Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI OLAHRAGA

“Pengaruh olahraga dan penatalaksanaan gizi


pada atlet wanita volley saat menstruasi”

Disusun Oleh :

 Choirunnisa’ (P17431213027)
 Fitriani Proboningrum (P17431213032)
 Friska Erdiatmoko (P17431213033)
 Musdalifah Purwaningsih (P17431213043)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG JURUSAN GIZI

Jl. Wolter Monginsidi 115, Pedurungan-Semarang Telp. (024) 6710378

2015 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Semakin hari semakin banyak wanita yang terjun dalam dunia olahraga dengan menjadi atlet
profesional. Sebagai seorang atlet adalah hal yang biasa bila mengalami berbagai gangguan fisik
karena cedera Semakin hari semakin banyak wanita yang terjun dalam dunia olahraga dengan
menjadi atlet profesional. Sebagai seorang atlet adalah hal yang biasa bila mengalami berbagai
gangguan fisik karena cedera. Tetapi, khusus untuk atlet wanita seringkali mengalami gangguan
kesehatan yang tidak akan dialami oleh para atlet pria. Gangguan tersebut adalah gangguan pada
sistem reproduksi wanita yang meliputi delayed menarche, oligomenorrhea, dan amenorrhea.

Amenore lebih banyak dialami oleh wanita atlet dari pada non atlet. Hal ini berhubungan
dengan penggunaan energi yang berlebihan oleh atlet pada saat latihan akan mengganggu fungsi
sistem reproduksi wanita yang normal. Oleh karenanya amenore pada atlet bisa disebut exercise-
associated amenorrhea.Tetapi, khusus untuk atlet wanita seringkali mengalami gangguan
kesehatan yang tidak akan dialami oleh para atlet pria. Gangguan tersebut adalah gangguan pada
sistem reproduksi wanita yang meliputi delayed menarche, oligomenorrhea, dan amenorrhea.
Konsekuensi yang harus diterima oleh athlet yang mengalami amenorea adalah gangguan fungsi
hipotalamus dan pituitary yang menyebabkan menurunnya produksi hormone estrogen. Amenore
lebih banyak dialami oleh wanita atlet daripada non atlet. Olahraga berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya gangguan siklus menstruasi. Latihan fisik yang berat dapat menimbulkan gangguan
pada fisiologi siklus menstruasi.

Kelainan haid adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi,
menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya
menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Kelainan haid sering menimbulkan
kecemasan pada wanita karena kehawatiran akan pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan
kesehatan wanita pada umumnya. Jumlah wanita yang berpartisipasi dalam olahraga dan aktivitas
fisik terus meningkat. Walaupun olahraga memiliki banyak keuntungan, tetapi dapat menyebabkan
beberapa gangguan pada atlit wanita apabila dilakukan secara berlebihan. Latihan fisik yang berat
dapat menimbulkan gangguan pada fisiologi siklus menstruasi. Gangguan yang terjadi dapat
berupa tidak adanya menstruasi (amenore), penipisan tulang (osteoporosis), haid tidak teratur atau
perdarahan intermenstrual, pertumbuhan abnormal dinding rahim, dan infertilitas. Sifat dan
tingkat keparahan gejala tergantung pada beberapa hal seperti jenis latihan, intensitas dan lamanya
latihan, dan laju perkembangan program pelatih.

Olahraga berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang


menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH. Hal tersebut menyebabkan terjadinya menarche yang
tertunda dan gangguan siklus menstruasi. Faktor utama penyebab supresi GnRH atlet wanita
adalah penggunaan energi berlebihan yang melebihi pemasukan energi pada atlet. Faktor
kekurangan nutrisi merupakan faktor penting penyebab keadaan hipoestrogen pada atlit wanita.

Pada sebagian besar atlit wanita, sering terjadi gangguan makan yang berakibat terjadinya
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi sehingga terjadi defisiensi energi
kronik. Ketidakseimbangan energi berhubungan dengan menurunnya kadar estrogen, gangguan
metabolisme, dan terjadinya amenorrhea atau oligomenorrhea.

