Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia. Sehat diartikan sebagai

keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu

kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan berperan

penting dalam upaya meningkatkan pembangunan nasional. Pembangunan

kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

mayarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan

upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun

pemerintah. Tercapainya tujuan ditandai oleh penduduk yang hidup dalam

lingkungan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata di seluruh wilayah Republik Indonesia serta dapat mewujudkan bangsa

yang mandiri, maju, dan sejahtera (Depkes RI, 2013).

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

berkomitmen mewujudkan penduduk yang hidup dalam lingkungan dengan

perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan

fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata mendirikan Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dalam struktur kesehatan Indonesia,

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan


2

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (PMK Nomor

75 tahun 2014). Peran Puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung

dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di lingkungan wilayah kerja.

Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di

negara maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini diikuti dengan

semakin bertambahnya jumlah penduduk, sehingga kebutuhan pangan sehari hari

tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

kesehatan saja, akan tetapi berdampak pula pada pembangunan sumber daya

manusia yang berkualitas di masa yang akan datang (Depkes RI, 2013).

Berbagai masalah gizi dan masalah psikososial dapat dicegah melalui

perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarga untuk

selalu menyediakan makanan dengan gizi seimbang bagi anggota keluarganya.

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang

beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur

sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (Paath dkk, 2010). Pangan yang beraneka

ragam sangat penting karena tidak ada satu jenis pangan apapun yang dapat

menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Kebutuhan gizi merupakan

kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan pada seseorang, sehingga pemenuhan gizi yang baik harus

dilakukan sejak bayi baru lahir, bahkan ketika masih dalam kandungan.
3

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 maslah gizi yang masih terdapat di

Indonesia adalah Balita dengan status gizi buruk dan kurang sebesar 17.7%, balita

dengan status gizi sangat pendek dan pendek sebesar 30.8%, dan balita sangat

kurus dan kurus sebesar 10.2% dan balita gemuk sebesar 8%. Angka-angka

tersebut memiliki arti bahwa Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda

pada balita dimana terdapat balita yang kurus dan gemuk dengan prevalensi yang

hamper sama.

Masalah gizi lainnya dari hasil Riskesdas 2018, wanita KEK pada usia

subur sebesar14.5% dan pada ibu hamil sebesar 17.3%. Sebanyak 73.2% ibu

hamil mendapatkan Tablet Tambah darah (TTD), 61.9 % diantaranya hanya

menerima saja tetapi tidak mengkonsumsi TTD yang diberikan (Kemenkes RI,

2018).

Praktek belajar lapangan (PBL) adalah proses kegiatan untuk

meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam memecahkan masalah gizi

masyarakat pada kondisi riil di masyarakat, dan sekaligus sebagai program

pengabdian untuk pemberdayaan masyarakat.

Prodi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai dalam mempersiapkan mahasiswanya agar ikut berkontribusi untuk

pengembangan sumber daya kesehatan yang dibutuhkan dalam pembangunan dan

memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan mengembangkan jejaring dengan

mengadakan mata kuliah Praktik Belajar Lapangan (PBL). Kegiatan PBL ini

merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman

pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat yang diperoleh mahasiswa


4

melalui perkuliahan Program Studi Prodi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. untuk dipraktikkan sesuai dengan

minatnya baik di masyarakat maupun di institusi dalam mengatasi permasalahan

pembangunan dan lingkungan, khususnya masalah gizi masyarakat. Upaya ini

dapat dilakukan dengan cara membangun kemitraan dengan berbagai sektor

seperti pihak kelurahan, puskesmas, posyandu dan juga masyarakat setempat.

Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar adalah salah satu Puskesmas yang

berada di kelurahan Muara Fajar Barat kecamatan Rumbai. letak geografi

Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar sebelah utara berbatasan dengan kecamatan

Minas Kabupaten Siak. Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rumbai Pesisir.

Timur berbatasan dengan kabupaten siak. Sedangkan Barat berbatasan dengan

Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

Berdasarkan profil kesehatan Puskesmas Muara Fajar, diketahui

permasalahan gizi yang paling banyak dijumpai adalah di kelurahan Muara Fajar

Barat dengan angka asi eksklusif 33%, ibu hamil diberi tablet tambah darah

sebesar 88.8%dan jumlah kunjungan posyandu D/S 55%. Untuk itu kami

mahasiswa S1 Gizi Konversi ingin melakukan kegiatan berupa intervensi dan

monev di daerah tersebut.

