Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PUSKESMAS DI

KOMUNITAS JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES

KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Kelompok :7

Lokasi : Dusun Nambongan Desa Caturharjo Sleman

Ketua Kelompok : Rizky Daffa Putra C (P07133116020)

Anggota :

1. Nirma Kristi Umami (P07133116013)

2. Mufida Kurniawati (P07133116026)

3. Rita Nur Isnaini (P07133116030)

4. Indah Nur Pratiwi (P07133116031)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGGA SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
2019

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama.,

dengan lebih mengutamakan upaya promotiv dan preventif tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajad

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja Puskesmas

tersebut. Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Lingkungan. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilaksanakan dalam

bentuk : Konseling, Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan Intervensi Kesehatan

Lingkungan.

Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan atau

gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial

(Pasal 1, ayat 1, PP RI No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan).

Kesehatan Lingkungan yang juga dikenal sebagai sanitasi sering dipahami

sebagai upaya dan kondisi yang berkaitan dengan kesehatan. Sebagai kondisi

kesehatan, maka kesehatan lingkungaan menciptakan lingkungan yang

mendukung terwujudnya derajat kesehatan kesehatan masyarakat yang

optimal. Permasalahan yang dihadapi berkisar pada upaya pemenuhan

kebutuhan sanitasi dasar untuk mencegah resiko tradisional, namun disisi lain

6
timbul masalah-masalah kesehatn lingkungan akibat pembangunan,

penggunaan ilmu dan tekologi, serta gaya hidup yang dapat menimbulkan

resiko modern.

Sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka objek kajian kesehatan

lingkungan berkaitan dengan dua aspek yaitu kajian secara materia dan kajian

secara formal. Kajian secara material meliputi semua materi yang berada

dalam lingkungan manusia, baik biotik maupun abiotik yang memiliki

pengaruh terhadap kesehatan manusia dan keseimbangan ekologis. Kajian

secara formal meliputi aktivitas, proses perubahan, dan akibat dari objek

kajian material yang ditunjukkan oleh parameter dan indikator. Upaya

kesehatan lingkungan dapat dipandang sebagai fraxis dari ilmu kesehatan

lingkungan, sedangkan kondisi lingkungan sebagai hasil dari upaya yang

merupakan nilai dan manfaat dari ilmu kesehatan lingkungan. Membangun

kesehatan lingkungan baik sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun

sebagai upaya dan kondisi, dibutuhkan komitmen antar pengemban kesehatan

lingkungan, yaitu dengan membangun dan memperkuat institusi pendidikan,

organisasi profesi, dan perangkat-perangkatnya, sehingga kesehatan

lingkungan memiliki metode-metode spesifik dalam memenuhi persyaratan

sebagai ilmu dan profesi.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, menegaskan bahwa Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah

kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,

7
menyetarakan, dan mengintegrasikanantara bidang pendidikan dan bidang

pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan

kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor.

Untuk menghasilkan tenaga kesehatan lingkungan yang berkualitas,

maka diperlukan kurikulum disusun mengacu pada KKNI dan dilaksanakan

oleh pendidikan tinggi kesehatan. Pendidikan tinggi kesehatan merupakan

jenjang kelanjutan dari pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Pendidikan diploma tiga sanitasi jurusan kesehatan lingkungan

menghasilkan lulusan Ahli Madya Kkesehatan Lingkungan yang berperan

sebagai Pelaksana Kegiatan Kesehatan Lingkungan, Pelaksana Penyuluh

Kesehatan Lingkungan, Pelaksana Inspeksi Kesehatan Lingkuungan dan

Asisten Peneliti. Untuk mencapai tujuan tersebut maka mahasiswa diharapkan

mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan

laporan kegiatan tentang kesehatan lingkungan dimasyarakat. Pada semester

ini kegiatan tersebut dikemas dalam mata kuliah Praktik Kerja Puskesmas,

yang menggabungkan antara teori dan praktik lapanagan di komunitas dengan

arahan dan bimbingan dari Puskesmas sebagai pemegang program di wilayah

praktik.

8
B. Tujuan

Dalam program praktik kerja lapangan komunitas diharapkan mahasiswa

mampu :

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan

kesehatan dan lingkungan

2. Mengetahui dan menganalisis masalah yang berada di masyarakat

berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan

3. Menetapkan prioritas masalah yang berada di masyarakat

4. Melaksanakan rencana dan melakukan evaluasi

C. Sasaran

Kegiatan praktik ini diarahkan pada tiga sasaran, yaitu : mahasiswa,

perguruan tinggi dan masyarakat maupun pemerintah daerah yang menjadi

tempat mahasiswa berdarma bakti dan belajar secara nonformal maupun

informal. Dengan berdasar pada ketiga sasaran tersebut, kegiatan ini akan

melibatkan tiga lembaga, yaitu perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah.

D. Peserta

Peserta praktik adalah Mahasiswa/i semester VI Program Studi Diploma Tiga

Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Yogyakarta Kelas Reguler A, yang terbagi dalam beberapa kelompok kecil

beranggotakan 5 mahasiswa/i.

9
E. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Kegiatan PKL Komunitas dilaksanakan mulai tanggal 1 s/d 28 Februari

2019.

2. Tempat

Kegiatan PKL Komunitas dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Sleman, yaitu Padukuhan Nambongan, Desa Caturharjo, Kecamatan

Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda

ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.

Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia

Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program

Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan

yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan

pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok

RPJMN 2015-2019, yaitu:

1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,

2. Meningkatnya pengendalian penyakit,

3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,

4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui kartu

indonesia sehat dan kualitas pengelolaan sjsn kesehatan,

5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta

11
6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,

yaitu:

1. Penerapan paradigma sehat,

2. Penguatan pelayanan kesehatan, dan

3. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (jkn).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan

kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif,

serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan

dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem

rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care

dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN

dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta

kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya

keluarga-keluarga sehat.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk

meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.

Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam

gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di

wilayah kerjanya.

12
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program

Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi

keluarga, yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna

untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah

laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan

nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care

Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

13
Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarganya,

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

fasilitas kesehatan.

Pendekatan keluarga yang dimaksudkan di sini merupakan

pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari

upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan

berikut;

1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil

Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.

2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya

promotif dan preventif.

3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam

gedung.

4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk

pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen

Puskesmas.

14
Konsep Keluarga, yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan

keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu

Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau

individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu

keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak

digunakan sejumlah penanda atau indikator.

Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati

adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga.

Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut;

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak

ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok.

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

15
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga

Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing

indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus

diadakan atau dikembangkan, yaitu:

Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga. Forum komunikasi yang

dikembangkan untuk kontak dengan keluarga. Keterlibatan tenaga dari

masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut;

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa

family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan)

data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga

meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan

akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga

mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan:

mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta

perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan

perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa

flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada

keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer

tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang

16
hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang

mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang

menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat

berupa forum-forum berikut;

a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus

group discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.

c. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK,

dan lain-lain).

d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim,

rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat

diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.

1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu,

kader Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus

PKK, pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di

tingkat Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan

Prokesga oleh Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader

kesehatan).

17
2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga

pengelola data Puskesmas.

3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan

menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.

4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah

oleh Pembina Keluarga.

5. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar

gedung) oleh tenaga teknis/profesional Puskesmas.

6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh

tenaga pengelola data Puskesmas.

Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-

langkah manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2

(Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana

Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan sungguhsungguh agar

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi untuk semua

Puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan

keluarga oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki tiga

peran utama, yakni:

1. pengembangan sumber daya,

2. koordinasi dan bimbingan, serta

3. pemantauan dan pengendalian.

18
Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas

secara umum adalah memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-

sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi

di semua Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga, Dinas

Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan

sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

Peran Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23

Tentang Pemerintahan Daerah berwenang untuk:

1) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka

penyelenggaraan urusan pemerintahan;

2) melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, selain juga

pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan

dan evaluasi.

Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor. Keberhasilan Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga diukur dengan Indeks Keluarga

Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator. Semakin banyak indikator

yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status keluarga tersebut akan

mengarah kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin banyak keluarga

yang mencapai status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya

Indonesia Sehat. Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa

19
keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga juga

sangat ditentukan oleh peran dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar

sektor kesehatan (lintas sektor). Kementerian dan lembaga yang dapat ikut

berperan dalamprogram ini misalnya Kementerian PDT, Kemendikbud,

Kemenristekdikti, Kemenpan & RB, Kemenkominfo, Kemendagri/Pemda,

Kemenperindag, Kemenaker, Kemenag, BKKBN, TNI dan POLRI.

B. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

1. Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu strategi

atau program intervensi yang menitikberatkan pada pencapaian kondisi

sanitasi total dimasyarakat melalui perubahan perilaku higienis, dengan

memberdayakan seluruh komponen didalam masyarakat. STBM

dicanangkan salah satunya adalah untuk memenuhi target sasaran

pembangunan Millenium (MDG’s), yaitu mengurangi jumlah kematian

anak balita yang mengalami sakit diare. Oleh karena itu, upaya dalam

menanggulangi penyakit diare sangat diperlukan. Perlu diketahui,

penyebab sakit diare ada hubungannya dengan kondisi sanitasi, antara

lain : perilaku buang air besar , cuci tangan pakai sabun, cara pengelolaan

air dan makanan, pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan

lima pilar tersebut akan mempermudah upaya meningkatkan akses

sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan

20
mempertahankan keberlanjutan perilaku hidup bersih dan sehat.

Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan sanitasi yang kurang

baik, dan dapat mendorong masyarakat untuk hidup sehat yang mandiri

dan berkeadilan.

Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode

pemicuan, mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara

kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi yang sehat dan mandiri.

2. Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak

buang air besar sembarangan. Latar belakang adanya buang air besar

sembarangan adalah perilaku yang tidak sehat sebagai penyebab

pencemaran lingkungan yang akan berpengaruh tehadap terjadina

penyakit infeksi. Alasan masyarakat ntuk buang air besar

sembarangan adalah masyarakat memiliki anggapan bahwa

pembuatan jamban itu membutuhkan biaya cukup mahal, lebih

nyaman BAB di sungai, dan sudah menjadi kebiasaan buruk sejak

dahulu. Buang air besar atau pembuangan tinja yang tidak memenuhi

syarat sangat berpengaruh teradap penyebaran penyakit berbasis

lingkungan, sehingga untuk memutuskan mata rantai penularan

penyakit perlu di adakan tindakan untuk kejadian tersebut.

21
b. Cuci Tangan Pakai Sabun

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air

bersih yang mengalir. Kebiasaan atau perilaku higienis dengan cuci

tangan pakai sabun, dapa mencegah pola penyebaran penyakit

menular di masyarakat. Lima waktu kritis untuk cuci tangan pakai

sabun yang harus di perhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut :

1) Sebelum makan

2) Sebelum menyiapkan makanan

3) Setelah buang air besar

4) Setelah mengganti popok bayi

5) Setelah memegang unggas/hewan

c. Pengelolaan Air Minum/Makanan Rumah Tangga

Air dalam proses pengolahan makanan menjadi peran penting

karena air berperan besar dalam semua tahapan proses. Dimulai dari

tahap persiapan, air digunakan untuk merendam, mencuci, dan

semua kegiatan membersihkan bahan makanan mentah. Fungsi lain

air pada proses pengolahan makanan adalah media penghantaran

panas selama proses pemasakan, dan media pembersih bagi peralatan

masak atau peralatan dapur, maupun orang yang terlibat dalam

proses pengolahan makanan (Purnawijayanti, 2001).

d. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang aman

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari

kegiatan sehari-hari rumah tangga yang bersifat padat, tidak

22
termasuk tinja dan sampah spesfik. Besarnya sampah yang

dihasilkan disetiap daerah sebanding dengan jumlah penduduk, jenis

aktivitas, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap

material/barang. Semakin besar jumlah penduduk semakin banyak

volume sampah yang dihasilkan. Sampah biasanya dibuang ditempat

yang jauh dari pemukiman manusia. Jika tempat pembuangan

sampah berada dekat dengan pemukiman penduduk, resiko yang di

timbulkan cukup besar. Sampah yang di biarkan menggunung dan

tidak diolah dengan baik bisa menjadi sumber penyakit. Maka dari

itu pengelolaan sampah penting di lakukan agar tidak terjadi

penyebaran penyakit yang ditularkan oleh vektor.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini sampah

dapat dikelola dengan baik dan lebih menguntungkan, biasanya

dikenal dengan istilah 3R (Reduce, Reuse, Recycle), berikut

penjelasannya :

1) Reduce, adalah upaya pengelolaan sampah dengan cara

mengurangi volume sampah itu sendiri.

2) Reuse, cara untuk menggunakan kembali sampah yang ada, untuk

keperluan yang sama atau fungsi yang sama.

3) Recycle, atau daur ulang, adalah pemanfaatan limbah melalui

pengolahan fisik atau kimia, untuk menghasilkan produk yang

sama atau produk lain (Maryunani, 2013).

23
e. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga yang aman

Limbah cair rumah tangga merupakan limbah yang berbentuk

cair yang merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga. Limbah

cair rumah tangga dapat berasal dari kamar mandi, peturasan, cucian

barang/ bahan dari dapur. Limbah cair yang dimaksud bukan berasal

dari WC/jamban keluarga. Limbah cair rumah tangga harus dikelola

dengan baik, apabila dibuang secara sembarangan akan membuat

lingkungan menjadi kotor, berbau, mengurangi estetika dan

kebersihan lingkungan. Selain itu ada beberapa hal pentingnya

limbah cair di kelola dengan baik, di antaranya :

1) Limbah cair harus dikelola dengan baik supaya tidak menjadi

tempat perindukan vektor dan binatang pengganggu lainnya, dan

2) Limbah cair harus di kelola dengan baik supaya tidak menjadi

tempat perkembangbiakan penyakit.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air

limbah, di antaranya (Chandra, 2006) :

1) Dug Well Laterine

Metode ini di lakukan dengan cara membuat lubang diameter 75

cm dengan kedalaman 3-3,5 meter. Didaerah dengan tanah

berpasir, kedalamannya 1,5 – 2 meter. Lubang ini dilapisi

dengan bambu untuk mencegah runtuhnya tanah. Setelah plat

dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan rumah-rumahan.

Manfaat dari tipe ini adalah mudah dibuat dan tidak

24
membutuhkan alat khusus seperti auger, bisa digunakan lebih

lama karena kapasitasnya lebih besar yaitu selama 5 tahun untuk

4-5 orang.

2) Water seal Type of Laterine

Sistem ini memiliki fungsi penting yaitu mencegah kontak

dengan lalat dan mencegah bau busuk. Sistem ini lebih diterima

oleh masyarakat. Persyaratan di dalam sistem ini sebagai

berikut:

a) Lokasi sekitar 15 meter dari sumber air.

b) Memiliki plat untuk jongkok yang terbuat dari bahan yang

mudah di cuci, cepat bersih dan kuat.

c) Memiliki wadah yang di tujukan untuk menampung tinja.

d) Memiliki perangkap yang terbuat dari pipa.

3) Septic Tank

Sistem ini merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan

ekskreta lingkup rumah tangga. Berikut mekanisme kerja septic

tank :

a) Tahap Anaerobic digestion

Pada proses purifikasi benda padat yang di uraikan oleh

bakteri dan jamur mrnjadi senyawa kimia yang sederhana.

b) Tahap oksidasi anaerobik

Cairan yang berupa bakkteri, telur cacing, kista yang keluar

melalui jaringan perpipaan disebut affluent. Bahan-bahan

25
organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir yang

stabil.

4) Sewered Areas

Pada sistem pengolahan ini, dilakukan pengumpulan, dan

pengangkutan ekskreta dan air limbah dari rumah, industri dan

perdagangan yang dilakukan melalui jaringan perpipaan

dibawah tanah menuju ketempat pembuangan akhir. Sistem ini

biasanya di gunakan pada pemukiman padat penduduk

(Chandra, 2006).

C. Pemeriksaan Kesehatan

1. Kesehatan

Sehat menurut Undang- Undang No. 32 tahun 2009 tentang

Kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani),

rohani (mental), spiritual dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari

penyakit, cacat, dan kelemahan, melainkan juga berkepribadian yang

mandiri dan produktif. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya

penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan

pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan

persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang,

dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk

membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

26
Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,

dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti

mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang

belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja, atau bagi yang sudah tidak

bekerja (pensiun) atau usia lanjut, yakni mempunyai kegiatan, misal

sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial

bagi yang lanjut usia (Notoatmodjo, 2007).

2. Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut dengan penyakit gula

darah adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ketidakmampuan

tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

sehingga menyebabkan hiperglikemia (Sulistria, 2013). Diabetes

mellitus yang tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi kronik

(Alfarisi, 2012).

b. Macam-macam Diabetes Mellitus

Ada 2 jenis tipe penyakit diabetes, yaitu

1) Penyakit Diabetes tipe 1

Suatu keadaan dimana tubuh sama sekali tidak dapat

memproduksi insulin. Penderita penyakit ini harus menggunakan

suntikan insulin untuk mengatur gula darahnya. Sebagian

penderita penyakit diabetes tipe 1 adalah anak-anak dan remaja.

2) Penyakit Diabetes tipe 2

27
Penyakit ini terjadi karena penderita tidak kekurangan insulin akan

tetapi insulin tidak dapat digunakan dengan baik. Saat ini tipe

penyakit diabetes tipe 2 sering terjadi pada orang yang berusia

lebih dari 40 tahun, gemuk, dan mempunyai riwayat penyakit

diabetes dalam keluarga.

3) Diabetes Gestasional

Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena

pada kehamilan terjadi perubahan hormonal dan metabolik

sehingga ditemukan jumlah atau fungsi insulin yang tidak optimal

yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi.

c. Gejala Diabetes Mellitus

Gejala umum yang timbul yaitu sering buang air kecil dan

terdapat kandungan gula pada air seninya yang merupakan efek dari

kadar glukosa yang tinggi. Kadar glukosa darah yang tinggi pada

penderita diabetes tidak diserap sepenuhnya oleh sel-sel jaringan

tubuh. Penderita akan kekurangan energi, mudah lelah, dan berat

badan terus menurun (Utami, 2003; Nethan & Delahanty, 2005;

Purwatresna, 2012)

d. Diagnosis Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus dapat didiagnosis dengan cara sebagai berikut

(Dhalimarta, 2006) :

28
1) Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila

ketika puasa kadar glukosa darah >120 mg/dl atau memiliki kadar

glukosa darah 200 mg/dl ketika sedang tidak berpuasa.

2) Seseorang dapat dikatakan terganggu toleransinya apabila ketika

puasa kadar glukosa darah 100-125 mg/dl atau memiliki kadar

glukosa darah 140-199 mg/dl ketika sedang tidak berpuasa

3) Seseorang dapat dikatakan normal tidak menderita diabetes

mellitus apabila ketika puasa kadar glukosa darah <110 mg/dl atau

memiliki kadar glukosa darah 140 mg/dl ketika sedang tidak

berpuasa

e. Pengendalian Diabetes Mellitus

1) Pendekatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di

fasilitas layanan primer (Pandu PTM)

2) Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)

Bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap

faktor risiko baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat

lingkungan sekitarnya.

3) CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM

Program CERDIK, pesan peningkatan gaya hidup sehat :

C : Cek kondisi kesehatan secara berkala

E : Enyahkan asap rokok

R : Rajin aktivitas fisik

D : Diet sehat dengan kalori seimbang

29
I : Istirahat yang cukup

K : Kendalikan stres

Program PATUH :

P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter

A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur

T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang

U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman

H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.

3. Asam Urat

a. Pengertian

Asam urat adalah asam yang dihasilkan setiap manusia

berbentuk kristal yang merupakan produk akhir dari proses

metabolisme atau pemecahan purin, yaitu salah satu komponen asam

nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Purin terdapat dalam

sayur, buah, kacang-kacangan, daging, jeroan, dan sarden. Senyawa

asam urat memiliki sifat sukar larut dan mudah mengendap jika

kadarnya meningkat beberapa miligram saja. Namun, bila produksi

asam urat menjadi sangat berlebihan atau pembuangannya berkurang

(eksresi berkurang), akibatnya kadar asam urat dalam darah menjadi

tinggi. Asam urat diekresi melalui ginjal dan saluran cerna.

b. Makanan Tinggi Purin

30
Purin adalah bahan utama pembentuk asam urat. Makanan yang

mengandung tinggi purin adalah daging, ikan, kacang-kacangan, dan

jeroan. Selain itu alkohol juga memiliki kadar purin tinggi.

c. Kadar Asam Urat

Kadar asam urat normal untuk laki-laki adalah 3,4-7,0 mg/dL

sedangkan untuk perempuan adalah 2,4-6,5 mg/dL. Asam urat yang

beredar dalam darah tidak akan menimbulkan penyakit jika kadarnya

berada pada batas normal.

d. Pengobatan Asam Urat

1) Pengobatan Medis

Menggunakan obat-obatan kimia, dapat dilakukan dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. Pengobatan jangka

pendek dilakukan dengan pemberian obat anti nyeri yang

bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghilangkan

bengkak. Sedangkan pengobatan jangka panjang dilakukan dengan

pemberian obat yang berfungsi menghambat xanthine oxidase.

2) Pengobatan NonMedis

Yaitu menjalankan pola hidup sehat yang bertujuan untuk

mencegah dan mengobat penyakit asam urat. Dapat dilakukan

dengan diet makanan, yaitu dengan mengurangi makanan tinggi

purin dan disertai olahraga secara teratur (Wijayakusuma, 2007)

3) Pengobatan Herbal

31
Yaitu pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat

yang mempunyai khasiat anti inflamasi seperti kunyit, sambiloto,

dan daun sendok atau tanaman obat yang memiliki khasiat

penghilang rasa sakit (analgesik) seperti sandiguri dan biji adas.

4. Kholesterol

a. Pengertian

Penyakit kolesterol merupakan penyakit yang harus diwasapdai,

penyakit kolesterol membawa dampak negatif bagi tubuh dan

merupakan salah satu penyakit yang membawa penyakit lainnya

mudah timbul, seperti penyakit komplikasi seperti penyakit jantung

koroner, penyakit hipertensi, gangguan fungsi hati, obesitas, diabetes,

dan penyakit lainnya yang berpeluang hinggap pada tubuh karena

kolesterol tinggi. Namun penyakit kolesterol dapat dicegah sedini

mungkin, dengan cara mengatur pola hidup, mengurangi sumber

makanan yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol dalam darah

manusia terbagi menjadi 2 jenis yakni kolesterol LDL (kolesterol

jahat) dan HDL ( kolesterol baik). LDL apabila terlalu tinggi dan tidak

seimbang dengan kolesterol baik HDL dapat menyebabkan

penempelan di dinding pembuluh darah.

b. Kadar Kolesterol Darah dalam Tubuh Manusia

1) Kurang dari 200mg/dl = tingkat kolesterol yang sangat baik.

Apabila kadar LDL, HDL, dan trigliserida kurang dari 200 mg/dl,

maka kita tidak beresiko untuk terkena penyakit jantung.

32
Walaupun demikian, sebaiknya kita tetap makan yang tidak terlalu

berlemak, rajin berolaharga dan menghindari rokok. Pastikan kita

memeriksa kadar kolesterol kita paling tidak ssetiap 5 tahun sekali

atau menurut rekomendasi dokter.

2) 200-239 mg/dl = tingkat kolesterol yang cukup. Jika total

kolesterol adalah sekitar 200-239 mg/dl, maka biasanya dokter

akan memeriksa kadar LDL, HDL, dan triglyceride.

3) Lebih dari 240 mg/dl = tingkat kolesterol yang beresiko tinggi.

Orang yang mempunyai total kolesterol diatas 240 mg/dl beresiko

2 kali lebih besar terkena serangan jantung.

4) Kadar HDL, semakin tinggi kadar HDL semakin kecil resiko

terkena penyakit jantung. Kadar HDL yang normal untuk pria

berkisar antara 40-50 gr/dL, wanita antara 20-60 mg/dL.

5) Kadar LDL.

Sebaliknya, semakin sedikit kadar DL dalam darah, maka semakin

kecil resiko terkena penyakit jantung. Pada umumnya, kadar

LDL dalam kategori sebagai berikut :

a) < 100 mg/dL = sangat baik

b) 100-129 mg/dL = diatas rata-rata

c) 130-159 mg/dL = cukup

d) 160-189 mg/dL = buruk (resiko tinggi)

e) > 190 mg/dL = sangat buruk (resiko sangat tinggi).

6) Kadar Trigliserida.

33
Sejenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ

tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat

meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat

mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah, misalnya

kegemukan, konsumsi alkohol, gula dan makanan berlemak.

a. < 150 mg/dL = baik

b. 150-199 mg/dL = cukup

c. 200-499 mg/dL = tinggi

d. 500 mg/dL = sangat tinggi

D. Posyandu dan Posbindu

1. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk

dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar/ sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu

dan Angka Kematian Bayi. (Kemenkes RI : Direktorat Bina Gizi).

Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes,

Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat

yaitu : (1) Posyangu Pratama; (2) Posyandu Madya; (3) Posyandu

Purnama dan (4). Posyandu Mandiri (Depkes RI, 2006).

a. Posyandu Pratama

34
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang

ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara

rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.

Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu,

disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum

siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk

perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah

jumlah kader.

b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata

jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima

kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat

dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan

dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta

lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

c. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader

sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta

mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah

memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh

35
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%

KK di wilayah kerja Posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata

kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan

utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan

serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang

dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang

dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat,

sehingga terjamin kesinambungannya.

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial

dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak.

Dalam pelaksanaannya dilakukan secara koordinatif dan integratif

serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk

kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai dengan

situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap

memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat.

2. Posbindu

Pos pembinaan terpadu usia lanjut merupakan suatu wadah

pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat yaitupembentukan dan

pelaksanaan oleh masyarakat, LSM, sektoral pemerintahan dan non-

36
pemerintahan, swasta, organisasi sosial dan lain-lain dengan titik berat

upaya promotif dan preventif. Tujuan utama diadakanya posbindu adalah

meningkatkan kesehatan usia lanjut agar dapat mencapai mutu kehidupan

yang berkualitas dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat. Pembinaan kesehatan lansia memiliki sasaran langsung:

a. Kelompok pralansia (45-60)

b. Kelompok lansia (>60 tahun)

c. Kelompok lansia dengan risiko tinggi (70 tahun keatas)

Sasaran tidak langsung meliputi:

a. Keluarga dimana lansia berada

b. Organisasi yang bergerak dalam pembinaan lansia

E. TABO

1. TABO dan Jumantik

TABO (Tanggap Bocah) merupakan juru pemantau jentik

(jumantik) yang bertugas untuk mempromosikan 3 M plus kepada

masyarakat sekaligus berperan aktif di lingkungan untuk memantau

berkala jentik nyamuk. Perlu terobosan dalam rekrutmen kader kesehatan

dimana permasalahan selama ini orang-orang dewasa telah sibuk dengan

aktivitas bekerja di luar rumah, sehingga akhirnya perlu dimunculkan

anak usia SD sebagai kader kesehatan tambahan. Usia ini dipilih karena

pada usia ini anak cenderung jujur dan apa adanya. Anak tidak

berbohong dan melakukan apa adanya. Pada usia tersebut anak juga tidak

terlalu banyak memiliki aktivitas sehingga dapat diajak kegiatan.

37
Ketertarikan anak pada aktivitas luar rumah dan teman sebaya juga

menjadi alasan dipilihnya usia ini. Kader kesehatan tambahan ini dinamai

sebagai Tanggap Bocah (TABO) dengan tugas sebagai jumantik cilik.

Pada tahun 2015, Dinas Kesehatan Yogyakarta mencatat jumlah

penderita demam berdarah mencapai 945 orang. Sedangkan Dinas

Kesehatan Kabupaten Sleman sendiri telah mencatat adanya 538 kasus

demam berdarah. Jumlah tersebut memang lebih sedikit jika

dibandingkan dengan 736 kasus DBD yang terjadi pada tahun 2013.

Akan tetapi, hal ini belum bisa menjanjikan apapun mengingat pada

tahun 2013 wilayah Yogyakarta termasuk ke dalam tiga besar provinsi

dengan IR DBD tertinggi sebesar 95,5 per 100.000 penduduk. Selain itu,

hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman merupakan daerah

endemis termasuk kecamatan Sleman. Data Puskesmas Sleman tahun

2015 mencatat sebanyak 28 kasus dari lima desa cakupan (Tridadi,

Caturharjo, Triharjo, Trimulyo, dan Pandowoharjo), angka tersebut

meningkat dibandingkan tahun 2014 yaitu 25 kasus. Angka bebas jentik

pada tahun 2014 adalah 92,5% dan meningkat lebih baik pada tahun

2015 yaitu 94,6%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa

kewaspadaan terhadap DBD masih harus terus ditingkatkan.

