DOSEN :
Dr. MUHAMMAD JUSMAN RAU, S.KM.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
MELIANTO ROMPON
P10223019
Pendahuluan
Epidemiologi, sebagai ilmu, memiliki akar yang kuat dalam sejarah kuno. Salah satu
catatan awal yang dapat ditemukan dalam sejarah epidemiologi adalah pekerjaan
Hippokrates, seorang dokter Yunani kuno, yang memahami hubungan antara lingkungan dan
penyakit. Tulisan Hippokrates tentang epidemiologi, seperti "Aer, Airs, Waters,"
menggambarkan pandangan awal tentang penyebab penyakit dan pentingnya lingkungan
dalam perkembangan penyakit3. Hippokrates (460-370 SM) dianggap sebagai "Bapak
Kedokteran" dan menggambarkan konsep epidemiologi dengan teori miasma (udara jahat)
yang berperan dalam penyebaran penyakit, yang menghubungkan penyakit dengan "udara
busuk." Meskipun konsep ini tidak sepenuhnya benar, itu adalah salah satu langkah awal
dalam memahami faktor-faktor penyebab penyakit. Kutipan: "Udara busuk adalah penyebab
penyakit-penyakit yang paling mengerikan, dan salah satu pekerjaan pertama orang-orang
yang merawat kesehatan masyarakat adalah memurnikan udara dan air." – Hipokrates.
Ibnu Sina pada abad ke-11 Masehi telah mengamati dan mencatat pola penyebaran
penyakit. Ibnu Sina (980 – Juni 1037 M), yang di Barat dikenal dikenal sebagai Avicenna,
adalah seorang polimat yang dipandang sebagai dokter, astronomer, dan penulis terpenting
dari Zaman Keemasan Islam dan dianggap sebagai filsuf paling berpengaruh di era pra-
modern. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Kedokteran Modern”. Karya besarnya adalah
Buku “Canon of Medicine”. Kontribusi asli Ibnu Sina mengakui sifat menular penyakit
phthsis dan tuberkulosis, penyebaran penyakit melalui tanah dan air, serta interaksi pikiran
dan tubuh. Dia menyarankan pengobatan untuk fistula lakrimal dan memperkenalkan
pemeriksaan medis untuk saluran tersebut. Ia juga menekankan pentingnya
pencegahan. Membahas pola makan dan pengaruh faktor iklim dan lingkungan terhadap
kesehatan, buku ini juga membahas tentang rabies, hidrokel, kanker payudara, tumor,
persalinan, dan pengobatan racun. Ia menunjukkan perbedaan antara meningitis dan
meningismus penyakit akut lainnya.
Pada abad ke-18, pemikiran ilmiah dan metode penelitian modern mulai muncul.
Pencerahan membawa perubahan signifikan dalam pemahaman tentang epidemiologi. Salah
satu tokoh terkenal dalam periode ini adalah John Snow, seorang dokter Inggris, yang dikenal
karena karyanya dalam mengidentifikasi sumber wabah kolera di London pada tahun 1854.
Pionir ini memperkenalkan konsep pemetaan penyakit, yang menjadi dasar bagi studi
epidemiologi modern4. John Snow, dalam analisis masalah penyakit kolera,mempergunakan
pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor tempat, orang, dan waktu. Dia dianggap
The Father of Epidemiology.
6. Pervical Pott
Dia adalah seorang ahli bedah yang melakukan pendekatan epidemiologis dalam
menganalisismeningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pembersih cerobong
asap. Dia memikirkan bahwa tentu ada suatu faktor tertentu yang berkaitan dengan kejadian
kanker skrotum di kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya, dia
berhasil menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi
penyebabnya. Dia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.
7. James Lind, 1747
Dia berhubungan dengan sejarah hubungan kekurangan vitamin C dengan scurvy
(kekurangan vitaminC). cerita penemuannya sederhana, dimana dia mengamati bahwa ada
kelompok tertentu dari merekayang dalam pelayanan dengan kapal yang mereka tumpangi
dalam suatu pelayaran panjang yangmengalami scurvy. Mereka menderita kekurangan
vitamin C karena mereka semuanya memakanmakanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak
Trial Klinik.
Bab IV
Pada awal abad ke-20, teori mikroba penyebab penyakit oleh Louis Pasteur dan
penemuan vaksinasi oleh Edward Jenner membuka jalan bagi pencegahan penyakit melalui
imunisasi. Kutipan: "Vaksinasi adalah salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah kesehatan
masyarakat yang telah menyelamatkan jutaan nyawa." - Edward Jenner.
Abad ke-20 juga membawa perkembangan signifikan dalam epidemiologi, terutama dengan
munculnya epidemiologi klinis dan molekuler. Selama periode ini, ilmuwan seperti Richard
Doll dan Bradford Hill (1950) melakukan penelitian yang menghubungkan merokok dengan
kanker paru-paru, menggarisbawahi pentingnya studi kohort dan case-control5. Keduanya
adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan
antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang Epidemiologi
Klinik.
Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian
dan karenaitu pula mengalami modifikasi dalam batasan atau definisi. Berbagai definisi telah
dikemukakan oleh para penulis dan mereka para para pakar yang mencurahkan waktunya
dalam epidemiologi.Sejarah Epidemiologi dapat diikuti dari teori yang berkembang dan
kejadian penting oleh beberapa ahli Epidemiologi antara lain:
Wade Hampton Frost (1972), Guru Besar Epidemiologi di School of Hygiene, Universitas
JohnHopkins mendifinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena
massal(mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history)
penyakitmenular. Disini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi
hanyaditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).
Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bersama dengan
Thomas F. Pugh menulis buku “Epidemiology: Principals and Methods” menyatakan
bahwa“Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in
man”. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada
manusiadan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup sederhana,
disinitampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan
metodologidalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi
distribusi yangdemikian dari suatu penyakit.
Globalisasi Epidemiologi
Globalisasi telah mengubah lanskap epidemiologi secara signifikan. Dalam era global
ini, tidak ada negara yang terisolasi dari masalah kesehatan dunia. Penyebaran cepat penyakit
melalui perjalanan internasional, perdagangan global, dan konektivitas digital telah
menghadirkan tantangan baru bagi ilmu epidemiologi. Makalah ini akan membahas dampak
globalisasi terhadap epidemiologi, strategi penanganan masalah global, dan bagaimana
epidemiologi berperan dalam mengatasi tantangan tersebut.
1. Penyakit Transfrontier
Globalisasi telah memfasilitasi penyebaran penyakit melintasi batas negara dengan cepat.
Contoh nyata adalah pandemi COVID-19 yang menyebar secara global dalam waktu singkat.
Kasus seperti ini menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam pemantauan,
respons, dan pengendalian penyakit16.
2. Perubahan Pola Penyakit
Globalisasi juga mempengaruhi pola penyakit di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup,
seperti diet dan aktivitas fisik, dapat berkontribusi pada peningkatan penyakit tidak menular
seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular di berbagai negara.
3. Akses Informasi Kesehatan Global
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membuka akses global ke informasi
kesehatan. Ini memungkinkan pemantauan penyakit secara real-time, pertukaran pengetahuan
antarnegara, dan perencanaan respons yang lebih efisien.
1. Pemantauan Penyakit
Di Indonesia, epidemiologi digunakan untuk pemantauan penyakit menular seperti demam
berdarah, tuberkulosis, dan penyakit menular lainnya. Program pemantauan dan pelaporan
kasus memungkinkan penanganan cepat dan efektif.
2. Investigasi Wabah
Epidemiologi berperan penting dalam menginvestigasi wabah penyakit, termasuk yang paling
baru, yaitu pandemi COVID-19. Ini melibatkan pelacakan kasus, kontak tracing, dan analisis
pola penularan.
3. Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat
Data epidemiologi membantu pemerintah dan organisasi kesehatan dalam perencanaan
program kesehatan masyarakat. Program-program imunisasi, pencegahan penyakit kronis,
dan promosi kesehatan dirancang berdasarkan temuan epidemiologi.
4. Evaluasi dan Kebijakan Kesehatan
Epidemiologi digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi kesehatan dan
memberikan dasar ilmiah bagi pengambilan keputusan dalam kebijakan kesehatan di
Indonesia.
5. Pengajaran dan Penelitian
Epidemiologi juga menjadi bagian penting dalam pengajaran dan penelitian di perguruan
tinggi dan lembaga penelitian kesehatan di Indonesia.
1. Epidemiologi Molekuler
Teknologi baru dalam genetika dan biologi molekuler memungkinkan epidemiologi untuk
memahami dengan lebih baik faktor-faktor genetik dalam penyakit dan mengembangkan
terapi yang disesuaikan secara individual.
2. Big Data dan Analisis Prediktif
Pengumpulan data besar (big data) dari berbagai sumber, termasuk sensor kesehatan, media
sosial, dan rekam medis elektronik, akan memungkinkan analisis yang lebih akurat dan
prediksi penyakit yang lebih efisien.
3. Intervensi Berbasis Bukti
Epidemiologi akan terus berperan dalam mengembangkan dan mengevaluasi intervensi
kesehatan berbasis bukti, yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam
kesehatan masyarakat15.
Epidemiologi tetap menjadi landasan penting dalam pemahaman dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat. Namun, tantangan-tantangan yang semakin kompleks
mengharuskan epidemiologi untuk terus beradaptasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi
dan metode analisis data. Masa depan epidemiologi adalah masa yang menjanjikan, dengan
potensi untuk memberikan solusi inovatif dalam pemantauan kesehatan masyarakat dan
pengendalian penyakit.
Kesimpulan