Anda di halaman 1dari 96

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada Program Studi D-III Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang difokuskan untuk menghasilkan lulusan
yang siap pakai, sehingga beroperasi pada bidang terapan sebagaimana
diamanatkan pada undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Dengan demikian, pada kurikulum pendidikan Politeknik
terdapat muatan - muatan yang bertujuan untuk mendekatkan kompetensi
peserta didik dengan tuntutan dunia kerja yang kelak akan dihadapi setelah
menyelesaikan pendidikannya. Pengalaman kerja di Puskesmas, merupakan
suatu hal yang penting dan harus dirasakan oleh setiap peserta didik.

Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 162


menjelaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Pasal 163 ayat1 menegaskan bahwa pemerintahan-pemerintahan
daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan
tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.

Penyakit Lingkungan masih merupakan masalah kesehatan yang


terbesar di masyarakat, tercermin dari tingginya angka kesakitan penyakit
berbasis lingkungan dalam kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan.
Tingginya angka kesakitan tersebut disebabkan oleh masih buruknya kondisi
sanitasi dasar, PHBS, dan 5 Pilar STBM.
Proses terwujudnya pencapaian sebuah kesehatan nasional pastinya
turut didukung dari berbagai elemen yang melengkapi berjalannya proses
tersebut salah satunya Klinik Sanitasi yang berada di Puskesmas yang
merupakan suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit berbasis lingkungan tersebut

1
melalui upaya perbaikan lingkungan/ sanitasi dasar dan perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan program kesehatan lingkungan di
Puskesmas Palapa
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui Gambaran Umum Puskesmas Rawat
Palapa.
b. Agar mahasiswa mengetahui program Kesehatan Lingkungan
Mengetahui di Puskesmas Palapa
c. Agar mahasiswa mengetahui program Klinik Sanitasi di Puskesmas
Palapa.
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Bagi puskesmas sebagai bahan masukan untuk melakukan peningkatan
kualitas program sanitasi dipuskesmas.
b. Bagi puskesmas praktik klinik sanitasi dapat diupayakan dalam
penambahan program dalam mengatasi masalah di masyarakat
terutama adalah masalah penyakit yang berbasis lingkungan dan lainya
serta sebagai salah satu layanan masyarakat di puskesmas yang
mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif dan preventif yang
berperan sebagai pusat informasi, pusat rujukan dan fasilitator
dibidang kesehatan lingkungan dan penyakit yang berbasis lingkungan
demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan sanitasi puskesmas.
b. Bagi mahasiswa yang melaksanakan Klinik Sanitasi dapat digunakan
untuk menambah pengalaman secara langsung di lapangan

2
(dimasyarakat) dan ilmu yang didapat. Selain itu, mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung tentang penyakit yang berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lainya di puskesmas sehingga
mahasiswa di tuntut untuk dapat bekerjasama dengan dokter,
paramedis dalam menangani penyakit tersebut, mampu menganalisis
faktor risiko, mampu menjadi konsultan di puskesmas, mampu
memperdayakan masyarakat dalam menghadapi masalah kesehatan
masyarakat serta permasalahan-permasalahan kesehatan lainya.
3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat terutama adalah pasien atau klien Klinik Sanitasi dapat
digunakan sebagai pelayanan untuk memperoleh informasi tentang
masalah kesehatan dan penyakit yang berbasis lingkungan dan membantu
mengatasi masalah tentang masalah kesehatan lingkunga dengan
memberikan beberapa alternatif dan masukan guna memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi terutama adalah masalah penyakit yang berbasis
lingkungan dengan harapan dapat menurunkan angka kejadian penyakit
berbasis lingkungan.

D. Lokasi
Berlokasi di Puskesmas Rawat Jalan Palapa yang beralamatkan di Jl. Cut
Nyakk Dien, Gg. Hidayat, No. 11, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung.

E. Tanggal Pelaksanaan
Hari : Senin s.d Sabtu
Tanggal : 01 – 13 Januari 2021
Pukul : Senin s.d Kamis 08.00 s.d 14.00 WIB
Jumat 08.00 s.d 12.00 WIB
Sabtu 08.00 s.d 13.00 WIB

3
F. Peserta Praktik

Pelaksanaan kunjungan praktik klinik sanitasi Puskesmas Palapa yang


beralamatkan di Jl. Cut Nyakk Dien, Gg. Hidayat, No. 11, Tanjung Karang
Pusat, Bandar Lampung. Diikuti oleh peserta dari kelompok 10 Semester VI
yang berjumlah 5 orang yaitu:
Kelompok
No. Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa
(NIM)
1 Ardi Istianto 1813451004
2 Sabella Andhini Putri 1813451008
3 Dewi Fortuna Anggraini 1813451011
4 Devi Gresina Hutabarat 1813451012
5 Lia Yuliani 1813451046

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana


pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas Kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes,2011).

Departemen Kesehatan RI (2007) mengemukakan bahwa Pusat


Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan bagian dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai unit pelaksana teknis yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerjanya. Puskesmas dan jaringannya berperan sebagai institusi
penyelenggara pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat
langsung dengan masyarakat.

Tanggung jawab Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan


kesehatan di wilayah kerjanya diantaranya adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif


dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok serta puskesmas meningkatkan peran masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Pelayanan kesehatan komprehensif yang
diberikan puskesmas meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), pelayanan
preventif (pencegahan), pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Wilayah kerja puskesmas meliputi satu
kecamatan atau sebagaian dari kecamatan karena tergantung dari faktor

5
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan keadaan
infrastruktur di wilayah tersebut (Efendi, 2009).

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, utnuk mencapai derajat
kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan pelayanan tingkat pertama yang memiliki peranan
penting dalam sistem kesehatan nasional khususnya subsistem upaya
kesehatan.

B. Fungsi Puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan


turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah
kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain
adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang
mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat.

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan


promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian
besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas.
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan ( Depkes RI, 2007).
Fungsi puskesmas menurut Permenkes No 75 Tahun 2014

6
a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakatyang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan; dan
i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat,termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan
respon penanggulangan penyakit.

C. Program Kesehatan Lingkungan

Program pokok puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan


yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6
program pokok pelayanan kesehatan diantaranya program pengobatan,
promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan penyakit menular
dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat.

Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok


puskesmas yang berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang
mampu menompang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat

7
dan bahagia. Ada 2 upaya dasar yang dilakukan di bidang kesehatan
lingkungan yaitu:

1. Penyehatan tempat pengolahan makanan (TPM)


Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan
teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiapsiagaan, dan penanggulangan KLB, keracunan,
kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
2. Konsultasi kesling klinik sanitasi
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat atau pasien yang
menderita penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti: diare,
kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dll.

D. Pengertian Klinik Sanitasi

Klinik adalah balai pengobatan khusus seperti keluarga berencana atau


juga merupakan organisasi kesehatan yang bergerak dalam penyediaan
pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis dan pengobatan), biasanya terhadap
satu macam gangguan kesehatan.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih


dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah
tangga yang meliputi sarana buang air besar, saran pengolahan sampah dan
limbah rumah tangga.

Klinik Sanitasi merupakan wahana untuk mengatasi masalah kesehatan


masyarakat melalui upaya terintegrasi kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas
puskesmas Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri,
tetapi sebagai bagian dari kegiatan puskesmas. Bekerjasama dengan program
yang lain dari sektor terkait diwilayah kerja puskesmas.

8
Klinik Sanitasi lingkungan merupakan suatu upaya/kegiatan yang
mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif
yang difokuskan pada penduduk yang menderita penyakit berbasis lingkungan
dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh
petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara aktif
dan pasif di dalam dan di luar puskesmas (Depkes, 2002).

Jika pasien datang ke puskesmas yang menderita penyakit berbasis


lingkungan dengan latar belakang buruknya kebersihan diri, keluarga dan
lingkungan maka pasien tersebut, akan dirujuk ke klinik sanitasi setelah
diobati. Disana, petugas klinik sanitasi akan memberikan konseling mengenai
penyakit berbasis lingkungan dan sanitasi lingkungan.

Dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi masyarakat difasilitasi oleh


petugas puskesmas, klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan
fungsi puskesmas dalam melaksanakan pelayanan, pencegahan dan penularan
penyakit berbasis lingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan
kesehatan lingkungan guna meningkatkan derajat kesehatan.

Jika dirasa perlu, petugas akan melakukan kunjungan kerumah pasien


tersebut untuk menelaah penyebab utama penyakit dan masalah sanitasi
pasien tersebut dan memberi solusi untuk menyelsaikannya. Selain pasien
penyakit berbasis lingkungan, masyarakat umum juga dapat berkonsultasi
diklinik sanitasi , dimana meraka tereka tersebut dengan klien .

Dalam kurung waktu sebulan , petugas sanitasi akan mengemukakan


masalah-masalah kesehatan lingkungan yang ada , dan akan berdiskusi dengan
petugas lainnya dipuskesmas mengenai solusi myelesaikannya dan evaluasi
proram tersebut. Dengan kegiatan konseling kunjngan kerumah pasien dan
klien dan loka karya mini yang dilakukan , klinik sanitasi diharapkan mampu
menurunkan penyakit berbasis lingkungan dan mengatasi masalah kesehatan
lingkungan yang ada (Depkes RI 2004).

9
Secara umum tujuan klinik sanitasi yaitu meningkatkanderajat kesehatan
masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif yangdilakukan secara terpadu,
terarah dan terus menerus.
1. Pasien
Penderita yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang
dirujuk oleh petugas medis keruang sanitasi.
2. Klien
Merupakan masyarakat umum bukan penderita penyakit yang dapat ke
puskesmas untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan.
3. Ruang Klinik Sanitasi
Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan oleh
sanitarian/tenaga kesling/tenaga pelaksana kegiatan sanitasi untuk
melakukan fungsi penyuluhan, konsultasi, konseling, pelatihan
perbaikan sarana sanitasi dan sebagainya.
4. Konseling
Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan
untuk mengenali masalah lebih rinci kemudian diupayakan
pemecahanya yang dilakukan oleh tenaga sanitarian/tenaga pelaksana
klinik sanitasi, sehubungan dengan konsultasi penderita atau klien
datang kepuskesmas.

Pada waktu konseling membantu klien/pasien, maka terjadinya


langkah-langkah komunikasi secara timbal balik yang saling berkaitan
(komunikasi inter personal) untuk membantu klien/ pasien dalam
membuat keputusan jadi konseling bukan semata-mata dialog,
melainkan juga proses sadar yang memberdayakan orang agar mampu
mengendalikan hidupnya dan bertanggung jawab atas tindakan-
tindakannya. Oleh karena itu seorang petugas konseling harus dapat
menciptakan hubungan dengan pasien/klien, dengan menunjukan

10
perhatian dan penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non-verbal
yang akan memperngaruhi keberhasilan pertemuan tersebut. Tujuan
diadakanya konseling di klinik sanitasi adalah:

a. Menyediakan dukungan teknis bagi mereka yang mempunyai


masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.
b. Mencegah penularan penyakit berbasis lingkungan, misalnya
Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Tb paru, Ispa, Diare,
Pengakit Kulit dll.
c. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
klien/pasien untuk menggali potensi dan sumber daya serta
pelayanan kesehatan yang dapat membantu klien memecahkan
masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan
yang mereka hadapi.
d. Peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.
5. Kunjungan Rumah
Kunjungan Rumah adalah kegiatan sanitarian/tenaga kesling atau tenaga
pelaksana klinik sanitasi untuk melakukan kunjungan ke rumah untuk
melihat keadaan lingkungan rumah sebagai tindak lanjut dari kunjungan
penderita/klien keruang klinik sanitasi (Depkes RI, 2002).

E. Program Klinik Sanitasi


1. Kegiatan Dalam Gedung
Kegiatan Dalam Gedung difokuskan pada identifikasi penyakit yang
diderita pasien, kegiatan konseling yaitu tenaga kesling/sanitarian
mewawancarai dan menderikan penyuluhan kepada pasien serta janji
kunjungan rumah. Kegiatan di dalam gedung dilakukan adalah membahas
segala permasalahan, cara memecahkan masalah, hasil
monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dan dalam mini

11
lokakarya puskesmas yang melibatkan seluruh penanggungjawab
kegiatan dan di laksanakan sebulan sekali.
2. Kegiatan Luar Gedung
Kegiatan luar gedung merupakan tindak lanjut dari kegiatan konseling
berupa kunjungan rumah. Pada kunjungan rumah ini dilakukan inspeksi
sanitasi terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal pasien serta
penyuluhan yang lebih terarah, baik kepada pasien, keluarga pasien
maupun tetangga sekitar.
Kunjungan ini merupakan kegiatan rutin yang tertajam sasarannya, karena
saat kunjungan petugas telah mempunyai data tentang sarana sanitasi
lingkungan yang bermasalah yang perlu di periksa dan faktor-faktor
perilaku yang berperan besar dalam terjadinya penyakit. Apabila dalam
kunjungan tersebut perlu dilakukan suatu perbaikan atau pembangunan
sarana sanitasi dasar dengan biaya besar, maka petugas dapat
mengusulkan kepada instansi terkait (Depkes RI, 2002).