Hal yang paling menentukan dan menjadi kunci penting dalam

kegiatan ini adalah keluarga. Karena anggota TABO terdiri dari anak-

anak, dan anak-anak adalah bagian dari keluarga. Tim UKM Puskesmas

Sleman melakukan sosialisasi keluarga bersama dengan kader kesehatan

38
di masing-masing dusun. Maksud dan tujuan kegiatan TABO ini

dijelaskan sekaligus memaparkan situasi lingkungan saat itu termasuk

bahayanya peyakit demam berdarah yang sedang banyak menjangkit

warga. Perubahan perilaku menjadi hidup bersih dan sehat tidak hanya

dilakukan oleh orang dewasa tetapi sejak dini yaitu anak-anak sehingga

di kemudian hari anak-anak dapat melanjutkan dan menerapkan apa yang

sudah dipelajarinya sejak dini. Sehingga partisipasi anak-anak sangat

dibutuhkan dalam kegiatan TABO dalam rangka menekan angka

kejadian DBD dan mewujudkan perilaku hidup bersih sehat.

Dalam rangka mendukung dan mewujudkan keberlanjutan kegiatan

TABO, dilakukan penjalinan kerjasama, koordinasi dan pelibatan

berbagai pihak yang berkepentingan yaitu instansi pemerintah setempat.

Inisiatif kegiatan TABO disampaikan melalui rapat koordinasi tingkat

desa selanjutnya muncul SK pembentukan kader jumantik TABO di

tingkat desa. Pada tingkat kecamatan melalui rapat koordinasi tingkat

kecamatan serta melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten Sleman

terkait dengan adanya kegiatan TABO dalam rangka menekan angka

kejadian DBD dan perilaku bersih dan sehat.

TABO pertama kali didirikan pada tahun bulan April 2009 di satu

dusun saja yakni dusun Ganjuran Desa Caturharjo. Saat itu TABO

memiliki anggota sebanyak 35 anak. Angka Bebas Jentik (ABJ) saat itu

di dusun Ganjuran adalah ABJ 85 %. Program TABO berjalan selama 1

39
tahun dan dievaluasi menunjukkan keberhasilan dengan penurunan ABJ

menjadi 90 %.

Berikut adalah urutan terbentuknya TABO di setiap dusun sejak

tahun 2009 :

a. Tahun 2009

Dusun Ganjuran Jumlah Tanggap Bocah 35 anak, jumlah Pendamping

8 orang

b. Tahun 2010

1) Dusun Ngangkruk, Desa Caturharjo Jumlah TABO 35 anak, kader


pendamping 6 orang
2) Dusun Medari Gede , Desa Caturharjo Jumlah TABO 30 anak,
kader pendamping 6 orang
3) Dusun Nambongan . Desa Caturharjo Jumlah TABO 50 anak,
Pendamping 12 orang
4) Dusun Plalangan, Desa Pandowoharjo, Jumlah TABO 30,
Pendamping 4 orang
5) Murangan VIII, Desa Triharjo, Jumlah TABO 85 Anak,
Pendamping 10 orang
6) Kadisobo I, Desa Trimulyo, Jumlah TABO 35 Anak, Pendamping
4 orang
7) Dusun Jaban, Desa Tridadi , Jumlah TABO 40 anak, Pendamping 4
orang
c. Tahun 2011

1) Dusun Jetis, Desa Caturharjo, Jumlah TABO 35 anak, Pendamping


8 orang
2) Dusun Ngemplak Desa Caturharjo, jumlah TABO 30 anak,
Pendamping 6 orang
3) Dusun Jogokerten Tegal, Desa Trimulyo, jumlah TABO 20 anak,
pendamping 5 orang
4) Dusun Jogokerten, Desa Trimulyo, jumlah 25 anak, pendamping 6
orang
5) Mancasan Desa. Pandowoharjo, jumlah TABO 25 orang,
pendamping 6 orang

40
6) Pisangan, Desa Tridadi , jumlah TABO 55 anak, Pendamping 7
orang
d. Tahun 2012

1) Dusun Kleben Caturharjo jumlah TABO 30 anak, pendamping 6


orang
2) Mangunan, Desa Caturharjo Jumlah TABO 50 anak, Pendamping 8
orang
3) Desa, Mantaran, Desa Trimulyo, jumlah TABO 30 anak,
Pendamping 6 orang
4) Panggeran IX, Desa Triharjo, junmlah TABO 65 anak,
pendamping 10 oarang
5) Jembulan, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 20anak,
pendamping 4 orang
6) Dukuh, Desa Tridadi, jumlah TABO 40 anak pendamping 10 orang
e. Tahun 2013

1) Nglampar Mrisen, Desa Caturharjo, Jumlah TABO 30 anak,


pendamping 6 orang
2) Sanggrahan, Desa Caturharjo , Jumlah TABO 35 anak , 6 anak
3) Kepitu, Desa Trimuyo, jumlah TABO 25 anak, pendampuing 7
orang
4) Dusun Murangan VII, Desa Triharjo, jumlah TABO 65 anak,
pendamping 9 orang
5) Brayut Desa Pandowoharjo, Jumlah TABO 30 anak pendamping 5
orang
6) Tlacap, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 20 anak, pendamping 4
orang
7) Wadas, Desa Tridadi, jumlah TABO 50 anak, pendamping 8 orang
f. Tahun 2014

1) Bejen, Desa Caturharjo, jumalah TABO 25 anak, kader


Pendamping 4 orang
2) Medari Cilik, Desa Caturharjo, jumlah TABO 30 anak, kader
pendamping 4 orang
3) Kemloko Desa Caturharjo, jumlah TABO 25 anak, Pendamping 5
orang
4) Dusun Kepanjen, Karang, Desa Trimulyo, jumlah TABO 46 anak,
pendamping 6 orang
5) Krapyak, Desa Triharjo, jumlah TABO 30 anak , pendamping 4
oarang

41
6) Sleman III, Desa Triharjo , jumlah TABO 50 anak, pendamping 10
orang
7) Temulawak Desa Triharjo, jumlah TABO 60 anak, pendamping 10
orang
8) Saragan, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 20 pendamping 4
orang
9) Dusun Jabung, Desa Pandowoharjo jumlah TABO 35 anak
Pendamping 6 orang
10) Beteng Desa Tridadi, jumlah TABO 50 anak, Pendamping 15
orang
11) Sleman Permai II, Tridadi, jumlah TABO 25 anak, pendamping 7
orang
12) Dusun Drono, Desa Tridadi jumlah TABO 20 anak, pendamping 5
orang
13) Dusun Pangukan, Desa Tridadi jumlah TABO 10 anak,
pendamping 4 orang
g. Tahun 2015

1) Dusun Sidorejo, Desa Caturharjo, jumlah TABO 30 anak,


Pendamping 6 orang
2) Dusun Klegen, Desa Trimulyo, jumlah TABO 25, pendamping 4
orang
3) Kalakijo Desa Triharjo, jumlah TABO 25 anak pendamping 8
orang
4) Dusun Sucen, Desa Triharjo , Jumlah TABO 55 anak, Pendamping
10 orang
5) Dusun Berkisan Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 30 anak,
pendamping 6 orang
6) Dusun Krandon, Desa Pandowoharjo jumlah TABO 25 anak,
pendamping 5 orang
7) Gawar, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 25 anak, pendmping 5
orang
8) Majegan Desa Pandowoharjo jumlah 30 anak, pendamping 5 orang
9) Nyaen Ngelo, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 20 anak
pendamping 4 anak
10) Sleman Permai I, Tridadi, jumlah TABO 30 anak, pendamping 6
orang
11) Dusun Paten, Desa Tridadi jumlah TABO 30 anak pendamping 5
orang

42
12) Ngemplak Caban, Desa Tridadi, jumlah TABO 30 anak,
pendamping 6 orang
13) Beran Lor, Desa Tridadi Jumlah TABO 30 anak, pendamping 15
orang
14) Dusun Beran Kidul, Desa Tridadi, jumlah TABO 35 anak,
Pendamping 10 orang
15) Dusun . Bangunrejo, Desa Tridadi, jumlah TABO 25 anak,
pendamping 6 orang
16) Kebon Agung, Desa Tridadi, jumlah TABO 25 anak, pendamping
6 orang
h. Tahun 2016

1) Keceme ,Desa Caturharjo, jumlah TABO 25 anak, pendamping 4


orang
2) Ngaglik, Desa Caturharjo, Jumlah TABO 30 anak, Pendamping 8
oarang
3) Dusun Klumprit, Desa Caturharjo jumlah TABO 20 anak,
Pendamping 3 orang
4) Dalangan, Desa caturharjo, jumlah TABO 20 anak, Pendamping 4
orang
5) Dusun, Blunyah, Desa Trimulyo, jumlah TABO 20 anak,
pebndamping 4 orang
6) Dusun Sebayu, Desa Triharjo, jumlah TABO 35 anak, pendamping
6 orang
7) Panggeran XII Desa Triharjo, jumlah TABO 20 anak, pendamping
4 orang
8) Dusun Jetakan, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 20 anak
pendamping 4 orang
9) Dusun Karang Tanjung, Desa Pandowoharjo, Jumlah TABO 20
anak
10) Dusun Gabugan, Desa Pandowoharjo, jumlah TABO 20 anak, 4
orang
11) Perum Griya Taman ASRI ( GTA ), Desa Pandowoharjo, jumlah
TABO 20 anak, pendamping 6 orang
12) Denggung, Desa Tridadi Jumlah TABO 50 anak Pendamping 10
orang
13) Dusun Josari Desa Tridadi, jumlah TABO 55 anak Pendamping 12
orang

43
2. Pemilahan Sampah

a. Pengertian Sampah

Pengertian Sampah adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil

dari proses produksi, baik itu industri maupun rumah tangga.

