Anda di halaman 1dari 59

BAB I.

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

I. 1. UPT PUSKESMAS LUBUK MUDA KECAMATAN SIAK KECIL

UPT Puskesmas Lubuk Muda pada awalnya Puskesmas Pembantu (Pustu)


yang dibangun di Desa Lubuk Muda Kecamatan Bukit Batu pada tahun 1991.
Pada tahun 2001 seiring dengan pemekaran Kecamatan Siak Kecil dari
Kecamatan Bukit Batu, Pustu Desa Lubuk Muda ditingkatkan menjadi Puskesmas
Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil dan mulai operasional pada bulan Januari
tahun 2002. Pada Januari 2009 nama Puskesmas Lubuk Muda berubah menjadi
UPTD Kesehatan Puskesmas Kecamatan Siak Kecil dan tahun 2017 kembali
menjadi UPT Puskesmas Lubuk Muda hingga sekarang. Penulis bertugas sebagai
dokter umum di UPT Puskesmas Lubuk Muda terhitung mulai tanggal 1 Januari
tahun 2015 bertepatan dengan dimulainya kampanye IVA Test dengan
Pencanangan Tingkat Kabupaten Bengkalis dilaksanakan di Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil pada tanggal 21 April 2015. Mulai saat itu penulis aktif
terlibat dalam pelayanan IVA Test sampai sekarang. Partisipasi dan kinerja UPT
Puskesmas Lubuk Muda dalam Kampanye IVA Test cukup signifikan sehingga
mampu mengantarkan Kecamatan Siak Kecil meraih Penghargaan Pelaksanaan
IVA Test Terbaik atau Juara 1 Tingkat Provinsi Riau pada tahun 201821.

Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia,


berlangsung selama 5 tahun yaitu dimulai sejak tanggal 21 April 2015 sampai
dengan tahun 20193. Skrining kanker leher rahim dan kanker payudara
dilaksanakan simultan di semua provinsi di seluruh Indonesia dan Organisasi Aksi
Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK) merupakan penggerak dalam
mendukung Gerakan Deteksi Dini ini. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan, namun juga didukungi oleh pemerintah daerah, lembaga
negara , organisasi profesi dan pihak-pihak lainnya.

1
2

Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan kanker perempuan tertinggi
di Indonesia. Kedua kanker di atas menjadi salah satu masalah utama pada
kesehatan. Tujuan aksi ini ialah untuk menurunkan jutaan kematian yang dapat
dicegah setiap tahun dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang
kanker, dan mendorong lintas sektor lainnya di luar bidang kesehatan serta
individu dan masyarakat di seluruh indonesia untuk berperan dalam mencegah
kanker.

Disisi lain, untuk meratakan pencapaian skrining IVA Test pada tingkat
kabupaten, pemerintah daerah berupaya melakukan pergeseran prioritas
pembinaan kecamatan yang diproyeksikan mampu menggerakkan akselerasi
pencapaian pelaksanaan IVA Test sehingga kecamatan Siak Kecil mengalami
kemunduran kemampuannya untuk mempertahankan kinerjanya dalam
pencapaian skrining IVA Test sampai sekarang (tahun 2018-2020).

I. 2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH.

I. 2. 1. Pembiayaan Skrining IVA Test berdasarkan Permenkes Nomor 34


Tahun 2015

Sesuai dengan Permenkes Nomor 34 Tahun 2014 11, semua pembiayaan


Skrining IVA Test disediakan melalui APBN, APBD, BPJS dan Swasta
sebagaimana tercantum pada table dibawah ini.
3

Tabel 1. Skema Pendanaan Pelaksanaan IVA Test menurut Permenkes 34 Tahun 2015
NO SUMBER PEMBIAYAAN TUJUAN PEMBIAYAAN

1 APBN Norma Standar Prosedur dan Kriteria

TOT

Advokasi

Sosialisasi

Stimulan sarana dan prasarana

Bimbingan Teknis

Monitoring dan evaluasi

Jejaring

Surveilans

2 BPJS Kesehatan Pembiayaan Upaya Kesehatan Masyarakat

PembiayaanUpaya Kesehatan Perorangan

3 APBD Peningkiatan kapasitas SDM

Sosialisasi

Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana

Bimbingan Teknis

Monitoring dan Evaluasi

Jejaring

Surveilans

4 Swasta/Mandiri Menyediakan sarana dan prasaran

Pelaksanaan deteksi dan tindak lanjut dini

I. 2. 2. Realitas Pembiayaan Skrining IVA Test


4

Dari dimulainya kampanye skrining IVA Test pada tahun 2015 sampai
sekarang alokasi anggaran khusus untuk operasional dan pengadaan alkes dan
bahan habis pakai untuk skrining IVA Test belum pernah tersedia baik APBN,
maupun APBD. Puskesmas dianjurkan untuk mengelola DAK BOK dan dana
APBD untuk program serta dana kapitasi BPJS. Sesuai dengan Permenkes Nomor
34 Tahun 2015 tentang pendanaan skrining IVA Test tidak dapat ditagih karena
ternyata target skrining bukan peserta BPJS atau penunggak iuran.

Tabel 2. Realitas Pembiayaan IVA Test


PEMBIAYAAN IVA TEST KECAMATAN SIAK KECIL TA 2015-2018

SWADAYA
APBN ADA ADA MASYARAKAT ADA
APBD BPJS SWASTA
/BOK /TDK /TDK DAN /TDK
LINTAS SEKTOR

ADA ADA ADA ADA ADA


T JWB T JWB T JWB T JWB T JWB
/TDK /TDK /TDK /TDK /TDK
TOT ─ SDM + BIAYA ─ ALKES ─ SARPRAS DAN ALKES ─
UKM
DETEKSI DINI
SOSIALISASI ─ SOSIALISASI ─ BIAYA + ─ OPRS DAN RTL ─
DAN TINDAK
UKP
LANJUT
BIMTEK + SARPRAS ─ SOSIALISASI ─

MONEV + BIMTEK ─ TOT ─

OPRS ─ MONEV ─ MONEV ─

I. 2. 3. Pengaruh Lomba Pencapaian Skrining IVA Test21

1. Prestasi Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan

Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan berupa mendapatkan


penghargaan baik pada level provinsi maupun level kabupaten. Pemerintah
Kecamatan Siak Kecil dimana UPT Puskesmas Lubuk Muda mengorganisir
semua sumber daya untuk memenangkan lomba ini.