F. Penyakit Berbasis Lingkungan


1. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang


mengakibatkan terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun
fisiologi yang diakibatkan karena interaksi antar manusia maupun
interaksi dengan hal-hal yang berada di lingkungan sekitar yang
berpotensi menimbulkan penyakit.

Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan


pada Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit
menular yang berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB
paru, malaria, diare, infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis,
Cacingan, penyakit Kulit, Keracunan dan keluhan akibat Lingkungan
Kerja yang buruk.

12
Pada tahun 2006, sekitar 55 kasus yang terkontaminasi dan 45
meninggal (CFR 81,8%, Sedangkan tahun 2007- 12 Februari dinyatakan
9 kasus yang terkonfirmasi dan diantaranya 6 meninggal (CFR 66,7 %).
Adapun hal-hal yang masih dijadikan tantangan yang perlu ditangani
lebih baik oleh pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans,
penanganan pasien/penderita, penyediaan obat, sarana dan prasarana
rumah sakit.

2. Macam-Macam Penyakit Berbasis Lingkungan


a. Diare
1) Pengertian

Menurut WHO pengertian diare adalah buang air besar


dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih
dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada
yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari
tiga kali tapi tidak cair maka tidak bisa disebut diare. Begitu juga
apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga
kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian diare di
definisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung
dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz,2009).

Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi


makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat).
Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC
(Enterohaemorragic E.coli), ternak merupakan reservoir
terpenting.

13
Akan tetapi secara umum manusia dapat juga menjadi
sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga
dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat
lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme
patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap bersih harus
diutamakan . cara penularan melalui:

a) Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli yang


dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja, karean baung air
besar (BAB) tidak di jamban.
b) Air minum yang mengandung E.coli yang tidak direbus
sampai mendidih.
c) Air sungai yang tercemar bakteri E.Coli karena orang diare
buang air besar disungai.
d) Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli (sesudah
BAB tidak mencuci tangan dengan sabun).
e) Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.coli
kemudian di makan oleh manusia.

2) Cara pencegahan penyakit diare


Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor
penyebabnya adalah sebagai berikut:
a) Penyediaaan air tidak memenuhi syarat:
 Gunakan air dari sumber terlindung.
 Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran.
b) Pembuangan kotoran tidak saniter yaitu buang air bersih di
jamban dan buang tinja bayi di jamban. Apabila belum
punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun
berkelompok dengan tetangga.
c) Perilaku tidak hygiene, maka dari itu perlunya:

14
 Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
 Cuci tangan denagn sabun setelah buang air besar.
 Minum air putih yang sudah dimasak.
 Menutup makanan dengan tudung saji.
 Cuci alat makan dengan iar bersih.
 Jangan makan jajanan yang kurang bersih.
 Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi
dengan air panas/mendidih.
d) Intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain
melalui:
 Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan
vektor secara langsung.
 Perbaikan sanitasi dapat dihadapkan mampu
mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang bisa
diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan
kandung hewan, buang air besar di jamban yang sehat,
pengelolaan sampah yang baik dans ebagainya
(Ike,2014).

b. ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA


adalah infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang.
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang hidung,
trakea (pipa pernafasan), atau bahkan paru-paru.

ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika


tidak segera ditangani, infeksi ini dapat menyebar ke seluruh sistem
pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak mendapatkan cukup
oksigen. Kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai berujung

15
pada kematian. ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali
menular. Orang-orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan
tubuh dan orang-orang lanjut usia akan lebih mudah terserang
penyakit ini. Seseorang bisa tertular ISPA ketika dia menghirup
udara yang mengandung virus atau bakteri.

Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh penderita infeksi saluran


pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.Selain itu, cairan yang
mengandung virus atau bakteri yang menempel pada permukaan
benda bisa menular ke orang lain saat mereka menyentuhnya. Ini
disebut sebagai penularan secara tidak langsung. Untuk menghindari
penyebaran virus maupun bakteri, sebaiknya mencuci tangan secara
teratur, terutama setelah Anda melakukan aktivitas di tempat umum.

Di Indonesia, ISPA menduduki peringkat pertama sebagai


penyakit yang paling banyak diderita masyarakat, khususnya anak-
anak. Tercatat, rata-rata balita di Indonesia mengalami sakit batuk
pilek setidaknya tiga hingga enam kali per tahunnya. Dari data WHO
didapatkan bahwa angka kejadian pneumonia pada balita di
Indonesia cukup tinggi, yakni 10-20% per tahun.Dengan tingginya
angka kejadian ISPA di Indonesia, penting bagi kita untuk
mengetahui gejala, pengobatan, serta langkah pencegahan yang
paling tepat untuk penyakit ini.

1) Gejala yang Muncul Akibat ISPA

ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada


hidung dan paru-paru. Umunya, gejala ini muncul sebagai

16
respons terhadap racun yang dikeluarkan oleh virus atau bakteri
yang menempel di saluran pernapasan. Contoh-contoh gejala
ISPA antara lain:

a) Sering bersin
b) Hidung tersumbat atau berair.
c) Para-paru terasa terhambat.
d) Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
e) Kerap merasa kelelahan dan timbul demam.
f) Tubuh terasa sakit.

Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan


muncul, seperti:

 Pusing
 Kesulitan bernapas.
 Demam tinggi dan menggigil.
 Tingkat oksigen dalam darah rendah.
 Kesadaran menurun dan bahkan pingsan.

Gejala ISPA biasanya berlangsung antara satu hingga dua


minggu, di mana hampir sebagian besar penderita akan
mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama. Untuk
kasus sinusitis akut, gejala biasanya akan berlangsung kurang
dari satu bulan, sedangkan untuk infeksi akut di paru-paru seperti
bronkitis, gejalanya berlangsung kurang dari tiga minggu.

2) Penyebab ISPA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISPA ditularkan
oleh virus dan bakteri. Berikut ini adalah beberapa
mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya ISPA:

17
a) Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis,
dan pneumonia bisa disebabkan oleh virus yang memiliki
lebih dari 50 jenis ini.
b) Rhinovirus. Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak
kecil dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek
biasa bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang serius.
c) Pneumokokus. penyakit meningitis disebabkan oleh virus
jenis ini. Bakteri ini juga bisa memicu gangguan pernapasan
lain, seperti halnya pneumonia.
Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam
melawan infeksi virus maupun bakteri terhadap tubuh manusia.
Risiko seseorang mengalami infeksi akan meningkat ketika
kekebalan tubuh lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-
anak dan orang yang lebih tua, serta siapa pun yang memiliki
penyakit atau kelainan dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. ISPA juga akan lebih mudah menjangkiti orang yang
menderita penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan
paru-parunya. Perokok juga berisiko tinggi terkena infeksi
saluran pernapasan akut dan cenderung lebih sulit untuk pulih
dari kondisi ini.
3) Cara Mendiagnosis ISPA
Diagnosis ISPA umumnya ditegakkan melalui anamnesa
(wawancara seputar riwayat penyakit dan gejala), pemeriksaan
fisik, dan apabila diperlukan, pemeriksaan laboratorium. Pada
pemeriksaan fisik, suara napas Anda akan diperiksa untuk
mengetahui apakah ada penumpukan cairan atau terjadinya
peradangan pada paru-paru. Hidung dan tenggorokan juga akan
diperiksa. Pemeriksaan tambahan yang mungkin dilakukan
adalah prosedur pulse oxymetry. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memeriksa seberapa banyak oksigen yang masuk ke paru-paru,

18
dan biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami kesulitan
bernafas. Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan untuk
melakukan pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di
laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jenis
virus atau bakteri penyebab ISPA. Apabila infeksi dicurigai telah
masuk sampai ke dalam paru-paru, maka pemeriksaan dengan X-
Ray atau CT scan mungkin akan direkomendasikan oleh dokter.
Kedua jenis pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati kondisi
paru-paru Anda.
4) Pengobatan yang Dilakukan pada ISPA
Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus
yang menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan selama ini
biasanya hanya untuk meredakan gejala yang muncul akibat
infeksi virus.Istirahat yang cukup dan mengonsumsi banyak air
mineral bisa membantu meredakan gejala itu. Beberapa jenis
obat yang sering diberikan dokter untuk meredakan gejala-gejala
ISPA diantaranya:

a) Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen,


untuk mengurangi efek demam dan nyeri di tubuh.
b) Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk
mengatasi hidung yang berair dan tersumbat.
c) Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk. Madu
juga bisa digunakan untuk mengatasi masalah ini.
d) Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin
diresepkan pada kondisi tertentu untuk mengurangi
peradangan dan pembekakan yang terjadi di saluran
pernapasan bagian atas.

Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri,


serangkaian tes akan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri.

19
Setelah itu, dokter bisa menentukan antibiotik yang paling tepat
untuk membasmi bakteri penyebab infeksi. Agar tidak
menimbulkan efek samping yang berbahaya, antibiotik harus
sesuai dengan resep dokter. Jika dibiarkan tanpa penanganan,
komplikasi yang terjadi akibat ISPA sangat serius dan bisa
berakibat fatal. Komplikasi yang sering kali terjadi bersamaan
dengan ISPA adalah gagal napas dan gagal jantung kongestif.

5) Pencegahan ISPA
Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA.
Berikut ini adalah beberapa pola hidup higienis yang bisa
dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA.
a) Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas
di tempat umum.
b) Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung,
dan mata dengan tangan agar Anda terlindung dari
penyebaran virus dan bakteri.
c) Hindari merokok.
d) Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
e) Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau
tangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit kepada orang lain.
f) Berolahraga secara teratur juga bisa membantu
meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko
penularan infeksi. Semakin sering berolahraga,
semakin kecil pula risiko tertular ISPA.

c. Tuberculosis (TBC)

20
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia.
Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara.
TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke
tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ
lainnya. Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali
merupakan infeksi TBC laten, di mana terdapat bakteri TBC yang
“tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan aktif dan
mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa
minggu bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan
daya tahan pasien. Jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang
melemah (misalnya pada penderita HIV, kanker, atau pasien yang
menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.

1) Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai


berikut:
a) Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin maka
kuman-kuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke
udara terhirup oleh orang lain.
b) Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berad di dekat
penderita.
2) Cara pencegahan berdasarkan faktor penyebab penyakit:
a) Tingkat hunian rumah padat:
Satu kamar tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas
kamar lebih atau sama dengan 8 m2 /jiwa.
b) Lantai kamar disemen.
c) Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat.
d) Memperbaiki lubang penghawaan/ ventilasi.
e) Selalu membuka pintu /jendela terutama pagi hari.
f) Menambah ventilasi buatan.

21
g) Perilaku:
 Menutup mulut bila batuk
 Membuang ludang pada tempatnya
 Jemur peralatan dapur
 Jaga kebersihan diri
 Istirahat yang cukup
 Makan-makan bergizi
 Tidur terpisah dari penderita (Prabu, 2008).

d. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

1) Tempat berkembang biak:


a) Di dalam rumah/diluar rumah untuk keperluan sehari-hari
seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air
bersih, bak mandi/WC dll.
b) Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semen, kaleng bekas yang
berisi air berish dll.
c) Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,
tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung
air hujan dll.
2) Cara penularan:
a) Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue
merupakan sumber penyakit.
b) Bila di gigit nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung
nyamuk,nerkembang biak, masuk ke dalam kelenjar air liur
nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk , bila

22
nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus
dengue.
c) Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga
dapat menularkan kepada orang lain dan seterusnya.
3) Cara efektif mencegah penyakit Demam Berdarah (berdasarkan
faktor penyebab penyakit) sebagai berikut:
a) Lingkungan rumah kurang baik
 Menutup tempat penampungan air
 Menguras bak mandi 1 minggu sekali
 Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang
penghawaan
 Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang
dan tidak lembab.
b) Lingkungan sekitar rumah tidak terawat:
 Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung
dan vas bunga.
 Menimbun ban, kaleng dan botol/gelas bekas.
 Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air
yang jarang di kuras atau memelihara ikan pemakan
jentik.
c) Perilaku tidak sehat:
Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
(Ike,2014).

e. Kecacingan
Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
masalahkesehatan masyarakat yang berhubungan erat dengan

