Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI”

DOSEN :
Dr. MUHAMMAD JUSMAN RAU, S.KM.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
MELIANTO ROMPON
P10223019

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB I

Pendahuluan

Epidemiologi adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang mempelajari distribusi


dan determinan penyakit dalam populasi serta mengembangkan strategi untuk mengendalikan
dan mencegah penyakit tersebut1. Epidemiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa
Yunani, dengan kata "epi" yang berarti "pada," dan "demos" yang berarti "penduduk atau
rakyat", dengan kata lain, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit dan
kesehatan masyarakat di antara populasi namun definisi ini memiliki nuansa yang lebih
mendalam dalam konteks kesehatan masyarakat2. Epidemiologi berkaitan erat dengan
pemahaman tentang penyakit dalam populasi. Untuk memahami epidemiologi, kita harus
mengenal beberapa konsep dasarnya. Salah satu konsep penting dalam epidemiologi adalah
insidensi dan prevalensi. Insidensi adalah jumlah kasus baru penyakit dalam suatu periode
waktu tertentu, sedangkan prevalensi adalah jumlah kasus penyakit pada suatu waktu
tertentu. Konsep ini membantu epidemiolog untuk mengukur sejauh mana suatu penyakit
mempengaruhi populasi.

Sebagai disiplin ilmiah, epidemiologi telah mengalami perkembangan yang signifikan


sepanjang sejarahnya. Sesuai dengan sejarah kelahirannya, epidemiologi memberikan
perhatian terhadap penyakit yang menimpa penduduk. Penyakit yang banyak menimpa
penduduk pada saat itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemi (penyakit
yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian tentang epidemi
yang banyak menelan korban kematian. Pada awal perkembangannya,
epidemiologi mempunyai pengertian sempit. Epidemiologi dianggap sebagai ilmu tentang
epidemi. Pada perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini Epidemiologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan(faktor-faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan,
perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan
demikian, epidemiolgi tidak hanya mempelajari penyakit epidemi saja, tetapi menyangkut
masalah kesehatan secara keseluruhan

Makalah ini akan mengulas sejarah perkembangan epidemiologi, mulai dari


perkembangan awal hingga masa kini. Dalam penulisan makalah ini, kami akan merujuk
pada berbagai sumber referensi yang relevan untuk mendukung pernyataan-pernyataan yang
disampaikan.
Bab II

Awal Mula Epidemiologi

Epidemiologi, sebagai ilmu, memiliki akar yang kuat dalam sejarah kuno. Salah satu
catatan awal yang dapat ditemukan dalam sejarah epidemiologi adalah pekerjaan
Hippokrates, seorang dokter Yunani kuno, yang memahami hubungan antara lingkungan dan
penyakit. Tulisan Hippokrates tentang epidemiologi, seperti "Aer, Airs, Waters,"
menggambarkan pandangan awal tentang penyebab penyakit dan pentingnya lingkungan
dalam perkembangan penyakit3. Hippokrates (460-370 SM) dianggap sebagai "Bapak
Kedokteran" dan menggambarkan konsep epidemiologi dengan teori miasma (udara jahat)
yang berperan dalam penyebaran penyakit, yang menghubungkan penyakit dengan "udara
busuk." Meskipun konsep ini tidak sepenuhnya benar, itu adalah salah satu langkah awal
dalam memahami faktor-faktor penyebab penyakit. Kutipan: "Udara busuk adalah penyebab
penyakit-penyakit yang paling mengerikan, dan salah satu pekerjaan pertama orang-orang
yang merawat kesehatan masyarakat adalah memurnikan udara dan air." – Hipokrates.