Definisi lain dari sampah adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh

manusia setelah proses/ penggunaannya berakhir. Adapun material

sisa yang dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari manusia,

hewan, ataupun dari tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud

dari sampah tersebut bisa dalam bentuk padat, cair, ataupun gas.

Pengertian sampah menurut para ahli :

1) Juli Soemirat

Menurut Juli Soemirat pengertian sampah adalah barang padat

yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang tidak lagi

dikehendaki.

2) Azwar

Menurut Azwar pengertian sampah adalah sebagian dari sesuatu

yang tidak digunakan, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus

dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan

manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis

karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk

kedalamnya.

44
3) Bahar

Menurut Bahar definisi sampah adalah suatu barang yang harus

bersifat padat yang tidak lagi dipergunakan dan dibuang,

sehingga barang tersebut tidak bisa diuraikan dengan sempurna

oleh alam yang akhirnya mengakibatkan kerusakan.

4) Basriyanta

Menurut Basriyanta sampah adalah suatu material yang tidak


lagi dipakai sehingga dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi
sampah masih dapat digunakan jika didaur ulang menjadi
sesuatu yang baru.
5) Tanjung
Menurut Tanjung, definisi sampah adalah barang yang tidak
berguna lagi sehingga dibuang oleh pemiliknya.
6) Wijaya Jati
Menurut Wijaya Jati, pengertian sampah secara sederhana
adalah konsekuensi sisa dari selurih kegiatan (aktivitas)
manusia.
7) World Health Organization (WHO)
Menurut WHO pengertian sampah adalah barang yang berasal
dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak
dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.
8) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI arti sampah adalah barang yang dibuang oleh
pemiliknya karena tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi,
misalnya kotoran, kaleng minuman, daun-daunan, kertas, dan
lain-lain.

45
b. Jenis-Jenis Sampah
Sampah bisa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber,
sifat, dan juga berdasarkan bentuknya. Pembagian jenis-jenis sampah
ini bertujuan untuk memberikan pengolahan yang tepat pada masing-
masing jenis sampah. Jenis-jenis sampah antara lain :
1) Jenis Sampah Berdasarkan Sumbernya
a) Sampah yang berasal dari manusia
b) Sampah dari alam
c) Sampah konsumsi
d) Sampah nuklir/ Limbah radioaktif
e) Sampah industri
f) Sampah pertambangan

2) Jenis Sampah Berdasarkan Sifatnya


a) Sampah Organik (Degradable); Pengertian sampah organik
adalah sampah yang dapat membusuk dan terurai sehingga
bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa makanan, daun
kering, sayuran, dan lain-lain.
b) Sampah Anorganik (Undegradable); Pengertian sampah
anorganik adalah sampah yang sulit membusuk dan tidak
dapat terurai. Namun, sampah anorganik dapat didaur ulang
menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Misalnya botol
plastik, kertas bekas, karton, kaleng bekas, dan lain-lain.
3) Jenis Sampah Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, diantaranya:
a) Sampah Padat; Sampah pada merupakan material yang
dibuang oleh manusia (kecuali kotoran manusia). Jenis
sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan gelas, kaleng
bekas, sampah dapur, dan lain-lain.

46
b) Sampah Cair; Sampah cair merupakan bahan cair yang
tidak dibutuhkan dan dibuang ke tempah sampah. Misalnya,
sampah cair dari toilet, sampai cair dari dapur dan tempat
cucian.
c. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Manusia
Pada umumnya sampah memberikan dampak buruk bagi
masyarakat. Menurut Gelbert dkk (1996), ada tiga dampak sampah
terhadap manusia dan lingkungannya:
1) Dampak Sampah Terhadap Kesehatan
Penanganan sampah yang tidak baik akan memberikan dampak
buruk bagi kesehatan masyarakat di sekitarnya. Sampah tersebut
akan berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan, seperti:
Penyakit diare, tifus, kolera, Penyakit jamur, dan Penyakit
cacingan.
2) Dampak Sampah Terhadap Lingkungan
Selain berdampak buruk terhadap kesehatan manusia,
penanganan sampah yang tidak baik juga mengakibatkan
dampak buruk bagi lingkungan. Seringkali sampah yang
menumpuk di saluran air mengakibatkan aliran air menjadi tidak
lancar dan berpotensi mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah
cair yang berada di sekitar saluran air akan menimbulkan bau
tak sedap.
3) Dampak Sampah Terhadap Sosial dan Ekonomi
Penanganan sampah yang tidak baik juga berdampak pada
keadaan sosial dan ekonomi. Beberapa diantaranya adalah:
a) Meningkatnya biaya kesehatan karena timbulnya penyakit
b) Kondisi lingkungan tidak bersih akibat penanganan sampah
yang tidak baik. Hal ini pada akhirnya akan berdampak
pada kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan.

47
d. Cara Pengelolaan Sampah
Mengacu pada pengertian sampah dan jenis-jenisnya, diperlukan
penanganan dan pengelolaan sampah dengan cara yang baik.
Merujuk informasi dari Departemen Pekerjaan Umum kota
Semarang (2008), penanganan sampah dapat dilakukan dengan
pengelolaan sampah 3R. Berikut penjelasan pengelolaan sampah 3R
tersebut:
1) Reuse (Menggunakan Kembali)
Ini adalah metode penanganan sampah dengan cara
menggunakan kembali sampah tersebut secara langsung, baik
untuk fungsi yang sama atau fungsi lain.
2) Reduce (Mengurangi)
Ini adalah metode pengelolaan sampah dengan cara mengurangi
segalah hal yang dapat menyebabkan timbulnya sampah.
3) Recycle (Daur Ulang)
Ini merupakan metode pengelolaan sampah dengan cara
mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang baru dan dapat
digunakan.

48
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Metode Pelaksanaan Kegiatan

1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Dalam melaksanakan kegiatan pendataan kesehatan dalam Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyiapkan form pengisan PISPK, berserta lampiran data dan

Wawancara dengan masyarakat setempat dengan menggunakan

formulir Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PISPK).

b. Melakukan pendataan dengan datang rumah ke rumah melakukan

pemeriksaan kesehatan dan wawancara terkait dengan ksehatan

keluarga.

c. Merekap data hasil dari pendataan, kemudian diserahkan ke

Puskesmas.

d. Melakukan validasi data di Puskesmas untuk mengetahui capaian

hasil pendataan.

2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Dalam melaksanakan kegiatan pemicuan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Wawancara dengan masyarakat setempat dengan menggunakan

formulir Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PISPK).

49
b. Menganalisa keadaan masyarakat yang belum menggunakan sarana

jamban, sarana pembuangan sampah padat rumah tangga dan

sarana pembuangan air limbah baik tinja maupun limbah domestik.

c. Mengambil keputusan untuk menentukan pelaksanaan pemicuan

STBM.

d. Mengundang masyarakat yang belum menggunakan sarana jamban,

sarana pembuangan sampah padat rumah tangga dan sarana

pembuangan air limbah baik tinja maupun limbah domestik untuk

menghadiri pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

e. Pelaksanaan STBM dilaksanakan di rumah Pak Bambang

Supriyanto selaku Kepala Dukuh Nambongan.

f. Membuat peta wilayah dusun Nambongan untuk di jadikan

pemetaan pada pemicuan. Pembuatan peta wilayah dilakukan

dengan menggambar di halaman rumah Kepala Dukuh

menggunakan kapur gamping.

g. Pelaksanaan STBM dimulai dengan sambutan Kepala Dukuh

Nambongan, kemudian dilanjutkan sepatah dua patah dari pihak

Puskesmas. Dan dilanjutkan dengan pemicuan di halaman rumah

Kepala Dukuh Nambongan.

h. Pemicuan STBM dimulai dengan ice breaking mengajak

masyarakat untuk mencuci tangan dengan benar.

i. Pemicuan dimulai dengan mengajak masyarakat untuk komitmen

untuk melaksanakan pilar-pilar STBM seperti tidak buang air besar

50
disembarang tempat, melakukan pengolahan sampah dan

pengolahan air limbah dengan benar.

j. Kemudian mengajak masyarakat untuk masuk kedalam ruangan

kembali, untuk mendengarkan pemaparan resiko yang ditimbulkan

akibat tidak melaksanakan pilar-pilar STBM dengan benar,

pemaparan tersebut dipaparkan oleh Dokter dari Puskesmas

Sleman.

k. Penutupan acara Pemicuan.

3. Pemeriksaan Kesehatan

Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan pendataan berapa jumlah warga yang akan mengikuti

pemeriksaan kesehatan.

b. Menyiapkan form pengisan hasil pemeriksaan serta alat dan bahan

yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

c. Melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan analis kesehatan dan perawat.

d. Merekap data hasil dari pemeriksaan kesehatan, kemudian

diserahkan ke Puskesmas.

4. Posyandu dan Posbindu

Dalam melaksanakan kegiatan Posyandu dan Posbindu perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyiapkan form pengisan posyandu dan posbindu.

51
b. Menyiapkan alat alat yang akan digunakan dalam melaksanakan

kegiatan Posyandu dan Posbindu.

c. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan Posbindu.

d. Merekap data hasil dari pengukuran dan pemeriksaan kesehatan

yang telah dilaksankan pada kegiatan Posyandu dan Posbindu,

kemudian diserahkan ke Puskesmas.

5. TABO

a. Menyiapkan undangan untuk kegiatan TABO.

b. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam melaksanakan

kegiatan TABO dan lomba pilah sampah.

c. Melaksanakan kegiatan TABO.

d. Mendata hasil dari kegiatan jumatik yang telah dilaksankan oleh

TABO, kemudian diserahkan ke Puskesmas.