23
kondisi lingkungan. Penyebaran kecacingan ini melalui kontaminasi
tanah oleh tinja yang mengandung telur cacing. Telur tumbuh dalam
tanah, dengan suhu optimal ± 30° C. lnfeksi cacing terjadi bila telur
yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau
minuman yang tercemar atau melalui tangan yang kotor (Depkes
RI, 2007;WHO, 2011).
1) Cacing kremi
Cacing ini merupakan jenis cacing gelang. Bentuknya sangat
kecil, tidak berbahaya, tetapi sangat umum menginfeksi orang
dewasa, terlebih anak-anak. Cacing kremi tinggal di usus besar
dan rektum. Cara penularan ke manusia adalah ketika manusia
menyentuh telur-telur tersebut lalu tertelan. Saking kecilnya,
telur cacing kremi mudah terbang dan terhirup oleh manusia.
2) Cacing pita
Selama ini banyak orang yang tahu bahwa cacing pita hanya
menular melalui konsumsi daging yang kurang matang. Namun,
cacing pita juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui air
minum yang telah terkena kontaminasi telur atau larva cacing
pita. Cacing pita ini terbilang mengerikan karena bisa tumbuh di
dalam tubuh manusia sampai berukuran 15 cm dan hidup selama
30 tahun.
3) Cacing gelang
Cacing gelang merupakan salah satu penyebab cacingan
pada orang dewasa, yang menular melalui makanan yang sudah
terkena kontaminasi telur cacing, lalu dimakan oleh manusia.
Cacing-cacing ini dapat berkembang biak hingga dalam jumlah
banyak di dalam tubuh manusia.
4) Cacing pipih
Cacing ini hidup di darah, usus, atau jaringan tubuh
manusia. Sebenarnya cacing pipih lebih banyak menginfeksi

24
hewan daripada manusia. Namun, jika Anda sering
mengonsumsi sayuran mentah, terutama selada air, Anda
berisiko terinfeksi cacing ini. Telur cacing pipih juga bisa masuk
ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang terkontaminsi
telur cacing.
5) Cacing tambang
Telur cacing tambang bisa masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pori-pori kulit. Karenanya, jika Anda berjalan tanpa alas
kaki di atas tanah atau media yang menjadi habitat larva cacing
tambang, kesempatan cacing untuk masuk ke dalam tubuh Anda
dengan menembus kulit sangat besar.
6) Cacing trikinosis
Jenis cacing ini terdapat pada daging matang yang sudah
dihinggapi larva cacing. Setelah masuk ke dalam tubuh, larva
berdiam di usus manusia dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah
itu larva akan berkembang biak dan berpindah dari usus ke otot
atau jaringan tubuh yang lain.
Cara ekektif mencegah penyakit kecacingan (berdasarkan
faktor penyebab penyakit):

a) Pembuangan kotoran tidak saniter:


 Buang air bersih hanya dijamban
 Lubang WC/jamban ditutup
 Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri
atau berkelompok dengan tetangga
b) Plesterisasi lantai rumah
c) Pengelolaan makanan tidak saniter:
 Cuci sayuran dan buah-buahan yang akan di makan
dengan air bersih.
 Masak makanan sampai benar-benar matang

25
 Menutup makanan pakai tudung saji
d) Perilaku tidak hygiene maka diperlukan:
 Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
 Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
 Gunakan selalu alas kaki
 Potong pendek kuku
 Tidak gunakan tinja segar untk pupuk tanaman (Prabu,
2008).

f. Penyakit kulit

Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik,


budugen. Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu
yang sangat kecil yang bernama sorkoptes scabies. Tungau ini
berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kukit kita
dan membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur (Prabu,
2008).

1) Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau


melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal dll.
2) Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan daktor
penyebab penyakit) sebagai berikut:
a) Penyediaan air
 Gunakan air dari sumber yang terlindung
 Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari
pencemaran

b) Kesehatan perorangan tidak baik:


 Cuci tangan pakai sabun
 Mandi 2 kali sehari pakai sabun

26
 Potong pendek kuku jari tangan
c) Perilaku tidak hygiene maka diperlukan:
 Peralatan tidur dijemur
 Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
 Sering menggantin pakaian
 Pakaian sering dicuci
 Buang air besra di jamban
 Istirahat yang cukup
 Makan makanan bergizi (Prabu, 2008).

g. Keracunana makanan
1) Cara efektif mencegah keracunan makanan, berdasarkan faktor
penyebab penyakit:
1) Makanan rusak atau kadaluarsa maka:
 Pilih bahan makanan yang baik dan utuh
 Makanan yang sudah rusak/ kadaluarsa tidak dimakan
2) Pengolahan makanan tidak akurat
 Memasak dengan matang dan panas yang cukup
 Makan makanan dalam keadaan panas/hangat
 Panaskan makanan bila akan dimakan
3) Lingkungan tidak bersih/hygiene
 Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah
terpisah
 Simpan makanan pada tempat yang tertutup
 Kandang ternak jauh dari rumah
 Tempat sampah tertutup
4) Perilaku tidak hygienes
 Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan
 Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB

27
 Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau
pakaian tutup mulut (Prabu,2008).

h. Penyakit Malaria
1) Cara efektif mencegah penyakit malaria, berdasarkan faktor
penyebab penyakit sebagai berikut:
a) Lingkungan rumah/ventilasi kurang baik, maka diperlukan:
 Memasang kawat kasa pada ventilasi/ lubang
penghawaan
 Jauhkan kandang ternak dari rumah ayam membuat
kandang kolektif
 Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan
tidak lembab.
b) Lingkungan sekitar rumah tidak terawat, maka diperlukan:
 Sering membersihkan rumput/semak disekitar rumah dan
tepi kolam
 Genangan air dialirkan atau ditimbun
 Memelihara tambak ikan dan memebersihkan rumput
 Menebar ikan pemakan jentik
c) Perilaku tidak sehat
 Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
 Tidur dalam kelambu
 Pada malam hari berada dalam rumah (Prabu, 2008).

28
BAB III

TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

A. Tinjauan Umum Puskesmas Rawat Inap Kemiling


1. Sejarah Puskesmas
UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling berdiri sejak tahun 1958
bertempat di kelurahan sumbr rejo kemiling kecamatan tanjung karang barat
dengan nama balai pengobatan (BP) Kemiling dan belum menetap kaena masih
menumpang di rumah warga. Kemudian pada tahun 1965 telah memiliki
gedung sendiri yang sederhana dan tanahnya merupakan waqaf dari yayasan
budi suci, dengan nama Balai Pengobatan (BP) Kemiling yang menginduk
pada puskesmas gedong air kecamatan Tanjung Karang Barat adapun program
yang dilaksanakan baru balai pengobatan dan kesehatan ibu dan anak (KIA).
*)sumber Ny. Fatimah, tokoh mayarakat Kemiling.

Kemudian pada tahun 1984 statusnya balai pengobatan kemudian


berubah menjadi puskesmas pembantu (pustu) kemiling yng di kepalai oleh
seorang perawat (Ny.Reni Ginting). Pada tahun 1986pemerintah Kota madia
Dati II Bandar Lampung mengadakan rehap gedung total yang kemudian di
bangun gedung baru, satu unit gedung Puskesmas, satu unit perumahan dokter
dan satu unit perumahan paramedis, kemudian berunah setatusnya menjadi
Puskesmas Induk Kemiling yang dikepalai oleh seorang dokter umum
( dr.Firhat Esfandiari ). Pada tahun 1998 Pemerintah Kota Madia Dati II
Bandar Lampung berubah nama menjadi Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Pada tahun 2002 Pemerintah Kota Bandar Lampung mengadakan pemekaran


wilayah Kecamatan Tanjung Karang Barat menjadi 2 Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Tanjung Karang Barat


2. Kecamatan Kemiling

Puskesmas kemiling berada diwilayah Kecamatan Kemiling dengan memiliki


wilayah kerja 3 Keluraha yaitu :

29
1. Kelurahan Sumber Rejo
2. Kelurahan Langkapura
3. Kelurahan Kemiling Permai

Kemudian berdasarkan Perda No.04 tahun 2012 pada bulan september 2012
Pemerintah Kota Bandar Lampung mengadakan pemekaran wilayah lagi,
Kecamatan Kemiling menjadi 2 Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Kemiling
2. Kecamatan Langkapura

Puskesmas Kemiling berada di Kecamatan Kemiling dengan wilayah kerja 4


kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Sumber Rejo


2. Kelurahan sumber rejo sejahtera
3. Kelurahan Kemiling Permai
4. Kelurahan Kemiling Raya

Kemudian berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor


209/IV.41/HK/2012 tanggal 27 februari 2012 Puskesmas Kemiling yang
sebelumnya Puskesmas Rawat Jalan setatusnya berubah menjadi Puskesmas
Rawat Inap dengan nama UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling. Adapun yang
penah menjabat sebagai pimpinan Puskesmas Kemiling dari tahu 1958 sampai
dengan sekarang adalah:

1. Dp. Karyadi, Bp Suparji, Bp. Sumardi, Bp. Kandar, Bp. Komari, Bp.
Fatullah Amir, Bp. Suratman s/d tahun 1984. *)sumber Ny. Fatimah, tokoh
mayarakat Kemiling
2. Renny Ginting dari tahun1984 s/d 1986.
3. dr. Firhat Esfandiari dari tahun 1986 s/d tahun 1988.
4. dr. H. M. Harun Akid dari tahun 1988 s/d 1995
5. dr. Gomal Marpaung dari tahun 1995 s/d 1996.

30
6. dr. Endang Sri Handayani dari tahun 1996 s/d 1997.
7. drg. Lis Yunita Pohan dari tahun 1997 s/d 1998.
8. drg. Rekso dari tahun 1998 s/d Agustus 2006.
9. dr. Endang Rosanti M.Kes. dari Agustus 2006 s/d Juni 2019
10. dr. Hany Musliha dari Juni 2019 s/d sekarang.

Puskesmas Rawat Inap Kemilingdi dirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota


Bndar Lampung Nomor 05 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dari
Tata Kerja Unit Plaksana Teknis (UPT) pada Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung. Struktur organisasi Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kota Bandar
Lampung ditetapkan dengan surat Keputusan Wali Kota Bandar Lampung
Nomor : 76 Tahun 20016 Tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerj Unit
Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung.

3. Keadaan Geografis

a. wilaah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling meliputi 4 Kelurahan


dengan luas wilayah +- 718,2 Ha dengan rincian sbb:
Tabel 1

31
Data Luas Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling Tahun 2018
No KELURAHAN LUASWILAYAH PROSENTASE
(Ha)

1 Kelurahan Sumber Rejo 257,4 35,8 %

2 Kelurahan Sumber Rejo 247,3 34,4 %


Sejahtera

3 Kelurahan Kemiling Permai 108,9 15,2 %

4 Kelurahan Kemiling Raya 104,6 14,6 %

Jumlah 718,2 100 %

Puskesmas Rawat Inap Kemiling terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Kelurahan


Sumber Rejo, Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera, Kelurahan Kemiling Permai,
dan Kelurahan Kemiling Raya dengan jumlah luas wilayah 718,2 Ha dan
jumlah presentase 100%.

b. batas wilayah Kerja :


1. sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Rajabasa dan kelurahan Gunung
Terang Kec. Langkapura
2. sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Beringin Raya dan kelurahan
Langkapura Kec.Langkapura
3. sebelah Barat berbatasan dengan Desa Negeri Sakti Kec.Gedung Tataan
4. sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Langkapura Kec. Langkapura

c. Data Penduduk
Data penduduk Sasaran Program Kesehatan diwilayah kerja UPT Puskesmas Rawat
Inap Keimiling pada tahun 2018 berdasarkan hasil P4B KBL TH 2017 dapat dilihat
dilihat pada tabel berikut

32
Tabel 2.
Data Penduduk Sasaran Program Kesehatan
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling Tahun 2018
NO KELURAHAN JUMLAH KK RU IBU BAYI BBLR
PENDUDUK
MA HAM
LK PR JML H IL LK PR JML K L PR JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 13 14
1 SUMBER 6205 5919 12124 2210 1979 235 10 10 213 1 2 12 24
9 4
REJO
2 KEMILING 6472 7196 13668 3232 3073 265 11 12 241 1 2 13 25
PERMAI 4 7
3 KEMILING 3390 3207 6597 2883 2499 128 60 57 117 6 6 12
RAYA
4 S. REJO 3041 2944 5985 2363 2277 116 54 52 106 6 6 12
SEJAHTERA
JUMLAH 1910 19266 38374 1068 9829 744 33 34 677 3 6 37 73
8 8 7 0

BALITA(0-4 TH) ANAK BADUTA BATITA(0-2TH) APRAS


BALITA(1-4 TH)
(0-1 TH)
LK PR JML LK PR JML LK PR JML LK PR JML LK PR JML
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
556 51 1074 448 413 861 105 104 209 326 309 635 468 430 898
8
579 62 1208 468 501 969 110 126 236 340 376 716 487 521 1008
9
303 28 584 245 223 468 58 56 114 178 167 345 255 232 487

33
1
272 25 530 220 205 425 52 52 104 160 154 314 229 213 442
8
1710 16 3396 1381 1342 2723 325 338 663 1004 1006 2010 1439 1396 2835
86