B. Tujuan PBL

1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman utuh bagi mahasiswa mengenai masalah-

masalah kesehatan masyarakat dan melakukan upaya pemecahan masalah


5

sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama

perkuliahan.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui karakteristik sosial budaya di wilayah kerja,

struktur organisasi dan tata kerja Puskesmas Rawat inap Muara Fajar

Kecamatan Rumbai.

2. Mampu mengidentifikasi masalah gizi utama di wilayah kerja

Puskesmas Rawat inap Muara Fajar Kecamatan Rumbai khususnya

Kelurahan Muara Fajar Timur.

3. Mampu mengidentifikasi faktor risiko masalah gizi utama melalui

metode penelitian kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Rawat inap Muara Fajra Kecamatan Rumbai Kelurahan Muara Fajar

Timur.

4. Mampu melakukan Intervensi serta Monitoring Evaluasi terhadap

permasalahan gizi yang ditemukan di Kelurahan Muara Fajar Barat.

C. Manfaat PBL

1. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengetahui masalah kesehatan masyarakat dan

faktor resiko dari masalah tersebut.

b. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif

dalam bidang kesehatan masyarakat.


6

c. Menggunakan metode yang relevan dalam melakukan penelitian

kesehatan masyarakat.

d. Meningkatkan kreatifitas dalam intervensi untuk menyelesaikan

masalah kesehatan utama.

e. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu kesehatan masyarakat

yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2. Bagi Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar dan Kelurahan Muara Fajar

Barat

a. Dapat mengembangkan kemitraan dengan Universitas Pahlawan

Tuanku Tmabusai dan institusi lain untuk kegiatan penelitian

maupun pengembangan.

b. Dapat memanfaatkan pengetahuan mahasiswa, baik dalam kegiatan

manajemen maupun kegiatan opersional.

c. Dapat membantu memecahkan permasalahn gizi diwilayah kerja

yang disebutkan diatas.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Universitas Pahlawan Tauanku Tambusai

a. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi dalam upaya

meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi

akademik dengan pengetahuan dan keterampilan SDM yang

dibutuhkan dalam pengembangan kesehatan masyarakat.

b. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di

lapangan.
7

c. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

menghasilkan peserta didik yang terampil.

4. Bagi Masyarakat

a. Dapat memanfaatkan pengetahuan mahasiswa untuk memecahkan

masalah kesehatan masyarakat.

b. Mendapatkan pengetahuan mengenai upaya pelayanan dasar

kesehatan, terutama pada tindakan promotif dan preventif.


8

BAB II
GAMBARAN SITUASI

A. Gambaran Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar

1. Gambaran Umum

Gambar 2.1
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar

Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar adalah salah satu puskesmas yang

berada di kelurahan Muara Fajar Barat kecamatan Rumbai. Wilayah kerja

Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar berbatasan dengan :

 Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Minas Kabupaten Siak.

 Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Rumbai Pesisir.

 Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Siak.

 Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.


9

Luas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar adalah 45,19

km2 terdiri dari 2 kelurahan yaitu : Kelurahan Muara Fajar Barat dan Muara

Fajar Timur. Berdasarkan dari gambaran umum bahwa wilayah kerja

Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar yang merupakan daerah perbukitan /

terletak di dataran tinggi yang sebagian wilayahnya sulit dijangkau oleh

kendaraan bermotor. Dengan jumlah penduduk 12.366 jiwa dan jumlah rumah

tangga 2333 KK.

Tabel 2.1
Jumlah Kelurahan, RT, dan RW di Wilayah
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar PekanbaruTahun 2019

KELURAHAN JUMLAH RT JUMLAH RW Luas Wilayah

Muara Fajar Barat 29 8

Muara Fajar Timur 25 7

Sumber Data : Profil Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar, 2019

2. Sumber Daya

a) Jumlah dan Komposisi Pegawai

Gambar 2.2
Staf Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Tahun 2019
10

Tabel 2.2
Jumlah Tenaga Berdasarkan Jabatan di
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2019