2. Kebijakan Pemerintah Kabupaten untuk Pemerataan Cakupan

Dalam upaya pemerataan cakupan skring IVA Test di seluruh wilayah


kabupaten Pemerintah Kabupaten setiap tahun memindahkan kecamatan
pembinaan sehingga pemerintah kecamatan tidak merasa berkewajiban
untuk berupaya lebih baik lagi sehingga kemampuan puskesmas untuk
5

mengupayakan peningkatan cakupan menjadi sangat menurun. Hal ini dapat


digambarkan sebagai berikut:

I. 2. 4. Realisasi Cakupan Skrining IVA Test12

1. Peningkatan Tren Cakupan Skrining IVA Test

Pergantian Camat Kecamatan Siak Kecil pada bulan Desember


berpengaruh signifikan terhadap akselerasi peningkatan cakupan
skrining IVA Test karena Pemerintah Kecamatan dan Tim Penggerak
PKK serta semua stakeholder kecamatan bergerak mengkapitalisasi
sumber daya yang ada untuk memenuhi semua kebutuhan peningkatan
cakupan IVA Test Kecamatan Siak Kecil.

Sebagai ujung tombak, Puskesmas Lubuk Muda mendapatkan


dukungan yang kuat berupa pendanaan dan fasilitas termasuk untuk On
The Job Training dan mengikut sertakan tenaga kesehatan dalam
pelatihan berbiaya sendiri. Hal ini menghasilkan peningkatan tren
pencapaian skrining IVA Test yang sangat signifikan pada tahun 2017-
2018 sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Data Target dan Cakupan Skrining IVA Test Puskesmas Lubuk Muda
Tahun 2015-2020
CAKUPAN CAKUPAN
TARGET 10%
TAHUN s/d 2018/
SASARAN/TAHUN
2020
N Mei
NAMA DESA
O 2015 Jan- -
TOT.
S/D 2019 2020 2015 2016 2017 Apr. Des. 2019 2020
2018
2018 2018 201
8
1 Lubuk Muda 176 44 44 20 11 32 95 15 110 15 10 173/198
2 Tanjung Belit 116 29 29 4 3 36 42 10 52 20 5 95/120
3 Sungai Siput 55 14 14 4 5 38 52 10 62 21 4 109/134
² Sepotong 66 16 16 10 2 2 73 12 85 25 0 99/124
5 Lubuk Garam 94 24 24 0 0 0 1 8 9 2 0 9/11
6 Langkat 79 20 20 1 1 11 2 2 4 0 2 17/19
7 Tanjung Datuk 44 11 11 0 3 16 3 2 5 0 5 24/29
8 Liang Banir 32 8 8 0 1 19 1 1 2 0 2 22/24
9 Koto Raja 94 24 24 1 2 14 58 14 72 21 1 89/111
PUSKESMAS 756 190 190 40 28 168 327 74 401 104 29 673/745
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Muda Tahun 2015-2020
2. Penurunan Tren Cakupan Skrining IVA Test

Sebagai akibat kebijakan pemerataan pencapaian skrining IVA Test di


Kabupaten Bengkalis Camat Kecamatan Siak Kecil dimutasi ke kecamatan lain
pada Desember 2019 sehungga berdampak signifikan menurunkan tren
6

pencapaian cakupan skrining IVA Test di Kecamatan Siak Kecil dan signifikan
meningkatkan trenpencapaian dikecamatan lain. Hal ini dapat terlihat pada
table tren dibawah ini.

I. 3. TUJUAN RESIDENSI4

I. 3. 1. Tujuan Umum Residensi

Mahasiswa mampu memahami kebijakan, baik sebagai pelaksana maupun


sebagai analis kebijakan berdasarkan keilmuan yang diperoleh sebagai hasil
mengikuti perkuliahan dan mampu mengaplikasikannya di tempat
dilaksanakannya residensi serta mampu melakukan pengamatan sejauh mana
institusi tempat mahasiswa menjalani residensi mengimplementasikan
kebiujakan pemerintah tentang pelaksanaan skrining IVA Test.

I. 3. 2. Tujuan Khusus Residensi


7

 Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan data


dan informasi yang diperoleh sehingga mampu memberikan kontribusi
terhadap pelaksanaan skrining IVA Test di UPT Puskesmas Kecamatan
Lubuk Muda.
 b. Mahasiswa mampu mengevaluasi upaya pencegahan kanker mulut
Rahim dan merancang upaya akselerasi peningkatan cakupan skrining
IVA Test UPT Puskesmas Lubuk Muda.

I. 4. MANFAAT RESIDENSI

I. 4. 1. Bagi Mahasiswa

 Dapat menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan.


 Mendapatkan pengalaman nyata karena terlibat secara langsung di
lapangan
 Mendapatkan ide untuk penulisan tesis
 Mendapatkan kesempatan menunjukkan kemampuan pribadisebagai
seorang manajer.

I. 4. 2. Bagi UPT Puskesmas Lubuk Muda

 Dapat memanfaatkan kemampuan mahasiswa untuk peningkatan


kinerja skrining IVA Test.
 Mendapat informasi tentang Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru sehingga membuka peluang kerjasama
dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat.
I. 4. 3. Bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes
Hang Tuah Pekanbaru
 Dapat dijadikan kerangka acuan untuk melakukan evaluasi pemberian
materi kuliah dan pembekalan kepada mahasiswa, sehingga mempunyai
informasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
 Dapat memperoleh data dan informasi yang lengkap dari tempat
residensi.
8

 Terdapat hubungan kerjasama yang saling menguntungkan untuk


Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah dan
UPT Puskesmas Lubuk Muda.
 Bahan kajian dan studi kasus ditempat residensi dapat disajikan kepada
angkatan selanjutnya.
BAB II.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II. 1. ANALISIS KEBIJAKAN

