Anda di halaman 1dari 37

TUGAS PRODI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

Mata Kuliah : Prinsip Epidemiologi


Dosen : Prof. Dr. dr. BUCHARI LAPAU, MPH
Mahasiswa : dr. Milia Haryani
NIM : 2005039

BAB 1. PENGANTAR EPIDEMIOLOGI

1. Apa kegunaan sifat “ingin tahu” dari seorang yang ingin berkarir dalam epidemiologi.
Jawab :
Karena sifat ingin tahu nantinya dibutuhkan dalam melakukan penelitian-penelitian
epidemiologi, dimana yang salah satu cirinya adalah merencanakan dan melaksanakan oleh
manusia yang mempunyai sifat ingin tahu (Fox et al, 1970).
2. Sebutkanlah beberapa konsep yang sudah muncul pada zaman Mesir kuno, lalu
digunakan pada saat ini.
Jawab :
• Penyakit telah diidentifikasi secara klinis
• Para ahli sudah mengetahui bahaya dari penyakit menular
• Isolasi adalah usaha supaya seorang atau sekelompok orang yang menderita penyakit
menular dilokasikan di tempat tertentu supaya jangan menularkan penyakitnya kepada
orang-orang lain.
• Karantina merupakan salah satu bentuk dari isolasi, namun yang diisolasi adalah orang-
orang yang menderita penyakit menular tertentu yang berasal dari negara lain. Dapat
berupa karantina udara melalui pelabuhan udara; karantina laut melalui pelabuhan laut dan
karantina darat melalui pos perbatasan.
• Infeksi adalah masuknya dan berkembangnya kuman sehingga merusak jaringan dalam
tubuh manusia.
• Desinfeksi adalah usaha untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Sebutkan 2 kelompok faktor yang dipikirkan oleh Hippocrates sebagai penyebab
penyakit. Lalu pendekatan dan metode apa yang digunakan oleh Hippocrates untuk
penyelidikan wabah. Apa yang dimaksud dengan metode induktif?
Jawab :
Penyebab penyakit adalah karena faktor-faktor yang ada pada manusia yang jadi sakit itu
sendiri dan dari lingkungannya.
Hippocrates mengidentifikasi kejadian penyakit dan faktor-faktor yang bersangkutan dengan
menggunakan metode mengamati, mencatat dan merefleksi.
Metode induktif yaitu cara dengan mana berbagai data diolah sedemikian rupa sehingga
terjadi informasi yang bermanfaat sesuai dengan tujuan tertentu.
4. Kenapa Galen disebut sebagai “arm chair epidemiologist.” Pada zaman dan abad apa
ia muncul?
Jawab :
Disebut “arm chair epidemiologist” karena Galen hanya bekerja di balik meja, tidak turun ke
lapangan. Tanpa pengamatan yang sesungguhnya, ia hanya melontarkan pendapat-pendapat
tentang epidemiologi.
Galen muncul pada abad kedua Setelah Masehi di zaman Rumawi Kuno
5. Metode yang mana dari Hippocrates yang digunakan oleh Frastorius untuk menyusun
konsep tentang penyakit yang disebabkan oleh sesuatu yang khusus? Apa yang
dimaksud dengan semenaria dan apa kaitannya dengan mikroorganisme.
Jawab :
Fracostorius meneruskan metode induktif Hippocrates. Ia menemukan prinsip kekhususan
penyakit, yaitu setiap penyakit disebabkan oleh benih yang khusus yang disebut semenaria.
Benih inilah yang diidentifikasi sebagai mikroorganisme yang menyebabkan penyakit.
6. Sebutkan 5 jalan dalam perkembangan epidemiologist.
Jawab : a. Teori miasma,
b. Kuantifikasi,
c. Patologi historis & geografis,
d. Penyelidikan lapangan, dan
e. Mikrobiologi.
7. Apa yang dimaksud miasma. Jelaskan bagaimana teori miasma melanjutkan ajaran
Hippocrates tentang penyebab penyakit. Sebutkan 2 contoh aplikasi dari Teori Miasma
Jawab :
* Miasma adalah faktor ketiga (selain faktor-faktor pada manusia dan pada lingkungan)
berupa benda yang dianggap kotor dan tidak sehat, yang dapat menyebabkan penyakit.
* Teori miasma melanjutkan ajaran Hippocrates, yaitu menambahkan faktor ketiga yang
menyebabkan penyakit yang disebut miasma (benda yang dianggap kotor dan tidak sehat).
Sebelumnya pada zaman Hippocrates hanya ada dua faktor yaitu faktor-faktor pada
Manusia dan pada Lingkungan.
* Contoh pengaplikasiannya :
1. Di Inggris, Edwin Chadwick telah menggunakan teori miasma dalam rangka program
kesehatan lingkungan yang dilakukan secara edukatif.
2. Di Jerman, Max von Pattenkofer menggunakan teori miasma dalam program kesehatan
lingkungan yang dilaksanakan secara polisionil, artinya masyarakat harus mematuhi
semua peraturan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, yang melanggar akan
dikenai sangsi.
8. Jelaskan dan berikan contoh tentang kuantifikasi epidemiologi.
Jawab :
Kuantifikasi merupakan prosedur yang secara sederhana digunakan dalam sebuah penelitian,
dengan tujuan untuk mempertegas berbagai macam data tertentu, atau menguatkan
interpretasi-interpretasi melalui sampel data yang berupa angka-angka.
Contohnya : Pada tahun 1612, John Graunt di Inggris telah menyelidiki hubungan antara
kejadian Kematian dengan Umur dan Tempat. Mereka yang berumur muda (bayi dan balita)
dan mereka yang berumur tua (60 tahun keatas) lebih banyak meninggal dari pada mereka
yang berumur 6-59 tahun. Mereka yang bertempat tinggal di tempat yang kotor lebih banyak
meninggal dari pada mereka yang tinggal di tempat yang bersih.
9. Apa fungsi selanjutnya dari jalan patologi geografis dan historis dalam perkembangan
epidemiologi.
Jawab :
Setiap penyakit didistibusikan menurut faktor-faktor orang yang menderita penyakit
(patologi), waktu terjadinya penyakit itu (historis) dan dimana tempat terjadinya penyakit itu
(geografis). Perhatian terhadap histori sudah ada sejak zaman Hippocrates, sedangkan usaha
yang luas dalam geografi medis baru mulai pada abad XIX. Sekarang geografi medis sudah
lebih berkembang menjadi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan mengunakan komputer.
10. Jelaskanlah kenapa penyelidikan penyakit muntaber di lapangan yang dilakukan John
Snow, menjadi keunikan epidemiologist yang terpenting.
Jawab :
Sebelum melakukan penyelidikan terhadap dua perusahaan penyedia air minum, Snow telah
menyelidiki wabah muntaber di satu daerah di London yang dekat dengan tempat
tinggalnya. Menurut Snow wabah ini berasal dari satu pompa tertentu. Karena bakteria belum
dikenal pada waktu itu, ia tak dapat membuktikan penyebab muntaber itu. Ia juga menyadari
bahwa perbedaan antara jumlah kematian karena muntaber di daerah-daerah yang dilayani
oleh kedua perusahaan tersebut mungkin hanya kebetulan, dan mungkin ada faktor-faktor
lain yang mempenaruhi perbedaan itu. Untuk memperoleh bukti-bukti yang memenuhi
syarat-syarat statistik, Snow menganalisis kematian yang terjadi di daerah yang dilayani oleh
kedua perusahaan itu. Dengan tidak disengaja peristiwa ini merupakan eksperimen.
11. Sebutkan 2 konsep yang penting untuk pengembangan ilmu pengtahuan. Kaitkanlah
teori Henle dengan karya Koch.
Jawab :
Jacob Henle mengemukakan konsep bahwa ilmu menjadi maju karena ada pengetahuan yang
nyata dan ide yang konseptual. Untuk itu diperlukan berpikir dan bertindak. Kontribusi Henle
adalah membangun suatu teori atas dasar pendekatan deduktif dan melalui pemikiran yang
logis, bahwa mikroorganisme yang nantinya akan dapat dilihat di bawah mikroskop,
merupakan penyebab dari penyakit infeksi yang menular.
Robert Koch membuktikan teori gurunya itu; ia menemukan basil tuberkulosis yang
menyebabkan Koch Pulmonum.
12. Apa faktor ketiga sebagai penyebab penyakit setelah muncul Teori Miasma, dan apa
pula setelah perkembangan epidemiologi.
Jawab : Faktor ketiganya adalah benda yang dianggap kotor dan tidak sehat.
Setelah perkembangan epidemiologi, teori miasma ini telah dipakai secara praktis
walaupun teori ini belum dianggap ilmiah karena belum ada pembuktian bahwa
miasma tersebut sebagai penyebab penyakit. Misalnya di Inggris dipakai oleh Edwin
Chadwick, di Jerman dipakai oleh Max von Pattenkofer
13. Apa teori atau pendapat yang mendasari bahwa penyakit tak hanya disebabkan oleh
penyakit infeksi tetapi oleh karena berbagai sebab.
Jawab : Gordon, 1953 c berpendapat bahwa massa penyakit merupakan proses biologis yang
dinamis. Pandangan bahwa “penyakit disebabkan oleh agen infeksius yang khusus” menjadi
berobah. Epidemi dari suatu penyakit merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang ada
pada hospes dan lingkungan, yang berbeda-beda untuk masing-masing penyakit. Dalam hal
ini ada faktor-faktor dalam lingkungan yang memungkinkan kehidupan mikroorganisme
menjadi subur, dan yang melemahkan daya tahan hospes  kesehatan dan penyakit adalah
proses biologis antara manusia dan lingkungannya
14. Nyatakanlah definisi epidemiologist dalam konteks penyakit. Apa yang dimaksud
dengan epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitis.
Jawab :
Definisi epidemiologi (MacMahon, 1970) yaitu mempelajari kejadian dan distribusi penyakit
beserta “determinant”nya atau faktor-faktor yang berhubungan atau mempengaruhi distribusi
itu. Yang dimaksud kejadian penyakit adalah riwayat alamiahnya, sedangkan distribusi
penyakit dimaksudkan menurut kelompok faktor Tempat, Orang dan Waktu.
Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari kejadian dan distribusi
penyakit, sedangkan epidemiologi analitis adalah epidemiologi yang mempelajari
“determinant” itu.
15. Apa tujuan epidemiologi. Sebutkan dan jelaskan 2 strategi epidemiologi.
Jawab :
Tujuan epidemiologi adalah :
1) Mendiagnosis masalah kesehatan komunitas;
2) Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit; dan
3) Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan
Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan :
1. Surveilens epidemiologi, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus;
2) Pengolahan, analisis dan interpretasi data sehingga dihasilkan informasi;
3) Menyebarluaskan informasi tersebut kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan;
4) Dapat menggunakan informasi tersebut untuk pemantauan, penilaian, dan perencanaan
program-program kesehatan
2. Penelitian epidemiologi.
 mempunyai kegiatan yang sama dengan surveilens epidemiologi, tetapi pengumpulan,
pengolahan dan analisis data tidak dilaksanakan secara terus menerus. Penelitian
epidemiologi mempunyai objektif tersendiri sehingga untuk mencapainya diperlukan
desain dan metode penelitian tertentu. Penelitian dilakukan bila tak ditemukan informasi
dengan menggunakan surveilens epidemiologi.
16. Apa konsep epidemiologi modern
Jawab :
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang menimpa penduduk
(Omran, 1979). Sejalan dengan definisi ini, jangkauan epidemiologi semakin meluas, mulai
dari mempelajari wabah, penyakit infeksi, penyakit non-infeksi, kekurangan gizi dan
kelainan metabolisme.
17. Kenapa jangkauan epidemiologi semakin meningkat
Jawab :
terjadi karena perkembangan dalam ilmu-ilmu lain seperti ilmu kedokteran, biologi, fisika,
matematika, statistik, kependudukan, sosiologi dan antropologi.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa jangkauan epidemiologi yang meluas itu dirangsang
oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Keberhasilan negara maju dalam memanfaatkan epidemiologi dalam rangka memberantas
penyakit menular sehingga penggunaan epidemiologi dialihkan pada masalah-masalah
lain;
2. Di negara-negara berkembang masalah penyakit yang kompleks, di satu pihak penyakit
menular masih merupakan masalah, tetapi masalah penyakit tak menular semakin
meningkat;
3. Metode-metode epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari masalah-masalah
penyakit tidak menular, penyakit menahun, kekurangan/kelebihan gizi, penyakit
metabolisme, penelitian operasional, dll.
18. Kenapa ada tumpang tindih antara epidemiologi dan ilmu-ilmu lain
Jawab : Karena adanya kontribusi disiplin ilmu lain. Keberhasilan penggunaan epidemiologi
kepada masalah-masalah lain itu tak terlepas dari kontribusi disiplin ilmu lain
19. Sebutkan 3 keunikan dari epidemiologi
Jawab :
1. Epidemiologi mempelajari bukan individu tetapi kelompok individu. Ilmu kedokteran
mempelajari individu
2. Epidemiologi membandingkan antara kelompok yang satu dengan kelompok lain. Tetapi
sosiologi dan antropologi juga membandingkan kelompok yang satu dengan kelompok
lain. Hanya antropologi lebih kualitatif dari pada epidemiologi. Sedangkan sosiologi lebih
kuantitatif dari pada antropologi. Karena itu ditinjau dari aspek kualitatif/kuantitatif timbul
keraguan perbedaan antara sosiologi dan epidemiologi. Namun ada keunikan ketiga dari
epidemiologi yang tidak dipunyai oleh sosiologi.
3. Epidemiologi menyangkut pertanyaan apakah mereka dengan kondisi tertentu lebih sering
mempunyai karakteristik atau faktor tertentu dari pada mereka yang tak punya faktor itu.
Mereka dengan karakteristik atau faktor itu disebut “high risk group” (kelompok yang
terancam).
20. Sebutkan nama-nama ilmuwan terkenal di Indonesia yang berkaitan dengan patologi
geografis, kusta, dan gizi. Apa penyebab beri-beri
Jawab :
• Studi tentang patologi geografis pertama kali dipelajari oleh Eijkman di Indonesia; dalam
hal ini ditemukan antara lain bahwa frekuensi ulkus duodenum dan frekuensi karsinoma
lambung pada orang Cina sama dengan pada orang Eropa, jarang pada suku Jawa, dan
banyak pada suku Batak. Sebab dari perbedaan itu belum diketahui.
• Epidemiologi penyakit kusta dipelajari oleh Lampe dan Boenyamin; dalam hal ini Sardjito
dan Sitanala menunjukkan kepentingan pemeriksaan sediaan darah tebal untuk diagnosa
(Kouwenar, 1952).
• Penemuan epidemiologi mengenai masalah gizi di Indonesia, mula-mula tentang penyakit
beri-beri. Di waktu itu ada pendapat bahwa penyebab beri-beri yang khusus dapat
dinetralisir dengan melindungi bahan-bahan yang ada dalam biji beras. Lalu Grijns
melaporkan bahwa beri-beri terjadi karena kekurangan (defisiensi) vitamin B1 yang
terdapat dalam biji beras (Dinger, 1952).
21. Sebutkan contoh kontribusi epidemiologi dan nama-nama sehubungan dengan itu
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan Bandung Plan
yang termasuk pelayanan kuratif dan preventif, KIA dan frambusia
Jawab :
• Buku Public Health in Indonesia-Problems and Planning (Leimena, 1956) berisi hasil dari
salah satu pencapaian tujuan epidemiologi yaitu mengidentifikasi masalah dan
memberikan informasi dalam merencanakan program-program kesehatan. Buku ini
menjelaskan perluasan rencana yang terkenal sebagai Bandung Plan ke seluruh Indonesia.
Dalam rangka pelayanan kesehatan kuratif, maka direncanakan perluasan pelayanan
melalui rumah sakit umum dan rumah sakit khusus; untuk penanggulangan penyakit
infeksi.
• Masalah angka kematian bayi dan angka kematian ibu yang tinggi telah diidentifikasi
menjelang tahun 1950-an. Dalam rangka mengatasi masalah ini, sejak tahun 1949 Sulianti
di Yogyakarta telah menyiapkan perencanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
untuk daerah perkotaan dan pedesaan.
• Kodijat menunjukkan cara bagaimana mengukur hasil pemberantasan frambusia. Dengan
hanya menggunakan matematika sederhana, tetapi dengan pengalamannya dalam
pemberantasan frambusia di lapangan, Kodijat dapat membuktikan cara pengukurannya
untuk menilai keberhasilan pemberantasan frambusia lebih tepat.
22. Ceritakanlah perkembangan institusi epidemiologi sejak zaman Belanda melalui
fakultas kedokteran, fakultas kesehatan masyarakat, IDI, IAKMI, PAEI,
YASEPINDO, FETP, SEF dan melalui berbagai universitas di Indonesia.
Jawab :
• Fakultas kedokteran :
De Vogel (pada zaman kolonial Belanda) membangun tiga rumah sakit besar di Jakarta,
Semarang dan Surabaya, sebagai pusat pelayanan kesehatan dan pusat pendidikan yang
melatih dokter, bidan dan perawat. Kemudian didirikan dua Fakultas Kedokteran,
Lembaga Eijkman, Lembaga Penelitian Gizi, Lembaga Higiene dan Mikrobiologi,
Laboratorium Daerah di Surabaya, Semarang dan Makasar, dan Pelayanan Epidemiologi
untuk penanggulangan penyakit-penyakit pest, cacar, malaria, patek, kusta dan
ankylostomiasis (Van Loghen Sr., 1952). Setelah tahun 1950, Indonesia terus
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang termasuk bidang kedokteran.
• Fakultas kesehatan masyarakat :
Tahun 1965berdiri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI).
Tahun 1972mempunyai 5 jurusan antara lain Jurusan Epidemiologi.
Tahun 1985dilaksanakan Proyek Pengembangan FKM-FKM di Indonesia yang
mengusahakan berdirinya FKM di USU Medan, UNDIP Semarang, UNAIR Surabaya,
dan UNHAS Ujung Pandang. Masing-masing FKM tersebut mempunyai 5 jurusan antara
lain Jurusan Epidemiologi
• Tahun 1950berdiri Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
• Tahun 1971berdiri Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
Hasil Kongres IAKMI ke IV yang dilaksanakan di Medan pada tahun 1983, maka dalam
Pengurus Pusat IAKMI telah didirikan 5 Pusat Pengembangan Cabang Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Salah satu dari pusat tersebut ialah Pusat Pengembangan Cabang Ilmu
Epidemiologi yang berkedudukan di Jakarta.
• 14 Maret 1989berdiri Perhimpunan Ahli Epidemiolgi Indonesia (PAEI).
• 1 Juni 1992 PAEI mendirikan Yayasan Epidemiologi Indonesia (YASEPINDO).
• Beberapa staf pengajar FKMUI dan FKUI mendirikan Program Studi Epidemiologi (PSE)
di bawah kordinasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia (PPsUI). PSE memulai
kegiatan belajar-mengajar pada bulan Oktober 1995, dan resmi berdiri tanggal 18 April
1996. Pada 24 November 1998 berdiri pula Program Doktor Epidemiologi. Kemudian
Program Studi Epidemiologist pindah ke FKMUI pada tahun 2000.
• Pada Januari 1997, PAEI merencanakan kurikulum untuk Program Magister Epidemiologi
Kekhususan Epidemiologi Lapangan yang merupakan gaya baru FETP. Dimana para
mahasiswa berada di Universitas selama 8-9 minggu setiap semester selama 4 semester
untuk seluruh program; sisa waktu dalam setiap semester digunakan oleh mahasiswa
untuk mengaplikasikan ilmunya di daerah tempat kerja nya.
• Di FK UGM ada Program Studi Kesehatan Masyarakat yang antara lain mempunyai
Program Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan FETP yang kemudian juga mengikuti
FETP gaya baru seperti di UI mulai tahun 1997. Di samping itu di FK UGM ada pula Unit
Epidemiologi Klinik dan Biostatistik. Di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
didirikan pula Program Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan FETP gaya baru.

BAB II. UKURAN MASALAH KESEHATAN


1. Pada tahun 2005, rumah sakit Kabupaten X dikunjungi oleh sejumlah penderita dengan kronis
yang terdiri atas 200 kasus TBC, 100 kasus kusta, 400 kasus kurang gizi, 200 kasus diabetes
mellitus, 400 kasus hipertensi, dan 20 kasus penyakit ayan. Diantara kasus TBC 10 orang
meninggal, diantara kasus kusta 10 orang cacat dan 5 orang meninggal, diantara kasus
diabetes 10 orang meninggal, diantara kasus hipertensi 5 orang meninggal. Jawablah
pertanyaan berikut :
a. Diantara penyakit-penyakit kronis tersebut, hitunglah angka proporsi TBC, kusta, diabetes
mellitus, kurang gizi, dan hipertensi, dan ayan.
b. Hitunglah case fatality rate dari TBC, kusta, diabetes mellitus, dan hipertensi !
c. Hitunglah disability rate dari kusta !
Jawab :
DIKETAHUI :
Kasus TBC : 200 orang dan Kasus TBC yang Meninggal : 10 orang
Kasus Kusta :100 orang, cacat 10 orang, meninggal 5 orang
Kasus kurang Gizi : 400 orang
DM : 200 orang, 10 orang meninggal
Kasus Hipertensi : 400 orang, 5 orang meninggal
Epilepsi : 20 orang

a. Proporsi
TBC : 200/1320 x 100% = 15%
Kusta : 100/1320 x 100% = 7,5%
Kurang Gizi : 400/1320 x 100% = 30,3%
DM : 200/1320 x 100% = 15%
Hipertensi : 400/1320 x 100% = 30,3%
Epilepsi : 20/1320 x 1005 =1,5%
b. CFR TBC : 10/200 x 100% = 5%
Kusta : 5/100 x 100% = 5%
DM : 10/200 x 100% = 5%
Hipertensi : 5/400 x 100% = 1,25%
c. Disability Kusta : 10/100 x 100% = 10%
2. Di suatu wilayah puskesmas kecamatan bermukim 500.000 orang penduduk. Suatu survei
TBC dilakukan pada seluruh penduduk dimana ditemukan 750 orang penderita TBC. Seluruh
kematian oleh berbagai sebab adalah 2.000 orang, sedangkan kematian karena TBC adalah 50
orang. Distribusi penduduk di wilayah itu adalah 5% balita, 10% 5-14 tahun, 10% 15-24
tahun, sisanya 25 tahun ke atas. Ditemukan 20 orang TBC pada balita dan 30 orang TBC pada
mereka yang berumur 15-24 tahun. Hitunglah angka prevalensi (prevalence rate) TBC, angka
moralitas (mortality rate) TBC, angka proporsi kematian karena TBC, dan age specific
morbidity rate untuk balita di wilayah tersebut !
Jawab :
DIKETAHUI :
Jumlah Penduduk : 500.000 orang
Jumlah Kematian seluruhnya : 2000 orang
Jumlah kematian TBC : 50 orang
Jumlah Balita : 25.000 orang
Jumlah 5-14 thn : 50.000 orang
Jumlah 15-24 thn : 50.000 orang
Jumlah 25 thn keatas : 370.000 orang
Jumlah penderita TBC pada balita : 20 orang
Jumlah penderita TBC pada umur 15-24 th : 30 orang
a. Prevalensi rate TBC : 750/500.000 x 100% = 0,15%
b. Mortality rate TBC : 50/750 x100% = 6,6%
c. Proporsi kematian TBC : 50/2000 x 200% = 2,5%
d. Age spesipic morbidity rate pada balita : 20/25.000 x 100% = 0,08%

3. Selama tahun 2005, 1.000 orang ibu hamil berkunjung dan dirawat di rumah sakit Y. Diantara
ibu hamil itu, 200 orang menderita anemia, yang diantaranya 100 orang melahirkan; diantara
bayi yang dilahirkan 30 orang adalah bayi premature yang diantaranya 15 orang meninggal.
Diantara ibu hamil itu 40% berumur dibawah 25 tahun, yang diantaranya 100 orang menderita
anemia. Hitunglah angka insiden anemia kehamilan, angkat insideni premature diantara ibu
hamil anemia yang melahirkan, case fatality rate dari bayi premature, dan age specific
incidence rate anemia untuk ibu hamil dibawah 25 tahun.
Jawab :
DIKETAHUI :
Jumlah ibu hamil keseluruhan : 1000 orang
Bumil anemia : 200 orang dan people at risk anemia (1000-200 = 800 orang)
Bumil melahirkan : 100 orang
Bayi premature : 30 orang dan people at risk premature (100-30 = 70 orang)
Bayi meninggal : 15 orang
40% bumil anemia dibawah umur 25 thn : 400 orang, 100 org anemia
a. Angka insiden anemia pada bumil : 200/800 x100% = 25%
b. Angka insiden premature bumil melahirkan : 30/70 x 100% = 42.8%
c. Case fertility rate dari bayi premature : 15/30 x 100% = 50%
d. Age spesipic insiden rate anemia dibawah 25 tahun : 100/400 x 100% = 25%

4. Dalam satu asrama tinggal 400 orang anak. Pada tanggal 1 Januari 2006, 4 orang anak dari
asrama tersebut bertamu ke rumah tetangga dimana anaknya menderita campak. Pada 3
Januari 2006, 4 orang anak tersebut kembali ke asrama dan pada 4 dan 5 Januari 2006
semuanya telah menderita campak. Kemudian terjadilah letusan penyakit campak di asrama
tersebut sehingga sampai 10 Januari 2006 muncul 360 orang penderita campak. Hitunglah
berapa jumlah kasus primes, berapa jumlah susceptible sebelum terjadi letusan campak,
berapa jumlah kasus sekunder dan berapa secondary attack rate di asrama tersebut.
Jawab :
DIKETAHUI :
Jumlah keseluruhan anak di asrama : 400 orang
Tgl 1/1 2006 : 4 orang ketemu keluarga
Tgl 3/1 2006 : 4 orang anak kembali keasrama
Tgl 4-5/1 2006 : 4 orang anak kena campak
Tgl 10/1 2006 : 360 anak kena campak
a. Jumlah Kasus primer : 4 orang
b. Jumlah susceptible sebelum terjadi letusan campak : 400-4 = 396 orang
c. Jumlah kasus sekunder : 360 orang
d. Secondary attack rate : 360/(400-4) x 100% = 360/396 x 100% = 90,9%

5. Bulan Januari 2006, suatu survei dilakukan pada 1.000 orang wanita pelacur dimana
ditemukan 100 orang menderita HIV. Bulan Januari 2007 dilakukan lagi survei kepada para
wanita pelacur tersebut, ternyata diantara mereka ditemukan 10 orang kasus baru penderita
HIV. Hitunglah angka prevalensi HIV bulan Januari 2006, angka insidensi HIV dari tahun
2006 ke tahun 2007 ! Andai kata tak dilakukan pencegahan berapa tahun HIV dapat
berlangsung sebelum menjadi AIDS ?
Jawab :
DIKETAHUI :
Jumlah Pelacur yang disurvei : 1000 orang
Jumlah mengidap HIV : 100 orang
Jumlah Kasus baru HIV pada tahun 2007 : 10 orang
a. Angka prevalensi bulan januari 2006 : 100/1000 x 100% = 10%
b. Angka insiden HIV dari tahun 2006 ke tahun 2007
Population at risk HIV, Januari 2006 : 1000 – 100 = 900 orang
Incidence rate = 10/900
c. Hitung berapa tahun HIV dapat berlangsung sebelum menjadi AIDS
D = P/I = 10%/(10/900) = (10/100)/(10/900) = 9 tahun
BAB III. EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

1. Apa beda epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik


Jawab : Epidemiologi deskriptif mempelajari kejadian dan distribusi penyakit, sedangkan
epidemiologi analitik mempelajari faktor-faktor yang berhubungan atau mempengaruhi
kejadian dan distribusi masalah khususnya penyakit
2. Sebutkanlah variabel-variabel yang termasuk dalam Kelompok Variabel Orang
Jawab : - Umur, - Agama,
- Jenis kelamin, - Jumlah kelahiran, jumlah anak dan umur ibu,
- Ras, - Status perkawinan
3. Kejadian penyakit sehubungan dengan variabel umur terkait dengan beberapa situasi
atau keadaan. Sebutkanlah 4 situasi atau keadaan. Apa yang dimaksud dengan
fenomena kohort?
Jawab :
Umur dikaitkan dengan :
- refleksi dari perubahan kebisaan perilaku dan kebiasaan makan
- hasil perubahan dari daya tahan tubuh (imunitas)
- alat diagnostik
- fenomena kohort
Fenomena kohort adalah penelitian kohort bertujuan untuk mengukur perubahan pendapat,
sikap dan perilaku responden dari waktu ke waktu.
4. Sebutkanlah beberapa faktor yang berkaitan perbedaan penyakit yang ada pada
wanita dan pria
Jawab : - perbedaan fisiologis, - tekanan emosional,
- genetik, - kebiasaan individu,
- faktor risiko luar, - pelayanan medik
5. Pada suku Negro, penyakit apa yang muncul karena faktor genetik dan penyakit apa
yang muncul karena faktor sosial ekonomi
Jawab : Ras Negro  secara genetik : Sickle cell anemia
secara social-ekonomi : Tuberkulosis
6. Penyakit apa yang muncul dan karena faktor apa pada mereka yang beragama Non
Islam dan Non Yahudi, dan penyakit apa yang muncul pada mereka yang Non Islam
yang memakan babi
Jawab : Non-Islam  Makan babi : Trichiniasis
Non Yahudi  Suami tak disunat : istri berisiko kanker leher rahim
7. Bagaimana peyakit lebih banyak muncul sehubungan dengan variabel-variabel jumlah
kelahiran, jumlah anak dan umur ibu
Jawab : Jumlah kelahiran anak ke 5 atau lebih Morbiditas/mortalitas meningkat
Jumlah anak banyak Idem
Umur ibu terlalu tua atau muda Idem
8. Faktor-faktor apa yang membedakan kejadian penyakit pada mereka yang janda atau
tak kawin dengan mereka yang kawin
Jawab : Janda/belum kawin: Tekanan fisiologis/psikologisMorbiditas/mortalitas meningkat
Tingkat sosial-ekonomi rendahIdem
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan endemi, dan berikan contoh penyakit dengan
endemi tinggi, medium dan rendah
Jawab :
Endemi adalah suatu keadaan dimana frekuensi penyakit atau masalah kesehatan hampir
sama sepanjang tahun
Contoh penyakit : Endemis tinggi Schistosomiasis di Lembah Nil, Mesir
Endemis medium Malaria di daerah tertentu Indonesia
Endemis rendahTifus abdominalis di Indonesia
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan epidemi, endemic epidemic, exotic epidemic,point
epidemic, dan pandemic
Jawab :
Epidemi : suatu keadaan dimana frekuensi penyakit lebih tinggi daripada biasanya
Endemic epidemicbila frekuensi penyakit lebih tinggi dari keadaan endemis
Exotic Epidemic  bila suatu penyakit terjadi dan menular di suatu tempat dimana
sebelumnya tak ada penyakit yang bersangkutan
Point epidemic  bila epidemik berlangsung dalam waktu yang singkat
Pandemicbila epidemik terjadi pada beberapa negara yang meluas hampir ke seluruh dunia
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan periodisitas, cyclic dan musiman. Faktor apa yang
menyebabkan cyclic dan faktor apa yang menyebabkan musiman?
Jawab :
Periodisitas : peningkatan frekuensi penyakit terjadi kembali setelah beberapa tahun atau
setelah beberapa bulan
Cyclic : apabila penyakit terjadi setiap putaran beberapa tahun
Musiman : apabila penyakit terjadi setiap putaran setelah beberapa bulan
Faktor yang menyebabkan :
- Cyclic  sosial budaya
- Musiman  lingkungan, musim
12. Apa yang dimaksud dengan secular trend, dan berikan contohnya untuk penyakit di
negara maju
Jawab :
Secular trend : keadaan dimana frekuensi penyakit-penyakit tertentu meningkat atau
menurun setelah beberapa tahun, bahkan puluhan dan ratusan tahun.
Misalnya di negara-negara maju, frekuensi penyakit TBC sudah jauh berkurang. Namun
karena adanya epidemik HIV, maka frekuensi penyakit TBC menjadi meningkat. Di negara-
negara maju, frekuensi penyakit degeneratif selalu meningkat
13. Sebutkanlah cara atau keadaan dalam menilai program intervensi
Jawab : Intervensi mulai dilaksanakan waktu frekuensi masalah sudah menurun
a. apa yang dinilai dalam pelaksanaan intervensi tiap tahun
Jawab : perubahan dari kecenderungan keadaan
b. apa yang terjadi dalam pelaksanaan program KB pada suku Indian
Jawab: Intervensi dilaksanakan bersamaan dengan fluktuasi penurunan masalah sementara
c. kenapa ada masa masa laten diantara pelaksanaan program dan perubahan
kecenderungan masalah?
Jawab : karena efek intervensi tergantung pada sikap dan tingkah laku penduduk
d. kenapa kelihatannya program KB kelihatannya tak berhasil?
Jawab : karena adanya faktor lain yang menghalangi keberhasilan intervensi, misalnya
kemakmuran meningkatkan fertilitas sehingga seakan-akan intervensi KB tak berhasil
e. kenapa kelihatan program pemberantasan penyakit tak berhasil?
Jawab : karena kemajuan diagnostik masalah itu.
f. bila keberhasilan program tak dinilai dengan indikator kematian umum, dengan
indikator apa yang paling tepat?
Jawab : Harus dikaji hubungan faktor risiko dengan masalah/penyakit tertentu
14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peta epidemiologi, spot map, sistem informasi
geografis
Jawab :
Peta epidemiologi : peta yang berfungsi menggambarkan distribusi penyakit dan fenomena
epidemiologi lainnya.
Spot map : berguna dalam surveilens tingkat puskesmas, dimana digambarkan setiap kasus
penyakit dalam bentuk satu titik di masing-masing desa yang ada dalam peta kecamatan.
Setiap titik kasus penyakit itu disertai dengan tanggal kejadian penyakit  menjadi sangat
penting kalau kemudian dianggap terjadi KLB
Sistem Informasi Geografis (SIG) : menggambarkan hubungan faktor geografis dengan
frekuensi atau masalah tertentupenting dalam rangka merumuskan kebijaksanaan
intervensi pelayanan kesehatan.
15. Apa yang dimaksud dengan fokus penyakit, dan sebutkan contoh-contohnya.
Jawab :
fokus adalah di mana suatu kuman penyakit berasal, seperti : fokus kuman kolera berasal dari
India dan Pakistan, fokus virus influenza berasal dari Hongkong, dan fokus sapi gila berasal
dari Inggris
16. Apa yang dimaksud dengan receptive area; kenapa DBD dapat mewabah di Indonesia,
walaupun penyakit DBD lebih dulu terjadi di Thailand atau Filipina.
Jawab :
Receptive area adalah daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada
reservoir (sumber infeksi)
DBD dapat mewabah di Indonesia karena ada vektor Aedes aegypti untuk menularkan DBD
dan adanya iklim yang cocok untuk hidupnya
17. Semula dianggap bahwa adanya kanker lambung pada orang Jepang, dan adanya
kanker usus besar pada orang Amerika karena faktor genetik. Namun juga dianggap
karena faktor sosial budaya, kenapa?
Jawab : Kanker lambung pada orang Jepang mungkin dapat pula dikaitkan dengan budaya
orang Jepang yang suka memakan ikan mentah. Kanker usus besar di Amerika Serikat
frekuensinya tinggi karena di sana penduduknya senang memakan daging, yang
memungkinkan makanan lama tersimpan dalam usus besar, sehingga terjadi kanker usus
besar
18. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan bila membandingkan frekuensi
penyakit antara beberapa negara
Jawab :
- Perbedaan definisi daerah pedesaan dan perkotaan antarnegara sehubungan dengan kejadian
penyakit.
- Sosial budaya
- Kualitas dan kelengkapan data
- Komposisi penduduk: umur dan jenis kelamin
- Metode penelitian

BAB IV. SUMBER DATA

1. Apa perbedaan antara data dan informasi? Berikanlah satu contoh!


Jawab :
Data adalah sesuatu, yang belum berguna untuk menggambarkan kebutuhan atau tujuan
tertentu. Informasi adalah hasil analisis data.
Contohnya :
Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata pendapatan dari 100 keluarga.
Ia mencatat pendapatan dari masing-masing keluarga. (Catatan pendapatan data).
Lalu ia melakukan pengolahan dan analisis data dari 100 keluarga itu sehingga menghasilkan
rata-rata pendapataninformasi.
2. Sebutkan tujuan dari epidemiologi!
Jawab : 1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam patogenesis penyakit
2. Untuk menggambarkan distribusi dan determinan penyakit
3. Untuk menghasilkan informasi, yang berguna dalam siklus manajemen kesehatan
yaitu perencanaan, pemantauan dan penilaian pelayanan atau program kesehatan.
3. Gambarkanlah riwayat alamiah penyakit!
Jawab :
Menurut riwayat alamiah penyakit, data penyakit dapat diidentifikasi atas Periode
Prepatogenesis dan Periode Patogenesis (Leavel and Clark, 1958).
Dalam Periode Prepatogenesis, data menyangkut Lingkungan, Hospes dan Agen atau
Penyebab penyakit. Dalam Periode Patogenesis data menyangkut penyakit disebut
morbiditas, menyangkut kematian disebut mortalitas, dan menyangkut kecacatan disebut
disabilitas.
4. Apa perbedaan antara data primer, sekunder dan tertier?
Jawab :
• Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti atau penyelidik melalui protokol
penelitian atau disain penelitiannya.
• Data sekunder bagi seorang peneliti adalah data dari studi yang direncanakan oleh peneliti
atau peneliti-peneliti lain, dan kemudian data itu dikumpulkan oleh peneliti itu.
• Data tertier adalah data sebagai hasil analisis dari data primer dan data sekunder, dan itu
disebut juga informasi.
5. Sebutkanlah sumber dari data primer, sekunder dan tertier!
Jawab :
 Sumber data primer, seperti dari survei wawancara kesehatan, survei pemeriksaan
kesehatan, survei catatan kesehatan, survei penyakit tertentu.
 Sumber data sekunder, biasanya terdapat di fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit, puskesmas, kegiatan surveilens, asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, pelayanan
kesehatan bagi orang tua, catatan absen sekolah, pemeriksaan fisik berkala dan
pemeriksaan masuk kerja, pemeriksaan laboratorium, dll.
 Sumber data tertier contohnya bibliografi, katalog perpustakaan, direktori, dan daftar
bacaan.
6. Jelaskan perbedaan-perbedaan antara wawancara survei kesehatan, survei
pemeriksaan kesehatan, survei catatan kesehatan dan survei penyakit tertentu!
Jawab :
 Survei wawancara kesehatan menggunakan sampel representatif dari populasi.
Diagnosis penyakit dibuat atas dasar jawaban dari pertanyaan oleh responden, dan
diagnosis tidak dibuat atas dasar metode medis.
 Survei pemeriksaan kesehatan menggunakan sampel yang representatif dari populasi.
Diagnosis penyakit, misalnya hipertensi, tbc dibuat atas dasar wawancara, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium kepada responden. Hasil dari survei seperti ini
berguna untuk tujuan epidemiologi misalnya mengukur prevalensi penyakit dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan penyakit itu.
 Survei catatan kesehatan menggunakan sampel atau seluruh catatan medis dari fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dll. Biasanya survei ini dilaksanakan sebagai
tambahan informasi dari penyakit akut bila penderita penyakit akut tidak ditemukan dalam
masyarakat pada waktu melakukan survei.
 Survei penyakit tertentu menggunakan sampel representatif dari populasi atau seluruh
populasi. Di Indonesia survei macam ini telah dilaksanakan beberapa kali untuk berbagai
penyakit atau tentang prevalensi dan determinan penyakit-penyakit kronis degeneratif
7. Sebutkanlah kegunaan dari berbagai formulir di rumah sakit!
Jawab :
Dalam formulir rawat inap, ada data mortalitas dan data morbiditas.
Data morbiditas dapat dikumpulkan dari :
1) Formulir RL2a yaitu formulir data morbiditas rawat inap;
2) Formulir RL2b yaitu formulir data morbiditas berobat jalan;
3) Formulir RL2a1 yaitu formulir data keadaan penyakit khusus untuk rawat inap;
4) Formulir RL2b1 yaitu formulir data keadaan penyakit khusus untuk yang berobat jalan;
5) Formulir RL2c yaitu formulir data status imunisasi
Formulir rawat inap dan personel :
1) Formulir RL2.1 untuk data morbiditas individu rawat inap untuk pasen umum,
2) Formulir RL2.2 untuk pasien kebidanan,
3) Formulir RL2.3 untuk kelahiran hidup dan mati.
Ada pula formulir :
1) Formulir RL1 menyangkut aktivitas rumah sakit,
2) Formulir RL3 menyangkut inventaris pelayanan rumah sakit,
3) Formulir RL4 menyangkut personil rumah sakit,
4) Formulir RL5 menyangkut alat medis rumah sakit.
8. Sebutkanlah kegunaan dari berbagai formulir di puskesmas?
Jawab :
Laporan bulanan menggunakan :
1) Formulir LB1 untuk data morbiditas,
2) Formulir LB2 untuk permintaan dan penggunaan obat,
3) Formulir LB3 untuk data yang menyangkut gizi, dan
4) Formulir LB4 utuk data yang menyangkut aktipitas.
Laporan tahunan menggunakan :
1) Formulir LT1 untuk data dasar puskesmas,
2) Formulir LT2 untuk data personil termasuk bidan desa,
3) Formulir LT3 untuk data alat-alat termasuk alat alat-alat di pustu (puskesmas pembantu)
dan pusling (puskesmas keliling).
Laporan tambahan  laporan sentinel :
1) Formulir LB1S untuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan penyakit
dengan gejala diare,
2) Formulir LB2S untuk data yang menyangkut kesejahteraan ibu dan anak, gizi, infeksi
saluran pernafasan akut dan penyakit akibat kerja.
9. Apa yang diharapkan dari rumah sakit dan puskesmas, kalau kita ingin memperkuat
kemitraan?
Jawab :
- Melaporkan data kesehatan puskesmas dan rumah sakit ke dinas kesehatan kabupaten/kota
dan propinsi
- Tukar pengalaman harus dirangsang
- Tidak melaksanakan tugas-tugas tertentu supaya dipertimbangkan
10. Apa kegiatan-kegiatan dari program surveilens!
Jawab :
1) pengumpulan, pengolahan, analisis, presentasi dan interpretasi data untuk menghasilkan
dan menyebar luaskan informasi;
2) melaksanakan sistem kewaspadaan dini dan menyelidiki kejadian luar biasa;
3) surveilens kusus untuk eradikasi polio dan surveilens AFP (acute flaccid paralysis);
4) penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi surveilens;
5) pengembangan sumber daya manusia; dan
6) manajemen program surveilens
11. Sebutkan berbagai sumber data dari kegiatan surveilens!
Jawab :
- Laporan rutin rumah sakit dan puskesmas,
- Sumber-sumber data lain : formulir LB1, laporan kunjungan ke puskesmas, formulir LB3,
LB1S, laporan epidemi, laporan khusus (AFP, tetanus nenatorum, campak, dll), penelitian,
Biro Pusat Statistik (mempunyai data yang menyangkut sosio-demografis, ekonomi,
demografi, dll.)
12. Gambarkan alur data dari rumah sakit ke pihak atasan!
Jawab :

13. Gambarkan alur data dari puskesmas ke pihak atasan


Jawab :

14. Terangkan alur dari data surveilens


Jawab :
1. Rumah sakit
- Formulir RL1, Rl2a, RL2b, RL3, RL4, dan RL5 dikirim ke Dirjen Yanmed Depkes,
salinannya dikirim ke Dinkes Propinsi dan Dinkes Kabupaten.
- Formulir RL21, RL22, RL23, dan RL4a dikirim ke Depkes.
- Formulir RL2a1, RL2b1 dan RL2c dikirim ke Dinkes Kabupaten.
2. Puskesmas
- Laporan bulanan melalui formulir LB1, LB2, LB3, LB4, LB1S dan LB2S, termasuk
semua kegiatan yang dilaksanakan melalui pustu dan bidan desa, dikirim ke Dinkes
Kabupaten. Salinannya dikirim ke Dinkes Propinsi, dan Dirjen Binkesmas, Depkes.
Khusus formulir LB2 dikirim pula ke SubDinas Farmasi Kabupaten.
- Umpan balik dari hasil analisis data Dinkes Kabupaten yaitu tindak lanjut untuk
perbaikan program tertentu yang dilakukan oleh puskesmas yang bersangkutan. Data
yang sudah dianalisis oleh Dinas-Dinas Kesehatan Kabupaten diolah pula oleh Dinkes
Propinsi; umpan baliknya yaitu tindak lanjut untuk perbaikan program tertentu akan
dilaksanakan oleh Dinkes Kabupaten yang bersangkutan. Analisis data yang telah diolah
dan dianalisis oleh Dinkes Kabupaten dianalisis pula oleh Dirjen Binkesmas, Depkes.
Hasil analisis akan berguna dan dikirim ke unit-unit teknis yang bersangkutan di tingkat
pusat, Pusat Data dan Dinkes Propinsi yang bersangkutan.
3. Kegiatan surveilens
- Subseksi Surveilens dari Dinkes Kabupaten bertanggung jawab untuk mengelola
surveilens dengan mengumpulkan data dari rumah sakit dan puskesmas dan sumber-
sumber lain, dan menganalisis data itu untuk tujuan kegiatan tertentu. Hasil analisis data
dari tingkat kabupaten dikirim ke Seksi Surveilens, Dinkes Propinsi, yang juga
menganalisis data dari seluruh kabupaten di propinsi yang bersangkutan. Hasil analisis
data dari propinsi dikirim ke Subdit. Surveilens, Dit. Jen. PPM & PL.
15. Terangkan 5 masalah operasional yang disebabkan atau yang ada dalam sistem
pencatatan dan pelaporan saat ini
Jawab :
1. Fragmentasi
Masing-masing program berkonsentrasi pada minatnya masing-masing. Karena itu tak ada
kordinasi kajian seluruh program dapat diperoleh. Wacana mengenai biaya-efektif dan
dampak tak dapat dipantau.
2. Duplikasi
Program-program yang berbeda walaupun tertarik pada jenis informasi yang sama
menggunakan formulir-formulir yang berbeda. Misalnya laporan campak terdapat pada
LB1, W2 dan W1.
3. Sentralisasi
Dinkes Kabupaten dan Dinkes Propinsi harus melaporkan data mentah dan agregasinya ke
pusat. Sistem ini tidak menyediakan alat untuk analisis di tingkat perifer dan tidak
mengarah kepada kebutuhan dari tim pengelola kesehatan kabupaten atau tim manajemen
rumah sakit.
4. Terlambat
Begitu banyaknya beban untuk pencatatan dan pelaporan dan terjadi demoralisasi karena
tak ada umpan balik, dinkes yang bersangkutan terlambat mengirimkan laporan. Bahkan
walaupun ada motivasi, tak ada formulir laporan, sangat terbatasnya komunikasi di daerah
pedesaan, dll dapat menyebabkan laporan terlambat.
5. Tidak dipercaya
Pelaporan tidak lengkap, sangat terlambat, berbeda satu sama lain dan sering tidak diolah
dan dianalisis di tingkat pusat. Informasi yang dilengkapi untuk Depkes terbukti tidak
berguna untuk pengambilan keputusan baik di tingkat pusat ataupun tingkat perifer.
16. Kalau kita ingin mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan yang baru,
terangkanlah 4 wacana dalam memecahkan masalah operasional seperti tersebut pada
pertanyaan nomor 15.
Jawab :
1. Mengubah sikap
Sikap lama adalah “mengisi formulir untuk atasan.” Sekarang sikap seharusnya “kita
ingin mengetahui sesuatu, sebab kita harus mengambil keputusan.” Tim Manajemen
Kesehatan Kabupaten seharusnya memperoleh data dan informasi yang dapat dipercaya
dan menginterpretasinya supaya memperoleh bukti untuk pengambilan keputusan.
2. Sistem saat ini tidak memproduksi hasil
Banyak informasi yang dikumpulkan dari kabupaten hanya dilihat sekilas dan tidak
dianalisis secara sistematis di tingkat pusat. Tak ada program yang dapat menghasilkan
laporan dengan analisis data yang komprehensif sehingga tak ada kesimpulan dan usulan
untuk tindakan. Wacana ini seharusnya diatasi dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
 Membuat setiap orang mengerti kepentingan setiap orang atas kepentingan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyebar-luasan data dan informasi
 mengadakan umpan balik, dan
 Hanya mengumpulkan data yang betul-betul digunakan
3. Sistem laporan untuk donor tidak berguna untuk pengambilan keputusan.
Misalnya kordinator program seharusnya berhasil untuk “mendistribusikan obat dan
bahan-bahan.” Karena itu informasi yang tepat waktu dan lengkap diperlukan dari
kabupaten. Tetapi kenyataannya informasi yang dikumpulkan dari kabupaten hanya
berperanan kecil dalam proses pengambilan keputusan dan praktek distribusi. Dalam hal
ini kehendak donor yang meminta data yang terperinci dari kabupaten, tak dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan karena pengumpulan data hanya memenuhi
minat ilmiah dari donor. Kadang-kadang kordinator program sendiri tidak mengerti
bagaimana yang seharusnya.
4. Inisiatif alternatif yang telah terjadi mungkin terbukti berguna
Perbaikan kerjasama dengan pengambil keputusan yang lain yaitu “kemitraan” akan
berjalan baik dalam pelaksanaan sistem informasi manajemen yang baru. Tukar
pengalaman harus dirangsang. Tidak melaksanakan tugas-tugas tertentu supaya
dipertimbangkan.
BAB V. PENGANTAR SURVEILENS EPIDEMIOLOGI

1. Sampai di mana cakupan surveilens epidemiologi?


Jawab : Epidemi, penyakit infeksi atau menular, penyakit tidak menular, masalah pelayanan
kesehatan, masalah kependudukan dan masalah lingkungan
2. Apa perbedaan pengertian surveilens epidemiologi sebelum tahun 1950 dan setelah
tahun 1950?
Jawab :
Sebelum tahun 1950 
 Pengertian surveilens epidemiologi dalam konteks penderita didefinisikan pengamatan
medis pada satu atau lebih carrier atau populasi terancam penyakit menular/infeksi.
 Yang diobservasi adalah gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi, serta sindroma
penyakit.
 Tujuan surveilens adalah untuk meyakinkan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin.
 Yang diobservasi adalah mereka yang menderita penyakit menular yang termasuk
penyakit karantina seperti kolera, pes, cacar dan demam kuning.
Setelah tahun 1950 
 Pengertian surveilens epidemiologi dalam konteks penderita didefinisikan memantau
angka insidensi penyakit yang termasuk dalam program-program vertikal WHO seperti
malaria, patek/frambusia, cacar, dan demam kuning kota
 Yang diperlukan :
- Data penyakit yang didistribusikan menurut orang, waktu, dan tempat
- Vektor yang menularkan penyakit
- Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian penyakit
 Muncul Teori Biologi bahwa penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Penyakit infeksi
tergantung pada :
- Dosis agen infeksius
- Jenis dan lamanya transmisi
- Keadaan umum dan gizi hospes
- Gaya hidup hospes
- Keadaan lingkungan
3. Ada 2 definisi yang diajukan oleh masing-masing ahli dari CDC Atlanta, Amerika
Serikat dan dari Checkoslowakia. Atas dasar kedua definisi tersebut, bagaimana
perumusan kegiatan dalam surveilens epidemiologi?
Jawab :
- Pengumpulan data secara sistematis dan terus-menerus
- Pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk menghasilkan informasi
- Penyebaran luasan informasi yang dihasilkan kepada orang-orang atau institusi yang
dianggap berkepentingan,
- Menggunakan informasi yang dihasilkan dalam manajemen yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian.
4. Apa yang dimaksud dengan pengumpulan, pengolahan dan analisis data secara
sistematis?
Jawab :
Kegiatan pengumpulan data itu dilaksanakan oleh suatu system, misalnya oleh Departemen
Kesehatan di tingkat nasional yang mengharapkan mendapat laporan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi, yang mendapat laporan data pula dari Dinas Kabupaten/Kota, yang
mendapat laporan data dari puskesmas dan rumah sakit. Data yang sudah terkumpul secara
sistematis itu diolah dan dianalisis lalu diinterpretasi di tingkat puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Departemen Kesehatan. Masing-masing
tingkat organisasi kesehatan itu dapat menyebarluaskan informasi yang dihasilkannya kepada
orang atau organisasi yang dianggap berkepentingan, dan sekaligus menggunakan informasi
itu untuk kepentingan manajemen pelayanan/program kesehatan
5. Sebutkanlah beberapa elemen surveilens
Jawab :
- Pencatatan kematian (pengumpulan data kematian dalam komunitas, pengumpulan data
kematian di RS)
- Laporan morbiditas (diagnosis penyakit, distribusi penyakit)
- Laporan epidemi
- Pemeriksaan laboratorium
- Investigasi kasus
- Penyelidikan letusan penyakit
- Survei
- Investigasi distribusi vektor dan reservoir
- Penggunaan obat, serum dan vaksin
- Informasi tentang penduduk, makanan, dan lingkungan
- Informasi mengenai program kesehatan
6. Apa beda keunggulan dan kelemahan dari pencatatan kematian antara bila dilakukan
di puskesmas dan rumah sakit?
Jawab :
a. Pengumpulan data kematian di puskesmas
- Data kematian didapat mungkin dari laporan dokter tentang penyebab kematian
- Dapat dilakukan petugas puskesmas dilatih sedemikian rupa sehingga dapat melakukan
biopsi oralwawancara menggunakan kuisioner sehingga dapat menentukan penyebab
penyakit
b. Pengumpulan data kematian di rumah sakit
- Dokter menggunakan formulir tertentu, mencatat penyakit yang menyebabkan kematian
 terdokumen dalam rekam medis
7. Kenapa validitas diagnosis penyakit sangat menentukan baik dalam surveilens ataupun
penelitian. Menurut kelompok variabel apa, distribusi penyakit dilakukan?
Jawab :
Karena dengan diagnosis yang valid (benar) maka hasil analisis akan menghasil interpretasi
informasi yang benar pula. Sehingga berguna dalam siklus manajemen, yaitu pemantauan,
penilaian, dan perencanaan kembali pelayanan/program kesehatan.
Distribusi penyakit dilakukan menurut Variabel waktu, orang dan tempat.
8. Apa beda antara penentuan penyebab penyakit pada pemeriksaan laboratorium dan
penyelidikan atau laporan letusan penyakit?
Jawab :
Dengan pemeriksaan laboratorium, kita akan mengetahui etiologi penyakit dengan tepat.
Sedangkan dengan penyelidikan letusan penyakit, kita mengetahui etiologi dan sumber
penularan sehingga kemudian dapat dirumuskan penanggulangannya, sehingga diharapkan
tidak akan terjadi epidemi di daerah lebih luas
9. Terhadap penyakit apa dilakukan investigasi kasus?
Jawab :
Dilakukan terhadap penyakit yang belum jelas diagnosisnya  Penyelidikan sedemikian
rupa tentang riwayat alamiah dari penyakit itu  akan diketahui etiologi dari penyakitnya
10. Indikator apa yang dapat dihitung dalam penyelidikan KLB dan indikator apa yang
dapat dihitung dalam survei?
Jawab :
Pada penyelidikan KLB indikator yang dapat dihitung adalah penyebab dan sumber
penularan serta cara penanggulangan, sedangkan pada survei indikator yang dapat dihitung
adalah prevalensi penyakit dan menilai suatu program penanggulangan penyakit.
11. Apa beda vektor dan reservoir? Kenapa investigasi vektor perlu dilakukan untuk
penyakit tertentu; berikan contohnya.
Jawab :
Reservoir adalah tempat di mana kuman penyakit bersarang seperti pada manusia, binatang
atau tumbuhan-tumbuhan yang sakit atau tak sakit dan di dalam lingkungan.
Vektor adalah makluk yang dapat menularkan kuman penyakit dari orang atau binatang yang
sakit kepada binatang atau orang yang sehat.
Investigasi vektor perlu dilakukan untuk penyakit tertentu misalnya investigasi vektor Aedes
sp pada penyakit DBD. Dengan melakukan investigasi vektor yaitu melalui penyelidikan
entomologi dapat membantu pencegahan penyakit dengan cara memutus rantai kehidupan
makhluk penularnya, sekaligus penanggulangan supaya kasus tidak terus meningkat
12. Aspek apa yang perlu diperhatikan dalam surveilens penggunaan obat, serum dan
vaksin?
Jawab :
- Jumlah, jenis dan waktu penggunaan dari obat, serum dan vaksin
- Surveilens jenis obat atau sera yang diduga menimbulkan efek samping yang
membahayakan individu atau komunitas yang menggunakannya.
- Surveilens efek samping dan cakupan vaksinasi
13. Apa pentingnya untuk mengetahui informasi tentang penduduk, makanan dan
lingkungan?
Jawab :
• Informasi tentang distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, ras, etnik, dll
diperlukan sebagai penyebut dari perhitungan indikator dalam epidemiologi
• Informasi makanan diperlukan untuk mengetahui apakah makanan tertentu (seperti
makanan kaleng) terkontaminasi dan untuk mengetahui kecukupan penyediaan makanan
dalam rangka mencgah terjadinya defiesiensi makanan
• Informasi lingkungan, berupa iklim waktu mana penyakit-penyakit tertentu dapat
terjadi, kondisi geografis seperti di sawah dapat berkembang nyamuk anopheles yang
dapat menularkan malaria (vektor, reservoir), atau saat masa irigasi dapat pula
mengembangkan anopheles jenis lain
14. Kenapa informasi mengenai program kesehatan yang bersangkutan penting dalam
surveilens
Jawab : Informasi mengenai program kesehatan yang bersangkutan penting sebagai
kepustakaan yang utama untuk menulis usulan dan selanjutnya laporan surveilens
epidemiologi. Selain itu mungkin perlu pula untuk mendapatkan informasi lain dari
kepustakaan yang relevan
15. Sebutkan beberapa kegunaan dari surveilens epidemiologi
Jawab : - Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit
- Untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
- Untuk mengetahui cakupan pelayanan
- Untuk kewaspadaan dini terjadinya KLB
- Untuk memantau dan menilai program
16. Apa kegunan dari pengetahuan tentang gambaran epidemiologi penyakit dalam KLB?
Jawab : Kegunaannya adalah untuk menggambarkan distribusi penyakit yaitu menurut
waktu, tempat dan orang. Sehingga kita tau bahwa KLB penyakit apa yang sedang terjadi
berdasarkan waktu kejadian, tempat terjadinya dan siapa orang yg terkena KLB tersebut.
17. Sebutkan tiga kriteria dalam menentukan prioritas penyakit untuk ditanggulangi.
Jawab : - Besarnya masalah,
- Adanya metode untuk mengatasi masalah,
- Tersedianya biaya untuk mengatasi masalah
18. Kenapa data statistik kecamatan atau kabupaten penting untuk menentukan cakupan
dari program kesehatan
Jawab : Karena data statistik kecamatan/ kabupaten dapat menggambarkan distribusi
penyakit dari segi tempat. Dapat diketahui kecamatan/kabupaten mana yang
rendah/tingginya angka kesakitannya. Sehingga dapat ditentukan prioritas
kecamatan/kabupaten mana yang akan diatasi masalah kesehatannya.
19. Berikan beberapa contoh bahwa surveilens berguna untuk kewaspadaan dini terhadap
kejadian KLB
Jawab :
 Pelaporan kasus KLB campak oleh puskesmas setiap minggu ke dinas kesehatan, maka
ini merupakan kewaspadaan dini untuk mengetahui minggu keberapa frekuensi kasus
campak lebih meningkat dari biasanya.
 Mengunjungi desa-desa yang paling sering terkena campak/meningkat kasus campaknya
sebagai bentuk kewaspadaan dini untuk mengetahui terjadinya KLB campak.
20. Berikan beberapa contoh bahwa surveilens dapat memantau dan menilai program
penanggulangan penyakit
Jawab :
 Misalnya penggunaan botol infus untuk balita yang dehidrasi di Puskesmas X selama 1
tahun hanya 10 botol infus dan memiliki stok botol infus 100 botol, sementara di
Puskesmas Y memerlukan 100 botol infus karena KLB diare. Maka Dinkes Kabupaten
seharusnya mengetahui informasi ini, supaya dapat mengalihkan botol infus yang belum
terpakai ke Puskesmas Y yang sedang KLB diare.

BAB VI. KEWASPADAAN DINI DAN PENYELIDIKAN KEJADIAN


LUAR BIASA

1. Sebutkan 3 pendekatan yang digunakan dalam Sistem Kewaspadaan Dini (SKD).


Jelaskanlah kenapa pendekatan sistem diperlukan dalam SKD.
Jawab :
Pendekatan yang digunakan dalam SKD : - pendekatanan sistem,
- pendekatan epidemiologi, dan
- pendekatan legalitas.
Pendekatan Sistem diperlukan karena SKD adalah suatu sistem terdiri atas beberapa
komponen dan subkomponen yang berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuannya
2. Sebutkanlah beberapa peraturan yang berkaitan dengan pendekatan legalitas dalam
SKD.
Jawab :
- Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
- Keputusan Menkes No. 560 tentang Penyakit Menular yang Dapat Menimbulkan Wabah
serta Tata Cara Pelaporan dan Penanggulangan Seperlunya
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 712 tahun 1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan,
Persyaratan Kesehatan Restoran dan Rumah Makan
- Keputusan Menteri Kesehatan No. 453 tahun 1983 tentang Bahan Berbahaya
3. Sebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pendekatan
epidemiologi dalam SKD untuk penyakit menular, keracunan makanan, dan
keracunan bahan berbahaya.
Jawab :
 Pendekatan epidemiologi untuk penyakit menular adalah :
- Diadakan kewaspadaan terhadap kasus yang baru saja ditemukan
- Mencegah agar tidak terjadi peningkatan jumlah kasus yang menimbulkan KLB
- Lebih diutamakan kewaspadaan dini terhadap faktor-faktor yang dapat memungkinkan
terjadinya kasus
- Apabila diketahui bahwa pada faktor-faktor tersebut menimbulkan perubahan, maka
dilakukan tindakan segera sebelum menimbulkan kasus penyakit yang bersangkutan.
 Pendekatan epidemiologi untuk keracunan makanan :
- Kewaspadaan lebih diarahkan ke hulu terhadap faktor-faktor atau agent yang dapat
menimbulkan paparan yang berakibat terjadinya kasus penyakit tertentu
- Pengamatan ditekankan pada pengawasan dan pengendalian atas variabel atau faktor
yang terlihat dalam mata rantai serta factor lingkungannya
 Pendekatan epidemiologi untuk keracunan bahan berbahaya :
- Kewaspadaan ditujukan kepada bahan berbahaya berdasarkan jenisnya dengan
perbedaan bahaya yang dapat ditimbulkannya
- Kewaspadaan terhadap bahan berbahaya di setiap tahap (mulai dari impor, produksi,
transportasi, penyimpanan sampai penggunaan) untuk mencegah terjadinya kasus
keracunan.
4. Sebutkan tujuan umum dan tujuan khusus dari SKD. Tujuan-tujuan khusus yang
mana yang perlu dilakukan oleh Inspektur Sanitasi Lingkungan, dan tujuan-tujuan
khusus yang mana dengan menggunakan pendekatan epidemiologi.
Jawab :
• Secara umum SKD dini bertujuan supaya mendapatkan informasi yang berguna untuk
tindakan yang cepat dalam rangka mengantisipasi peningkatan kesakitan/kematian dan
keracunan/pencemaran.
• Secara khusus SKD bertujuan untuk :
1. Mengetahui adanya tanda-tanda awal yang merupakan indikator kemungkinan akan
timbulnya KLB
2. Mengetahui keadaan yang memungkinkan akan terjadinya keracunan berbahaya
3. Mengetahui keadaan lingkungan tempat pengelolaan yang ada kaitannya dengan
pencemaran/keracunan makanan
4. Mengetahui jenis dan kadar mikroba atau kontaminan lainnya yang menyebabkan
menurunnya kualitas higiene dan sanitasi makanan atau bahan makanan
Butir ke 3 dan 4dilakukan oleh Inspektur Sanitasi Lingkungan
Butir 1 dan 2menggunakan pendekatan epidemiologi
5. Dalam melakukan survei dan studi epidemiologi diperlukan perencanaan yang matang,
tetapi untuk penyelidikan KLB diperlukan SKD melalui fasilitas kesehatan. Kenapa
demikian?
Jawab :
karena diperlukan adanya petunjuk atau indikasi terjadinya KLB di masyarakat melalui
faskes seperti puskesmas, rumah sakit, klinik swasta, dan praktik dokter swasta. Bila faskes
tidak melakukan kegiatan untuk mendapatkan indikasi KLB, maka mungkin masyarakat
sendiri yang mengetahui terjadinya KLB yang beritanya masuk ke media massa, sehingga hal
seperti ini memalukan Dinkes yang bersangkutan
6. Berikanlah contoh dalam melakukan kewaspadaan dini dengan melakukan pengolahan
dan analisis data di fasilitas-fasilitas kesehatan (lihat Tabel 1, 2 dan 3)
Jawab :
Salah satu tujuan khusus sistem kewaspadaan dini adalah untuk mengetahui tanda-tanda awal
yang merupakan indikasi kemungkinan terjadinya KLB dari penyakit menular tertentu dalam
masyarakat. Kewaspadaan dini yang dilakukan adalah dengan melakukan surveilens
epidemiologi dengan melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data di Puskesmas
Kecamatan Jumapalo terhadap tonsilofaringitis. Pada Tabel 1 Telah terdapat data
Tonsilofaringitis di Kecamatan Jumapolo pada bulan X dan meningkat di bulan XI
sedangkan di bulan XII KLB tersebut hilang. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa di RS
Karanganyar telah mendiagnosa kasus difteri yang paling banyak berasal dari Kecamatan
Jumapalo dan pada tabel 3 menujukkan tidak pernah ditemukan kasus difteri pada kecamatan
Jumapalo yang didiagnosa di RS Karanganyar, tetapi muncul di bulan X dan menurun di
bulan XI dan XII. Kesimpulannya berdasarkan pada tabel 2 dan 3 menunjukkan di
Kecamatan Jumapalo telah terjadi KLB difteri.
7. Kesulitan dalam SKD antara lain adalah susahnya melakukan diagnosis penyakit
melalui puskesmas; karena itu diperlukan kewaspadaan dini terhadap penyakit
pengganti yang dapat ditemukan di puskesmas, namun dengan 5 persyaratan.
Sebutkanlah 5 persyaratan tersebut.
Jawab :
1. Tanda dan gejala penyakit lain itu hampir menyerupai penyakit yang diperkirakan
menimbulkan KLB
2. Penyakit lain itu mudah dan dapat didiagnosa di puskesmas atau rumah sakit yang
bersangkutan
3. KLB penyakit yang diramalkan menggelisahkan masyarakat
4. KLB dari penyakit yang diramalkan akan banyak menyebabkan kematian
5. Sudah terdapat cara penanggulangan yang efektif untuk penyakit yang diramalkan itu.
8. Lakukanlah pengolahan, analisis dan interpretasi data, sehingga dapat diramalkan
kapan terjadi KLB (Tabel 4) dan di desa mana terjadinya (Tabel 5)
Jawab :

9. Sebutkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penyelidikan KLB


Jawab :
• Tujuan umum dari penyelidikan KLB adalah untuk mendapatkan informasi dalam rangka
penaggulangan dan pengendalian KLB.
• Untuk mencapai tujuan umum itu, maka dirumuskan tujuan khusus sebagai berikut:
- memastikan diagnosis penyakit yang dicurigai menyebabkan KLB
- menetapkan apa benar terjadi KLB
- menentukan penyebab penyakit dalam KLB
- menentukan sumber dan cara penularan
- kesimpulan
- saran-saran untuk pencegahan KLB berikutnya
10. Dalam rangka memastikan diagnosis penyakit, apa yang dimaksud dengan kasus pasti,
kasus mungkin dan kasus tersangka; dan apa pula yang dimaksud dengan kasus
primer, kasus sekunder dan kasus tak ada?
Jawab :
Kasus pasti : Ada kepastian pemeriksaan laboratorium serologi, bakteriologi, virologi atau
parasitologi dengan atau tanpa gejala klinis
Kasus mungkin : Tanda/gejala sesuai penyakitnya tanpa dukungan laboratorium
Kasus tersangka : Tanda/gejala sesuai dengan penyakitnya tetapi pemeriksaan laboratorium
negatif
Kasus primer : Kasus yang sakit karena paparan pertama
Kasus sekunder : Kasus yang sakit karena adanya kontak dengan kasus primer
Kasus tak ada : Terjadinya sakit bukan karena paparan pertama ataupun hubungan kontak
dengan kasus sebelumnya
11. Sebutkanlah 3 dasar dari pemastian diagnosis penyakit; berikanlah suatu contoh Apa
yang dimaksud dengan sensitivitas dan spesifisitas? Berikanlah contohnya.
Jawab :
Pemastian diagnosis penyakit didasarkan pada :
1) urutan frekuensi tertinggi sampai terendah dari gejala dan tanda penyakit
2) gejala dan/atau tanda patognomonis yaitu gejala dan tanda yang khusus untuk penyakit
tertentu
3) perimbangan antara sensitivitas dan spesifisitas
Sensitivitas adalah pemastian diagnosis hanya atas dasar satu gejala/tanda
Spesifisitas adalah pemastian diagnosis didasarkan atas lebih banyak gejala/ tanda
Contohnya :
Misalnya dalam satu KLB setelah makan siang dilaporkan sejumlah orang dengan
gejala/tanda sebagai berikut: sakit pada tenggorokan, demam, sakit kepala, muntah dan
mencret. Dari 5 gejala/tanda ini urutan frekuensi terbanyak adalah sebagai berkut:
- mencret 90%
- muntah 80%
- panas 75%
- sakit tenggorokan 75%
- sakit kepala 50%
Pemastian diagnosis kasus penyakit dari contoh tersebut di atas, atas dasar :
• mencretkarena dengan frekuensi gejala/tanda tertinggi
• sakit tenggorokan karena merupakan gejala patognomonis
• apabila pemastian diagnosis hanya atas dasar satu gejala/tanda maka pemastian diagnosis
tersebut sangat sensitiforang yang mencret bisa saja didiagnosis KLB setelah makan
siang.
Apabila pemastian diagnosis didasarkan atas lebih banyak gejala/tanda, maka pemastian
diagnosis itu kurang sensitif atau lebih spesifik mencret, muntah, panas, sakit
tenggorokan dan sakit kepala adalah gejala spesifik utk orang yang didiagnosis KLB
setelah makan siang
12. Dalam rangka penetapan KLB, jelaskan dan gambarkan masing-masing dari 3 jenis
kurve epidemic
Jawab :
Bila dibuat kurve di mana waktu merupakan absisnya dan frekuensi kasus merupakan
ordinatnya. Ada 3 jenis kurve epidemi yaitu:
1) common source epidemic, yang menunjukkan adanya sumber penyakit yang sama
Satu contohnya terlihat pada gambar KLB Keracunan Makanan Stapilokok, Tennesse, 25
Mei 1969 :

2) propagated epidemic, yang menunjukkan terjadinya penyebaran penyakit dari orang ke


orang secara langsung atau melalui lingkungan
Satu contohnya terlihat pada gambar KLB Hepatitis Infeksiosa di Kota Baren, Kentucky,
Juni 1971 – April 1972 :

3) Kombinasi nomor 1) dan nomor 2)


Satu contohnya terlihat pada gambar KLB Salmonellosis, Clarkville, Tennesse, 4-15 Juli
1970 :

13. Tentukan masing-masing penyebab kasus penyakit dalam KLB dengan kurve epidemik
sebagai berikut:
a. common source epidemic
b. propagated epidemic
c. combination of common source and propagated epidemic
Jawab :
a. Common source epidemic secara akut dapat terjadi pada keracunan makanan setelah
makan, muntaber setelah meminum air dari satu sember misalnya sumur, dll.
Common source epidemic secara kronis dapat pula terjadi misalnya penyakit ISPA dalam
satu komunitas yang terpapar pada polusi dari satu pabrik.
b. Propagated epidemic dapat terjadi misalnya pada penyakit campak, cacar, difteri, yang
ditularkan melalui jalan pernafasan.
c. Combination of common source and propageted epidemic dapat terjadi misalnya pada
kasus-kasus muntaber yang mula-mula terjadi karena satu sumber penularan misalnya
sumur, lalu masing-masing kasus dapat menularkan penyakit dengan gejala muntaber
kepada anggota keluarga yang lain tanpa ada kaitan dengan sumber penularan yang sama
sebelumnya.
14. Tentukan sumber dan cara penularan penyakit dalam KLB dengan kurve
a. common source epidemic
b. propagated epidemic
c. combination of common source and propagated epidemic
Jawab :
a. Common source epidemic
No Menu Yang memakan Yang tak makan Beda
Angka
Serangan

Jumlah Terserang Angka Jumlah Terserang Angka


Serangan Serangan

1 Salad 400 370 92,5% 100 10 10% 82,5%


2 Ayam Goreng 450 360 80% 50 15 30% 50%
3 Ikan Goreng 400 300 75% 100 20 20% 55%
4 Nasi 480 96 20% 20 2 10% 10%
Dari informasi tersebut di atas terlihat bahwa Perbedaan Angka Serangan tertinggi adalah
di antara yang memakan dan yang tak memakan salad. Dengan demikian kemungkinan
terbesar sumber penularan adalah salad, dan cara penularannya dengan memakan salad.
b. Propagated epidemic
Penyebab infeksi adalah Virus Hepatitis A. Sumbernya dari makanan atau minuman
seperti dari sumur, sayur-sayuran dan makanan kaleng
c. Combination of common source and propagated epidemic
Penyebab infeksi adalah Salmonella, yang ditularkan melalui makanan atau minuman
15. Buatlah kesimpulan sementara dari hasil penyelidikan KLB
Jawab : Hasil dari penyelidikan yang dilakukan baik secara kualitatif dan/atau kuantitatif
disimpulkan untuk menetapkan penyebab penyakit dalam KLB, dan sumber dan
cara penularan
16. Buatlah saran sementara atas dasar kesimpulan yang dibuat
Jawab :
a. Bila penyebab penyakit diketahui dan sumber & cara penularan diketaui pula, maka
langsung dilakukan penanggulangan
b. Bila penyebab penyakit diketahui, tetapi sumber dan cara penularan belum diketahui,
maka sangat perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut dan dilakukan penanggulangan
seperlunya
c. Bila penyebab penyakit tidak diketahui, tetapi sumber dan cara penularan diketahui, maka
sangat perlu dilakukan penanggulangan dan penyelidikan terhadap penyebab penyakit itu.
d. Bila penyebab penyakit tidak diketahui, begitu pula sumber dan cara penularan belum
diketahui, maka sangat perlu melakukan penyelidikan dan dapat melakukan
penanggulangan yang relevan

BAB VII. PENAKSIRAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKRINING


DAN DIAGNOSIS

1. Jelaskanlah tujuan dari pencegahan primer, tujuan pencegahan sekunder; berikan


contohnya untuk masing-masing tujuan tersebut
Jawab :
a. Tujuan pencegahan primer untuk mengetahui dan mengatasi faktor risiko terhadap suatu
penyakit sehingga tercegah dari serangan penyakit.
contoh : mengobati hipertensi untuk mencegah penyakit jantung coroner atau stroke
b. Tujuan pencegahan sekunder untuk mengetahui seseorang yang sudah terserang penyakit
sedini mungkin.
contoh : pemberian imunisasi pada bayi, pemberian vitamin A, pemberian makanan
tambahan pada balita yang kurang beratnya untuk mencegah malnutrisi.
2. Apa beda antara skrining dan diagnosis. Berikanlah contoh untuk masing-masing
skrining dan diagnosis
Jawab :
a. Skrining adalah uji yang sederhana, murah dan cepat untuk mengetahui seseorang dengan
faktor risiko atau penyakit subklinis.
Contoh : skrining hiv pada ibu hamil, skrining covid-19 bagi pendatang dari zona merah.
b. Diagnosis adalah uji yang lebih cermat dilakukan setelah skrining, yang dilakukan dalam
dua tahap. Pertama dilakukan uji skrining untuk mengetahui siapa yang positif dan siapa
negatif terserang penyakit; kemudian dilakukan uji diagnostik kepada yang hanya positif
dan ditentukan apakah ia betul-betul positif (true positive) atau positif yang salah (false
positive).
Contoh : Diagnosis penyakit DBD ditentukan dari anamnesis, gejala dan tanda tertentu
serta pemeriksaan trombosit.
3. Apa perbedaan antara distribusi bimodal dengan distribusi unimodal. Berikan contoh
untuk masing-masing distribusi
Jawab : a. Distribusi bimodal adalah distribusi dari indurasi yang mempunyai 2 puncak
Contoh : distribusi reaksi tuberkulin
b. Distribusi unimodal adalah distribusi yang memiliki satu puncak tunggal
Contoh : distribusi tekanan darah sistolik dengan hipertensi atau tidak, berisiko
terhadap stroke, myocardial infarction bahkan kematian
4. Berikanlah definisi tentang validitas, sensitivitas dan spesifisitas
Jawab :
a. Validitas suatu uji adalah kemampuan uji itu untuk membedakan siapa yang sakit dan
siapa yang tidak sakit.
b. Sensitivitas suatu uji adalah kemampuan dari uji itu untuk mengidentifikasi secara benar
siapa yang menderita penyakit.
c. Spesifisitas suatu uji adalah kemampuan dari uji itu untuk mengidentifikasi secara benar
siapa yang tidak mempunyai penyakit.
5. Seorang peneliti ingin mengetahui validitas dari pemeriksaan reduksi urin terhadap
pemeriksaan gula darah dalam rangka pemeriksaan diabetes mellitus. Untuk itu
diambil 1.000 subyek penelitian, yang diantaranya 440 orang positif dengan
pemeriksaan reduksi urin dan 400 orang positif dengan pemeriksaan gula darah.
Diantara yang positif dengan pemeriksaan reduksi urin, 320 orang positif dengan
pemeriksaan gula darah. Diantara yang negatif dengan pemeriksaan gula darah, 480
orang negatif dengan pemeriksaan reduksi urin. Hitunglah persentase sensitivitas,
spesifisitas dan predictive value positive.
Jawab :
Uji I (Reduksi Urin)
Hasil Uji DM + DM - Total
Positif 120 320 440
Negatif 80 480 560
Total 1000

Uji II (Gula Darah)


Hasil Uji DM + DM - Total
Positif 320 80 400
Negatif 600
Total 1000

6. Berikanlah contoh pelaksanaan Skrining Dua Tingkat


Jawab :
Skrining pasien DM yang diuji dua kali. Pertama dilakukan pemeriksaan gula darah. Bila
ditemukan positif, subjek diuji lagi dengan tes Glucose Tolerance Test yang mempunyai
sistem sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi daripada pemeriksaan gula darah. Dengan
skrining bertahap ini diharapkan bagi mereka yang positif tidak terjadi positif salah.
7. Bagaimana hubungan antara Predictive Value Positif dengan Prevalensi Penyakit,
bagaimana hubungan Predictive Value Negatif dengan Prevalensi Penyakit, dan
hubungan predictive value positif dengan spesifisitas? Apa kegunaan dari masing-
masing hubungan itu?
Jawab :
 Semakin tinggi angka prevalensi penyakit, maka nilai predictive value positif semakin
meningkat. Sebaliknya, bila prevalensi penyakit meningkat, maka nilai predictive value
negatif semakin menurun. Kegunaan hubungan ini adalah dalam melakukan skrining harus
diketahui terlebih dahulu angka prevalensi penyakit itu dalam masyarakat.
 Bila spesifisitas meningkat, maka predictive value positif juga meningkat. Kegunaan
hubungan ini adalah dalam melakukan skrining, perlu mengetahui berapa spesifitas dari
alat yang akan digunakan.
8. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas? Apa yang harus diperhatikan tentang
reliabilitas suatu alat menurut variasi waktu?
Jawab :
Reliabilitas adalah seberapa jauh pengulangan suatu uji yang dilakukan antarwaktu atau antar
pengamat, dengan hasil yang tetap.
Dalam menilai hasil uji apapun, penting untuk diparhatikan kondisi dimana uji dilakukan
termasuk waktu setiap hari
9. Dua orang pengamat, masing-masing melakukan penilaian dengan kategori abnormal,
suspek, ragu-ragu dan normal. Bikinlah tabel dan buatlah rumus persentase
persetujuan antara mereka untuk penilaian itu
Jawab :

Rumus Persentase Persetujuan Menyeluruh adalah (A + F + K + P) x 100 %


Total Bacaan

10. Dua orang pengamat, masing-masing melakukan penilaian dengan kategori positif dan
negatif. Bila persetujuan negatif diabaikan, buatlah rumus persentase persetujuan.
Jawab :
Rumus persentase persetujuan : a/a+b+c x 100%

11. Dua orang ahli patologi melakukan diagnosis kanker leher rahim dengan tingkat
keganasan II dan III pada 75 orang penderita. Ahli Patologi A menilai tingkat II untuk
45 orang dan tingkat III untuk 30 orang. Ahli Patologi B menilai tingkat II untuk 44
orang dan tingkat III untuk 31 orang. Baik Ahli Patologi A ataupun Ahli Patologi B
sama-sama menilai tingkat III untuk 27 orang. Hitunglah Nilai Kappa; apakah Kappa
tersebut kurang, intermediet, atau bagus?
Jawab :

Klasifikasi histologis dengan subtipe 75 slide sel karsinoma dengan 2 patologist

Presentase Persetujuan dengan patologist A dan B

Presentase Persetujuan antara patologist A dan B yang diharapkan

(% Persetujuan yang Diobservasi) – (% Persetujuan


Kappa = yang diharapkan dengan Kesempatan Sendiri)
100% - (Persetujuan yang Diharapkan dengan
Kesempatan sendiri)
Kappa = (90,7% - 51,7%)/(100% - 51,7%) = 39%/48,3% = 81% (Bagus)
12. Gambarkanlah hubungan antara validitas dan reliabilitas, yaitu valid dan reliable,
valid tak reliable, tak valid dan reliable.
Jawab :

 Valid dan reliable


 Valid tak reliable

 Tak valid dan reliable

Anda mungkin juga menyukai