REMAJA 10-12 USIA SEKOLAH PUS BULIN BURIST BUSUI USILIA (45-59 TH)
TH I
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
504 471 975 954 897 1851 2062 225 47 425 1001 953 1954
526 573 1099 994 1090 2084 2324 253 53 480 1044 1158 2202
276 255 531 521 486 1007 1121 122 26 231 547 516 1063
247 234 481 467 446 913 1017 111 23 210 491 474 965
1553 1533 3086 2936 2919 5855 6524 711 149 1346 3083 3101 6184

WUS USILA > = 60 TH USILA USILA > = 70 TH USILA RESTI


(60-69 TH)
15-39 15-49 LK PR JML LK PR JML LK PR JML LK PR JML
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
2625 3465 399 411 810 296 274 570 46 71 117 104 137 241
2958 3906 416 500 916 307 334 641 49 87 136 108 166 274
1428 1885 218 223 441 161 149 310 26 39 65 57 74 131
1295 1710 195 204 399 144 136 280 23 35 58 51 68 119
8306 10966 1228 1338 2566 908 893 1801 144 232 376 320 445 765

34
Tabel 3.
Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling Tahun 2018
No Tingkat Pendidikan Jumlah Total
Laki laki Perempuan
1 Sarjana 1073 1090 2162
2 Sarjana Muda 568 576 1144
3 SLTA 5509 5516 11025
4 SLTP 4238 3736 7975
5 SD 5472 5567 11039
6 TK 1452 1483 2935
7 Buta Huruf 0 0 0
8 Belum Sekolah 1053 1041 2094
Jumlah 19365 19009 38374

Data penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat
Inap Kemiling Tahun 2018 dari sarjana sampai belum sekolah dengan jumlah
penduduk laki – laki 19365 dan jumlah penduduk perempuan 19009, dengan jumlah
keseluruhan 38374.
Tabel 4.
Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling Tahun 2018
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 7138
2 TNI atau POLRI 229
3 Dagang 1722
4 Tani 1766

35
5 Tukang 1267
6 Pensiunan 254
7 Swasta 2043
8 Buruh 1385
9 Lain – lain 7080
10 Belum Bekerja 15490
Jumlah 38374
Data Penduduk Menurut Mata Pencarian Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Rawat Inap Kemiling Tahun 2018 dari Pegawai Negeri sampai dengan Belum
Bekerja dengan Jumlah Keseluruhan Mata Pencarian yaitu 38374.

Tabel 5.
Data Penduduk Menurut Agama
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling Tahun 2018
No Agama Laki Perempan Jumlah
1 Islam 18638 18927 37564
2 Kristen 161 164 325
3 Kristen Katolik 200 204 404
4 Hindu 22 23 46
5 Budha 17 18 36
Jumlah 19038 19336 38374

Data Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap
Kemiling tahun 2017 dari Agama Islam sampai dengan Agama Budha dengan jumlah
penduduk laki – laki 18710 dan jumlah penduduk penduduk perempuan 19002,
dengan jumlah keseluruhan 37712.

36
Tabel 6.
Jumlah Penduduk Miskin
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling Tahun 2018
No Kelurahan Jumlah
KK Jiwa Bulin
1 Sumber Rejo 941 3372 86
2 Sumber Rejo Sejahtera 937 3370 81
3 Kemiling Permai 1595 5725 65
4 Kemiling Raya 422 1518 60
Jumlah 3895 13985 292

Data Penduduk Miskin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Tahun 2018 terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Sumber Rejo, Kelurahan
Sumber Rejo Sejahtera, Kelurahan Kemiling Permai, dan Kelurahan Kemiling Raya
dengan jumlah keseluruhan KK dari 4 Kelurahan 3895, jumlah keseluruhan Jiwa dari
4 Kelurahan 13985 dan jumlah keseluruhan Bulin dari 4 Kelurahan 292.
B. Morbiditas
Data 10 besar penyakit di Puskesmas Rawat Inap Kemiling tahun 2017
NO JENIS PENYAKIT/KODE PENYAKIT JUMLAH
KASUS
1 Nasopharyngitis (Commond Cold) 11555
2 Pharingitis akut 5248
3 Hipertensi esensial 5043
4 Dispepsia (ganguan fungsi lambung) 4604
5 Diabetes Mellitus tidak tergantung 4360
insulin (NIDDM)
6 Febris 3602
7 Dermatitis kontak alergi 3267
8 Mialgia 3103

37
9 Konsilitis akut 2583
10 Hyper kolestrol 1676

Data 10 besar penyakit di Puskesmas Rawat Inap Kemiling tahun 2018 yaitu penyakit
Nasopharyngitis (Commond Cold), Pharingitis akut, Hipertensi esensial, Dispepsia
(ganguan fungsi lambung), Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM),
febris, Dermatitis kontak alergi, Mialgia, Konsilitis akut, Hyper kolestrol, dengan
jumblah keseluruhan penyakit 10 besar yaitu 45,041.

B. Maksud Dan Tujuan Puskesmas


Maksud disusunnya profil Kesehatan UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling
tahun 2018 adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan wilayah kerja UPT
Puskesmas Rawat Inap Kemiling dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal
dan untuk mengetahui potesnsi, kendala ataupun hambatan yang ada,
menganalisa permasalahan serta pemecahannya dalam program pembangunan
kesehatan.
Adapun tujuan disusunnya Profil Kesehatan UPT Puskesmas Rawat Inap
Kemiling tahun 2018 ini adalah tersediannya data/informasi yang dapat
digunakan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan pada tahun berikutnya.

C. Program Kesehatan Puskesmas


Puskesmas Rawat Inap Kemiling yang terletak di Kecamatan Kemiling Kota
Bandar Lampung dengan jumblah penduduk pada tahun 2018 sebanyak 38374
jiwa terdiri dari laki-laki 19108 dan perempuan 19266 jiwa, merupakan Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah
kerjanya yang meliputi pegembangan pembinaan dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang sekaligus merupakan pos terdepan.
Adapun Jenis Layanan di Puskesmas Rawat Inapa Kemiling,

38
 PELAYANAN PERORANGAN

1. Poli Umum
 Pemeriksaan Pasien
 Pengobatan
 Pemeriksaan kesehatan (KIR)
 Pemeriksaan Buta Warna
 Pemeriksaan haji
2. Poli Gigi
 Pemeriksaan karang gigi
 Cabut gigi dewasa
 Cabut gigi susu
 Tambal sinar
 Tambal sementara
 Tambal tetap
3. Poli KIA
 Periksaan ibu hamil
 Persalinan
 Pemeriksaan bayi dan balita
 Konseling remaja
 Imunisasi bayi
 Imunisasi catin
 Pelayanan KB
4. Farmasi
 Pelayanan obat
5. Laboratorium
 Pemeriksaan pp test
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan widal, malaria, HbsAg, HIV, TPHA, GO
 Sputum tersangan TB Paru
 Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan gula darah, asam
urat, kolesterol, golongan darah.
6. Klinik Sanitasi
7. Konseling Gizi
8. PAL (practical approach to lung health)
9. Klinik VCT/IMS

 UPAYA KESEHATAN MASYARAKATESENSIAL


1. KIA/KB

39
2. Pelayan Gizi
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pencegaham dan pengendalian penyakit
 Penyakit menular
 Penyakit tidak menular
 Survailends
5. Promkes

 PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT


1. Heacting
2. Ganti balutan
3. Nebulizer
4. Ekstraksi kuku
5. Eksisi/ekstirpasi
6. Pemasangan infuse
7. Oksigenisasi
8. Katerisasi
9. Injeksi

 UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PENGEMBANGAN


1. UKS/UKGS
2. Perkesmas
3. Pelayanan Kesehatan Jiwa
4. Pelayanan Kesehatan Usila
5. Kesehatan Olahraga
6. Pengobatan Tradisonal dan Komplementer
7. Pelayanan Kesehatan Kerja

D. Visi Misi dan Motto


Visi :
MENJADI PUSKESMAS DENGAN PELAYANAN BERMUTU DAN MANDIRI
MENUJUJU MASYARAKAT KEMILING SEHAT

Misi :

1) Mewujudkan pelayana kesehatan yang bermutu, profesional, merata dan


terjangkau.
2) Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

40
3) Menerapakan system manajemen yang profesional, transfaran dan
akuntable.
4) Meningkatkan sumberdaya manusia profesional.
5) Membangun Puskesmas yang aman dan nyaman.
6) Menjadi puskesmas dengan program anak.

Motto :

“KESEMBUHAN DAN KEPUASAN ANDA ADALAH KEBANGGAN KAMI”

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyehatan Lingkungan
1. Air Bersih

Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia
dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-
bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat
yang mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air adalah syarat
utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro, 1981).

Syarat Syarat Air Bersih :

a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik,
diantaranya air terlihat jernih dan tidak terlihat keruh kekuning-
kuningan atau semacamnya. Air terutama sebagai air minum
sangatlah melihat persyaratan fisik ini. Karena apabila air terlihat

42
keruh, berarti terdapat senyawa yang tidak baik dan dapat
mengganggu kesehatan.
Syarat fisik yang kedua adalah ditinjau dari segi rasa. Air yang
lolos syarat fisik haruslah memiliki rasa yang tawar. Karena air
yang memiliki rasa pahit, asin, manis atau lainya kemungkinan
tercampur senyawa yang tidak baik untuk kesehatan.
Syarat fisik yang lain adalah tidak berbau. Syarat bersih sebuah air
adalah air tersebut tidak berbau saat dicium dari dekat maupun
dari kejauhan. Namun apabila air beraroma tidak sedap saat
dicium berarti terdapat senyawa-senyawa yang mengendap pada
air tersebut.

b. Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan berdasarkan mikrobiologi adalah air tidak
mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan seperti
disentri, tipus, kolera, dan bakteri pathogen penyebab penyakit.

c. Persyaratan Kimia
Syarat kimia yang harus dipenuhi pertama adalah terdapatnya
kandungan pH atau derajat keasaman yang tidak lebih kurang
ataupun lebih besar yang berakibat merubah senyawa dalam air
menjadi zat beracun yang dapat mengganggu kesehatan.
Selain itu kandungan besi dalam air juga tidak boleh melebihi
0,1 mg/l. Jika kandungan besi dalam air terlalu tinggi maka warna
air akan berubah menjadi kekuningan dan rasanya pun seperti ada
logam besi dalam air.
Jika kesemua syarat di atas telah dipenuhi maka air tersebut
layak dikonsumsi untuk diminum. Jangan lupa jika and ingin
ketersediaan air tercukupi dalam jangka waktu yang lama maka

43
jika melakukan pengelolaan air harus melakukan filter air secara
benar tana merusak alam.
2. Air Limbah
Air Limbah adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air
beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun
terlarut dalam air.

Ada 2 cara untuk mengolah limbah dengan baik, yaitu:

a. Secara alami
Pengolahan air limbah secara alami dapat dilakukan dengan membuat
kolam stabilisasi. Di kolam ini, air limbah dinetralisasi dulu dari zat-zat
pencemar sebelum dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum
digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air
limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi
(pemusnahan mikroorganisme patogen). Cara ini juga cukup murah, jadi
kamu bisa mencoba membuatnya sendiri di sekitar rumah.

b. Secara bantuan
Pengolahan cara ini biasa dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Petugas menggunakan untuk menetralisasi air limbah
melalui 3 tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama),
secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment

44
(pengolahan lanjutan). Dengan ketiga tahap ini, air limbah akan
ternetralisasi dengan baik, sehingga dapat langsung dialirkan ke sungai.
3. Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3
Limbah B3 merupakan singkatan dari Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

Digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya


atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3
bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak,
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat
korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3. Limbah B3 yang dihasilkan oleh puskesmas
kemiling seperti jarum suntik,masker,handscoon, dan botol impus.
Limbah B3 di puskesmas kemiling dikumpulkan oleh cleaning service dan
disimpan di TPS limbah B3. TPS Limbah B3 diangkut 1 bulan sekali lalu
diserahkan oleh pihak ketiga yaitu RSUD Dr.A. Dadi Tjokrodipo

45
4. Sampah Domestik
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga).

Sampah domestik yang dihasilkan puskesmas kemiling yaitu berupa kertas


yang berasal dari ruang poli dan ruang VCT. Sampah domestik di angkut
setiap hari oleh Satuan Operasi Kebersihan Lingkungan (SOKLI)
5. Konstruksi Gedung
1. Observasi ke Ruang Rawat Inap

Menurut Permenkes No 75 Tahun 2014 persyaratan komponen


bangunan dan material
1) Atap
a) Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana ( angin puting
beliung,gempa, dan lain lain). Tidak bocor,tahan lama,dan
tidak menjadi tempat perinduka vektor.
b) Material atap tidak korosit, tidak mudah terbakar.