Atlet putri cenderung melakukan diit yang tidak tepat untuk menunjang penampilan mereka
pada saat bertanding sehingga dapat mengakibatkan penyimpangan perilaku
makan.penyimpangan perilaku makan dapat menyebabkan gangguan menstruasi sehingga atlet
putri dapat mengalami female athlete triad. Female athlete triad merupakan kombinasi dari tiga
kondisi yang saling berkaitan yaitu penyimpangan perilaku makan,gangguan menstuasi dan
osteoporosis. Kurangnya asupan energi menyebabkan menurunnya frekuensi dorongan hormone
leutin yang berfungsi sebagai pemicu ovulasi.

II. TUJUAN

Tujuan Umum :

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh olahraga dan mengetahui
penatalaksanaan gizi pada atlet wanita saat menstruasi.

Tujuan Khusus :

a. Mendiskripsikan pengaruh olahraga pada atlet wanita volley saat menstruasi


b. Mendiskripsikan keadaan kesehatan pada atlet wanita volley saat menstruasi
c. Mendiskripsikan penatalaksanaan gizi pada atlet wanita volley saat menstruasi
III. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil dalam pembuatan makalah ini adalah :

a. Dapat mengetahui pengaruh olahraga pada atlet wanita volley saat menstruasi
b. Dapat mengetahui penatalaksanaan gizi pada atlet wanita volley saat menstruasi
c. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan
gizi dan olahraga
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi (Bobak, 2004) Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi (Greenspan, 1998).

Kelainan Menstruasi haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon


yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.Banyaknya
perdarahan ditentukan oleh lebarnya pembuluh darah, banyaknya pembuluh darah yang terbuka,
dan tekanan intravaskular. Lamanya pedarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka atau daya
regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip dan pada karsinoma.Kelainan
Panjang Siklus mensstruasi :

1) Amenorrhea (tidak ada periode haid)


Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorrhe dapat
terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila
tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang
pada bulan ke-66. Amenorrhea dapat dibagi menjadi amenorrhea primer dan sekunder.
Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 16 tahun7
tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa
adanya tanda-tanda seks sekunder.
Amenorrhea biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat
dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon. Amenorrhea
sekunder berarti telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari
enam bulan. Amenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan pada
proses haid.
Langkah-langkah diagnosa bila ditemukan amenorrhea yang harus dilakukan adalah
lakukan pemeriksaan TSH karena pada keadaan hipotroid terjadi penurunan dopamin
sehingga merangsang pelepasan TRH. TRH merangsang hipofise anterior untuk
menghasilkan prolaktin dimana prolaktin akan menghambat pelepasan GnRH. Namun pada
satu waktu, saat hipofise anterior terangsang secara kronik, hipofise anterior dapat membesar
sehingga meningkatkan sekresi GnRH dan menyebabkan terjadinya pematangan folikel yang
terburu-buru sehingga terjadi kegagalan ovarium prematur. Sehingga harus diwaspadai bila
terjadi suatu tanda-tanda hipotiroid, amenorrhea dan galaktorrhea.
Amenorrhea pada atlet dengan latihan berlebih dibutuhkan kalori yang banyak sehingga
cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormon steroid seksual
(estrogen & progesteron) tidak tercukupi. Pada keadaan tersebut juga terjadi pemecahan
estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen
dan progeteron yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak
dihasilkan endorpin yang merupakan derifat morfin. Endorpin menyebabkan penurunan
GnRH sehingga estrogen dan progesteron menurun. Pada keadaan stress berlebih,
corticotropin releasing hormon dilepaskan, pada peningkatan CRH, terjadi peningkatan opoid
yang dapat menekan pemebentukan GnRH.
2) Dismenorrhea

Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorrhea terdiri dari gejala yang kompleks
berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai
gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.

3) Osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi yang dikarakteristikan oleh kehilangan dari kepadatan tulang
yang normal, berakibat pada tulang yang mudah patah. Osteoporosis menjurus secara harafiah
pada tulang yang keropos secara abnormal yang lebih dapat dimampatkan seperti sepon,
daripada padat seperti batu bata. Penyakit dari kerangka ini melemahkan tulang yang
menyebabkan peningkatan risiko untuk patah tulang-tulang (bone fracture).