Ibnu Sina pada abad ke-11 Masehi telah mengamati dan mencatat pola penyebaran
penyakit. Ibnu Sina (980 – Juni 1037 M), yang di Barat dikenal dikenal sebagai Avicenna,
adalah seorang polimat yang dipandang sebagai dokter, astronomer, dan penulis terpenting
dari Zaman Keemasan Islam dan dianggap sebagai filsuf paling berpengaruh di era pra-
modern. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Kedokteran Modern”. Karya besarnya adalah
Buku “Canon of Medicine”. Kontribusi asli Ibnu Sina mengakui sifat menular penyakit
phthsis dan tuberkulosis, penyebaran penyakit melalui tanah dan air, serta interaksi pikiran
dan tubuh. Dia menyarankan pengobatan untuk fistula lakrimal dan memperkenalkan
pemeriksaan medis untuk saluran tersebut. Ia juga menekankan pentingnya
pencegahan. Membahas pola makan dan pengaruh faktor iklim dan lingkungan terhadap
kesehatan, buku ini juga membahas tentang rabies, hidrokel, kanker payudara, tumor,
persalinan, dan pengobatan racun. Ia menunjukkan perbedaan antara meningitis dan
meningismus penyakit akut lainnya.

Epidemiologi adalah ilmu yang memainkan peran penting dalam memahami,


mencegah, dan mengendalikan penyakit dalam populasi manusia. Awal mula epidemiologi
dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, tetapi seiring berjalannya waktu, ilmu ini telah
berkembang menjadi bidang yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Dengan
menggunakan metodologi yang canggih dan konsep-konsep yang berkembang, epidemiologi
terus memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Bab III

Masa Pencerahan dan Revolusi Epidemiologi

Pada abad ke-18, pemikiran ilmiah dan metode penelitian modern mulai muncul.
Pencerahan membawa perubahan signifikan dalam pemahaman tentang epidemiologi. Salah
satu tokoh terkenal dalam periode ini adalah John Snow, seorang dokter Inggris, yang dikenal
karena karyanya dalam mengidentifikasi sumber wabah kolera di London pada tahun 1854.
Pionir ini memperkenalkan konsep pemetaan penyakit, yang menjadi dasar bagi studi
epidemiologi modern4. John Snow, dalam analisis masalah penyakit kolera,mempergunakan
pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor tempat, orang, dan waktu. Dia dianggap
The Father of Epidemiology.

Beberapa tokoh penting epidemiologi pada masa ini antara lain:

1. John Graunt, 1662 


John Graunt menganalisa laporan mingguan kelahiran dan kematian di London, dalam
bukunya “The Nature and Political Observations Made Upon the Bills of Mortality”. Inilah
untuk pertama kalinya pola penyakit penduduk diukur. Ia mencatat besarnya perbedaan
kelahiran dan kematian antara laki-laki dan perempuan, besarnya kematian bayi menurut
musim, menekankan pentingnya pengumpulan datapenyakit secara rutin, yang menjadi dasar
bentuk epidemiologi modern. Ia juga sebagai pencipta dua prosedur dasar biostatistik, yaitu
estimasi populasi dan konstruksi tabel kehidupan. John Graunt merupakan orang yang
pertama melakukan kuantifikasi atas kejadian kematian dan kesakitan.
 
2. Antonio van Leeuwenhoek (1632-1723) 
Dia adalah seorang warga negara Belanda, dilahirkan di Delft, 24 Oktober 1632 dan
meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723. Dia seorang ilmuwan amatir yang menemukan
mikroskop,penemu bakteri dan parasit (1674), penemu spermatozoa (1677). Penemuan
bakteri telah membuka tabirsuatu penyakit yang akan sangat berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.
 
3. Robert Koch 
Nama Robert Koch tidak asing lagi jika dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis
pada tahun 1882. Selain itu Koch berperan memperkenalkan tuberkulin pada tahun 1890
yang dianggapnya sebagai suatu cara pengobatan TBC. Konsep tes tuberkulin selanjutnya
dikembangkan oleh Von Pirquet di tahun 1906 dan PPD diperkenalkan oleh siebart pada
tahun 1931. Dewasa ini tes tuberkulin dipakai untukmendeteksi adanya riwayat infeksi
tuberkulosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada anak-anak. Selain itu Koch juga terkenal
dengan Postulat Koch, yang mengemukakan konsep tentang cara menentukan kapan
mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.
 