B. Alat dan Bahan

1. Kegiatan PIS-PK

Alat dan Bahan :

a. Form PISPK

b. Lampiran fotokopi KK dan BPJS

c. Sticker PISPK

d. Alat tulis

e. Tas/map

f. Borang rekapan data

52
2. Kegiatan Pemicuan STBM

Alat dan Bahan :

a. Wireless

b. Microphone

c. Lembar penandatanganan komitmen

d. Daftar hadir

e. Kamera

f. Denah Dusun

g. Kertas kosong

h. Kertas warna warni

i. Alat tulis

j. Kapur gamping

k. Serbuk gergaji

3. Posyandu dan Posbindu

Alat dan Bahan

a. Posyandu

Alat dan Bahan :

1) Timbangan bayi

2) Timbangan biasa

3) Pengukur tinggi badan

4) Metyline (pengukur lingkar kepala)

5) Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

6) Vitamin A

53
7) KMS balita

b. Posbindu

Alat dan bahan:

1) Timbangan dewasa

2) Pengukur tinggi badan

3) Tensimeter

4) Metyline (pengukur lingkar perut)

5) Buku pemantauan kesehatan

6) Buku registrasi lansia di posbindu

4. Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan

Alat dan bahan :

a. Surat pemeriksaan kesehatan

b. Daftar hadir peserta

c. Alat tulis

d. Tensimeter

e. Stick gula darah, asam urat, kolesterol

f. Lancet

g. Masker

h. Handscoon

i. Alkohol

j. Kapas

5. Kegiatan TABO

a. Jumantik

54
Alat dan bahan :

1) Sticker

2) Senter

3) Formulir pemantauan jentik

4) Alat tulis

b. Kegiatan Lomba Pilah Sampah

Alat dan bahan:

1) Sampah organik dan non organik

2) Tempat sampah

3) stopwatch

C. Rancangan Rencana Kegiatan

TERLAMPIR (Lampiran I)

55
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sleman

Pusat Kesehatan Masyarakat Sleman terletak di Pedukuhan Srimulyo

Kelurahan Triharjo Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman bagian tengah,

atau di jalan Kapten Hariyadi no. 06 Trimulyo Sleman, Telpon (0274)

868374 merupakan daerah perbatasan antara wilayah agraris dan perkotaan

yang wilayahnya memanjang dengan bentang lebih kurang 4 km. Luas

wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Sleman secara keseluruhan

mencapai 31.320.000 Ha tinggi permukaan laut 2.430m dan suhu

maksimal/minimal 34°C/22°C.

Pusat kesehatan masyarakat Sleman merupakan pusat kesehatan

masyarakat Rawat jalan dan Rawat Inap di Kecamatan Sleman. Berdiri

tahun 1984, Sleman, menempati tanah seluas 900 m2.

Secara Administratif Wilayah Pusat Kesehatan Masyarakat Sleman

terdiri dari 5 desa dan 83 dusun, 477 RT, 203 RW dan terinci menjadi : Desa

Triharjo 12 dusun , Desa Tridadi 15 Dusun, Desa Trimulyo 14 dusun, Desa

Caturharjo 20 Dusun dan Desa Pandowoharjo 22 Dusun.

1. Batas-batas wilayah Puskesmas Sleman

1) Sebelah Utara : Kecamatan Turi

2) Sebelah Timur : Kecamatan Ngaglik

3) Sebelah Selatan : Kecamatan Mlati

4) Sebelah Barat : Kecamatan Tempel

56
2. Jarak dengan Pusat Pemerintahan

1) Kelurahan / Desa terjauh : 5 Km

2) Kecamatan : 3 Km

3) Kabupaten : 3 Km

4) Propinsi : 15 Km

3. Keadaan Cuaca

1. Jumlah hari dengan curah hujan terbanyak : 20 hari

2. Banyak nya curah hujan : 2.250 mm3/Th

Wilayah kerja Puskesmas Sleman dapat dilihat pada peta berikut:

57
B. Hasil Kegiatan

1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Dusun : Nambongan

Desa/kalurahan : Caturharjo

Jumlah KK : 339

Jumlah bangunan : 281

Waktu pelaksanaan : 1-16 Februari 2019

Pelaksanaan kegiatan:

Melakukan
Menyiapkan
pendataan
form dan
dan Perekapan
kelengkapan
pemeriksaan data hasil Validasi data
berkas berupa
PISPK dari PISPK
Fotokopi KK
rumah ke
serta BPJS
rumah

2. STBM

Kegiatan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dilakukan

pada tanggal 14 Februari 2019 di rumah Pak Bambang Supriyanto selaku

Kepala Dukuh Nambongan Desa Caturharjo. Sasaran peserta pemicuan

ini adalah warga Dukuh Nambongan dengan total yang di undang 50

peserta dan yang hadir sejumlah 39 orang. Berikut data profil dusun

Nambongan :

1. Lokasi : Nambongan

2. Luas Wilayah : 21 Ha

3. Jumlah RT : 6

58
4. Jumlah RW : 2

5. Jumlah Penduduk : 1003

6. Jumlah KK : 334

7. Jumlah Rumah : 276

8. Rumah tidak ada WC : 14

9. Jumlah Sarana Air Bersih : 260

10. Jumlah KK, CTPS : 276

11. Jumlah rumah ada SPAL : 257

12. P. Sampah Rumah Tangga : -

3. Pemeriksaan Kesehatan

a. Kegiatan : Pemeriksaan Kesehatan

b. Dusun : Nambongan

c. Desa/Kelurahan : Caturharjo

d. Jumlah Peserta : 109 orang

e. Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 21 Februari 2019

f. Hasil Pemeriksaan Kesehatan TERLAMPIR

Pelaksanaan Kegiatan

Pemeriksaan
Pemeriksaan Kadar Gula
tekanan darah darah, Asam
serta Urat, dan
Pendaftaran Registrasi Kholesterol
pencatatan serta
hasil pencatatan
pemeriksaan hasil
pemeriksaan

59
4. Posyandu dan Posbindu

1) Posyandu

Nama posyandu : Widyasari

Dusun : Nambongan

Desa/kalurahan : Caturharjo

Jumlah balita : 80 balita

Tanggal timbang : 23 Februari 2019

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan TERLAMPIR.

Pelaksanaan kegiatan:

Pengukuran
TB, BB, dan
lingkar kepala
serta Pemberian Pengambilan
Pendaftaran
pencatatan vitamin A PMT
hasil
pengisian
KMS

b. Posbindu

Tanggal : 23 Februari 2019

Tempat : Padukuhan Nambongan

Jumlah yang ikut : 49 orang

Hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut dan

tekanan darah TERLAMPIR.

Pelaksanaan kegiatan:

60
Pengukuran
tinggi badan, Pemeriksaan
Pencatatan
berat badan, kesehatan
Pendaftaran hasil
lingkar perut oleh
pengukuran
dan tekanan Puskesmas
darah

5. Tanggap Bocah (TABO)

Kegiatan : TABO (Tanggap Bocah)


Dusun : Nambongan
Desa/Kelurahan : Caturharjo
Jumlah Peserta : 46 orang
Tanggal Pelaksanaan : Minggu, 24 Februari 2019
Hasil Tanggap Bocah TERLAMPIR
Pelaksanaan Kegiatan :

Pemeriksaan Praktek 6 Lomba


Absensi
jentik di Langkah Pemilahan
dan
rumah-rumah Cuci Sampah
Pembukaan
warga Tangan Antar RT

Penyerahan
Hadiah
Penutupan Lomba
Pemilahan
Sampah

61
C. Pembahasan

1. Untuk pelaksanaan PISPK di lapangan dimulai pada tanggal 4 Februari –

11 Februari 2019. Sistematika dalam pelaksanaan PISPK dengan cara

wawancara, melakukan tensi menggunakan tensimeter, Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Kegiatan pendataan kesehatan keluarga dalam Program Indonesia

Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) yang dilakukan di Dusun

Nambongan, Caturharjo Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang

meliputi dua belas indikator utama, indikator tersebut adalah sebagai

berikut;

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak

ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok.

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

62
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks

Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-

masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang

bersangkutan.

Kegiatan pendataan kesehatan keluarga ini dilakukan di 6 RT

dengan jumlah KK sebanyak 339 dan bangunan sebanayak 281, dengan

rincian sebagai berikut :

No RT Jumlah KK Jumlah Bangunan Ket

1. 01 88 KK 70 Bangunan Terselesaikan

2. 02 48 KK 39 Bangunan Terselesaikan

3. 03 47 KK 39 Bangunan Terselesaikan

4. 04 46 KK 39 Bangunan Terselesaikan

5. 05 40 KK 34 Bangunan Terselesaikan

6. 06 75 KK 60 Bangunan Terselesaikan

Jumlah 339 KK 281 Bangunan Terselesaikan

Dalam pelaksanaan PISPK membutuhkan beberapa alat untuk

memenuhi kelengkapan data seperti seperti formulir PISPK, kartu

keluarga, BPJS, tensimeter, sticker. Kegiatan pemberkasan dilakukan pada

tanggal 1 Februari 2019, seperti formulir PISPK, BPJS, dan kartu keluarga

diklip dijadikan satu kemudian diurutkan sesuai dengan nomor bangunan

yang sudah didata oleh Ibu Kader. kemudian melakukan penempelan

sticker dijendela atau pintu rumah. Setelah melakukan keliling PISPK,

63
kemudian dilakukan perekapan kelengkapan data PISPK, dan kelengkapan

data kepemilikan BPJS. Telah terlaksananya program Puskesmas PISPK,

untuk tahap terakhir dilakukan pengecekan terakhir pemberkasan,

diurutkan sesuai dengan nomor bangunan yang sudah tertera. Kemudian

melakukan validasi di puskesmas atau pengecekan tercapainya program

PISPK yang dilakukan di Dusun Nambongan.

2. Sanitasi Total Berbasisi Masyarakat (STBM)

a. Persiapan

1) Menentukan Topik

Sebelum melakukan pemicuan STBM, kami melakukan survei

pendahuluan di Padukuhan Nambongan untuk mendapatkan

masalah lingkungan yang ada di wilayah tersebut. Dalam

melaksanakan survei pendauluan kami menggunakan formulir

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIPK).