Tulang yang normal tersusun dari protein, collagen, dan kalsium semua darinya
memberikan kekuatan pada tulang. Tulang-tulang yang terpengaruh oleh osteoporosis dapat
patah dengan luka yang relatif minor yang normalnya tidak akan menyebabkan patah tulang.
Patah tulang dapat dalam bentuk patah (seperti patah pinggul), atau kerobohan (seperti pada
patah karena tekanan dari vertebrae tulang belakang). Tulang belakang (spine), pinggl-
pinggul, dan pergelangan-pergelangan tangan adalah area-area yang umum dari patah-patah
tulang dari osteoporosis, meskipun patah-patah tulang yang berhubungan dengan osteoporosis
dapat juga terjadi pada hampir segala tulang kerangka.

B. Gizi pada atlet olah raga

Kebutuhan energi merupakan prioritas yang utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk
menjaga masa jaringan-jaringan, imun dan fungsi-fungsi reproduksi, dan penampilan optimal atlet.
Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai pemasukan energi (energi yang dihasilkan dari
makanan, cairan, dan produk suplement) dikali pengeluaran energi (pengeluaran energi, basal
metabolisme, efek-efek dari pemasukan makanan, dan aktivitas fisik). Dengan pemasukan energi,
lemak dan masa otot dapat digunakan oleh tubuh untuk sumber cadangan energi. Pengeluaran
energi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, massa tubuh, berat lemak tubuh, intensitas,
frekuensi dan durasi latihan. Untuk atlet, rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
macam-macam latihan untuk intensitas, frekuensi, dan durasi, kemudian untuk menghitung
pemasukan energi untuk aktivitas normal.

Banyak atlet yang memerluka konsumsi enrgi yang cukup untuk menjaga berat dan
komposisi tubuh selama melakukan aktivitas atau berolahraga. Sesuai prinsip dasar ”gizi
seimbang” yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan serat. Menurut
Joko Pekik Irianto (2007: 50) kebutuhan energi yang diperlukan setiap orang berbeda-beda,
bergantung kepada berbagai faktor, antara lain: umur, jenis kelamin, berat dan tinggi badan serta
berat ringannya aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang prestasinya olahragawan memerlukan
nutrisi/ zat gizi yang cukup baik kualitas maupun kuantitas.

Pada dasarnya nutrisi dikelompokkan menjadi 2 golongan yakni: Makro Nutrisi, yaitu zat
gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah banyak (makro nutrisi) meliputi ; karbohidrat, lemak
yang berperan sebagai pemberi energi dan protein berfungsi memelihara pertumbuhan dan
memperbaiki jaringan tubuh seperti kulit, otot dan rambut. Pengelompokkan zat gizi yang Kedua
adalah mikro nutrisi yaitu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit (mikro nutrisi)
meliputi vitamin dan mineral yang berperan memperlancar berbagai proses di dalam tubuh. Untuk
memperoleh prestasi yang optimal , perlu disusun perencanaan makanan berjangka, baik jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang yang selanjutnya dijabarkan dalam program
perencanaan makanan atlet. Perencanaan makanan atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan
program latihan meliputi periode persiapan, pertandingan dan transisi. Perencanaan gizi meliputi
4 (empat) hal, yakni:

1. Perbaikan status gizi; pada umumnya perbaikan status gizi dilaksanakan pada periode
persiapan umum.
2. Pemeliharaan status gizi; dapat dimulai sejak awal periode persiapan apabila atlet telah
memiliki status gizi normal, sedangkan atlet yang belum memiliki status gizi normal
pemeliharaan status gizi dilakukan setelah status gizi normal tercapai.
3. Pengaturan gizi pertandingan; pada periode pertandingan perlu disusun perencanaan
makanan sebelum bertanding, saat bertanding dan setelah bertanding, terutama untuk
olahraga yang memerlukan waktu bertanding lebih dari 60 menit.
4. Pemulihan Status gizi. Perencanaan makanan untuk memulihkan kondisi fisik
olahragawan, dilaksanakan pada periode transisi. Tabel 29. Perencanaan Gizi
Olahragawan.