46
2) Langit – langit
a) Langit – langit harus kuat, berwarna terang,dan mudah
dibersihkan.
b) Ketinggian langit – langit dari lantai minimal 2,8m

b. Observasi di Ruang Rawat Inap

1. Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak


menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak
ada sambungan agar mudah dibersihkan. Material dapat
disesuaikan dengan kondisi di daerah setempat.
2. Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi
150 cm.
3. Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia,mudah
dibersihkan dan tidak berpori.
c. Observasi Lantai di Ruang Rawat Inap
Lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang,
mudah dibersihkan.

Syarat – syarat lantai


1) Tahan terhadap injakan kaki serta benda lain yang nantinya di
tempatkan diatasnya.
2) Tahan terhadap pengaruh lembab serat suhu di bawahnya.
3) Tahan terhadap serangan serangga atau binatang lain seperti anai
anai (rayap).
4) Dalam segala cuaca tetap sejuk.

47
5) Mudah di bersihkan tanpa merusak lantai.

6. Linen

Linen adalah bahan / kain yang di gunakan di rumah sakit untuk


kebutuhan pembungkus kasur ,bantal,guling dan alat instrument steril
lainnya.

Kain kotor yang ada di puskesmas dicuci oleh petugas linen dan ada
sebagian kain kotor yang dibawa pulang oleh petugas linen untuk dicuci di
rumahnya.

B. Depot Air Minum (DAM)


Sosialisasi dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang di
lakasanakan di aula Puskesmas Kemiling yang di hadiri oleh pengusaha –
pengusaha depot air minum yang ada di wilayah Puskesmas Kemiling dengan
tujuan agar pengusaha pengusaha kecil depot air minum untuk segera
memiliki sertifikat laik higiene yang berlaku selama 3 tahun di karenakan
sesuai dengan PMK No 43 Tahun 2014 mengenai Higiene sanitasi depot air
minum yang menyatakan bahwa setiap usaha depot air minum wajib
menjamin kualitas air yang di jualnya aman untuk dikonsumsi konsumennya
yaitu memiliki sertifikat laik higiene yang dikeluarkan oleh Dinas PTSP sejak
2018 untuk memeriksa apakah air tersebut kandungan mikrobiologi,fisika
serta kimia nya sudah sesuai dengan peraturan yang ada depot air minum

48
untuk mencegah dan mengurangi timbulnya resiko kesehatan dari air minum
DAM Serta memelihara dan mempertahankan kualitas air minum yang
dihadirkan DAM sesuai ketentuan permenkes agar masyarakat yang
mengonsumsi nya dapat terjamin kesehatannya. Setelah melakukan sosialisasi
kami melakukan survey atau turun ke lapangan dan melihat kondisi Depot Air
Minum yang sesungguhnya, dengan menggunakan Checklist.

49
50
CHECKLIS PENGUMPULAN DATA DEPOT AIR MINUM (DAM)
TAHUN 2019

1. NAMA DAM : Saudara


2. NAMA PEMILIK/PENANGGUNG JAWAB : Sunadi
3. ALAMAT DAM : perum bkp blok s no 37
4. TANGGAL/BULAN /TAHUN MULAI BEROPERASI : 29 desember 2014
5. LOKASI/TEMPAT SUMBER AIR BAKU : sumur bor
6. JARAK DARI SUMBER AIR BAKU : 1 km
7. LUAS BANGUNAN : 1 x 2 m2

1. NAMA DAM : Azzura


2. NAMA PEMILIK/PENANGGUNG JAWAB : Suherman
3. ALAMAT DAM : BKP blok s no 283
4. TANGGAL/BULAN /TAHUN MULAI BEROPERASI :25 desember 2005
5. LOKASI/TEMPAT SUMBER AIR BAKU : sumur bor
6. JARAK DARI SUMBER AIR BAKU :
7. LUAS BANGUNAN : 2,5 x 3m2

Objek Tanda (√) Nilai URAIAN

I. Tempat

1 2 Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit

2 2 Bangunan kuat,aman, mudah dibersihkan dan mudah


pemeliharaannya

3 2 Lantai kedap air,permukaan rata,halus,tidak licin,tidak


retak,tidak menyerap debu,dan mudah dibersihkan,serta
kemiringan cukup landai

4 2 Dinding kedap air, permukaan rata,halus,tidak licin,tidak

51
retak,tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta
warna yang terang dan cerah

5 2 Atap dan langit-langit harus kuat,anti tikus,mudah


dibersihkan,tidak menyerap debu,permukaan rata,dan
berwarna terang,serta mempunyai ketinggian cukup

6 2 Tata ruang terdiri atas ruang proses


pengolahan,penyimpanan,pembagian/penyediaan, dan
ruang tunggu pengunjung/konsumen

7 2 Pencahayaan cukup terang untuk bekerja,tidak


menyilaukan dan tersebar secara merata

8 2 Ventilasi menjamin peredaran/pertukaran udara dengan


baik

9 2 Kelembaban udara dapat memberikan mendukung


kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas

10 2 Memiliki akses kamar mandi dan jamban

11 2 Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya


lancar dan tertutup

12 2 Terdapat tempat sampah yang tertutup

13 2 Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir


dan sabun

14 2 Bebas dari tikus,lalat dan kecoa

II. Peralatan

15 3 Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan

16 3 Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa


pakai/tidak kadaluarsa

52
17 2 Tandon air baku harus tertutup dan terlindungi

18 2 Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan


pembersihan

19 2 Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung


diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan
pada DAM lebih dari 1x24 jam

20 3 Melakukan sistem pencucian terbalik (back washing)


secara berkala mengganti tabung macro filter

21 3 Terdapat lebih dari satu mikro filter dengan ukuran


berjenjang

22 5 Terdapat peralatan sterilisasi,berupa ultra violet dan atau


ozonisasi dan atau peralatan desinfeksi lainnya yang
berfungsi dan digunakan secara benar

23 2 Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon)

24 2 Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan


tertutup

25 2 Tersedia tutup botol baru yang bersih

III. Penjamah

26 3 Sehat dan bebas dari penyakit menular

27 3 Tidak menjadi pembawa kuman penyakit

28 2 Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani


konsumen

29 2 Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir


setiap melayani konsumen

53
30 2 Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi

31 3 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala


minimal (satu) kali dalam setahun

32 3 Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat


telah mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum

IV. Air Baku dan Air Minum

33 5 Bahan baku memenuhi persyaratan fisik,mikrobiologi dan


kimia standar

34 3 Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat


melepaskan zat-zat beracun ke dalam air/harus tara
pangan

35 2 Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air

36 3 Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke


depot air minum dan selama perjalanan dilakukan
desinfeksi

37 10 Kualitas air mium yang dihasilkan memenuhi persyaratan


fisik, mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar
baku mutu atau persyaratan kualitas air minum

100

Petunjuk Pengisian :

54
I. CARA PENGISIAN : Obyek yang memenuhi syarat diberikan tanda
(√) pada kolom “Tanda” yang tersedia
II. CARA PENILAIAN : Penilaian adalah merupakan jumlah obyek
yang memenuhi syarat yaitu dengan cara menjumlahkan nilai yang bertanda
(√)
1. Jika nilai pemeriksaan mencapai 70 atau lebih, maka dinyatakan
memenuhi persyaratan kelaikan fisik
2. Jika nilai pemeriksaan dibawah 70 maka dinyatakan belum memenuhi
persyaratan kelaikan fisik,dan kepada pengusaha diminta segera
memperbaiki obyek yang bermasalah
3. Jika nilai telah mencapa 70 atau lebih, tetapi pada obyek nomor 38 tidak
memenuhi syarat, berarti DAM yang bersangkuan tidak memenuhi syarat
kesehatan.

C. Hasil Klinik Sanitasi


Klinik sanitasi adalah suatu upaya atau kegiatan yang mengintregrasikan
pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
yang beresiko tinggi untuk mengatasi penyakit berbasis lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan
secara pasif dan aktif.
Berikut merupakan data kunjungan klinik sanitasi di UPT Puskesmas Rawat Inap
Kemiling dari tanggal 09 Desember 2019 sampai 23 Desember 2019.

No Tanggal Nama Umur Alamat Penyakit


6 Jl. Imam Bonjol No 66 Takwa
1 09/12/19 Kholid Diare
Tahun Kemiling
4
2 09/12/19 Abdilla Jl. Pendidikan No 1 Sumberejo Diare
Tahun
1 Jl. Kelapa 1 Blok RT- RW 01 No 17
3 09/12/19 Audi Kulit
Tahun Ragom Gawi
4 Perum Bukit Kemiing Permai Blok 5
4 09/12/19 Naila Kulit
Tahun No 70
2 Perum Bukit Kemiing Permai Blok 5
5 09/12/19 Laila Kulit
Tahun No 70

55
72
6 10/12/2019 Casmandi Sumberagung Rt 03 LK II Pernapasan
Tahun
7
7 10/12/2019 Maysya Pinang 3 No 22 Tipus
Tahun
Ganesha 7 Jl. Marga Sinar Banten, Sumberejo LK
8 10/12/2019 Perut
Hoki S Tahun II Rt 03
6
9 10/12/2019 Ragil Jl. Kurungan Nyawa Kemling Alergi
Tahun
80
10 10/12/2019 Sena Griya Kencana Blok 5 No 5 TB Paru
Tahun
Adi 34
11 11/12/2019 Jl imam bonjol gang terong TB Paru
Saputra Tahun
Nur 19
12 11/12/2019 Jl ngurai D2 no 5 TB paru
Hasanah Tahun
15
13 11/12/2019 Helmi Panti sosisal Jl pramuka (PRSPD) Pernapasan
Tahun
M.
14 11/12/2019 3 Bulan BKP Blok K No 74 Dermatitis
Sawqi.S
2 Jl, Catur Tunggal Perum Wisma Mas 2
15 11/12/2019 Jerri Dermatitis
Tahun Blok 5 No 16
Biang
16 11/12/2019 M Faiz 8 Bulan Batu Putu
Keringat
3
17 11/12/2019 Genzo Jl. Marga Prum Blok A No A3 Diare
Tahun
19
18 11/12/2019 Bagus ISPA
Tahun
5 Jl. Imba Kusuma Ratu gg. Sawah
19 12/12/2019 M Hafiz Diare
Tahun Kemiling
1
20 12/12/2019 Aulia Kemiling Raya Diare
Tahun
Gatel dan
21 12/12/2019 Putra 7 Bulan Jl. T.C Ditiro gg. Mawar 1 Sumberejo
Diare
45
22 12/12/2019 Gapar Jl. Nuri Wana Asri Cacar Air
Tahun
62 Jl. Imam Bonjol Gg. Pemancar
23 12/12/2019 Hj. Erna Asma
Tahun Sumebrejo NO 19
50
24 12/12/2019 Sudaryanto Jl. Pramuka Gg. Alpukat Dermawan 5 TB Paru
Tahun
15
25 12/12/2019 Rosdalina Jl. Melaway Blok 1 No 18 Paru -Paru
Tahun
4 Sesak
26 12/12/2019 Arka Jl. Sumberejo Kemiling
Tahun Napas
6
27 12/12/2019 Aktar Perum Bukit Bingin Raya Cacar
Tahun

56
28 12/12/2019 Azanea 3 Bulan Jl kemiling gang kulit furunkel
40
29 13/12/2019 Sumami Perum Wisma Mas Blok 5 TB Tulang
Tahun
67 Jl. Perum Sakura Residence Kedaung
30 13/12/2019 Zulkarnain Kulit
Tahun Kemiling
62 Sesak
31 13/12/2019 Baronsyah OKT Blok T
Tahun Napas
54 Jl. Ri Kesuma Ratu Gg. Sakura
32 13/12/2019 Rubiah Pernapasan
Tahun Kemiling
Dimas 19 Jl. Imam Bonjol Gg. Walu No 80
33 13/12/2019 TBC
Aditia Tahun Kemiling
M Aldi 2
34 13/12/2019 Raden Imba Kusuma Kemiling Permai Diare
Putra Tahun
Gatal –
35 13/12/2019 M Wildan 6 Bulan Jl. Randu
gatal
2 Gatal –
36 13/12/2019 Kanza Jl. Purna Wirawan LK 3 No 6
Tahun gatal
40 Gatal –
37 16/12/2019 Leni BKP Blok B 49
Tahun gatal
21
38 16/12/2019 Kiara Sumberejo Diare
Bulan
TK Al Tk al-huda kelurahan sumber rejo RT
39 16/12/2019 - + jentik
Huda 05 LK 02
40 16/12/2019 Tamrin - kelurahan sumber rejo RT 05 LK 02 + jentik
Agus
41 16/12/2019 - kelurahan sumber rejo RT 05 LK 02 + jentik
Kuswadi
Darma
42 16/12/2019 - kelurahan sumber rejo RT 05 LK 02 + jentik
Wati
Nur 70 Sesak
43 17/12/2019 Perumahan Bayangkara
Kholila Tahun Napas
9 Jl. Batu Alam 66 Bukit Ampit
44 17/12/2019 Naura Kulit
Tahun Langkapura
45 18/12/2019 Abiyu 11 Bl Jl.Persada No 2 Kemiling Diare
2 Th 2 Jl.Nangka Blok O 19 Perum Beringin
46 18/12/2019 Airani DBD
Bl Raya Kemiling
9
47 18/12/2019 Salwa Perum BKP blok P No 318 Kulit
Tahun
3 hari
Dimas 4
48 18/12/2019 Jl pancasila skti gang sadar panas +
Raditia Tahun
mutah
7
49 18/12/2019 Aulia dwi Gang pemancar Kulit
Tahun
Riko 38 Sesak
50 18/12/2019 Bayur kemiling
efendi Tahun napas