NO JENIS TENAGA PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN


PNS CPNS PTT THL KONTRAK
1 Dokter Umum S1 Kedokteran 6 4 2
2 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi 4 3 1
3 S1 Keperawatan S1 Keperawatan 2 1 1
4 D IV Kebidanan D IV Kebidanan 3 2 1
5 Kesehatan Masyarakat S1 Kesehatan 2 2
Masyarakat
6 Kebidanan DIII Kebidanan 8 5 1 2
7 Keperawatan DIII Perawat 8 8
8 Kesling DIII Kesling 2 1 1
9 Analis Kesehatan DIII Analis 1 1
10 Gizi DIII Gizi 3 2 1
11 Apoteker Profesi Apoteker 1 1
12 Ass. Apoteker DIII Farmasi 2 2
13 Fisioterapi DIII Fisioterapi 1 1
14 Perawat Gigi DIII Perawat Gigi 2 1 1
15 PerekamMedis DIII PerekamMedis 1 1
16 Supir SMA 1 1
17 Keamanan SMA 1 1
18 Tenaga Kebersihan SMA 1 1
19 Enumerator S1 3 3
JUMLAH 52 33 9 4 3 3
Sumber Data : Profil Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar, 2019

3. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar yaitu :

 VISI

“ Menjadikan Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar sebagai pusat

kesehatan masarakat dan informasi kesehatan”

 MISI
11

1. Pelayanan administrasi yang cepat dan mudah

2. Meningkatkan mutu dan pelayanan di dalam Puskesmas Rawat

Inap Muara Fajar

3. Meningkatkan kesehatan dengan kegiatan promotif, dan preventif

 TATA NILAI

S E= SENYUM

Sapaan dengan teman kerja dan melakukan pelayanan terhadap pasien

diawali dengan senyuman.

HA = HARMONIS

Menggalang keakraban dan kerja sama antara petugas lintas program

dan lintas sektoral dan pasien.

TI =EMPATI

Memiliki rasa peduli terhadap pasien, teman sekerja, lintas program dan

lintas sektoral

 MOTO

“Kesehatan anda kebahagiaan kami”

B. Gambaran Umum Kelurahan Muara Fajar Barat

Kelurahan Muara Fajar Barat terletak di kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru Provinsi Riau. Luas wilayah kelurahan muara fajar barat yaitu 22.000

KM2. Dengan jumlah penduduk 5.350 jiwa, Jumlah Kepala Keluraga 1.334 KK,

terdapat 26 RT dan 7 RW. Berdasarkan Laporan terakhir di Desember 2019

terdapat 6 angka kelahiran baru, dan 2 orang pendatang, sedangkan jumlah


12

penduduk yang berpindah sebanyak 17 orang. Untuk melihat data profil kelurahan

Muara Fajar terlampir di Lampiran 1.

C. Tinjauan Pustaka

2.1 Karakteristik  Ibu Menyusui

Karakteristik ibu menyusui yang meliputi pekerjaan, sikap dan

pengetahuan ibu menyusui dapat sebagai faktor penentuan pemberian ASI

terutama ASI eksklusif.

Adapun faktor sebagai penentuan pemberian ASI eksklusif adalah :

a. Pekerjaan

Kesibukan dengan pekerjaan, sering sekali membuat seorang ibu

lupa dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Walaupun

kepada ibu telah diajarkan bagaimana mempertahankan produksi ASI,

yaitu dengan memompa ASI peras / perahnya selama ibu bekerja dan

malam hari lebih sering menyusui. Ternyata ibu yang bekerja, lebih

cepat memberikan susu botol. Alasan yang dipakai ialah supaya

membiasakan bayi menyusu dari botol bila nanti ditinggal bekerja.

Masalah ibu yang bekerja memang terdapat hampir di seluruh dunia,

kecuali di negara-negara Skandinavia dimana ibu mendapat cuti selama

masih menyusui bayinya (Suharyono dkk,1992).


13

Dalam pemberian ASI terutama ASI eksklusif, masalah yang

prinsipil adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan informasi yang

mendukung sehingga menambah pengetahuan ibu serta keyakinan ibu

bahwa mereka dapat menyusui bayinya secara eksklusif, tugas ini akan

berdampak positif bila petugas kesehatan berpengetahuan yang cukup

tentang memberikan informasi yang diperlukan oleh ibu menyusui

(Harianja, 2002).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sikap

itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan

pelaksanaan motif tertentu.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

1)    Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2)    Merespon. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3)   Menghargai. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

4)   Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

tinggi.
14

c. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Adapun pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif adalah :

1)  Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2)  Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi-materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

terhadap objek yang dipelajari.