Makanan untuk meningkatkan status gizi :

1) Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan, jenis kelamin dan
aktivitas. Atlet pada usia pertumbuhan yang status gizinya kurang baik, kebutuhan protein
lebih tinggi daripada atlet usia dewasa.
2) Susunan menu seimbang, yang berasal dari beraneka ragam bahan makanan, vitamin dan
mineral sesuai dengan kebutuhan.
3) Menu disesuaikan dengan pola makan atlet berdasarkan hasil wawancara diet yang
dilakukan dan pembagian makanan disesuaikan dengan jadwal kegiatan atlet.
4) Untuk meningkatkan kadar Hb, dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat besi
yang berasal dari bahan makan hewani, oleh karena lebih banyak diserap oleh tubuh
daripada sumber makanan nabati.
5) Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu menambah makanan
yang banyak mengandung vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo
kecik, sukun, dll.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Olahraga Pada Siklus Menstruasi

Dari berbagai sumber jurnal yang didapatkan dapat dipaparkan bahwa olahraga
berpengaruh pada siklus menstruasi. Olahraga berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi
hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada pulsatility GnRH. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya menarche yang tertunda dan ganguan siklus menstruasi. Faktor utama penyebab supresi
GnRH atlit wanita adalah penggunaan energi berlebihan yang melebihi pemasukan energi pada
atlit.

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan nilai p < 0.05 atau bermakna pada variabel
frekuensi dan durasi latihan terhadap siklus haid atlit. Pada penelitian terdahulu di Norwegia,
prevalensi irregularitas siklus haid secara signifikan lebih tinggi pada atlet sebesar 26 %
dibandingkan kelompok kontrol, yaitu sebesar 14 %. 15 Kejadian gangguan siklus menstruasi pada
atlet dilaporkan sebesar 28.8% dibandingkan dengan control (9.4%) pada penelitian terdahulu.
Olahraga yang di pakai dalam penelitian tersebut adalah atletik (8 %), lari (24%), taekwondo
(40%), dan renang (28%). Kejadian siklus haid yang tidak teratur pada masing-masing olahraga
yaitu taekwondo sebesar 50%, lari 33.3%, atletik 0%, dan renang 0%. Persentase siklus haid tidak
teratur paling tinggi pada olahraga taekwondo, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
sebagian besar subyek penelitian pada jenis olahraga ini melakukan latihan dengan frekuensi dan
durasi yang paling banyak dibandingkan olahraga lainnya.

Berbagai masalah kesehatan atlet wanita yang mempengaruhi siklus menstruasi. Dalam
jurnal (The Pennsylvania State University ,The Graduate School , College of Health and Human
Development, 2012) Disebutkan bahwa IMT dan persen lemak tubuh tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap status menstruasi sedngkan kepadatan tulang atlet memiliki pengaruh yang
signifikan.

Dari penelitian Disebutkan bahwa atlet tidak mengalami penyimpangan peilaku makan
(normal) namun ada atlet yang mengalami bulimia pada atlet voli, basket, renang, senam,
taekwondo, dan pencak silat. Dan dari data yang disebutkan yang paling banyak mengalami
bulimia adalah atlet voli. Disebutkan bahwa atlet yang mengalami bulimia merasa tubuhnya
kurang ideal, merasa takut apabila berat badanya naik akan memepngaruhi performanya
dilapangan.

Pada penelitian lain disebutkan bahwa selain itu ada juga atlet yang mengalami anoreksia
dan mengalami eating disorder not otherwise specified (ADNOS) yaitu atlet senam, atletik, renang,
voli, basket, tenis, angkat besi, dan beladiri, dan yang paling banyak adalah atlit voli.
Penyimpangan perilaku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu psikologi, keluarga, media,
dan lingkungan social. Usia yang rentan terjadi pada masa remaja dan dewasa awal yaitu 13- 18
tahun. Beberapa alasan atlet menjadi eating disorder karena merasa berat badannya kurag ideal,
menjaga performa dilapangan, tuntutan untuk berat badan menjadi stabil, bentuk tubuh menjadi
salah satu penilaian.

Kepadatan tulang adalah hasil dari proses dinamis dari pembentukan tulang dan
pembongkaran tulang yang disebut boneremodelling. Kepadatan tulang diukur dengan t-score
yang cenderung tnggi salah satunya dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang tinggi yang dapat
mempengaruhi stimulus osteogenik yang berhubungan dengan masa tulang. Kepadatan tulang
yang kurang biasanya di alami oleh atlet renang. Sehingga mempengaruhi siklus menstruasi.