Setelah itu, kami berdiskusi dengan kader kesehatan Padukuhan

Nambongan. Berdasarkan hasil diskusi dapat disumpulkan bahwa

masalah perilaku masyarakat dalam buang air besar masih di

sembarang tempat atau di sungai, tidak mengetahui bagaimana

cara mencuci tangan dengan baik dan benar , melakukan

pengelolaan sampah dan air limbah secara aman.

2) Menentukan lokasi dan waktu

Berdasarkan ketetapan dari pihak pusesmas Sleman ditentukan

lokasi kegiatan Pemicuan STBM yaitu di rumah Pak Bambang

64
Supriyanto selaku kepala dusun Nambonggan. Kegiatan

dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Februari 2019 dimulai pukul

10.00 – 12.00 WIB.

3) Menyiapkan alat dan bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan Pemicuan STBM

yaitu Wireless, microphone, lembar penandatanganan komitmen,

daftar hadir masyarakat, kamera atau alat dokumentasi, peta

Wilayah, Kertas kosong, Kertas warna warni, Alat tulis dan

Kapur gamping. Kapur gamping di perlukan ketika menggambar

peta wilayah di halaman.

4) Membuat undangan

Undangan dibuat dan disebarkan H-2 sebelum pelaksanaan

pemicuan STBM. Undangan yang disebarkan sebanyak 50

undangan.

b. Pelaksanaan

1) Persiapan

Menyiapkan alat-alat untuk pemicuan seperti Wireless,

microphone, lembar penandatanganan komitmen, daftar hadir

masyarakat, kamera atau alat dokumentasi, peta Wilayah, Kertas

kosong, Kertas warna warni, Alat tulis dan Kapur gamping.

Kapur gamping di perlukan ketika menggambar peta wilayah di

halaman.

65
2) Penerimaan tamu

Penerimaan tamu di mulai puul 09.30-10.00 WIB. Tamu yang

datang dipersilahkan untuk mengisi daftar hadir, kertas kosong

untuk diisi nama Kepala Keluarga serta kertas warna warni untuk

masalah lingkungan seperti (BABS, CTPS, PSRT, PAL-RT)

kemudian diberikan snack, dan dipersilahkan untuk duduk di

dalam ruangan.

3) Pembukaan

Kegiatan Pemicuan ini dimulai pada pukul 10.00 WIB dipandu

oleh Nirma Kristi Umami, dilanjutkan sambutan dari Pak

Bambang Supriyanto selaku Kepala Dukuh Nambongan dan

sambutan dari pihak Puskesmas. Pemandu menyampaikan

bahwasannya mahasiswa yang mengundang pemicuan hanya

melakukan pemberdayaan masyarakat untuk perubahan perilaku

yang lebih baik tanpa memberikan subsidi apapun.

4) Ice Breaking

Pada pencair suasana ini,kami mengajak masyarakat untuk

melakukan cuci tangan dengan benar menggunakan handrub.

Dengan alunan musik dan menari-nari sehingga masyarakat

merasa nyaman dan santai dalam acara ini.

5) Pemicuan

Pemicuan dilakukan di luar ruangan (outdoor) dengan tahap

per pilar STBM. Pemicuan dipandu oleh fasilitator Nirma Kristi

66
Umami, Mufida Kurniawati dan di bantu oleh Bapak Kindarna

dari Puskesmas Sleman. Fasilitator kemudian memberikan

perintah untuk meletakkan kertas putih yang berisi tulisan nama

kepala keluarga dan jumlah anggota keluarga di peta wilayah

yang sudah digambar oleh mahasiswa sesuai dengan rumah

masing-masing. Kemudian fasilitator menanyakan untuk siapa

warga yang masih melakukan BAB di sungai, kemudian warga

yang kiranya masih BAB disungai meletakkan kertas warna

kuning kebantaran sungai.

Bagi warga yang sudah melakukan BAB dijamban baik

dirumah atau numpang kertas dapat diletakkan dimasing-masing

rumah. Kemudian fasilitator mempersilahkan masyaakat utuk

maju dan ditanyai kenapa masih BAB disungai, kapan mau

berubah perilaku. Tahap akhirnya masyarakat diminta untuk

melakukan penandatanganan komitmen untuk perubahan

perilaku. Kemudian dilanjutkan di pilar PSRT dan PAL-RT.

Untuk pilar PSRT fasilitator bertanya kepada masyarakat, siapa

yang masi membuang sampah disembarang tempat dan masih

melakukan pembakaran sampah. Untuk pilar PAL-RT fasilitator

bertanya kepada masyarakat dimana pembuangan terakhir untuk

air limbah domestik, apakah masih dibuang di aliran sungai atau

sudah dibuang di SPAL. Setiap kali masyarakat melakukan

komitmen, fasilitator memberikan apresiasi berupa tepuk tangan

67
dimana apresiasi tersebut dapat meningkatkan semangat untuk

melakukan perubahan perilaku yang lebih baik.

6) Pengarahan dampak yang ditimbulkan

Kemudian masyarakat dipersilahkan untuk beristirahat di dalam

ruangan sembari dokterdari Puskesmas Sleman menyampaikan

dampak yang ditimbulkan apabila masih BAB disungai,

membakar sampah, dan membuang air limbah disembarang

tempat.

7) Penutup

Acara yang terakhir yaitu sambutan dari Puskesmas Sleman

dilanjutkan dengan penutupan acara. Kegiatan pemicuan ditutup

pada pukul 12.00 WIB.

68
3. Posyandu dan Posbindu

a. Posyandu

Kegiatan posyandu di dusun Nambongan dilaksanakan setiap

satu bulan sekali. Pada bulan Februari kegiatan posyandu

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Februari 2019 yang

bertepatan dengan pemberian vitamin A pada balita. Jumlah balita

yang ada di dusun Nambongan adalah 80 balita. Jumlah balita yang

mengikuti posyandu dan pemberian vitamin A pada bulan Februari

sebanyak 60 balita.

Kegiatan posyandu dilaksanakan di Padukuhan Nambongan

(diRumah Bapak Bambang Supriyanto). Kegiatan dimulai pukul

10.00. Balita yang datang bersama orang tua dipersilahkan untuk

melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan mengisi buku KMS.

Setelah itu dilakukan pengukuran berat badan, lingkar kepala dan

tinggi badan pada balita. Kemudian dilakukan pencatatan hasil

pengukuran dibuku KMS. Selanjutnya pemberian vitamin A pada

balita, kemudian mengambil PMT dan pengumpulan buku KMS

pada kader.

Pada saat pelaksanaan posyandu dilakukan penyuluhan tentang

bahaya penggunaan plastik untuk makanan yang masih panas.

Sehingga para orang tua balita disarankan untuk membawa tempat

makan saat kegiatan posyandu yang akan datang.

69
b. Posbindu

Kegiatan Posbindu di dusun Nambongan dilaksanakan setiap

satu bulan sekali. Pada bulan Februari kegiatan posbindu

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Februari 2019 yang

bersamaan dengan posyandu dan pemberian vitamin A pada balita.

Jumlah orang yang mengikuti kegiatan Posbindu sebanyak 49 orang.

Kegiatan dimulai dengan pemdafatran terlebih dahulu,

kemudian dilaukan pegukuranberat badan, tinggi badan, lingkar

perut, dan tekanan darah. Kemudian ditulis di form kesehatan.

Kemuadian jika warga ingin melakukan cek kesehatan oleh pihak

puskesmas dipersilahkan. Dari hasil pengecekan tekanan darah,

sebagian bear warga bertekanan darah tinggi. Sehigga

direkomendasikan unuk melanjutkan pemeriksan di puskesmas agar

diberi obbat hipertensi.

4. Pemeriksaan Kesehatan

Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan di Dusun Nambongan merupakan

program kerja mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL) Komunitas yang

dilaksanakan dengan bantuan dari Ibu-ibu Kader Dusun Nambongan.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Februari 2019 di tempat

Bapak dukuh Nambongan. Kegiatan ini diikuti oleh 109 peserta dengan

usia 25-80 tahun. Pemeriksaan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah

Kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol. Peserta dapat memilih

pemeriksaan yang diinginkan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan bantuan

70
teman-teman perawat dab analis kesehatan Poltekkes Kemenkes

Yogyakarta.

Berdasarkan hasil pemeriksaan ini terdapat 5 warga yang kadar

gula darah tinggi dengan angka diatas 200 mg/dL. Pemeriksaan asam urat

didapatkan hasil pada wanita terdapat 14 warga yang asam uratnya sudah

melebihi batas normal, yaitu 6,5 mg/dL. Sedangkan pada pria terdapat 2

warga yang asam uratnya sudah melebihi batas normal, yaitu 7mg/dL.

Pemeriksaan Kholesterol didapatkan hasil terdapat 17 warga yang

kholesterolnya melebihi batas normal, yaitu 200 mg/dL.

Upaya yang dilakukan pada warga yang hasil pemeriksaannya

melebihi batas normal yaitu memberi saran makanan apa yang harus

dihindari, menyarankan agar berobat ke puskesmas, apabila sudah

mengkonsumsi obat diberi saran agar obatnya dikonsumsi secara teratur.

Kegiatan ini diawali dengan pendaftaran kepada ibu kader

kesehatan Dusun Nambongan sehari sebelum kegiatan dilaksanakan.

Kegiatan dimulai pada pukul 14.00 WIB, dimulai dengan mengisi daftar

hadir pemeriksaan. Kemudian menuju meja pemeriksaan tekanan darah

atau tensi. Setelah itu, peserta menunggu pemanggilan nama untuk

pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol. Setelah pemeriksaan

selesai, warga diperbolehkan untuk pulang.