4. Max van Patternkofer  
Orang Jerman ini memberikan kesan tersendiri dalam sejarah epidemiologi khususnya
berkaitan dengan upaya mengidentifikasikan penyebab suatu penyakit. Untuk membuktikan
jalan pikirannya dia tidak segan-segan memakai dirinya sebagai kelinci percobaan. Dan
konon beberapa muridnya bersedia juga menuruti caranya. Dia menelan1,00 cm3 kultur
vibrio untuk menentang teori yang sedang berkembang saat itu yang menyatakan vibrio
adalah penyebab kolera. Dia ingin membuktikan bahwa vibrio bukanlah penyebab kolera.
Dia minum segelas air berisi baksil kolera, dan ternyata memang (kebetulan) dia tidak jatuh
sakit. Salah satu kemungkinannya karena dosis yang diminumnya terlalu kecil mengingat
dibutuhkan jumlah vibrio yang banyak untuk selamat dari keasaman lambung.
 
5. William Fair, 1839 
Mengembangkan pengumpulan data rutin kematian dan penyebabnya. Merupakan
orang pertama menganalisis statistik kematian untuk mengevaluasi masalah kesehatan.

6. Pervical Pott 
Dia adalah seorang ahli bedah yang melakukan pendekatan epidemiologis dalam
menganalisismeningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pembersih cerobong
asap. Dia memikirkan bahwa tentu ada suatu faktor tertentu yang berkaitan dengan kejadian
kanker skrotum di kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya, dia
berhasil menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi
penyebabnya. Dia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.
 
7. James Lind, 1747 
Dia berhubungan dengan sejarah hubungan kekurangan vitamin C dengan scurvy
(kekurangan vitaminC). cerita penemuannya sederhana, dimana dia mengamati bahwa ada
kelompok tertentu dari merekayang dalam pelayanan dengan kapal yang mereka tumpangi
dalam suatu pelayaran panjang yangmengalami scurvy. Mereka menderita kekurangan
vitamin C karena mereka semuanya memakanmakanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak
Trial Klinik.
 

 
Bab IV

Era Modern Epidemiologi

Pada awal abad ke-20, teori mikroba penyebab penyakit oleh Louis Pasteur dan
penemuan vaksinasi oleh Edward Jenner membuka jalan bagi pencegahan penyakit melalui
imunisasi. Kutipan: "Vaksinasi adalah salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah kesehatan
masyarakat yang telah menyelamatkan jutaan nyawa." - Edward Jenner.
Abad ke-20 juga membawa perkembangan signifikan dalam epidemiologi, terutama dengan
munculnya epidemiologi klinis dan molekuler. Selama periode ini, ilmuwan seperti Richard
Doll dan Bradford Hill (1950) melakukan penelitian yang menghubungkan merokok dengan
kanker paru-paru, menggarisbawahi pentingnya studi kohort dan case-control5. Keduanya
adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan
antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang Epidemiologi
Klinik.
Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian
dan karenaitu pula mengalami modifikasi dalam batasan atau definisi. Berbagai definisi telah
dikemukakan oleh para penulis dan mereka para para pakar yang mencurahkan waktunya
dalam epidemiologi.Sejarah Epidemiologi dapat diikuti dari teori yang berkembang dan
kejadian penting oleh beberapa ahli Epidemiologi antara lain:

Wade Hampton Frost (1972), Guru Besar Epidemiologi di School of Hygiene, Universitas
JohnHopkins mendifinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena
massal(mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history)
penyakitmenular. Disini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi
hanyaditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).

Greenwood (1934), Profesor di School of Hygiene and Tropical Medicine,


London,mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas dimana dikatakan bahwa
epidemiologimempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai
kelompok penduduk.Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya penekanan pada
kelompok penduduk yangmemberikan arahan distribusi dan metodologi terkait.

Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bersama dengan
Thomas F. Pugh menulis buku “Epidemiology: Principals and Methods” menyatakan
bahwa“Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in
man”. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada
manusiadan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup sederhana,
disinitampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan
metodologidalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi
distribusi yangdemikian dari suatu penyakit.

Gary D. Friedman (1974) dalam bukunya “Primer of Epidemiology” menuliskan


bahwa”Epidemiology is the study of disease occurance in human populations”. Batasan ini
lebih sederhana dan tampak sepadan dengan apa yang dikemukakan oleh Mac-Mahon. Hal
ini pula yang kurang lebih dikemukakan oleh Anders Ahlbom dan Staffan Norel (1989)
dalam bukunya Introduction of Modern Epidemiology. Dikatakan bahwa Epidemiologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Hanya saja
perlu ditambahkan bahwa dalam kata pengantarnya, dia mengatakan antara lain : “Suatu
lelucon lama mengatakan bahwa seorang ahli epidemiologi telah berubah: tidak lagi sebagai
wilayah dari sejumlah kecil dokter yang berdedikasi, tapi telah berkembang menjadi suatu
disiplin riset yang nyata”. Ungkapan ini mengingatkan akan latar belakang sejarah
epidemiologi yang semula mendapat perhatian dan dikembangkan oleh para dokter dalam
menggeluti masalah penyakit, yang kemudian berkembang sebagai suatu pendekatan
metodologi.
Bab V

Globalisasi Epidemiologi

Globalisasi telah mengubah lanskap epidemiologi secara signifikan. Dalam era global
ini, tidak ada negara yang terisolasi dari masalah kesehatan dunia. Penyebaran cepat penyakit
melalui perjalanan internasional, perdagangan global, dan konektivitas digital telah
menghadirkan tantangan baru bagi ilmu epidemiologi. Makalah ini akan membahas dampak
globalisasi terhadap epidemiologi, strategi penanganan masalah global, dan bagaimana
epidemiologi berperan dalam mengatasi tantangan tersebut.

Dalam era globalisasi, epidemiologi menjadi semakin penting dalam menghadapi


ancaman penyakit menular global seperti pandemi influenza dan HIV/AIDS. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memainkan peran utama dalam memantau dan mengendalikan
penyakit-penyakit ini di seluruh dunia6. Epidemiologi terus berkembang dalam era modern.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti pemodelan komputer dan analisis
data besar, telah memungkinkan epidemiolog untuk lebih efektif dalam memantau dan
mengendalikan penyakit. Selain itu, isu-isu global seperti pandemi COVID-19 telah
menyoroti pentingnya epidemiologi dalam menghadapi ancaman kesehatan global. Contoh
penting adalah ketika terjadi wabah COVID-19 di Indonesia. Epidemiolog mengumpulkan
data kasus, melacak kontak, dan menganalisis pola penularan untuk mengendalikan
penyebaran penyakit ini.

Adapun dampak globalisasi terhadap perkembangan epidemiologi meliputi


adanya:

1. Penyakit Transfrontier
Globalisasi telah memfasilitasi penyebaran penyakit melintasi batas negara dengan cepat.
Contoh nyata adalah pandemi COVID-19 yang menyebar secara global dalam waktu singkat.
Kasus seperti ini menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam pemantauan,
respons, dan pengendalian penyakit16.
2. Perubahan Pola Penyakit
Globalisasi juga mempengaruhi pola penyakit di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup,
seperti diet dan aktivitas fisik, dapat berkontribusi pada peningkatan penyakit tidak menular
seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular di berbagai negara.
3. Akses Informasi Kesehatan Global
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membuka akses global ke informasi
kesehatan. Ini memungkinkan pemantauan penyakit secara real-time, pertukaran pengetahuan
antarnegara, dan perencanaan respons yang lebih efisien.

Untuk mengantisipai dan mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan strategi


penanganan masalah global yang mencakup:

1. Kerja Sama Internasional


Kolaborasi antarnegara dalam pemantauan penyakit, penelitian bersama, dan respons
terhadap wabah adalah kunci untuk mengatasi tantangan global. Organisasi seperti WHO
(World Health Organization) memainkan peran penting dalam mengkoordinasikan upaya
global.
2. Penguatan Sistem Kesehatan
Negara-negara perlu memperkuat sistem kesehatan mereka untuk dapat merespons tantangan
global. Ini termasuk pengembangan infrastruktur kesehatan yang kuat, pelatihan sumber daya
manusia yang kompeten, dan peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan.
Bab VI

Epidemiologi dalam Konteks Kesehatan Masyarakat Indonesia

Di Indonesia, epidemiologi telah memainkan peran penting dalam perencanaan dan


pengembangan sistem kesehatan masyarakat. Selama masa pemerintahan Soekarno,
pendekatan epidemiologi digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit menular. Di era
modern, badan-badan seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
terlibat dalam penelitian epidemiologi dan pemantauan penyakit7. Epidemiologi memiliki
peran kunci dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dengan memahami sebaran penyakit,
epidemiolog dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit. Epidemiologi juga berperan dalam mengidentifikasi
faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Penelitian epidemiologi
membantu kita memahami bagaimana faktor-faktor seperti merokok, pola makan, dan
lingkungan memengaruhi kesehatan8.

Adapun penggunaan epidemiologi di Indonesia, meliputi hal-hal di bawah ini:

1. Pemantauan Penyakit
Di Indonesia, epidemiologi digunakan untuk pemantauan penyakit menular seperti demam
berdarah, tuberkulosis, dan penyakit menular lainnya. Program pemantauan dan pelaporan
kasus memungkinkan penanganan cepat dan efektif.
2. Investigasi Wabah
Epidemiologi berperan penting dalam menginvestigasi wabah penyakit, termasuk yang paling
baru, yaitu pandemi COVID-19. Ini melibatkan pelacakan kasus, kontak tracing, dan analisis
pola penularan.
3. Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Data epidemiologi membantu pemerintah dan organisasi kesehatan dalam perencanaan
program kesehatan masyarakat. Program-program imunisasi, pencegahan penyakit kronis,
dan promosi kesehatan dirancang berdasarkan temuan epidemiologi.
4. Evaluasi dan Kebijakan Kesehatan
Epidemiologi digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan dan
memberikan dasar ilmiah bagi pengambilan keputusan dalam kebijakan kesehatan di
Indonesia.
5. Pengajaran dan Penelitian
Epidemiologi juga menjadi bagian penting dalam pengajaran dan penelitian di perguruan
tinggi dan lembaga penelitian kesehatan di Indonesia.

Di Indonesia, epidemiologi telah menjadi fondasi yang kuat dalam upaya


meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan pemantauan penyakit yang cermat, investigasi
wabah, perencanaan program kesehatan yang baik, evaluasi intervensi, dan penggunaan data
dalam pengambilan kebijakan, epidemiologi terus memainkan peran penting dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Bab VII

Tantangan dan Masa Depan Epidemiologi

Epidemiologi terus menghadapi tantangan baru seiring dengan perkembangan


masyarakat dan teknologi. Perubahan iklim, globalisasi perdagangan, dan resistensi antibiotik
adalah contoh tantangan modern yang perlu diatasi. Seiring dengan itu, metode analisis data
yang lebih canggih dan teknologi informasi akan menjadi kunci dalam epidemiologi masa
depan10.

Adapun tantangan epidemiologi di masa yang akan datang meliputi:

1. Penyakit Menular Baru dan Reemerging


Penyakit-penyakit menular baru, seperti virus Ebola dan Zika, serta penyakit reemerging
seperti tuberkulosis dan sifilis, menunjukkan bahwa mikroorganisme patogen tidak akan
pernah berhenti berkembang. Epidemiologi harus terus menerus memantau dan merespons
ancaman baru ini11.
2. Perubahan Iklim dan Kesehatan
Perubahan iklim dapat memengaruhi pola penyakit, termasuk peningkatan wabah penyakit
vektor seperti malaria dan demam berdarah. Epidemiologi perlu beradaptasi dengan
perubahan iklim dan mengidentifikasi solusi yang sesuai12.
3. Teknologi Informasi dan Privasi
Penggunaan data kesehatan digital dan teknologi informasi meningkatkan efisiensi surveilans
epidemiologi, tetapi juga menimbulkan masalah privasi dan keamanan data yang perlu diatasi
dengan bijak13.
4. Kesehatan Global dan Mobilitas Penduduk
Kesehatan populasi tidak lagi terbatas pada batas negara. Migrasi global meningkatkan
potensi penyebaran penyakit lintas batas, memerlukan kerja sama internasional dalam
epidemiologi14.

Masa Depan Epidemiologi

1. Epidemiologi Molekuler
Teknologi baru dalam genetika dan biologi molekuler memungkinkan epidemiologi untuk
memahami dengan lebih baik faktor-faktor genetik dalam penyakit dan mengembangkan
terapi yang disesuaikan secara individual.
2. Big Data dan Analisis Prediktif
Pengumpulan data besar (big data) dari berbagai sumber, termasuk sensor kesehatan, media
sosial, dan rekam medis elektronik, akan memungkinkan analisis yang lebih akurat dan
prediksi penyakit yang lebih efisien.
3. Intervensi Berbasis Bukti
Epidemiologi akan terus berperan dalam mengembangkan dan mengevaluasi intervensi
kesehatan berbasis bukti, yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam
kesehatan masyarakat15.
Epidemiologi tetap menjadi landasan penting dalam pemahaman dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat. Namun, tantangan-tantangan yang semakin kompleks
mengharuskan epidemiologi untuk terus beradaptasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi
dan metode analisis data. Masa depan epidemiologi adalah masa yang menjanjikan, dengan
potensi untuk memberikan solusi inovatif dalam pemantauan kesehatan masyarakat dan
pengendalian penyakit.
Kesimpulan

Sejarah perkembangan epidemiologi mencerminkan evolusi pemahaman kita tentang


penyakit dalam populasi. Dari akar Yunani kuno hingga era globalisasi, epidemiologi telah
menjadi salah satu disiplin ilmiah yang paling penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Sementara kita merenungkan sejarahnya, kita juga harus memikirkan tantangan masa depan
yang akan dihadapi epidemiologi dalam mengatasi penyakit dan memajukan kesehatan
masyarakat.
Daftar Pustaka

1. Soekidjo Notoatmodjo. "Ilmu Perilaku Kesehatan." Rineka Cipta, 2012.


2. Fahrina,S. & Rau, M.J. (2018) Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemiologi. (Online).
Diakses dari http://researchgate.net/publication/327860447.
3. Hippokrates. "Aer, Airs, Waters." Dalam "The Genuine Works of Hippocrates,"
Terjemahan F. Adams. Willey-Blackwell, 1849.
4. Snow, John. "On the Mode of Communication of Cholera." John Churchill, 1855.
5. Doll, Richard, dan A. Bradford Hill. "Smoking and Carcinoma of the Lung:
Preliminary Report." British Medical Journal, 1950.
6. World Health Organization. "Global Health Observatory (GHO) Data." WHO, 2021.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. "Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2020." Kementerian Kesehatan RI, 2021.
8. Kusnanto. "Ilmu Kesehatan Masyarakat." Salemba Medika, 2016
9. Rothman, Kenneth J. Epidemiology: An Introduction. Oxford University Press, 2012.
10. GBD 2017 Disease and Injury Incidence and Prevalence Collaborators. "Global,
regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability for 354
diseases and injuries for 195 countries and territories, 1990–2017: a systematic
analysis for the Global Burden of Disease Study 2017." The Lancet, 2018.
11. Jones, K. E., Patel, N. G., Levy, M. A., Storeygard, A., Balk, D., Gittleman, J. L., &
Daszak, P. (2008). Global trends in emerging infectious diseases. Nature, 451(7181),
990-993
12. Patz, J. A., Campbell-Lendrum, D., Holloway, T., & Foley, J. A. (2005). Impact of
regional climate change on human health. Nature, 438(7066), 310-317.
13. Gostin, L. O., & Hodge, J. G. (2016). Genetic privacy and the law: An end to genetics
exceptionalism. Jurimetrics, 56(2), 163-194.
14. Heymann, D. L., & Chen, L. (2012). Global health security: The wider lessons from
the west African Ebola virus disease epidemic. The Lancet, 385(9980), 1884-1901.
15. Brownson, R. C., Fielding, J. E., & Maylahn, C. M. (2009). Evidence-based public
health: a fundamental concept for public health practice. Annual Review of Public
Health, 30, 175-201.
16. Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, D., & Hollingsworth, T. D. (2020).
How will country-based mitigation measures influence the course of the COVID-19
epidemic?. The Lancet, 395(10228), 931-934.

Anda mungkin juga menyukai