Dalam artikel penelitian Universitas Diponegoro (2012) disebutkan bahwa gangguan


menstruasi hanya dialami oleh atlet voli, yaitu mengalami oligoamenorrhea, merupakan siklus haid
lebih dari 35 hari. Gangguan menstruasi dapat disebebakan beberapa faktor salah satunya
peningkatan beban latihan secara tiba-tiba. Gangguan menstruasi pada atlet putri dapat disebabkan
oleh meningkatnya latihan fisik yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi dalam kontrol
endokrin pada sistem menstruasi yang akhirnya menyebabkan atlet mengalami amenorrhea.
Adanya perbedaan frekuensi durasi dan intensitas latihan ditempat yang berbeda memicu
terganggunya siklus menstruasi.

Semakin hari semakin banyak wanita yang menjadi atlet professional. Sebagai seorang
atlet adalah hal yang biasa bila mengalami berbagai gangguan fisik karena cidera. Tetapi, khusus
untuk atlet wanita seringkali mengalami gangguan kesehatan yang tidak akan dialami oleh para
atlet pria. Gangguan tersebut adalah gangguan pada sistem reproduksi wanita yang meliputi
delayed menarche, oligomenorrhea, dan amenorrhea. Amenore lebih banyak dialami oleh wanita
atlet daripada non atlet. Amenore pada atlet terjadi diduga karena pemakaian energi yang
berlebihan pada atlet dan simpanan energi yang rendah menyebabkan gangguan pada hormon-
hormon sistem reproduksi yang terlibat dalam fisiologi menstruasi. Amenore pada atlet disebabkan
karena gangguan pada level hipotalamus (kompartemen IV). Gangguan terutama terletak pada
sekresi pulsatil dari GnRH. Terjadi penekanan terhadap sekresi pulsatil GnRH yang normalnya
berlangsung tiap 60-90 menit, yang berupa penurunan frekuensi maupun amplitudo pulsatil
sekresinya.

Penekanan terhadap GnRH terjadi karena pengaruh dari penurunan berat badan, asupan
energi yang rendah, maupun gangguan terhadap energy balanced dimana terjadi
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pemakaian energi. Pada atlet terjadi pemakaian
energi yang berlebih dengan adanya porsi latihan fisik yang berat sedangkan asupan energinya
tidak mencukupi.

Biasanya berat badan atlet tidak terlalu di bawah standard walaupun atlet tergolong kurus
dan sangat memperhatikan pola makanan. Pola makanan yang dijalani adalah makanan rendah
lemak dan sedikit sekali asupan daging berwarna merah bahkan seringkali vegetarian. Atlet yang
sering mengalami amonerea adalah atlit pebalet yang memulai latihan sejak umur 8-9 tahun, yang
mungkin disebabkan karena beban latihan yang cukup berat. Amenorea berhubungan dengan
kekurangan asuan kalori yang kronis terhadap beban latihan yang sangat berat. Amenora yang
dialami oleh altlet wanita akan menggangu metabolis dan fisiologis sehingga menghambat
produksi LH dan FSH yang tidak disadari oleh atlet yang dapat menjadi kronis sehingga
menstruasi berhenti

B. Penatalaksanaan Gizi Pada Atlet Wanita volley Saat Menstruasi

Pada umumnya remaja sudah mulai memperhatikan keadaan fisik tubuhnya makan tidak
jarang remaja yang takut akan kegemukan dan mereka lebih menyukai tubuhnya yang kurus tanpa
memperhatikan status gizi yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi fresch. R.E 1972
menyatakan bahwa kurangnya konsumsi zat gizi dapat mempengaruhi siklus menstruasi dan juga
dapat mempengaruhi terjadinya gangguan gangguan pada saat atau sebelum menstruasi karena zat
gizi yang diperlukan untuk mematangkan sel telur dan juga mempengaruhi kemampuan reproduksi
dengan mempersingkat masa reprodukstif dan juag dapat mengurangi efisien produksi serta
memperlambat datangnya menarse.

Menurut wolfenden 2010 dan hutami 2010 faktor yang paling berpengaruh dalam regulasi
siklus mentruasi adalah ketidakseimbangan hormone. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan
pengaturan hormone terganggu beberapa daiantaranya adalah : stress, penyakit, perubahan rtinitas,
gaya hidup, dan berta badan. Salah satu hormone yang berperan dalam proses mentruasi adalah
esterogen menurut analiss penyebab lebih panjangnya siklus mentruasi diakibatkan jumlah
esterogen meningkat.