71
5. Tanggap Bocah (TABO)

Kegiatan Tanggap Bocah atau TABO adalah kegiatan dari

Puskesmas Sleman dalam upaya untuk memberantas sarang nyamuk.

Anak-anak yang tergabung dalam TABO akan menjadi Jumantik atau

Juru Pemantau Jentik di rumahnya masing-masing. Kegiatan ini

dilaksanakan pada hari minggu tanggal 24 Februari 2019 di rumah ibu

dukuh Nambongan dan dibantu oleh ibu-ibu kader. Kegiatan ini diikuti

oleh anak-anak dari RT 01 sampai dengan RT 06 dengan jumlah 46 anak.

Berdasarkan kegiatan Jumantik pada TABO kali ini dari 87 rumah yang

diperiksa ditemukan 1 rumah yang positif ditemukan jentik nyamuk yaitu

pada pot bunga di depan rumah. Angka Bebas Jentik pada pemantauan

jentik kali ini adalah :

ABJ : Jumlah Bangunan yang ditemukan jentik x 100%

Jumlah bangunan yang diperiksa

: 1 X 100%

87

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghilangkan jentik yang ada

pada pot bunga adalah dengan cara membuang air yang terdapat pada pot

bunga sehingga jentik hanyut terbawa air dan untuk selanjutnya warga

dihimbau agar pot bunga jangan sampai terisi dengan air karena dapat

menjadi tempat perindukan nyamuk.

Kegiatan cuci tangan 6 langkah juga dilakukan pada TABO kali

ini, yaitu dengan memberikan cara tentang cuci tangan yang baik dan

72
benar. Kegiatan cuci tangan 6 langkah dilakukan dengan bantuan lagu

cuci tangan sehingga dapat menghibur anak-anak peserta TABO.

Diadakan juga lomba pemilahan sampah antar RT sebagai bentuk

penyuluhan tentang pentingnya pemilahan sampah. Anak-anak peserta

TABO sebelumnya diberikan informasi tentang perbedaan antara sampah

organik dan anorganik yang kemudian dilombakan untuk mengetahui

sampai mana pemahaman anak-anak tentang sampah organik dan

anorganik. Lomba dilakukan dengan perwakilan 2 orang anak per

masing-masing RT sehingga didapatkan 12 orang anak atau 6 pasang.

Lomba dilaksanakan dengan cara 1 orang anak mengambil sampah dan 1

orang anak lainnya meletakkan sampah tersebut kedalam tong sampah

yang bertuliskan sampah organik dan anorganik. Pemenang dari lomba

pemilahan sampah ini adalah yang paling cepat dan yang paling benar

dalam memilah sampah organik dan anorganik.

73
D. Kendala yang dihadapi

Kendala yang dihadapi ketika melaksanakan kegiatan di lapangan yaitu :

1. Ketika melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga masyarakat sulit ditemui untuk diwawancarai.

2. Waktu, penyesuaian waktu ketika dilakukannya pendataan pada rumah

rumah.

3. Cuaca yang kadang menghalangi dalam berkegiatan di lapangan..

4. Masyarakat masih menganggap bahwasannya mahasiswa memberikan

bantuan untuk pembuatan jamban, SPAL dan pembuatan septic tank.

5. Belum memiliki niat untuk segera melakukan perubahan perilaku hidup

bersih dan sehat sehingga komitmen yang dilakukan masih dalam jangka

panjang 6 bulan kedepan.

6. Ketika melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan, jumlah warga

yang mengikuti melebihi daftar, sehingga peralatan yang disediakan

kurang.

7. Ketika dilakukan sosialisasi bahaya plastik ketika digunakan untuk tempat

makanan yang panas, hanya beberapa warga saja yang antusias karena

kebanyakan dari mereka fokus pada balita yang dilakukan pengukuran.

8. Menentukan jadwal Tanggap Bocah untuk melaksanakan pemantauan

jentik secara berkala.

9. Kurangnya koordinasi dengan puskesmas sehingga ada beberapa kegiatan

yang belum terkonfirmasi oleh puskesmas.

74
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga

a. Telah dilaksanakannya pemeriksaan dan pendataan kesehatan pada

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Dusun

Nambongan Caturharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Pendataan dilakukan pada 6 RT, dengan jumlah KK sebanyak 339

KK di 281 rumah yang didatangi dan diperiksa.

2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

a. Telah dilaksanakan pemicuan 5 pilar STBM di Padukuhan

Nambongan. Lokasi pemicuan dilaksanakan di rumah Bapak

Bambang Supriyanto selaku kepala dukuh Nambongan.

b. Masyarakat mau berkomitmen untuk merubah perilaku hidup bersih

dan sehat.

3. Pemeriksaan Kesehatan

a. Hasil pemeriksaan kadar gula darah terdapat 5 warga yang melebihi

batas normal.

b. Hasil pemeriksaan asam urat yang melebihi batas normal, yaitu:

1) Wanita : 14 warga

2) Pria : 2 warga

c. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah terdapat 17 warga

yang melebihi batas normal.

75
4. Posyandu dan Posbindu

a. Posyandu

Telah dilaksanakan kegiatan Posyandu dan pemberian vitamin A

untuk balita yang diikuti oleh 60 balita dari 80 balita. Kegiatan

Posyandu terdiri dari pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala serta pemberian vitamin A. Kegiatan Posyandu bertempat di

Rumah Bapak Bambang Supriyanto.

b. Posbindu

Telah dilaksanakan kegiatan Posbindu yang diikuti oleh 49 orang.

Kegiatan Posbindu terdiri dari pengukuran tinggi badan, berat badan,

lingkar perut, dan tekanan darah. Selanjutnya jika ada yang mau

periksa kesehatan akan dilayaniolehpihak puskesmas.

5. Tanggap Bocah (TABO)

a. Hasil pemantauan jentik dari 87 rumah yang diperiksa terdapat 1

rumah yang positif ada jentiknya.

b. Anak-anak menjadi paham pentingnya cuci tangan 6 langkah yang

baik dan benar.

c. Sebagian besar anak-anak sudah bisa membedakan antara sampah

organik dan sampah anorganik.

76
B. Saran

1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga

Kepada masyarakat dimohon untuk senantiasa menjaga kesehatan diri,

keluarga dan lingkungan, hal tersebut tentunya dapat mengurangi bahkan

memperkecil adanya faktor risiko penyakit yang ada di lingkungan

maupun dari kebiasaan pola hidup yang kurang sehat dan lain

sebagainya. Kesehatan adalah yang utama, mari kita jaga bersama,

dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat bersama-sama.

2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Kepada masyarakat dimohon untuk dapat melaksanakan ke lima pilar

STBM tersebut agar dapat tercipta perubahan perilaku hidup bersih dan

sehat.

3. Pemeriksaan Kesehatan

a. Para warga diharapkan agar rajin melakukan pemeriksaan kesehatan

secara berlaka di layanan fasilitas kesehatan.

b. Para warga diharapkan m.engonsumsi makanan dengan kalori yang

seimbang

c. Para warga diharapkan mengibangi dengan aktivitas fisik secara

teratur.

d. Puskesmas diharapkan untuk dapat meningkatkan dan lebih aktif

dalam melakukan promosi kesehatan untuk mengurangi risiko dan

dampak kesehatan pada masyarakat.

77
4. Posyandu dan Posbindu

a. Diharapkan para orang tua yang memiliki balita, selalu rutin

mengikuti posyandu agar mengetahui perkembangan balita.

b. Saat PMT diharapkan para orang tua balita membawa tempat makan

sendiri-sendiri, mengingat tidak baiknya makanan panas jika di

masukkan di plastik. Hal ini juga untuk mengurangi plastik.

c. Diharapkan parawarga juga selalu rutin mengikuti kegiatan

posbindu, agar kesehatan diri bisa terkontrol, sehingga pencegahan

penyakit bisa dilakukan sejak dini.

5. TABO

a. Puskesmas diharapkan untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan TABO

sehingga kegiatan TABO dapat dilaksanakan secara rutin.

b. Masyarakat diharapkan pelaksanaan tabo dapat dilaksanakan setiap

minggu sehingga kegiatan jumantik pada TABO dapat mengurangi

risiko kejadian demam berdarah.

78
DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, dkk. 2012. Perbedaan Kadar Kreatinin Serum Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 yang Terkontrol dengan yang Tidak Terkontrol di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Mahasiswa Kedokteran
Universitas Lampung

Dhalimarta, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta:


Puspa Swara.

Nathan & Delahanty. 2005. Menaklukan Diabetes. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Purwatresna, Eka. 2012. Aktifitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Ethanol Daun
Sirsak Secara In Vitro melalui inhibisi Enzim α-Glukosidase. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Sulistria, Y.M. 2013. Tingkat self care pada Pasien Rawat Jalan Diabetes
Mellitus di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol.2 No.2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehaan

Utami, Prapti. 2013. Umbi Ajaib tumpas Penyakit Kanker, Diabetes, Hipertensi.
Stroke, Kolesterol, dan Jantung. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Wijayakusuma, M. 2007. Penyembuhan dengan Temulawak. Jakarta: sarana


Pustaka Prima.

Purnawijayanti, H. (2001). Sanitasi,higiene, dan Keselamatan Kerja dalam


pengolahan makanan. Yogyakarta: Kanisius.

Maryunani, A. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: CV


Trans Info Media.

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Jakarta EGC.

Kemenkes RI. (2013). Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi Dosen
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal PP dan PL.
http://www.authorstream.com/Presentation/intanwida-1378079-posbindu-lansia/
diakes pada 24 Februari 2019
https://edoc.site/skripsi-posbindu-ptm-pdf-free.html diakes pada 24 Februari 2019
http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-
dengan-pendekatan-keluarga.html diakses pada tanggal 25 Februari 2019
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Jakarta EGC.

79
LAMPIRAN

80

Anda mungkin juga menyukai