57
2
51 18/12/2019 Alvin BKP Cacar
Tanun
(sumber : Data Sekunder di UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Tahun 2019)

Berdasarkan hasil data klinik sanitasi diatas terdapat 51 orang terkena penyakit
berbasis lingkungan. Dari 51 orang di atas yang terkena penyakit berbasis lingkungan
terdapat 7 orang yang kami kunjungi kerumah yaitu :
1. Pasien Jeri terkena penyakit kulit (Dermatitis)

Keadaan kamar mandi Jendela dan ventilsi di rumah


dirumah jeri jeri

Kondisi Keadaan ruang tamu dan


kamar jeri PENDERITA PENYAKIT
PANDUAN WAWANCARA KULIT
sedang di lakukan
DI KLINIK SANITASI wawancara dengan pasien

58
I. DATA UMUM
Nama : Jeri
Umur : 2 tahun 2 bulan
Nama orang tua/KK : oyon
Pekerjaan : proyek
Alamat RT/RW/RK : Depan gereja sebelum SPN Kemiling

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Sumber air bersih yang digunakan:
a. Ledeng (PAM), mata air terlindung
b. SGL/SPT
c. SUMUR Gali
d. Sungai
e. Empang
f. Air hujan (PAH)
g. Lain-lain seebutkan
2. Apakah sumber yang ada mencukupi kebutuhan
a. Cukup
b. kurang
3. Dimana bapak/ibu/saudara mandi sehari-hari
a. Kamar mandi sendiri
b. MCK (mandi cuci kakus), kamar mandi umum
c. Empang
d. Sungai
e. Sumur
f. Lain lain sebutkan
4. Berapa jarak sumber air dengan sumber pencemar (air limbah)
a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter
5. Berapa jarak sumber air dengan pembuangan sampah

59
a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter
6. Apakah pasien mandi pakai sabun
a. Ya
b. tidak
c. kadang-kadang
7. Bagai mana pola penggunaan handuk (handuk mandi digunakan sendiri)
a. Ya
b. tidak
8. Apakah sabun yang digunakan untuk mandi digunakan
a. Bersama-sama
b. Masing-masing orang satu sabun
9. Apakah pasien berkuku pendek dan bersih
a. Ya
b. tidak
10. Apakah pasien sebagai karyawan pabrik yang selalu kontak langsung dengan
bahan-bahan kimia
a. Ya
b. tidak
III. DUGAAN PENYEBAB:
Dari hasil wawancara penybab penyakit kulit di duga :
IV. SARAN
Diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku

V. RENCANA TINDAK LANJUT :


Kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal
Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindak lebih lanjut

60
PANDUAN KUNJUNGAN LAPANNGAN

PENDERITA PENYAKIT KULIT

I. PERSIAPAN
1. mempelajari hasil wawancara\konseling di puskesmas
2. Formulir inspeksi sanitasi (IS) menurut jenis sarana
3. Formulir Kunjungan Lapangan
4. Sanitarian Kit
 Sanitarian Field Kit
 Water Test Kit
5. Bahan Penyuluhan
6. Bahan Pendukung Lainnya

II. OBSERVASI LAPANGAN


1. sumber pencemaran terhadap sumber air bersih sekitar rumah
a. ada
b. tidak ada
2. bila ada sumber penyebab dari
a. SPAL
b. Pembuangan sampah
c. Lain – lain sebutkan
3. sumber air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
a. sumur gali
b. SPT DK/DL
c. PAM/Perpipaan/PMA
d. PAH
e. Sungai
f. Empang
g. Lain- lain, sebutkan
4. keadaan fisik air bersih yang digunakan

61
a. berbau : ya,tidak
b. berasa : ya,tidak
c. jernih : ya,tidak
d. keruh : ya,tidak
5. apakah sumber air bersih yang ada mencukupi kebutuhan
a. cukup
b. kurang
6. apakah tersedia sabun mandi di rumah
a. ya
b. tidak
7. hasil IS terhadap sarana ABPL, skor resiko pencemaran
a. amat tinggi
b. tinggi
c. sedang
d. rendah
8. kebersihan pakaian
a. bersih
b. kotor/bau
9. keadaan tempat tidur (sprei, bantal dan guling )
a. bersih
b. kotor
III. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN
Dari hasil observasi yang dilakuakan di simpulkan penyebab kasuus adalah;
a. Lingkaran
b. Perillaku

IV. PENGAMBILAN SAMPEL:


Bila dari hasil observasi observasi jumlah penderita di daerah tersebut
banyak jumlahnya, ambil sampel air untuk diperiksa di laboratium

62
V. SARAN DAN TINDAK LANJUT:
 .Saran kepada pasien (klien), keluarga
 .tindak lanjut program yang bisa dilakukan petugas

Berdasarkan hasil survey yang telah dilaksanakan bahwa keadaan air di rumah
pasien tidak keruh,tidak berbau, dan tidak berasa. Untuk kondisi kamar tidur pasien
dalam keadaan bersih serta kasur dijemur satu dua minggu sekali dan masih memiliki
balita. Setelah kami wawancarai ternyata ibunya terkena penyaki diare serta bapak
dan adik balita terkena gatal-gatal.

2. Pasien Rubiah Terkena penyakit ISPA

Keadaan kamar tidur Keadaan ruang tamu di rumah


pasien ibu rubiah ibu rubiah

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA ISPA DI KLINIK


Keadaan dapur di rumah
SANITASI
pasien ibu rubiah

63
I. DATA UMUM :
Nama anak / balita :Rubiah
Umur : 54 tahun
Nama ayah :-
Nama ibu :-
Pendidikan ayah :-
Pendidikan ibu :-
Pekerjaan ayah :-
Alamat RT/RW/RK : JL. R.I Kusuma Ratu GG.Sskura LK 1 RT 031/000
Kelurahan/Desa :sumberejo sejahtera

II. IDENTIFIKASI :
1. Apakah terdapat batuk dan atau kesulitan bernafas?
a. Ya
b. Tidak
2. Telah berapa lama menderita batuk – batuk seperti ini?.......seminggu...............
3. Berapa orang yang sakit seperti ini di dalam keluarga?..............hanya saya.......
4. Apakah pada siang hari di dalam rumah dalam keadaan gelap?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah di rumah terdapat atap tembus cahaya (kaca, fiber atau plastik tembus
cahaya, dan lainnya) yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam
rumah?
a. Ya, ada
b. Tidak ada
6. Apakah dirumah terdapat pintu atau jendela yang tembus cahaya (kaca, fiber
plastik, dan lainnya?
a. Ya.
b. Tidak ada
7. Apakah penderita berada di dalam rumah dalam keadaan panas (sumuk/gerah)
pada siang hari?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah rumah penderita terdapat lubang hawa atau lubang angin?
a. Ya
b. Tidak

64
9. Luas rumah?
a. Kurang 8m2/orang
b. 8m2/orang
c. Lebih 8m2/orang
10. Bahan bakar apa yang digunakan untuk memasak?
a. Gas
b. Minyak tanah
c. Arah
d. Kaya aktif
11. Apakah di dapur terdapat cerobong asap atau atau lubang tempat asap?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah penderita tidur setempat tidur satu kamar tidur atau sekamar dengan
orang lain (istri/suami, anak, dan lainnya)?
a. Ya
b. Tidak
13. Jika batuk kemanakan ludah / riak batuk di buang?
a. Sembarang tempat
b. Kamar mandi/wc/jamban
c. Tempat khusus ludah/riak (paidon)
14. Apakah setiap kali batuk penderita menutup mulut?
a. Ya
15. Apakah anggota keluarga sering memasak sambil momng anak?
a. Ya
b. Tidak

III. DUGAAN PENYEBAB :


Hasil wawancara penyebab penyakit ISPA diduga: .................

IV. SARAN :
Disarankan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan prilaku

V. RENCANA TINDAK LANJUT :


Perjanjian untuk kunjungan lapangan awal.
Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindaan lebih lanjut.

PANDUAN KUNJUNGAN LAPANGAN


PENDERITA ISPA

65
I. PERSIAPAN :
1. Mempelajari hasil wawancara/konselingdi puskesmas
2. Formulir kunjungan lapangan
3. Menyiapkan peralatan pengukuran intensitas cahaya (LUXMETER)
4. Menyiapkan alatukur panjang (METERAN)
5. Menyiapkan peralatan pengambilan sampel udararuangan (bila perlu)
6. Bahan penyuluhan
7. Bahan pendukung lainnya

II. OBSERVASI LAPANGAN :


1. Mengukur besaran intensitas cahaya di dalam kamar tidur pasien,clien, ruang
utama, dan ruang lain nya dalam rumah.
2. Mengukur besaran luas lubang ventilasi terhadap seluruh luas lantai
3. Menghitung kepadatan rumah
4. Pengamatan prilaku
a. Tidak menutup mulut
b. Menutup mulut dengan sapu tangan atau kain
5. Apakah terdapat tanda-tanda tempat asuhan anak didapur seperti ayunan,
boxs bayi, tikar bayi, dan lainnya yang menunjukan bahwa ibu
memasaksambil mengasuh bayi?
a. Ya
b. Tidak

III. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, disimpulkan penyebab kasus adalah:
a. Lingkungan..................................................................................................
b. Prilaku.........................................................................................................

IV. PENGAMBILAN SAMPEL :


Bila diperlakukan, ambil sampel udara dapur dan ruangan dalam rumah.

V. SARAN DAN TINDAK LANJUT :


-Saran kepada pasien atau klien. Keluarga :.............................................................
-Tindak lanjut program yang bisa dilakukan oleh petugas : ....................................
3. Pasien M. Aldi Putra menderita sakit diare

66
Keadaan kamar mandi Keadaan dapur di rumah
pasien pasien

Gambar sumbur di rumah


pasien

PANDUAN WAWANCARA
P2 DIARE DI KLINIK SANITASI

67
I. DATA UMUM :
Nama : M. Aldi Putra
Umur : 2 tahun 2 bulan
Nama orang tua/KK : Maryanto
Pekerjaan : Buruh
Alamat RT/RW : Jl.Imba Kesuma
Kelurahan/Desa : Kemiling

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Sejak kapan sakit ? 3 Hari
2. Sebelum sakit diare makan/minum apa ? Tidak Tau
3. Sumber air bersih berasal dari mana ?
a. Ledeng/PDAM
b. SGL/SPT
c. Perlindungan mata air (PMA)
d. Air hujan
e. Sungai
f. Lain-lain, sebutkan
4. Bila menggunakan SGL/SPT apakah jaraknya dengan jamban keluarga
lebih dari 10 meter?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila menggunaka mata air apakah mata air tersebut terlindungi ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah air minum yang dipergunakan sehari-hari dimasak?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah air yang sudah dimasak disimpan dalam wadah yang tertutup ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah wadah tersebut dalam keadaan bersih ?
a. Ya
b. Tidak

9. Apakah dirumah memiliki jamban ?


a. Ya
b. Tidak

68
10. Bila memiliki jamban apakah jamban tersebut memenuhi syarat
(mempunyai tempat penampung kotoran seperti septic tank ?
a. Ya
b. Tidak
11. Dimanakah anggota keluarga biasanya berak ?
a. Kakus/WC sendiri
b. Kakus/WC umum
c. Sungai
d. Kebun
e. Empang
f. Lain-lain, sebutkan
12. Bagaimana kebiasaan membuang tinja bayi/anak kecil?
a. Dikemas lalu dibuang dalam kakus/WC (Bagi bayi)
b. Berak sendiri di kakus/WC (bagi anak kecil)
c. Berak sembarang
d. Dibuang sembarang
13. Jika pasien adalah bayi yang masih menyusu, ditanyakan tentang susu
yang diminumnya?
a. Menyusu ibunya : ya (...), tidak (√), jika tidak
b. Apakah menyusu dengan botol? Ya (...) tidak (√) jika ya
c. Tanyakan cara mencuci botol susu dan cara penyajiannya?
d. Lain-lain jawaban sebutkan
14. Apakah anggota keluarga bisa melakukan cuci tangan dengan sabun
sesudah berak?
a. Ya
b. Tidak
III. DUGAAN PENYEBAB
Dari hasil wawancara penyebab penyakit diare
diduga..................................................................................................................
IV. SARAN
Saran diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan
perilaku...............................................................................................................
V. RENCANA TINDAK LANJUT
Kesepakatan untuk kunjungan lapangan.
Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindakan lebih lanjut.