Penatalaksanaan :

Pengaturan makan yang baik pada atlet membuat atlet tidak merasa tertekan apabila
diharuskan menurunkan berat badan karena sudah ada ahli gizi yang mempertimbangkan dan
menyiapkan kebutuhan atlet serrta durasi latihan yang teratur sudah mampu membentu atlet
memeprtahankan berat badan. Perencanaan makan yang baik dalam suatu institusi akan
mempengaruhi asupan makanan diit, asupan makan yang baik akan membantu atlete untuk
memperoleh prestasi yang optimal.

1. Perubahan Gaya Hidup


Gaya hidup yang pertama kali harus diperbaiki adalah memberbaiki perilaku makan.
Dalam ini perlu dilakukan penyuluhan dari ahli gizi, dukungan psikis dari psikiatris dan
monitoring dari pelatih dan keluarga untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Atlet, pelatih, ahli gizi dan dokter harus menyepakati berat badan yang harus dicapai dengan
mempertimbangkan berat badan sesuai kesehatan sekaligus juga mempertimbangkan berat
badan yang harus dicapai pada cabang olahraga yang diikutinya. Peningkatan berat badan
0.23 sampai 0.45 kg per minggu sering merupakan sasaran yang tepat. Fokus utama dari
perubahan gaya hidup sebenarnya lebih dititik beratkan pada kesehatan, sedangkan berat
badan merupakan faktor pendukung kesehatan yag penting. Pasien tidak perlu untuk
menghentikan latihan sepenuhnya. Pada awalnya intensitas latihan sebaiknya dikurangi 10
sampai 20 % dan berat badan perlu dimonitor selama paling sedikit 3 bulan (Nattiv,1994).
2. Terapi Sulih Hormon/ Hormone Replacement
Therapy Bukti yang menunjukkan manfaat terapi sulih hormone pada FAT diekstrapolasi
dari dari penelitian yang dilakukan kepada wanita post menopause. Pada keadaan yang lanjut,
kontrasepsi oral dan estrogen/progesterone dipergunakan untuk mengatasi kondisi amenorea
pada FAT. Dalam jangka panjang siklus menstruasi yang normal dapt dicapai dengan diet
yang tepat, pengaturan intensitas latihan dan pencapaian berat badan yang tepat (Kazis,2003).
Salah satu studi menguji secara retrospektif pada pelari yang mengalami amenorea yang
mendapatkan terapi sulih hormone dan plasebo selama 24 sampai 30 bulan. Regimen yang
digunakan meliputi estrogen konjugasi dengan dosis 0.625 mg per hari atau patch estradiol
transdermal dengan dosis 50 µg per hari. Keduanya diberikan dengan kombinasi dengan
medroxyprogesterone dengan dosis 10 mg per per hari seama 14 hari dalam satu bulan. Pasien
yang mendapatkan terapi sulih hormon menunjukkan adanya peningkatan kepadatan tulang
sedangkan pada pasien dalam kelompok kontrol menunjukkan penurunan kepadatan tulang
sebesar 2.5%. Suatu penelitian lain juga mendukung penggunaan kontrasepsi oral pada atlet
yang mengalami amenorea. Penelitian retospektif menunjukkan bahwa atlet dengan riwayat
pengguinaan kontrasepsi oral mengalami penurunan resiko terjadinya patah tulang patologis
(Kazis,2003). Meskipun belum ditemukan bukti langsung tentang waktu yang tepat untuk
dilakukan terapi sulih hormone pada keadaan FAT, terapi sulih hormon yang sampai sekarang
dilaporkan tepat adalah bulan sejak terjadinya amenorrhea mengingat kehilangan masa tulang
dapat terjadi dalam jangka waktu tersebut. Pasien yang mengalami penurunan kepadatan
tulang (osteopenia) dengan dasar pemeriksaan densitometry/DEXA disarankan untuk segera
menjalankan terapi sulih hormone (Kaziz,2003).
3. Farmakoterapi tambahan
Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa atlet yang sering mengalami patah tulang
sering juga mengalami asupan kalsium yang rendah dan lebih jarang menggunakan
kontrasepsi oral. Diet kalsium yang direkomendasikan adalah 1.200 sampai 1.500 mg per hari
untuk wanita usia 11 sampai 24 tahun. Di sisi lain survei yang dilakukan pada wanita usia 12
sampai 19 tahun menunjukkan kurangnya asupan kalsium. Rata-rata konsumsi mereka adalah
900 mg per hari. Suplementasi tambahan sebesar 400 sampai 800 IU vitamin D meningkatkan
penyerapan kalsium. Penatalaksanaan osteoporosis dengan bisphosphonates dan calcitonin
belum diuji sepenuhnya pada wanita usia muda yang mengalami female athlete triad.
Walaupun demikian dokter harus memperimbangkan pilihan terapi pada atlet wanita pada
atlet yang secara nyata atlet wanita mengalami osteoporosis yang didiagnosis berdasarkan
penapisan dengan DEXA (lebih dari 2,5 standard deviasi berdasarkan norma umur)
(Kaziz,2003). Untuk mengatasi gangguan perilaku makan bisa dipergunakan agen selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Benzodiazepines juga direkomendasikan pada seseorang
dengan gangguan kecemasan. Evaluasi psikiatri diperlukan untuk menentukan diagnosis
gangguan makan yang penting untuk menentukan pengobatan yang tepat (Benson,1996).
4. Keterlibatan Keluarga
Keterlibatan keluarga dalam penatalaksanaan sindrom female athlete triad sangat
menentukan keberhasilan terapi. Keluarga harus terlibat dalam penatalaksanaan FAT sejak
awal, khususnya pada penderita FAT remaja. Walaupun intervensi dari dokter biasanya pada
awalnya mengurangi kesempatan karir bagi penderita FAT, informasi tentang bahaya Female
athlete triad biasanya dapat memotivasi orang tua untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
program terapi. (Kaziz,2003).
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas kami simpulkan bahwa aktivitas olahraga berpengaruh