3)   Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

sebagai penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dalam

konteks situasi yang lain.

4)   Analisis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
15

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, menggambarkan bagan, membedakan, memisahkan dan

mengelompokkan.

5)   Sintesis. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasiformulasi yang ada,

misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6)   Evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2  Karakteristik Balita

Karakteristik Balita Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita

dibagi menjadi dua yaitu:

a. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima

makanan yang disediakan orang tuanya. Laju 7 pertumbuhan usia balita

lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan

yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan

yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila


16

dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola

makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai

memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas

lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang

disediakan orang tuanya.

2.3 Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi 

juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi

merupakan  pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta

biokimia dan riwayat diit. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index

(BMI) Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah

Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index

(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa, khususnya yang  berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan

berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap

penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko


17

terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan

normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang

lebih panjang. Pedoman ini  bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-

cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT

dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain

yang sehat. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan

timbangan  berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya

untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada

bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

IMT =  BB
(TB)2

Tabel 2.3 Kategori Status Gizi

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat bdan tingkat berat <17,0

Kekurangan berat bdan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat bdan tingkat berat 25,1 – 27,0

Kelebihan berat bdan tingkat ringan >27,0

Sumber : Pedoman Gizi Seimbang 2014

2.4. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data

yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk


18

menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi

kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status

gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

1.  Penilaian Langsung

a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi

yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan

umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri

mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2012).

Metode antropometri sangat berguna untuk melihat

ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak

dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik

(Gibson, 2005).

Ukuran-ukuran antropometri bisa berdiri sendiri untuk

menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan

membandingkan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB, TB/U dan

IMT/U (Sandjaja, 2010). Pemakaian antropometri yang digunakan

untuk penilaian status gizi disajikan dalam bentuk indeks yang

dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut yaitu :

1)  Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan

akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil

penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,


19

menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur

yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah  adanya

kecenderunagn untuk memilih angka yang  mudah seperti 1

tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak

perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun

adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur 

adalah  dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak

diperhitungkan ( Depkes, 2004).

2)  Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak,

air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis

kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan. Berat badan merupakan

salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa

tubuh (otot dan lemak) (Supariasa,  2012).

Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:

a)      Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.

b)      Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

c)      Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg

d)     Skala mudah dibaca.

e)      Cukup aman untuk menimbang anak balita.


20

Alat yang memenuhi persyaratan dan dianjurkan untuk menimbang anak balita

adalah dacin (Supariasa, 2012).

3)  Tinggi badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan

skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan

dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak

seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup

lama. Pengukuran tinggi badan untuk balita yang sudah dapat

berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi “mikrotoa”

(Microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm

(Supariasa,  2012).

Tabel 2.4 Indikator Status Gizi Anak Umur 0-60 Bulan Menurut
Standar WHO 2005

Batas
Pe
ng
el
N Indeks yang Sebutan Status
o
m
po
ka
n
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d  <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 PB/ atau TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d  <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
21

> +2 SD Tinggi
BB/TB atau
3 < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d  <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
4 IMT/ U < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d  <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

Sumber : Standar WHO 2005 SK Menkes RI No. 1995/ Menkes/ SK/ XII/

2010

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan

kesepakatan Cipanas 2000  oleh para pakar Gizi dikategorikan

seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan

berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat

pada tabel Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga

Indeks.  

Tabel 2.5  Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U,

BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks Antropometri
No. Keterangan
BB/U TB/U BB/TB
1 Baik Pendek Gemuk Kronis-Gemuk
2 Lebih Pendek Gemuk Kronis-Gemuk
3 Baik Normal Gemuk Gemuk
4 Lebih Normal Gemuk Tidak kronis – gemuk
5 Lebih Normal++ Normal gizi baik, tidak
22

akut/kronis
6 Lebih Normal Gemuk Gemuk
7 Lebih Normal Normal Baik
8. Baik Pendek Normal Kronis
9 Baik Normal Normal gizi baik, tidak
akut/kronis
10 Baik Normal Normal Baik
11 Kurang Pendek Normal Kronis - tidak akut
12 Kurang Normal Normal Baik
13 Baik Normal Kurus Akut
14 Baik Normal++ Kurus Tidak kronis – akut
15 Kurang Pendek Kurus Kronis-Akut
16 Kurang Normal Kurus Tidak kronis – akut
17 Kurang Normal Kurus Akut
Sumber: Depkes RI, 2004

Keterangan untuk ketiga indeks (BB/U,TB/U, BB/TB):

1.      Rendah   : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-

NCHS 

2.      Normal   : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-

NCHS

3.      Tinggi    :  > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-

NCHS

(Sumber : Depkes RI , 2004).


23

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan

kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis

dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit,

rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Survei

ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis

umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Pemeriksaan

fisik yang digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

yaitu seperti tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit

(Susilowati, 2008).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urin,

tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Pemeriksaan ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Susilowati,

2008).

d.  Biofisik
24

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat

perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan

tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2012). Penggunaan

metode biofisik dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti

kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara

yang digunakan adalah tes adaptasi (Nurdin, 2012).

2. Penilaian Tidak Langsung

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data

kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui

jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif

dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga

dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati,

2004).

Penggunaan metode dengan pengumpulan data konsumsi

makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat

gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.Ada dua metode

untuk mengukur konsumsi makanan tingkat individu, yaitu metode

kuantitatif dan metode kualitatif.


25

b. Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status

gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan

dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka

penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan

angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi

(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi

karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya.

Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui

penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang

nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi

(Supariasa, 2012).

2.5   Metode Recall 24 Jam

24 hour Food Recall (recall 24 jam) merupakan metode yang paling

sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan meminta responden untuk

mengingat seluruh makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya.

Hal penting yang perlu diketahui bahwa dengan recall 24 jam data yang

diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk


26

mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu

ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga

(URT) seperti sendok, gelas, piring dan lain-lain atau ukuran lainnya yang

biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa,  2012).

Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).

Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram)

pewawancara menggunakan alat bantu seperti contoh URT atau dengan

menggunakan model dari makanan (food model). Setelah itu menganalisis

bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi

Bahan Makanan (DKBM).Selanjutnya membandingkan dengan Daftar

Kecukupan Gizi yang di Anjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi

(AKG) untuk Indonesia.

1. Tujuan metode recall 24 jam adalahsebagai berikut:

Untuk mendapatkan informasi tentang makanan yang sebenarnya

dimakan 24  jam lalu. Makanan dapat berupa makanan utama dan

makanan selingan serta minuman yang nyata dimakan 24 jam yang lalu.

a.  Untuk mengetahui rata-rata asupan dari masyarakat dengan catatan

sampel harus betul-betul mewakili suatu populasi.

b.  Untuk menegetahui tingkat konsumsi energi dan zat-zat gizi tertentu.

Zat gizi yang umum diketahui yaitu yang dapat menggambarkan

kualitas dan kuantitas makanan seperti Energi (Karbohidrat) dan

protein. Disamping itu pula dapat ditentukan konsumsi lemak,

vitamin, dan mineral.


27

2.   Langkah - langkah pelaksanaan recall 24 jam antara lain :

a. Responden mengingat semua makanan dan minuman yang dimakan 24

jam yang lalu.

b.  Responden menguraikan secara mendetail masing - masing bahan

makanan yang dikonsumsi seperti bahan makanan atau makanan jadi.

Mulai dari makan pagi, makan siang, makan malam, dan berakhir

sampai akhir hari tersebut.

c.  Responden memperkirakan ukuran porsi yang dimakan, sesuai dengan

ukuran rumah tangga yang biasa digunakan, antara lain dengan

menggunakan food model makanan, atau foto - foto, bahan makanan

asli dan alat - alat makan.

d.  Pewawancara dan responden mengecek/mengulangi kembali apa yang

dimakan dengan cara mengingat kembali.

e.   Pewawancara mengubah ukuran porsi menjadi setara seukuran gram.

3.  Kelebihan Metode Recall 24 jam

a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden 

b. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan

tempat yang luas untuk wawancara.

c.  Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar - benar dikonsumsi

individu sehigg dapat dihitung asupan energy dan zat gizi sehari.

4. Kelemahan Metode Recall 24 jam


28

a.   Tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari, bila hanya

dilakukan recall satu hari. 

b.   Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat reponden. Oleh

karena itu,responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga

metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun,

orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau

orang yang pelupa.

c.   The flat slope syndrom, yaitu kecenderungan bagi responden yang

kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate)

dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit.

d.   Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan

penelitian.

e.   Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall

jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada

saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.

5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari metode recall 24 jam dapat digunakan dalam

skala nasional, rumah tangga, dan individu. Di tempat pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, metode ini paling uumum digunakan

untuk mengetahui asupan makanan/zat gizi pasien. Bagian juga skala

nasional. Riset dalam skala nasional seperti riset kesehatan dasar untuk

mengetahui asupan zat gizi selalu menggunakan metode recall 24 jam.

6.   Alat dan Bahan


29

Untuk mendapatkan data yang akurat, diperlukan alat dan bahan

dalam survei konsumsi dengan metode recall 24 jam, antara lain:

a.  Timbangan makanan, dengan ketelitian/skala 1 gram. 

b.  Model makanan (food makanan)

c.  Ukuran rumah tangga (URT)

d.  Bahan makanan asli

e.   Foto bahan makanan

f.   Daftar komposisi bahan makanan (DKBM)

g.   Angka kecukupan gizi (AKG) untuk orang Indonesia

h.   Daftar bahan makanan penukar (DBMP)

i.   Daftar kandungan zat gizi makanan jajanan (DKG)

j.   Daftar konversi berat mentah masak (DKMM)

k.  Daftar konversi penyerapan minyak (DKPM)

l.   Daftar taksiran komposisi air susu ibu (ASI). real food)

 2.5  Tingkat Kecukupan Konsumsi Zat Gizi

1. Kebutuhan Gizi

Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot 

berkontraksi. Olahraga aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan

asupan energi.namun, penetapan kebutuhan energi secara tepat tidak

sederhana dan sangat sulit.perkembangan ilmu pengetahuan sekarang

hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang

dikeluarkan.Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang


30

digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan

memperhatikan beberapa komponen  penggunaan energi. Komponen-

komponen tersebut yaitu: (1) basal metabolic rate (BMR), (2) spesific

dynamic action (SDA), (3) aktifitas fisik dan faktor  pertumbuhan.

Setiap orang perluh jumlah makanan (zat gizi) yang berbeda-bada

tergantung usia, berat badan, jenis kelamin, oktivitas fisik, kondisi

lingkungan, dan keadaan tertentu. Kebutuhan makanan tiap-tiap orang

dapat dilihat pada table AKG atau RDA. Proporsi makanan sehat

berimbang terdiri atas 60-70% karbohodrat 20-25% lemak dan protein 10-

15%.

a.  Kebutuhan Karbohidrat

1)    Orang dewasa dengan aktivitas sedang memerlukan karbohidrat

rata-rata 8-12 gram/kgBB/hari, sedangkan kebutuhan minimal 10-

100 gram/hari, untuk mencegah ketosis.

2)    Pekerja berat termasuk olahragawan memerlukan karbohidrat 9-10

gram/kgBB/hari atau 70% dari kebutuhan energi.

3)   Sebaikknya mengkonsumsi karbohidrat kompleks, sebab selain

mengandung energy tinggi, juga mengandung zat gizi lain. Missal :

100 gram besar giling kandungan karbohidrat 78,9 gram, protein

6,8 gram, lemak 0,7 gram dll. 

b.  Kebutuhan Lemak
31

1)    Untuk memeihara keseimbangan fungsinya, tubuh perluh lemak

0,5-1 gram/kgBB/hari

2)    Peningkatan metabolisme lemak selama aktivitas olahraga yang

lama mempunyai efek melindungi pemakaian glikogen (Glikogen

Sparing Efek) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik

3)    Walaupun demikian konsumsi energy dari lemak dianjurkan tidak

melebihi 30% total energy/hari.

c.  Kebutuhan Vitamin & Mineral

1)   Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari

rata-rata  perluh 2500 ml air jumlah tersebut setara dengan cairan

yang dikeluarkan oleh tubuh baik berupa keringat uap air, maupun

cairan yang dikeluarkan oleh tinja

2)   Dalam keadaan sehari-hari tubuh akan selalu mempertahankan

keseimbangan cairan normal (euhydration) sehingga bilah keadaan

cairan  berlebih (hyperhidration) maka akan terjadi proses

pengurangan cairan (dehydration).

2. Asupan Zat Gizi

Asupan gizi yang baik sangat penting bagi pekerja. Asupan zat

gizi merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan

sehari-hari untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik

sehari-hari (Suharjo, 1999). Kekurangan zat gizi pada makanan yang

dikonsumsi tenaga kerja akan membawa akibat buruk pada tubuh pekerja
32

seperti: pertahanan tubuh terhadap  penyakit menurun, kemampuan fisik

kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang

bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan lain-lain (Wisnoe,

2005). Asupan zat gizi pekerja diperoleh dari makanan yang dikonsumsi

pekerja setiap hari. Makanan yang dikonsumsi  pekerja akan mengalami

proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Makanan tersebut akan

diuraikan menjadi zat gizi lalu diserap melalui dinding usus dan masuk

ke dalam cairan tubuh.

Fungsi umum dari zat gizi antara lain (Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, 2007) :

1)   Sebagai sumber penghasil energi atau tenaga.

2)   Menyumbang pertumbuhan badan.

3)   Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak.

4)   Mengatur metabolisme, keseimbangan air, mineral dan asam - basa

di dalam cairan tubuh.

5)   Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit

sebagai antibodi dan antitoksin.

3. Tingkat Kecukupan

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan

jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi

hampir semua  penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan

kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Konsep kecukupan


33

energi kelompok  penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan

pada kecukupan protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata

kebutuhan ditambah dengan 2 kali simpangan baku(2 SD). Kegunaan

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan adalah sebagai berikut.

1)   Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi,

makanan bagi penduduk/golongan masyarakat tertentu yang

didapatkan dari hasil survei gizi/makanan

2)    Untuk merencanakan pemberian makanan tambahan balita maupun

untuk  perencanaan institusi

3)   Untuk merencanakan penyediaan pangan tingkat regional maupun

nasional;

4)   Untuk patokan label gizi makanan yang dikemas apabila

perbandingan dengan angka kecukupan gizi diperlukan

5)  Untuk bahan pendidikan gizi.

4.   Faktor yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi

Di samping kegunaan kecukupan gizi tersebut yang mempunyai

beberapa keterbatasan. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu sebagai  berikut.

a)   Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

b)   Ukuran dan komposisi tubuh.

c)   Jenis kelamin.

d)  Keadaan kesehatan tubuh.


34

e)   Keadaan fisiologis tubuh.

f)   Kegiatan fisik.

g)  Lingkungan.

h)  Mutu makanan.

i)   Gaya hidup.

Angka kecukupan gizi yang sudah ditetapkan untuk orang

Indonesia meliputi energi, protein, vitamin A, vitamin D, vitamin E,

vitamin K, vitamin C, tiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, vitamin

B12, asam folat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, iodium,

mangan, selenium, dan fluor. Angka kecukupan energi tingkat nasional

yang pada taraf konsumsi 2000 kkal dan taraf persediaan 2200 kkal.

Sedangkan angka kecukupan protein tingkat nasional pada taraf

konsumsi 52 gram dan taraf persediaan 57 gram. Kecukupan gizi untuk

pelabelan produk makanan yang dikemas disebut dengan acuan label

gizi (ALG).

2.6  Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Faktor Langsung

a.   Konsumsi Makanan 

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau

status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi

yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan


35

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

b.   Infeksi

Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi.

Adanya infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi

konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi

kedalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan

mengakibatkan kehilangan zat gizi (Moehji, 2003).

2. Faktor tidak langsung

a.   Tingkat Pendapatan

Pendapatan keluarga  merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang  akan

dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Kemiskinan

sebagai penyebab  gizi kurang menduduki posisi pertama pada

kondisi yang  umum. Hal ini harus mendapat perhatian  serius

karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh

besar terhadap konsumen pangan. Golongan miskin menggunakan

bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang sekitar dua

pertiganya (Suhardjo, 2005).

b.   Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi ibu merupakan  proses untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat

untuk mewujudkan  kehidupan yang  sehat jasmani dan rohani.


36

Pengetahuan ibu  yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat

hubungannya  dengan pendidikan  ibu. Semakin tinggi pendidikan

akan semakin tinggi pula pengetahuan  akan kesehatan  dan gizi

keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat

gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga ( Soekirman, 2000).

c.   Sanitasi Lingkungan

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai

jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan infeksi saluran

pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan,

penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan

terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan

mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu

(Supariasa, 2012).

D.

Anda mungkin juga menyukai