PANDUAN KUNJUNGAN LAPANGAN


P2 DIARE

69
I. PERSIAPAN
1. Formulir inspeksi sanitasi menurut jenis sarana\
2. Sanitarian Kit :
 Sanitarian Field Kit
 Water Test Kit
 Bahan-bahan pendukung lainnya
3. Bahan penyuluhan :
Materi dan jenis media disesuaikan dengan masalah yang ada
II. OBSERVASI LAPANGAN
1. Sumber air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari :
a. Ledeng/PDAM
b. SGL/SPT
c. Perlindungan mata air (PMA)
d. Air hujan
e. Sungai
f. Lain-lain,sebutkan
2. Bila menggunakan SGL/SPT,jaraknya dengan jamban keluarga :
a. Kurang dari 10 meter
b. Lebih dari 10 meter
3. Bila menggunakan mata air,apakah mata air tersebut terlindung?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah air minum yang dipergunakan sehari-hari dimasak?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah air yang sudah dimasak disimpan dalam wadah yang tertutup ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah wadah tersebut dalam keadaan bersih ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah dirumah memiliki jamban ?
a. Ya
b. Tidak

8. Bila memiliki jamban apakah jmban tersebut memenuhi syarat


(mempunyai tempat penampungan kotoran seperti septic tank)?
a. Ya
b. Tidak
9. Dimanakah anggota keluarga biasanya berak ?

70
a. Kakus/WC sendiri
b. Kakus/WC umum
c. Sungai
d. Kebun
e. Wmpang
f. Lain-lain,sebutkan......
10. Bagaimana kebiasaan membuang tinja bayi/anak kecil ?
a. Dikemas lalu dibuang dalam kakus/WC (Bagi bayi)
b. Berak sendiri di kakus/WC (bagi anak kecil)
c. Berak sembarang
d. Dibuang sembarang
11. Jika pasien adalah bayi yang masih menyusu, ditanyakan tentang susu
yang diminumnya?
a. Menyusu ibunya : ya (...), tidak (√), jika tidak
b. Apakah menyusu dengan botol? Ya (...) tidak (√) jika ya
c. Tanyakan cara mencuci botol susu dan cara penyajiannya?
d. Lain-lain jawaban sebutkan
12. Apakah anggota keluarga bisa melakukan cuci tangan dengan sabun
sesudah berak?
a. Ya
b. Tidak
III. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN
Dari hasil observasi yang dilakukan disimpulkan penyebab kasus adalah?
a. Lingkungan
b. Perilaku
IV. PENGAMBILAN SAMPLE
Bila dari hasil observasi jumla penderita di daerah tersebut banyak jumlahnya,
ambil sample air atau makanan yang dicurigai sebagai penyebab
V. SARAN DAN TINDAK LANJUT
- Saran kepada pasien (klien) keluarga : ...................................................
- Tindak lanjut program yang bisa dilakukan petugas : ............................

4. Pasien Salwa terkena penyakit Kulit

71
Keadaan ruang tamu Keadaan dapur di rumah
dirumah pasien pasien

Keadaan WC/Kamar mandi Keadaan disamping rumah


di rumah pasien pasien

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA PENYAKIT KULIT

DI KLINIK SANITASI

72
I. DATA UMUM :
Nama : Salwa
Umur : 9 Tahun
Nama orang tua/KK : Edi Turyanto
Pekerjaan : Swasta :
Alamat RT/RW/RK : Perum BKP Blok P No.318

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Sumber air bersih yang digunakan:
a. Ledeng (PAM), mata air terlindung
b. SGL/SPT
c. SUMUR Gali
d. Sungai
e. Empang
f. Air hujan (PAH)Lain-lain seebutkan
2. Apakah sumber yang ada mencukupi kebutuhan
a. Cukup
b. kurang
3. Dimana bapak/ibu/saudara mandi sehari-hari
a. Kamar mandi sendiri
b. MCK (mandi cuci kakus), kamar mandi umum
c. Empang
d. Sungai
e. Sumur
f. Lain lain sebutkan

4. Berapa jarak sumber air dengan sumber pencemar (air limbah)


a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter

73
5. Berapa jarak sumber air dengan pembuangan sampah
a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter
6. Apakah pasien mandi pakai sabun
a. Ya
b. Tidak
c. kadang-kadang
7. Bagai mana pola penggunaan handuk (handuk mandi digunakan sendiri)
a. Ya
b. tidak
8. Apakah sabun yang digunakan untuk mandi digunakan
a. Bersama-sama
b. Masing-masing orang satu sabun
9. Apakah pasien berkuku pendek dan bersih
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah pasien sebagai karyawan pabrik yang selalu kontak langsung
dengan bahan-bahan kimia
a. Ya
b. Tidak

III.DUGAAN PENYEBAB:
Dari hasil wawancara penybab penyakit kulit di duga :

IV.SARAN
Diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku

V. RENCANA TINDAK LANJUT :


Kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal

74
Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindak lebih lanjut

PANDUAN KUNJUNGAN LAPANGAN

PENDERITA PENYAKIT KULIT

I. PERSIAPAN
1. mempelajari hasil wawancara\konseling di puskesmas
2. Formulir inspeksi sanitasi (IS) menurut jenis sarana
3. Formulir Kunjungan Lapangan
4. Sanitarian Kit
 Sanitarian Field Kit
 Water Test Kit
5. Bahan Penyuluhan
6. Bahan Pendukung Lainnya

II. OBSERVASI LAPANGAN


1. sumber pencemaran terhadap sumber air bersih sekitar rumah
a. ada
b. tidak ada
2. bila ada sumber penyebab dari
a. SPAL
b. Pembuangan sampah
c. Lain – lain sebutkan
3. sumber air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
a. sumur gali
b. SPT DK/DL
c. PAM/Perpipaan/PMA
d. PAH
e. Sungai

75
f. Empang
g. Lain- lain, sebutkan
4. keadaan fisik air bersih yang digunakan
a. berbau : ya,tidak
b. berasa : ya,tidak
c. jernih : ya,tidak
d. keruh : ya,tidak
5. apakah sumber air bersih yang ada mencukupi kebutuhan
a. cukup
b. kurang
6. apakah tersedia sabun mandi di rumah
a. ya
b. tidak
7. hasil IS terhadap sarana ABPL, skor resiko pencemaran
a. amat tinggi
b. tinggi
c. sedang
d. rendah
8. kebersihan pakaian
a. bersih
b. kotor/bau
9. keadaan tempat tidur (sprei, bantal dan guling )
a. bersih
b. kotor

A. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN


Dari hasil observasi yang dilakuakan di simpulkan penyebab kasus adalah;
c. Lingkaran
d. perillaku
B. PENGAMBILAN SAMPEL:

76
Bila dari hasil observasi observasi jumlah penderita di daerah tersebut
banyak jumlahnya, ambil sampel air untuk diperiksa di laboratium

C. SARAN DAN TINDAK LANJUT:


 .Saran kepada pasien (klien), keluarga
 .tindak lanjut program yang bisa dilakukan petugas

5. Pasien Hj. Erna terkena penyakit gejala asma

Keadaan depan rumah Hj. Foto bersama Hj. Erna


Erna

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA ISPA DI KLINIK


SANITASI

77
I. DATA UMUM :
Nama anak / balita : Hj. Erna
Umur : 62 tahun
Nama ayah :-
Nama ibu :-
Pendidikan ayah :-
Pendidikan ibu :-
Pekerjaan ayah :-
Alamat RT/RW/RK : JL.Imam Bonjol gg pemancar sumber rejo no 19
Kelurahan/Desa :Sumber Rejo

II. IDENTIFIKASI :
1. Apakah terdapat batuk dan atau kesulitan bernafas?
a. Ya
b. Tidak
2. Telah berapa lama menderita batuk – batuk seperti ini? seminggu
3. Berapa orang yang sakit seperti ini di dalam keluarga? satu
4. Apakah pada siang hari di dalam rumah dalam keadaan gelap?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah di rumah terdapat atap tembus cahaya (kaca, fiber atau plastik tembus
cahaya, dan lainnya) yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam
rumah?
a. Ya, ada
b. Tidak ada
6. Apakah dirumah terdapat pintu atau jendela yang tembus cahaya (kaca, fiber
plastik, dan lainnya?
a. Ya.
b. Tidak ada
7. Apakah penderita berada di dalam rumah dalam keadaan panas (sumuk/gerah)
pada siang hari?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah rumah penderita terdapat lubang hawa atau lubang angin?
a. Ya
b. Tidak

78
9. Luas rumah?
a. Kurang 8m2/orang
b. 8m2/orang
c. Lebih 8m2/orang
10. Bahan bakar apa yang digunakan untuk memasak?
a. Gas
b. Minyak tanah
c. Arah
d. Kaya aktif
11. Apakah di dapur terdapat cerobong asap atau atau lubang tempat asap?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah penderita tidur setempat tidur satu kamar tidur atau sekamar dengan
orang lain (istri/suami, anak, dan lainnya)?
a. Ya
b. Tidak
13. Jika batuk kemanakan ludah / riak batuk di buang?
a. Sembarang tempat
b. Kamar mandi/wc/jamban
c. Tempat khusus ludah/riak (paidon)
14. Apakah setiap kali batuk penderita menutup mulut?
a. Ya
15. Apakah anggota keluarga sering memasak sambil momng anak?
a. Ya
b. Tidak

III. DUGAAN PENYEBAB :


Hasil wawancara penyebab penyakit ISPA diduga: .................

IV. SARAN :
Disarankan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan prilaku

V. RENCANA TINDAK LANJUT :


Perjanjian untuk kunjungan lapangan awal. Diisi dengan kesepakatan yang
diambil antara petugas dengan pasien untuk tindaan lebih lanjut.

PANDUAN KUNJUNGAN LAPANGAN


PENDERITA ISPA

79
I. PERSIAPAN :
1. Mempelajari hasil wawancara/konselingdi puskesmas
2. Formulir kunjungan lapangan
3. Menyiapkan peralatan pengukuran intensitas cahaya (LUXMETER)
4. Menyiapkan alatukur panjang (METERAN)
5. Menyiapkan peralatan pengambilan sampel udararuangan (bila perlu)
6. Bahan penyuluhan
7. Bahan pendukung lainnya

II. OBSERVASI LAPANGAN :


1. Mengukur besaran intensitas cahaya di dalam kamar tidur pasien,clien, ruang
utama, dan ruang lain nya dalam rumah.
2. Mengukur besaran luas lubang ventilasi terhadap seluruh luas lantai
3. Menghitung kepadatan rumah
4. Pengamatan prilaku
a. Tidak menutup mulut
b. Menutup mulut dengan sapu tangan atau kain
5. Apakah terdapat tanda-tanda tempat asuhan anak didapur seperti ayunan,
boxs bayi, tikar bayi, dan lainnya yang menunjukan bahwa ibu
memasaksambil mengasuh bayi?
a. Ya
b. Tidak

III. KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, disimpulkan penyebab kasus adalah:
a. Lingkungan..................................................................................................
b. Prilaku.........................................................................................................

IV. PENGAMBILAN SAMPEL :


Bila diperlakukan, ambil sampel udara dapur dan ruangan dalam rumah.

V. SARAN DAN TINDAK LANJUT :


-Saran kepada pasien atau klien. Keluarga :......................................................
-Tindak lanjut program yang bisa dilakukan oleh petugas : ..............................
6. Pasien gapar terkena penyakit cacar air

80
Keadaan di ruang tamu rumah
pak Gapar

Keadaan kamar mandi


dan bak mand
PANDUAN WAWANCARA PENDERITA
PENYAKIT KULIT

81
I. DATA UMUM :
Nama : gapar
Umur : 54 tahun
Nama orang tua/KK : gapar
Pekerjaan : PNS
Alamat RT/RW/RK :jalan nuri wanaasri

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Sumber air bersih yang digunakan:
a. Ledeng (PAM), mata air terlindung
b. SGL/SPT
c. SUMUR Gali
d. Sungai
e. Empang
f. Air hujan (PAH)
g. Lain-lain seebutkan
2. Apakah sumber yang ada mencukupi kebutuhan
a. Cukup
b. kurang
3. Dimana bapak/ibu/saudara mandi sehari-hari
a. Kamar mandi sendiri
b. MCK (mandi cuci kakus), kamar mandi umum
c. Empang
d. Sungai
e. Sumur
f. Lain lain sebutkan
4. Berapa jarak sumber air dengan sumber pencemar (air limbah)
a. Lebih dari 10 meter

82
b. Kurang dari 10 meter
5. Berapa jarak sumber air dengan pembuangan sampah
a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter
6. Apakah pasien mandi pakai sabun
a. Ya
b. Tidak
c. kadang-kadang
7. Bagai mana pola penggunaan handuk (handuk mandi digunakan sendiri)
a. Ya
b. tidak
8. Apakah sabun yang digunakan untuk mandi digunakan
a. Bersama-sama
b. Masing-masing orang satu sabun
9. Apakah pasien berkuku pendek dan bersih
a. Ya
b. tidak
10. Apakah pasien sebagai karyawan pabrik yang selalu kontak langsung
dengan bahan-bahan kimia
a. Ya
b. tidak
III. DUGAAN PENYEBAB:
Dari hasil wawancara penybab penyakit kulit di duga :.................................

IV. SARAN
Diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku

V. Rencana tindak lanjut :

83
Kesepakatan untuk kunjungan lapangan awal. Diisi dengan kesepakatan yang
diambil antara petugas dengan pasien untuk tindak lebih lanjut

PANDUAN KUNJUNGAN LAPANGAN

PENDERITA PENYAKIT KULIT

I. PERSIAPAN
1. mempelajari hasil wawancara\konseling di puskesmas
2. Formulir inspeksi sanitasi (IS) menurut jenis sarana
3. Formulir Kunjungan Lapangan
4. Sanitarian Kit
 Sanitarian Field Kit
 Water Test Kit
5. Bahan Penyuluhan
6. Bahan Pendukung Lainnya

II. OBSERVASI LAPANGAN


1. sumber pencemaran terhadap sumber air bersih sekitar rumah
a. ada
b. tidak ada
2. bila ada sumber penyebab dari
a. SPAL
b. Pembuangan sampah
c. Lain – lain sebutkan
3. sumber air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
a. sumur gali
b. SPT DK/DL
c. PAM/Perpipaan/PMA
d. PAH

84
e. Sungai
f. Empang
g. Lain- lain, sebutkan
4. keadaan fisik air bersih yang digunakan
a. berbau : ya,tidak
b. berasa : ya,tidak
c. jernih : ya,tidak
d. keruh : ya,tidak
5. apakah sumber air bersih yang ada mencukupi kebutuhan
a. cukup
b. kurang
6. apakah tersedia sabun mandi di rumah
a. ya
b. tidak
7. hasil IS terhadap sarana ABPL, skor resiko pencemaran
a. amat tinggi
b. tinggi
c. sedang
d. rendah
8. kebersihan pakaian
a. bersih
b. kotor/bau
9. keadaan tempat tidur (sprei, bantal dan guling )
a. bersih
c. kotor

III.KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN


Dari hasil observasi yang dilakuakan di simpulkan penyebab kasuus adalah;
a. Lingkaran
b. Perillaku

85
IV. PENGAMBILAN SAMPEL:
Bila dari hasil observasi observasi jumlah penderita di daerah tersebut
banyak jumlahnya, ambil sampel air untuk diperiksa di laboratium

V. SARAN DAN TINDAK LANJUT:


 .Saran kepada pasien (klien), keluarga
 .tindak lanjut program yang bisa dilakukan petugas

7. Pasien adi saputra terkena penyakit TB Paru

Ruang tamu bapak adi Jendela dan fentilasi


kamar

Rumah tampak depan


pasien adi

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB


PARU DI KLINIK SANITASI

86
I. DATA UMUM
Nama : adi saputra
Umur : 35
Nama orang tua :-
Pekerjaan : kuli bangunan
Alamat RT/RW/RK : jl imam bonjol gang terong
Kelurahan/Desa :-

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU :


1. Telah berapa lama menderita batuk-batuk ? 1 bulan
2. Berapa orang yang sakit seperti ini dalam keluarga ? Sendiri
3. Apakah ada anak balita ?
a.Ya
b. Tidak
4. Apakah pada siang hari didalam rumah dalam keadaan gelap ?
a.Ya
b. Tidak
5. Apakah rumah penderita terdapat lubang hawa atau lubang angin, agar
sirkulasi udara didalam rumah lancar ?
a.Ya
b. Tidak
6. Apakah kamar tidak memiliki ventilasi/lubang angin ?
a.Ya
b. Tidak

87
7. Apakah lantai rumah terbuat dari tanah ?
a.Ya
b. Tidak
8. Apakah sauadara tidur sekamar atau sekamar dengan orang lain
(istri/suami, anak, dan lainnya) ?
a.Ya
b. Tidak
9. Jika batuk, dibuang ditempat khusus ludah/riak (paidon, kamar mandi,
atau WC/Jamban) ?
a.Ya
b. Tidak
10. Apakah setiap kali batuk penderita menutup mulut ?
a.Ya
b. Tidak
11. Apakah penggunaan alat makan saudara dipisahkan dengan anggota
keluarga?
a.Ya
b. Tidak

III.DUGAAN PENYEBAB
Dari hasil wawancara penyebab penyakit TB-Paru diduga : .................................

IV. SARAN :
Diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku.

V. RENCANA TINDAK LANJUT :


Kesepakatan untuk kunjungan awal. Diisi dengan kesepakatan yang diambil
antara petugas dengan pasien untuk tindakan lebih lanjut.

PANDUAN KUNJUNGAN LAPANGAN


PENDERITA TB PARU
88
I. PERSIAPAN :
1. Mempelajari hasil wawancara/konseling dipuskesmas.
2. Formulir kunjungan lapangan.
3. Menyiapkan peralatan pengukuran intensitas cahaya (luxmeter).
4. Menyiapkan alat ukur panjang (ineteran).
5. Menyiapkan peralatan pengambilan sampel udara rungan (bila perlu)
6. Bahan penyuluhan.
7. Bahan pendukung lainnya.

II. OBSERVASI LAPANGAN :


1. Mengukur besaran intesitas cahaya didalam kamar tidur pasien/klien, ruan
utama, dan ruang lainnya dalam rumah.
2. Mengukur besaran proporsi luas lubang ventilasi terhadap seluruh luas
lantai ( standar minimal 10% ).
3. Pengamatan tempat pembuangan ludah/riak batuk :
a.Sembarangan tempat
b. Kamar mandi atau WC/Jamban
c.Tempat khusus ludah/riak (paidon).
4. Pengamatan perilaku pada waktu batuk :
a.Tidak menutup mulut
b. Menutup mulut dengan saputangan atau kain
5. Apakah jendela dibuka, terutama pada siang hari ?
a.Ya
b. Tidak

89
III.KESIMPULAN HASIL KUNJUNGAN :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, disimpulkan penyebab kasus
adalah :
a. Lingkungan .................................................................................................
b. Perilaku ......................................................................................................

IV. PENGAMBILAN SAMPEL :


Bila diperlukan, ambil sampel mikrobiologi udara mangan dalam rumah.

V. SARAN DAN TINDAK LANJUT :


- Saran kepada pasien (klien), keluarga : ...........................................................
- Tindak lanjut program yang dilakukan petugas : ............................................

Setelah melakukan survey kepada pasien/klien yang terkena berbasis lingkungan,


kami juga melaksanakan pemantauan jentik nyamuk di kelurahan sumber rejo RT 05
LK 02, tempat yang kami kunjungi terdapat 15 rumah dan terdapat 4 tempat yang
memiliki hasil positif (+) terdapat jentik nyamuk :
1. Tk Al-Huda
2. Bapak Tamrin
3. Bapak Agus Kuswadi
4. Ibu Darmawati
D. Home industri (Industri kue/jajanan)
Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun suatu kampung halaman. Sedankan
Industri, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang ataupun
perusahaan. Singkatnya, Home Industry (atau biasanya ditulis atau dieja dengan
“Home Industri”) ialah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil.
Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dapat
dipusatkan di rumah. Istilah home industri adalah pelaku kegiatan ekonomi yang
dapat berbasis di rumah ini adalah keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari
anggota keluarga yang berdomisili di tempat tinggalnya itu dengan mengajak
beberapa orang di sekitarnya sebagai karyawannya.

90
Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar, namun dalam kegiatan ekonomi
ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak saudara
ataupun tetangga di kampung halamannya. Dengan begitu, usaha perusahaan
kecil ini otomatis bisa membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi
angka pengangguran. Lagi, jumlah penduduk miskinpun akan dapat berangsur
menurun. Untuk mempunyai lokasi yang strategis untuk tempat berkembangnya
usaha jenis rumahan ini tidak terlepas dari berkembangnya virus
enterpreneur/kewirausahaan yang dapat berperan membuka pola pikir ke depan
masyarakat bahwa rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal namun dapat
digunakan juga sebagai tempat mencari penghasilan. Oleh sebab itu home
industri/ perusahaan kecil dirumah-rumah harus memiliki syarat sanitasi higiene
yang baik, di salah satu daerah kemiling permai memiliki home industry yang
menjual kue/roti-roti dan sebagainya.

Tempat penyimpanan Tempat pemanggangan


alat bahan baku kue kue/jajanan

Gambar rumah tampak


Gambar rumah di ruang tamu 91
belakang
E. Sanitasi Rumah Makan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan


sandang bagi kelangsungan hidupnya. Makanan yang bersih dan aman dihasilkan
oleh berbagai tempat pengolahan makanan (TPM), akan memberikan sumbangan
yang berarti bagi pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Rumah makan merupakan tempat pengolahan makanan yang memproduksi dan
menjual berbagai jenis makanan dan minuman bagi masyarakat luas yang cenderung
berkembang pesat. Hal ini sejalan dengan pergeseran pola hidup dari kebiasaan
makan dirumah menjadi makan dirumah makan.
Sebagai konsekuensi dari perkembangan rumah makan diperlukan upaya
penyehatan makanan dan minuman dengan tujuan agar kemampuan masyarakat
dalam mengelola dapat meningkat sehingga masyarakat terhindar dari gangguan
kesehatan atau penyakit bawaan makanan/keracunan makanan. Salah satu upaya
penyehatan makanan dan minuman yang dilakukan adalah pengawasan rumah
makan.

92
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kegiatan yang kami lakukan di Puskesmas Rawat Inap Kemiling berupa
kegiatan:
1. Klinik Sanitasi
Kegiatan ini berupa kegiatan wawancara dengan pasien penderita dengan
menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan
penularan penyakit dan memberikan saran untuk mencegah terjadinya
penularan ke manusia lain dan agar pasien dapat mencegah penyakit. Alur
dalam kegiatan klinik sanitasi adalah rujukan dari Poli umum, MTBS,
PAL, KIA lalu masuk ke dalam ruang klinik sanitasi.

2. Penyelidikan Epidemiologi (PE)


Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa selama kegiatan klinik
sanitasi didapatkan 6 jenis penyakit berbasis lingkungan. Jenis penyakit
berbasis lingkungan yang di dapatkan di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
di antaranya :
 Tb Paru
 DBD
 Diare
 ISPA
 Penyakit Kulit (Scabies)
 Tifus

Setelah dilakukan kunjungan lapangan terhadap beberapa penderita


penyakit dan dilakukan penyuluhan dan tindak lanjut oleh pihak
puskesmas.

93
3. Penyediaan air
Puskesmas Rawat Inap Kemiling saat ini menggunakan sumur bor untuk
kebutuhan aktivitas sehari – hari, dan menggunakan sumber air kemasan
untuk air minum.
4. Puskesmas Rawat Inap Kemiling rutin melakukan kunjungan ke Home
Industry yang ada di wilayah kerja Puskesmas
5. Puskesmas Rawat Inap Kemiling rutin melakukan penyuluhan tentang
penyakit berbasis lingkungan di posyandu wilayah kerja PuskesmSSSas.

94
DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association (APHA) tentang persyaratan rumah sehat


diakses pada tanggal 17 Mei 2019

Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan (persyaratan rumah


sehat) .Jakarta:EGC , diakses tanggal 17 Mei 2019.

Buharnuddin (2013) Instrumen Penelitian. Diakses dari halaman web pada tanggal 17
Mei 2019 dari
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/pengumpulan-data-dan-
instumen-penelitian-3/

Depkes RI. 2002. Cheklist Penilaian Rumah Sehat. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2007. ‘’ persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman


teknis penilaian rumah sehat’’ diakses pada tanggal 18 Mei 2019

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: Quantum Teaching

Kartowagiran, (2009). Pengembangan Instrumen Kinerja SMKSBI. Yogyakarta.


Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829 / SK / VII / 1999


Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan

Munif, Arifin. Rumah Sehat. (Lumajang : 2009). Diakses 07 maret 2014 ;


http//www.inspeksisanitasi.blogspot.com

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003,


Cet. XII

95
Suharsimi. (2005). ManajemenPenelitian. Jakarta: RinekaCipta. Diakses pada tanggal
17 Mei 2019.

Sukmadinata. , 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

World Health Organization. Definisi Sehat WHO: WHO; 1947 [cited 2016 20
February]. Available from: www.who.int.

96

Anda mungkin juga menyukai