terhadap siklus menstruasi. Siklus menstruasi yang tidak berarturan dapat dialami oleh beberapa
atlet seperti atlet taekwondo, pencak silat, basket, renang dan volley. Olahraga yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada
pulsatility GnRH. Hal tersebut menyebabkan terjadinya menarche yang tertunda dan gangguan
siklus menstruasi. Faktor utama penyebab supresi GnRH atlit wanita adalah penggunaan energi
berlebihan yang melebihi pemasukan energi pada atlit. Olahraga volley merupakan salah satu
olahraga yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Selain hal tersebut olahraga volley
dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lain : Amenorea, dan bulimia.

Faktor yang paling berpengaruh dalam regulasi siklus mentruasi adalah ketidakseimbangan
hormone. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pengaturan hormone terganggu beberapa
daiantaranya adalah : stress, penyakit, perubahan rtinitas, gaya hidup, dan berat badan. Salah satu
hormone yang berperan dalam proses mentruasi adalah esterogen. Menurut analisis penyebab lebih
panjangnya siklus mentruasi diakibatkan jumlah esterogen meningkat. Perencanaan makan yang
baik dalam suatu institusi akan mempengaruhi asupan makanan diit, asupan makan yang baik akan
membantu atlete volley untuk memperoleh prestasi yang optimal meliputi :
1. Pengaturan pola hidup
2. Terapi Sulih Hormon/ Hormone Replacement
3. Farmakoterapi tambahan
4. Keterlibatan Keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Rima Asmarani. Pengaruh olahraga terhadap siklus haid atlit. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. 2012.

Handjaja, Mariyani. Amenorore pada Atlet. Universitas Wijaya Kusuma . Surabaya.


. Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kurikulum

________ Berbasis Kompetensi (KBK) Program Pendidikan Dimploma III Gizi. ________
Jakarta, 2010.

Reed, Jennifer L. The Role of Low Energy Availability in Predicting an Energy Deviciency and
Manstrual Disturbances in Recreational and Competitive Female A Athletes. The Pannsylvania
State University.2012

Gita Ayu R.R.S. Female Athlete Triad pada Atlet Putri di Pusat Pendidikan Latihan (Pusdiklat)
Ragunan Jakarta.Universitas DiponegoroSemarang.Semarang.2012

NWK, Adnyani. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri Kelas X
di SMA PGRI 4 Denpasar.Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.Denpasar

Arovah, Novita Intan. Female Athlete Triad Pada Atlet Wanita (Diagnosis, Pencegahan, dan
Penatalaksanaan).Universitas Negri Yogyakarta.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai