap zat gizi berperan penting selama kehamilan dan berperan penting dalam
kesehatan ibu hamil, terutama tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Selama
hamil, ibu membutuhkan asupan energi ekstra untuk mendukung pembentukan
plasenta, pertumbuhan payudara, dan janin. Selain energi yang cukup, kebutuhan
protein dan asam lemak juga meningkat. Fungsi protein dapat mendukung
pertumbuhan dan pembentukan jaringan, pengaturan hormon, dan metabolisme
nutrisi. Pada saat yang sama, asam lemak, terutama EPA (asam eicosapentaenoic)
atau Omega 3 dan DHA (asam docosahexaenoic) atau omega 6 mempengaruhi
perkembangan otak janin dan retina mata (Stephenson & Schiff, 2016).
Asam folat merupakan turunan asam pterogluatmit yang bertindak sebagai
kofaktor pada metabolisme one-carbon yang berperan dalam DNA cycle dan
methylation cycle. Pada proses embriogenesis, asam folat berperan dal.am
pembentukan DNA, ekpresi gen dan proses diferensiasi. Kekurangan asam folat
pada masa kehamilan dapat menyebabkan kecacatan perkembangan terutama otak
janin.
Vitamin A atau retinol dibutuhkan untuk perkembangan embrio. Asam
retinoid memegang peranan penting dalam keberhasilan proses perkembangan
embriogenesis melalui proses: apoptosis, proliferasi, deferensiasi dan migrasi.
Asam retinoud terlibat dalam aktivasi homebox gene Hoxb1. Gen Hoxb1
merupakan pengatur kunci proses gastrulasi dan neuralasi. Berikut gambar
perjalanan asam retinoid dari mulai asupan makan, kemudian masuk melalui
plasenta dan perannya dalam pembentukan gen Hoxb1.
Pembahasan tentang vitamin A tidak lepas dari 2 kondisi yang mempunyai
arah yang berbeda, namun memiliki efek yang hampir sama. Hipo A vitaminosis
dan Hiper A vitaminosis merupakan kondisi dimana kekurangan dan kelebihan
vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan perkembangan
embrio seperti yang diterangkan sebelumnya. Demikian halnya, kondisi hiper A
vitaminosis juga dapat menyebabkan gangguan proses perkembangan terutama
batang saraf dan bibir sumbing, meski hal ini dalam perdebatan. Kadar retinoid
yang tinggi dapat mengaktifkan satu atau lebih gen yang diatur oleh RAR/RXR
heterodimer, menyebabkan hilangnya kontrol atas tahapan perkembangan
embriogensis yang normal.
Kobalamin (vitamin B12) pada ibu hamil berperan untuk mencegah anemia
perniosa yang disertai dengan rasa letih yang parah. Vitamin B12 berperan dalam
pembentukan sel darah merah, keberfungsian sel-sel sumsum tulang belakang,
sistem persarafan, dan saluran cerna. Defisiensi kobalamin pada ibu hamil jarang
terjadi, karena B12 dapat disimpan di hati sampai dengan 5 tahun. Jika terjadi
defisiensi, seringkali disebabkan ketiadaan faktor intrinsik, yaitu sekresi
gaster/lambung (Arisman, 2010). Kadar kalsium dalam darah ibu hamil dapat
mengalami penyusutan sampai dengan 5% dibanding wanita tidak hamil. Hal ini
disebabkan adanya perubahan metabolisme yang prosesnya belum diketahui pasti.
Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi bayi (Arisman, 2010).

 KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI

1. Makro
a. Energi
Secara teori, Kebutuhan energi meningkat 500 sampai 600 kcal perhari selama
1 tahun pertama menyusui. Rekomendasi ini berdasarkan kebutuhan total
wanita dewas dan proses penyusuan. Penambahan kalori diperlukan untuk
cadangan lemak, pertumbuhan payudara, pertumbuhan bayi yang disusui, dan
peningkatan BMR.
b. Protein
Tambahan protein diperlukan untuk mendukung pertumbuhan payudara dalam
pembentukan ASI. Kebutuhan protein selama 1 tahun pertama menyusui
bertambah 17 sampai 20 g per hari dari kebutuhan wanita dewasa, jadi sekitar
67 sampai 70 g protein per hari.
c. Lemak
Asam lemak sangat esensial untuk pertumbuhan payudara dan sintesis
prostaglandin. Kebutuhan asam lemak esensial meningkat menjadi 4,5% dari
total kalori. Kebutuhan lemak dapat dipenuhi 25-30% dari total kalori sesuai
dengan keadaan ibu.
d. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat dapat ditentukan dengan menghitung sisa kebutuhan
kalori setelah dikurangi lemak dan protein. Bentuk karbohidrat perlu
diperhatikan apabila ibu mengalami gangguan metabolisme karbohidrat,seperti
diabetes .Untuk kasus ini, perlu digunakan karbohidrat yang rendah glikemik
load.
2. Mikro
a. Asam folat
Folat berperan dalam sintesis DNA, membuat vitamin ini sangat esensial untuk
proses penyusuan. Defisiensi folat menyebabkan penurunan laju sintesis DNA
dan aktifitas mitosis dalam sel individual.Akibat defisiensi folat yang banyak
dikenal ialah anemia megaloblastik yang merupakan stase tertinggi defisiensi
folat. Folat sebaiknya diberikan pada masa konsepsi. Pemberian asam folat
pada masa konsepsi dapat menurunkan risiko kejadian NTD, dan menurunkan
risiko 72% kejadian bayi lahir dengan NTD pada ibu yang sebelumnya
melahirkan bayi NTD. Ibu yang sebelumnya melahirkan bayi NTD mempunyai
risiko 2-10% untuk melahirkan bayi NTD lagi.
b. Asam Askorbat
Direkomendasikan tambahan 10 mg/hari dari kebutuhan asam askorbat untuk
wanita menyusui.Defisiensi asam askorbat tidak berhubungan dengan outcome
penyusuan. Namun beberapa penelitian menunjukkan hubungan kadar asam
askorbat plasma yang rendah dengan volume ASI. Asam askorbat juga
bermanfaat untuk meningkatkan absorbsi besi di usus.

Setelah melahirkan, bukan berarti ibu tidak perlu lagi mengonsumsi makanan
bergizi. Ibu menyusui masih perlu memenuhi kebutuhan nutrisi harian agar bisa
menghasilkan ASI yang berkualitas untuk Si Kecil. Ingat, makanan yang ibu makan
memengaruhi kesehatan Si Kecil. Jadi, dianjurkan tetap menjaga pola makan
sehat selama menyusui.
Sebenarnya, secara alami ASI sudah mengandung seluruh nutrisi yang
diperlukan bayi. Tapi, kuantitas dan kepekatan ASI dipengaruhi oleh pola makan ibu.
Ibu dapat mengonsumsi makanan sehat secara tepat, untuk itu ketahui nutrisi apa saja
yang dibutuhkan selama menyusui. 

1. Kalori
Dilansir dari American Pregnancy, ibu menyusui membutuhkan 500 kalori
lebih banyak dari yang tidak. Tapi ibu tidak perlu pusing menghitung jumlah
kalori dari makanan yang ibu konsumsi setiap harinya, karena
kebutuhan kalori setiap ibu juga berbeda. Ibu hanya perlu makan setiap rasa lapar
muncul.
Dilansir dari Baby Center, ibu yang menyusui sebaiknya penuhi kebutuhan
saat perut merasa lapar. Rasa lapar yang dirasakan berhubungan langsung dengan
proses tubuh yang sedang memproduksi ASI untuk bayi. Ibu juga sebaiknya
mengonsumsi camilan sehat agar tubuh tetap berenergi. 

2. Protein
Ibu yang menyusui juga perlu mengonsumsi makanan yang tinggi akan protein
karena zat gizi ini penting untuk membangun dan memperbaiki berbagai jaringan
dalam tubuh. Protein berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan Si
Kecil di awal-awal masa kehidupannya.
Selain itu, protein juga bermanfaat untuk membantu pemulihan tubuh ibu
setelah menjalani kehamilan dan persalinan. Kebutuhan protein yang diperlukan
ibu menyusui adalah sebanyak 76-77 gram per hari. Ibu bisa mendapatkan nutrisi
ini dari mengonsumsi bahan makanan hewani maupun nabati, seperti daging sapi,
daging ayam, telur, tempe, tahu, edamame, seafood, dan sebagainya.
Dilansir dari Baby Center, saat mengonsumsi ikan sebaiknya pilihlah ikan
yang baik untuk kesehatan ibu dan anak. Beberapa jenis ikan dapat memenuhi
kebutuhan DHA dan EPA, serta omega 3 yang baik untuk perkembangan otak dan
mata bayi di tahun pertama usianya. Namun sebaiknya saat ibu menyusui atau
menjalani kehamilan, hindari mengonsumsi ikan seperti mackerel yang memiliki
kandungan merkuri yang cukup tinggi.

3. Asam Lemak
Sumber utama kalori bayi berasal dari lemak. Selain sebagai sumber energi,
lemak juga bermanfaat untuk membangun jaringan otak Si Kecil. Tubuh ibu juga
membutuhkan lemak. Tapi, ibu sebaiknya mengonsumsi makanan yang
mengandung lemak tidak jenuh, dan batasi konsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh atau lemak trans. Selama menyusui, ibu wajib mengonsumsi
makanan tinggi asam lemak seperti ikan salmon, ikan kembung, kacang-kacangan,
daging sapi, dan lain-lain.

4. Vitamin dan Mineral


Ibu yang menyusui juga perlu mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral lebih
banyak daripada biasanya, demi kebaikan ibu dan janin. Berikut jenis vitamin dan
mineral yang penting untuk pertumbuhan bayi, yaitu:
 Vitamin C.
Nutrisi ini berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan perbaikan
jaringan dalam tubuh ibu setelah melahirkan. Untuk bayi, vitamin C
membantu pertumbuhan tulang, gigi, dan produksi kolagen. Dilansir
dari National Institutes of Health Office of Dietary Supplements, tiap bayi
membutuhkan kandungan vitamin C yang berbeda tiap usianya. Bayi
dengan usia 0-6 bulan membutuhkan 40 miligram, sedangkan bayi usia 7-
12 bulan membutuhkan 50 miligram vitamin C. Jadi, tidak ada salahnya
ibu memperbanyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C
agar kebutuhan vitamin C pada bayi dapat terpenuhi dengan baik. Ibu bisa
mendapatkan vitamin C dari buah jeruk, sayur brokoli, maupun tomat.
 Vitamin E.
Manfaatnya vitamin E untuk ibu adalah membantu mencegah ibu
mengalami anemia setelah melahirkan. Sedangkan untuk Si Kecil,
kandungan antioksidan yang tinggi dalam vitamin E melindungi mata dan
paru-paru bayi dari berbagai masalah karena kekurangan oksigen.
Makanan yang kaya vitamin E, seperti kacang almond, bayam, asparagus,
dan alpukat.
 Kalsium & Zat besi.
Si Kecil memerlukan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi.
Sementara zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah, sehingga
membantu mencegah ibu mengalami anemia setelah melahirkan. Dilansir
dari University of California San Fransisco, ibu menyusui disarankan
mengonsumsi kalsium sebanyak 1.300 miligram per hari. Sumber kalsium
dapat ibu dapat dari beberapa jenis makanan, seperti susu dan keju.

Anda mungkin juga menyukai