Menurut World Health Organization (WHO)18, pada tahun 2012,


diperkirakan terdapat 530. 000 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. Lebih
dari 270.000 orang perempuan meninggal setiap tahun akibat penyakit ini, dan
lebih dari 85% dari angka kematian ini terjadi di negaranegara berpenghasilan
rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Data yang dikeluarkan oleh Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 terdapat 98.692 penderita kanker serviks di Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)3. Pusat data dan informasi ini
juga menunjukkan peningkatan jumlah kematian akibat kanker serviks di Rumah
Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2011 hingga tahun 2013. Pada tahun 2011
terjadi 35 kematian, tahun 2012 terjadi 42 kematian dan tahun 2013 terjadi 65
kematian Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker serviks diduga
disebabkan keterlambatan dalam penanganan. Purwoto dan Nurrana mengatakan
bahwa lebih dari 70 persen penderita kanker serviks yang datang berobat ke
rumah sakit sudah pada stadium lanjut, yaitu stadium II dan III. Terjadinya kanker
serviks sering dikaitkan dengan Human Papilloma Virus (HPV). Menurut
Fitzgerald17 , lebih dari 99% kanker serviks mengandung HPV.

Laporan Riskesdas 201025, persentase tempat ibu melahirkan menurut tempat


persalinan berdasarkan karakteristik tempat tinggal dan status ekonomi. Di
pedesaan umumnya persalinan dilakukan di rumah/lainnya, sedangkan di
perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak. Semakin tinggi status
ekonomi lebih memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan, sebaliknya untuk
persalinan di rumah makin rendah status ekonomi, persentase persalinan di rumah
makin besar.
Jenis-Jenis Tempat Bersalin Tempat yang ideal untuk melahirkan adalah fasilitas
kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong bila sewaktu-
waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas kesehatan seperti

9
10

puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Dasar


(PONED).
II. 1.1. Kebijakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kebijakan adalah rangkaian


konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan
pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan
dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis,
manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

James E. Anderson (Irfan Islamy, 2000: 17)9 mendefinisikan kebijakan itu


adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seseorang pelaku sekelompok pelaku guna memecahkan suatu
masalah tertentu).

Amara Raksasa Taya (1976)23 menyebutkan bahwa kebijaksanaan adalah


suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.

Oleh karena itu suatu kebijaksanaan harus memuat 3 (tiga) elemen, yaitu :

 Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.


 Taktik atau straregi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
 Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.

Menurut Dunn5 kebijakan publik merupakan pola yang kompleks dari


pilihan kolektif yang saling begantungan yang dilakukan oleh badan dan lembaga
pemerintah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:


11

Kebijakan atau kajian kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak yang merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan
penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas
program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya Istilah ini
dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta
individu dan dapat juga diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen,
finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

II. 1. 2. Kebijakan Publik

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert


Eyestone15. Ia mengatakan bahwa “secara luas” kebijakan publik dapat
didefinisikan sebagai “hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya”.
Kemudian Batasan lain tentang kebijakan public diberikan oleh Thomas R Dye
yang mengatakan bahwa “kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan”. Berikut ini adalah definisi
kebijakan public menurut para ahli:

W.N.Dunn5

Menurut W.N.Dunn mengungkapkan bahwa kebijakan publik adalah sebuah


list/daftar pilihan suatu tindakan yang saling terhubung yang disusun oleh sebuah
instansi atau pejabat pemerintah antara lain dalam sebuah bidang pertahanan,
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, pengendalian kriminalitas, dan sebuah
pembangunan perkotaan

Robert Eyestone15

Menurut Robert Eyestone mengungkapkan bahwa kebijakan publik yakni sebagai


suatu hubungan unit pemerintah dengan sebuah lingkungannya. Dalam pernyataan
ini bisa diklasifikasikan sebagai democratic governance, yang mana didalamnya
terdapat suatu interaksi negara dengan rakyatnya dalam rangka untuk mengatasi
dalam persoalan publik.
12

Irfan Islami9

Menurut Irfan Islami menyatakan bahwa kebijakan publik yaitu sebuah


serangkaian suatu tindakan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan oleh pemerintah yang memiliki suatu tujuan atau berorientasi pada
suatu tujuan tertentu dalam kepentingan semua masyarakat. Ditegaskan lagi
bahwa dalam kebijakan publik dibuat benar-benar atas nama sebuah kepentingan
pubik, untuk dalam mengatasi masalah dan dalam memenuhi keinginan dan
tuntutan semua anggota masyarakat.

Amara Raksasataya23

Menurut Amara Raksasataya mengungkapkan bahwa kebijakan publik yakni


sebuah kebijakan yang sebagai sebuah taktik dan strategi yang diarahkan dalam
mencapai suatu tujuan.

II.1. 3. Analisis Kebijakan

William N. Dunn (2000)

Dun mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu


sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan
kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka
memecahkan masalah-masalah kebijakan.

Salah satu esensi kehadiran kebijakan publik (public policy) adalah memecahkan
masalah yang berkembang di masyarakat secara benar. Meskipun demikian,
kegagalan sering terjadi karena kita memecahkan masalah secara tidak benar. Jadi
analisis kebijakan publik (public policy analysis) merupakan upaya untuk
mencegah kegagalan dalam pemecahan masalah melalui kebijakan publik.

Oleh karena itu, kehadiran analisis kebijakan berada pada setiap tahapan dalam
proses kebijakan publik (public policy process).

Analisis kebijakan publik adalah ilmu yang menghasilkan informasi yang


relevan dengan kebijakan publik. Produk analisis kebijakan publik adalah nasehat.
13

Kebijakan yang diambil akan mempunyai biaya dan manfaat sosial tertentu.
Analisis kebijakan publik mempunyai tujuan yang bersifat penandaan
(designative) dengan pendekatan empiris (berdasarkan fakta), bersifat penilaian
dengan pendekatan evaluatif dan bersifat anjuran dengan pendekatan normatif.

Nugroho10

Nugroho berpendapat bahwa suatu analisa kebijakan yang baik ialah


bersifat deskriptif karena memang peranannya memberikan rekomendasi
kebijakan yang patut diambil oleh eksekutif. Setiap analisa kebijakan publik selalu
menyusun struktur analisanya. Tugas Analisis Kebijakan Publik yaitu:

 Membantu merumuskan cara untuk mengatasi atau memecahkan masalah


kebijkan publik
 Menyediakan informasi tentang apa konsekuensi dari alternatif kebijakan
 Mengidentifikasi isu dan masalah kebijakan publik yang perlu menjadi
agenda kebijakan pemerintah

II. 1. 4. Analisis Kebijakan Publik


Menurut Dwiyanto Indiahono6 dalam Kebijakan Publik Berbasis Dynamic
Policy Analysis, 2009, dalam pelaksanaan kehidupan bernegara hal yang menjadi
suatu tanggungjawab bagi Negara ataupun biasa disebut pemerintahan yaitu:

 Melindungi rakyat (To Protect The People);


 Melayani rakyat (To Serve The People);
 Mengatur rakyat (To Regulate The People).

Esensi tanggungjawab pemerintah dalam melaksanakan hal tersebut adalah


pelaksanaan “fungsi pelayanan”.

Kebijakan Publik merupakan suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi


permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu , atau untuk mencapai
tujuan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang dalam rangka
penyelenggaraan Negara dan Pembangunan.

Kebijakan Publik merupakan :


14

 Respon politik terhadap demand/claims dan support yang mengalir dari


lingkungannya
 Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan
masalah tertentu.
 Suatu keputusan yang dibuat dengan melibatkan publik atau yang
mewakilinya dan subtansinya untuk kepentingan atau berpihak kepada
publik

Analisis kebijakan publik merupakan sebuah aktifitas yang dilakukan untuk


mendampingi klien dalam menghadapi masalah tertentu, mengenal masalah,
mengembangkan alternatif kebijakan, menilai dan memprediksi kebijakan serta
memberikan rekomendasi kebijakan terbaik untuk menghadapi masalah yang
dihadapi klien tersebut (Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic
Policy Analysis, 2009. hal 4).

Tujuan Kebijakan Publik

Menurut Hoogerwerf, 1982 (dalam Tri Efriandi, 2010)17, tujuan dari analisis
kebijakan publik yaitu:

 Memelihara ketertiban umum (Negara sebagai stabilitator)


 Memajukan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara
sebagai stimulator)
 Memperpadukan berbagai aktifitas (Negara sebagai koordinator)
 Menunjuk dan membagi berbagai benda material dan non material (Negara
sebagai distributor)

Kebijakan Publik harus memiliki kebijakan tertentu karena kebijakan publik


tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman apa yang harus dilakukan. Tujuan
tersebut akan dipakai sebagai tolak ukur kinerja dari kebijakan tersebut. Jadi tidak
hanya cukup berdasarkan capaian dalam Renstra, tapi apakah kinerja itu berlaku
dalam kehidupan nyata yang akuntabel di masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan
adanya analisis kebijakan publik guna mengetahui secara terperinci
dampak/hasil/akibat yang dihasilkan dari suatu kebijakan yang dikeluarkan
15

pemerintah dalam kehidupan masyarakat, apakah kebijakan tersebut sudah tepat


atau belum dalam pelaksanaannya.

Tahap Kebijakan Publik

Berdasarkan berbagai definisi para ahli kebijakan publik, kebijakan publik adalah
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam
penyusunannya melalui berbagai tahapan.

 Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan.
Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan
mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik
yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy
issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy
issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor
mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.

 Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.

Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda
kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing
untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
16

 Adopsi/ Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar


pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun
warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.

Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi. Cadangan dari sikap baik dan niat
baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir
pemerintahan.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol
tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.

 Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang


menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu
kegiatan fungsional.

Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi
kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-
program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.

 Respon Masyarakat Terhadap Kebijakan Publik

Berikut ini merupakan respon masyarakat terhadap kebijakan publik yang dibuat
oleh pemerintah.

 Respon Positif
 Menyampaikan usul dan saran kepada Pemerintah/Daerah ataupun DPR/D
dengan rancangan peraturan tersebut
 Mendukung terselenggaranya proses penyusunan peraturan perundang-
undangan
17

 Mendiskusikan rancangan peraturan tersebut dan hasilnya disampaikan


kepada Pemerintah/Daerah atau DPR/D
 Memberikan dukungan moral kepada peserta sidang yang sedang
merumuskan dan menetapkan peraturan tersebut
 Respon Antisipatif

Orang yang bersikap antisipatif berarti:

 Tanggap akan kemungkinan yang terjadi dengan diterapkannya


peraturan tersebut.
 Tidak menerima, tapi tidak menolak kebijakan publik tersebut.
 Memikirkan cara agar tidak terkena sanksi ketentuan peraturan
tersebut.
 Respon Negatif

Berbeda dengan perespon positif, perespon negatif menolak kebijakan publik


tersebut. Ia merasa bahwa kebijakan publik tersebut akan merugikan dirinya.
Kebebasan atau keuntungan yang semula ia dapatkan akan berkurang dengan
adanya peraturan tersebut. Demonstrasi merupakan salah satu ekspresi akan
ketidaksetujuan akan kebijakan publik tersebut.

 Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan Publik

James Anderson dalam Subarsono 200519 membagi evaluasi kebijakan ke dalam


tiga tipe. Masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada
pemahaman para evaluator terhadap evaluasi.

 Tipe Pertama
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional.
Bila evaluasi kebijakan di pahami sebagai kegiatan sebagai kegiatan
fungsional , maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang
sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.
 Tipe Kedua
18

Evaluasi yang menfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-


program tertentu. Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari pernyataan-
pernyataan dasar yang menyangkut:

 Apakah program dilaksanakan dengan semestinya?


 Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program-
program lain?
 Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosedur secara sah
diikuti?

Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam melakukan


evaluasi dan menfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program,
maka evaluasi dengan tipe seperti ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai
kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program.

 Tipe Ketiga

Tipe evaluasi kebijakan sistematis.

Tipe ini secara komparatif masih dianggap baru, tetapi akhir-akhir ini telah
mendapat perhatian yang meningkat dari para peminat kebijakan publik. Evaluasi
sistematis melihat secara obyektif program-program kebijakan yang dijalankan
untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-
tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.

 Pendekatan Evaluasi Kebijakan

Menurut Dunn(1994), dalam melakukan evaluasi kebijakan ada tiga


pendekatan evaluasi, yaitu: (1)Evaluasi semu; (2)Evaluasi formal; (3)Evaluasi
keputusan teoretis.

 Evaluasi Semu

Pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan


informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa
menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu,
kelompok atau masyarakat.
19

 Evaluasi Formal

Pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan


informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan
sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat
kebijakan.

 Evaluasi Proses Keputusan Teoritis

Pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan


informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang
yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara
eksplisit diingikan oleh berbagai stakeholder. Dalam hal ini, evaluasi keputusan
teoritik berusaha untuk menentukan sasaran dan tujuan yang tersembunyi dan
dinyatakan oleh para stakeholder.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Analisis Kebijakan Publik adalah : Ilmu tentang
cara yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik dalam
upaya untuk mencegah kegagalan dalam pemecahan masalah melalui kebijakan
publik yang menghasilkan produk nasehat yang berhubungan dengan perbaikan
atau bahkan perobahan kebijakan dan mempunyai konsekuensi biaya dan manfaat
sosial tertentu .

II. 2. Kebijakan Pemerintah tentang Skrining IVA Test

II. 2. 1. Dasar Hukum

Sejak tahun 2005, dengan terbentuknya Direktorat Penyakit Tidak


Menular, Indonesia telah memulai program penanggulangan penyakit kanker
dengan prioritas untuk kanker serviks dan kanker payudara. Langkah ini
diformalkan dengan keluarnya SK Menkes No. 1163/MenKes/SK/2007 yaitu
terbentuknya kelompok kerja pengendalian penyakit kanker leher rahim dan
payudara (Dwipoyono 2009). Pada tahun 2010 melalui Kepmenkes RI Nomor 796
dikeluarkan Pedoman Tehnis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim
20

Pada tahun 2015 pemerintah melalui Kemenkes RI mengeluarkan


kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Terkait dengan
skrining IVA Test yang dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Lubuk Muda
terdapat beberapa hal penting yang mempengaruhi dinamika kinerja skrining
sebagai berikut:

 Pasal 1

1. Penanggulangan Kanker Leher Rahim adalah Program pelayanan kesehatan


masyarakat berkesinambungan di bidang penyakit kanker leher rahim yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif kepada masyarakat disertai
pelayanan kesehatan perorangan secara kuratif dan rehabilitatif serta paliatif
yang berasal dari masyarakat sasaran program maupun atas inisiatif perorangan
itu sendiri yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif, dan efisien.

2. Kanker Leher Rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang
senggama.

 Pasal 3

1. Pemerintah dan pemerintah daerah bertangggung jawab menyelenggarakan


Penanggula-ngan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.

2. Penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan melalui


pendekatan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
perorangan.

3. Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan penanggulangan


sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menunjuk satuan kerja atau unit pengelola
program yang bertugas untuk melaksanakan penanggulangan secara
terencana, terarah, efektif, efisien, dan berkesinambungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
21

 Pasal 16

1. Pendanaan Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim


bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, swasta, jaminan kesehatan dan/atau sumber
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diprioritaskan untuk model


tuntas penyelenggaraan program dalam bentuk koordinasi dan integrasi sarana,
prasarana, alat, dan tenaga kesehatan untuk penanggulangan secara
berkesinambungan, efektif dan efisien.

3. Selain model tuntas sebagaimana dimaksud ayat 2, pendanaan penanggulangan


dapat ditujukan untuk model pemerataan penyelenggaraan dalam bentuk
bantuan sebagian dari sarana, prasarana, alat, dan tenaga kesehatan untuk
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim di suatu wilayah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim model tuntas


sebagaimana dimaksud pada ayat 2 setelah memenuhi kriteria dan syarat
tertentu dapat berfungsi sebagai program nasional.

5. Kriteria dan syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 4 ditetapkan oleh
Menteri.

 Pasal 17

1. Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Penanggulangan Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim dengan melibatkan organisasi profesi dan pemangku
kepentingan terkait.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan


melalui:
22

a. bimbingan teknis/pendampingan;

b. pendidikan dan pelatihan;

c. supervisi/pengawasan melekat;

d. konsultasi; dan

e. pemberian penghargaan dan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

II. 2. 2. Implementasi Skrining IVA Test

Skrining IVA Test dicanangkan pada tanggal 21 April 2015 di Puskesmas


Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta oleh Ibu Negara (Ibu
Iriana Joko Widodo). Kegiatan pencanangan mencakup dialog jarak jauh
(teleconference) oleh Ibu Negara didampingi oleh Ibu Menteri Kesehatan dengan
para SKPD di 10 provinsi yang juga didampingi oleh para ibu anggota Organisasi
Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK)3 di Puskesmas yang siap
melaksanakan pemeriksaan deteksi dini. Dialog meliputi pelaksanaan
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara serta komitmen
untuk tetap mendukung pelaksanaannya.

Kegiatan pelaksanaan deteksi dini dini kanker leher rahim dan kanker
payudara dilaksanakan secara berkesinambungan sampai tahun 2019 (Buku
Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim dan Kanker Payudara, Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular 2015. Halaman 7 dan 8)

II. 2. 3. Pembiayaan Skrining IVA Test

Dalam mendukung terselenggaranya kegiatan deteksi dini kanker leher rahim


dan kanker payudara dapat dilakukan melalui:

 Pengklaiman Secara pasif


23

Pengklaiman (penarikan biaya) secara pasif dilaksanakan dengan ketentuan


sebagai berikut:

a. Pengklaiman dapat dilakukan oleh FKTP yang bekerjasama dengan BPJS


Kesehatan, mempunyai kompetensi dalam melakukan pemeriksaan IVA , dan
hanya pada peserta BPJS Kesehatan aktif.

b. Prosedur mengikuti aturan yang berlaku.

c. Pembiayaan hanya dapat dilakukan kepada peserta BPJS Kesehatan yang masih
aktif.

 Pengklaiman secara aktif


Pengklaiman (penarikan biaya) secara aktif dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan kegiatan pemeriksaan dapat menghubungi ,
berkoordinasi dan melibatkan FKTP atau BPJS Kesehatan setempat,
memberitahukan rencana pemeriksaan IVA diinstansi atau lokasi yang yang
dimaksud

b. Pembiayaan hanya dapat dilakukan kepada peserta BPJS Kesehatan yang


masih aktif.

II. 2. 4. Skema Pembiayaan Skrining IVA Test

Sesuai Permenkes No. 34/2015 skema pembiayaan skrining IVA Test adalah
sebagai berikut (Tabel 1) :

1. APBN, untuk membiayai : TOT

Advokasi

Sosialisasi

Stimulan sarana dan prasarana

Bimbingan Teknis

Monitoring dan evaluasi

Jejaring
24

Surveilans

2. BPJS, untuk membiayai : Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan Perorangan

3. APBD, untuk membiayai : Peningkiatan kapasitas SDM

Sosialisasi

Sarana dan prasarana

Bimbingan Teknis

Monitoring dan Evaluasi

Jejaring

Surveilans

4. Swasta/Mandiri, untuk membiayai : Sarana dan prasarana

Deteksi dini dan tindak lanjut.

e. Realitas Pembiayaan IVA Test TA 2015-2018 (Tabel 2)

1. APBN/BOK, yang tersedia : Bimbingan Teknis

Monitoring dan evaluasi

2. BPJS, yang tersedia : Nihil

3. APBD, yang tersedia : SDM

4. Swasta/Mandiri, yang tersedia : Nihil

II. 2. 5. Insiden Rate

Menurut Wahidin, 201527 Insiden Rate Kanker Leher Rahim 17 per


100.000 penduduk,per tahun.  .

Berdasarkan Globocan 201822, di Indonesia jumlah kasus baru Kanker Leher


Rahim dengan insidens sebanyak 19/100000 penduduk. Menurut Kemenkes, 2019
Angka Kejadian Kanker Leher Rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk.

II. 2. 6. Kasus Kematian penderita Kanker Mulut Rahim (Serviks)


25

Pada tahun 2016 terjadi 1 (satu) kasus kematian akibat Kanker Mulut Rahim dan
1 (satu) kasus pada tahun 2017.

Table 5. Rekapitulasi Kasus Kematian penderita Kanker Serviks


Di Kecamatan Siak Kecil Tahun 2015-2018
N Nama Pasien Umur Alamat Diagnosa Tindak Lanjut Keterangan
o
1 Erna 38 Th Langkat Ca Serviks Meninggal 2016
2 Masnah 44 Th Sei.Siput Ca Serviks Meninggal 2017

II. 2. 7. Hambatan dalam skrining Kanker Mulut Rahim


Hasil penelitian Ragan et al (2017)20 menyatakan bahwa hambatan dalam skrining
kanker skrining Kanker Mulut Rahim meliputi:
 kekhawatiran tentang efek samping,
 stigma terkait pengobatan
 perselisihan dalam keluarga
 masalah keuangan dan akses
 kepercayaan agama dan budaya
 pengetahuan tentang Human Papiloma Virus (HPV)
II. 2. 8. Penyebab utama dan faktor-faktor munculnya Kanker Serviks
 HPV (Human Papilloma Virus)
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
(Rasjidi, 2009; ESMO, 2010; Yayasan Kanker Indonesia, 2014; CDC, 2015)23.
HPV (human papilloma virus) khususnya HPV-16 dan HPV18 yang menyebar di
leher rahim menjadi penyebab utama munculnya kanker serviks. Virus ini
biasanya dapat menyebar melalui hubungan seksual seperti kontak langsung
antara kulit kelamin, pertukaran cairan tubuh dan melalui oral seks.
 Kontrasepsi Hormonal
Alat Kontrasepsi (Alkon) Hormonal merupakan kontrasepsi yang sering
digunakan oleh wanita karena mudah dan praktis penggunaannya. Menurut
(Depkes 2014) kontrasepsi hormonal yang sering digunakan adalah jenis
injeksi/suntik dan oral/pil. Pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang
(lebih dari 10 tahun) menyebabkan peningkatan paparan hormone estrogen dalam
26

tubuh. Peningkatan hormone dalam tubuh ini semakin lama akan semakin tidak
terkontrol sehingga dapat memicu pertumbuhan sel secara tidak normal yang
dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Menurut Muthiah (2009)25 ada pengaruh
pemakaian alat kontrasepsi kombinasi progesterone dan estrogen terhadap
kejadian kanker leher Rahim biasanya mengonsumsi Diethylstilbestrol (DES).
DES merupakan obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk mencegah
keguguran. Ibu hamil yang mengonsumsi obat ini memiliki risiko lebih besar
untuk terkena kanker serviks. Obat ini juga dapat meningkatkan risiko kanker
serviks pada janin perempuan yang dikandungnya

 Menyusui Anak

Peneliti dari QIMR Berghofer Medical Research Institute menemukan bahwa


wanita yang menyusui bayinya dapat menurunkan risiko terkena kanker ovarium
hingga hampir 25 persen. Penelitian ini juga menunjukkan semakin lama seorang
wanita menyusui, semakin besar pengurangan risiko. Penulis senior Australia dan
kepala Kelompok Kanker Ginekologi QIMR Berghofer, Profesor Penelope Webb
(2008)25, mengatakan menyusui dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena
semua kanker. Para ibu yang menyusui anak-anak mereka selama lebih dari 12
bulan masing-masing memiliki risiko 34 persen lebih rendah
 Persalinan Non Faskes
Kementerian Kesehatan RI terus mengingatkan kepada para ibu hamil agar
melakukan persalinan di puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) lainnya. Persalinan di rumah itu sangat berisiko (Kirana
Pritasari, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian). Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar 2018, ada sekitar 96 persen ibu hamil yang sudah
memeriksakan kesehatan ke fasyankes. Namun, hanya 79 persen yang melahirkan
di puskesmas atau rumah sakit. Persalinan Non Faskes terutama beresiko untuk
terjadinya perdarahan yang sering kali menyebabkan kematian dan beresiko
terjadinya infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan gangguan kesehatan
lainnya.
II. 3. 1. Penentuan Prioritas Masalah Metode USG
27

Analisis Menentukan Prioritas dengan Metode Urgency, Seriousness, Growth


(USG) adalah salah satu metode skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang
harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko
dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan
prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah
membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan
bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih
jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai
berikut (Kotler dkk, 2001)10:
 Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan


waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu, yaitu dilihat dari tersedianya waktu,
mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan

 Seriousness

Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu
tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama,
suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri, yakni dengan
melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.

 Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang


dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan, yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa
sehingga sulit untuk dicegah.

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah dilaksanakan


apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal
yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari
masalah itu sendiri.

Adapun keterangan pemberian skor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Skor USG


Skor U/S/G
5 Sangat penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak penting
1 Sangat tidak Penting
28

II. 3. 2. Analisis Fish Bone (Tulang Ikan) Ishikawa

Diagram Fishbone dari Ishikawa (Purba, H.H. 2008, hal. 25 dan Tague, 2005, p.
247)15 dipakai untuk mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Diagram
“tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram.
Diagram Ishikawa disebut dengan “tulang ikan karena kerangka analisis diagram
Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada :
 Bagian kepala (sebagai effect) dan
 Bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai
penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul.
Faktor penyebab problem antara lain terdiri dari :

 Material/bahan baku,
 Mesin,
 Manusia dan
 Metode/cara.

Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan dituliskan dan
dianalisa faktor mana yang terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi
problem.

Diagram Fishbone dapat menolong kita untuk menemukan akar “penyebab”


terjadinya masalah. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti,
maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat
melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan
sebenarnya.

Dalam menyusun diagram, Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-do-check-


act W.Edward Deming (P-D-C-A) menjadi :
29

 Plan-P
 Tentukan gol dan target
 Tentukan cara/metode mencapai gol
 2. Do-D
 Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan
 Implementasi pekerjaan
 3. Check-C
 Cek akibat dari implementasi
 4. Act-A
 Mengambil tindakan yang sesuai

Gambar 1 . Diagram Isihikawa (Fish Bone)


30
BAB III
METODE KEGIATAN

III. 1. Tahap Persiapan Residensi

Sebelum kegiatan residensi mahasiswa dibekali dengan persiapan materi residensi


tahap pertama yang dilaksanakan dari kampus pada hari Jumat tanggal 20
November 2020, dengan agenda sosialisasi tentang sistem pelaksanaan residensi
dan sistem penulisan laporan residensi. Kemudian dilanjutkan dengan proses
pengurusan adminstrasi perizinan residensi. Kegiatan residensi mahasiswa
magister ilmu kesehatan masyarakat STIKes Hangtuah Pekanbaru dilaksanakan
pada hari senin tanggal 4 Januari 2021 sampai dengan hari Kamis tanggal 4
Februari 2021 bertempat di UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil.
Hari pertama pelaksanaan residensi mahasiswa mengikuti acara serah terima dari
pihak kampus pada tempat residensi secara online. Mahasiswa mendapat
pengarahan dari Kepala UPT Puskesmas Lubuk Muda mengenai ruangan
residensi sesuai dengan peminatan mahasiswa diserahkan kepada Bidan
Kordinator yang bertanggung jawab terhadap Program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Kepala UPT Puskesmas Lubuk Muda memberikan penjelasan tentang
Struktur Organisasi, Tupoksi Pegawai dan Program untuk memudahkan
mahasiswa mendapatkan informasi terkait laporan residensi. Setelah itu
mahasiswa menyampaikan prosedur dan kegiatan yang akan dilakukan guna
memperoleh akurasi informasi data yang dibutuhkan. Kemudian mahasiswa
melakukan observasi (melihat langsung program kegiatan yang dilakukan),
wawancara, serta penelusuran dokumen pendukung.

III. 2. Pelaksanaan Kegiatan Residensi

Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 4 Januari sampai dengan 4 Februari


2021. Tahapan ini dimulai dari orientasi dan observasi ke semua unit di
lingkungan UPT Puskesmas Lubuk Muda. Penulis melakukan konsultasi kepada
pembimbing lapangan terkait pelaksanaan residensi dan melakukan observasi dan
wawancara langsung kepada petugas yang bertanggung jawab serta penelusuran

31
32

dokumen pendukung. Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah observasi langsung


dan wawancara langsung ketempat unit yang sudah dipilih. Pada unit tersebut
dipilih oleh penulis berdasarkan data awal yang telah didapat dimana kegiatan
skrining IVA Test dilakukan .

III. 3. Penulisan Pembuatan Laporan Residensi

Penulisan laporan dilakukan secara bertahap dimulai dari Bab I sampai Bab IX
dengan beberapa konsultasi dengan Pembimbing Akademik dan Pembimbing
Lapangan, wawancara, observasi, pengamatan lapangan dan penelusuran
dokumen terkait dilakukan beberapa kali untuk melengkapi laporan residensi.
Penulisan laporan residensi mengikuti Buku Panduan Residensi Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Kesehatan Hang Tuah
Pekanbaru TA 2020/20214. Laporan kegiatan ini nantinya diharapkan dapat
mencapai target sesuai dengan tujuan residensi. Laporan residensi yang sudah
selesai dibuat selanjutnya akan diseminarkan setelah mendapat persetujuan dari
pembimbing lapangan dan pembimbing akademik.

III. 4. Seminar Residensi

Seminar residensi dijadwalkan pada tanggal 13 sampai dengan 15 Februari 2021.


Jadwal tersebut merupakan ketentuan dari Pembimbing Akademik setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Pembimbing Lapangan. Seminar dilakukan di
ruangan yang sudah disiapkan oleh pihak STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang di
uji oleh pembimbing.

III. 5. Perbaikan Laporan

Hasil seminar residensi yang sudah dilaksanakan, dilakukan penyempurnaan


laporan akhir residensi, Perbaikan dilakukan terhadap data, kebenaran informasi,
penulisan, dan masukan-masukan pada saat seminar residensi.
33

III. 6. Penyerahan Laporan Akhir

Laporan residensi hasil perbaikan yang sudah disetujui oleh Pembimbing


Lapangan dilakukan penggandaan dan diserahkan kepada pihak-pihak yang
berhubungan dengan residensi yaitu masing-masing 1 (satu) laporan untuk
Penguji Akademik, 1 (satu) laporan untuk Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat STIKes Hangtuah Pekanbaru dan 1 (satu) untuk
Pembimbing Akademik dan 1 (satu) untuk Pembimbing Lapangan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT RESIDENSI

IV. 1. Wilayah Kerja UPT Puskesmas Lubuk Muda13

UPT Puskesmas Dinas kesehatan Kecamatan Siak Kecil terdiri dari 9 Desa :
1. Desa Lubuk Muda
2. Desa Liang Banir
3. Desa Tanjung Datuk
4. Desa Tanjung Belit
5. Desa Sungai Siput
6. Desa Koto Raja
7. Desa Sepotong
8. Desa Langkat
9. Desa Lubuk Garam
IV. 1. 1. Keadaan Geografis
Kecamatan Siak Kecil  yang ibukotanya Lubuk Muda merupakan salah
satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis
yang berada di Pulau Sumatera, yang memiliki batas-batas wilayah :
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu  
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Sabak Auh
Kabupaten Siak
3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan
Kecamatan Pinggir
4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Merbau(
Kab.Meranti ) posisi Selat Padang
5. Sedangkan letak wilayahnya adalah :
6.  1°15' Lintang Utara s/d 1°36'6" Lintang Utara
7. 102°00' Bujur Timur s/d 102°3'29'' Bujur Timur

34
35

Luas Wilayah kecamatan Siak Kecil sebesar 742.21 km2. Sedangkan wilayah
UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak kecil sebesar 285,6 km2. Wilayah
administrasi yang memiliki luas wilayah terbesar di UPT Puskesmas Lubuk
Muda Kecamatan Siak Kecil adalah desa Langkat seluas 87 km2 sedangkan desa
Tanjung Datuk merupakan desa dengan luas terkecil yaitu 8 km2.

Jarak terjauh antara kantor desa dengan ibukota kecamatan adalah Desa Langkat
dengan jarak 15 km2, sedangkan yang terdekat dengan Ibukota Kecamatan Siak
Kecil adalah desa Tanjung Belit 3 km2 dan desa tanjung datuk yang hanya
berjarak 3 km2.

Secara Geografis sebagian besar desa di Kecamatan Siak kecil merupakan daerah
dataran, karena tidak berbatasan langsung dengan garis pantai. Sebagian Kecil
desa saja yang berbatasan dengan garis pantai.yang berupa pesisir. Sedangkan
berdasarkan topografi, kecamatan siak kecil secara umum letaknya berada pada
posisi datar didominasi oleh kemiringan antara 0-3 %.

IV. 1 2. Kependudukan
Penduduk merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam
pembangunan, karena itu pembangunan sumber daya manusia perlu diarahkan
agar mempunyai ciri dan karakteristik yang mendukung pembangunan.
Tabel 7. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Lubuk Muda Kec. Siak Kecil
JUMLAH RUMAH KEPADATAN
NO DESA JUMLAH PENDUDUK
TANGGA PENDUDUK per km2
1 2 7 8 10
1 LUBUK MUDA 2375 660 67,00
2 LIANG BANIR 776 152 41,50
3 TANJUNG DATUK 557 218 93,13
4 TANJUNG BELIT 1.871 481 34,16
5 SUNGAI SIPUT 853 216 40,64
6 KOTO RAJA 1.564 365 120,15
7 SEPOTONG 1.098 310 52,54
8 LANGKAT 1.319 353 14,13
9 LUBUK GARAM 1.292 312 40,50

TOTAL 11.608 3.067 41


36

IV. 2. Visi, Misi, Strategi dan Motto UPT Puskesmas Lubuk Muda

IV. 2. 1. Visi dan Misi

UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil adalah Puskesmas Rawat
Inap memiliki Visi dan Misi pembangunan kesehatan yang ingin dicapai ialah :
“TERWUJUDNYA PELAYANAN KESEHATAN YANG BERKUALITAS
MENUJU SIAK KECIL SEHAT 2024”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut ditetapkan MISI UPT Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil yaitu “
1. Mendorong peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, aman,
memuaskan dan professional.
3. Meningkatkan kapasitas, kapabilitas dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia
IV. 2. 2. Strategi
Adapun Strategi dari UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil :
1. Membuat perencanaan program sasaran, target, dan indicator kinerja staff
2. Menciptakan suasana kerja yang kondusif
a. Adanya profesionalisme dalam melaksanakan tugas
b. Membentuk team work
c, Adanya Standar Prosedur Kerja ( SOP)
d. Mengadakan recepcionist.
3. Mengembangkan sasaran dan prasarana
4. Meningkatkan pelayanan secara optimal
5. Menyediakan kotak kritik dan saran
IV. 2. 3. Motto dan Tata Nilai
MOTTO “ Bekerja dengan CEPAT ( Ceria, Pasti, Tuntas) dengan pelayanan
BER-ADAB ( Akuntabel, Dedikasi, Aseptabel, Branded)”
TATA NILAI “ CERIA ‘ ( Cermat, Empati, Ramah, Inisiatif, Amanah )
37

IV. 2. 4. Tujuan Unit Kerja dan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Tujuan Umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2024, serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma,
penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara


mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang
Balita, serta di sekolah TK.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu


bersalin, ibu nifasdan ibu menyusui.

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu menyusui, bayi dan anak balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh


anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

IV. 3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi


IV. 3. 1. Kedudukan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bengkalis, UPT Puskesmas Lubuk Muda
berkedudukan di Desa Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis.
38

IV. 3. 2. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bengkalis, Tugas Pokok dan Fungsi
Penanggung Jawab Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja

Tugas pokok :

Menyiapkan, menyusun, dan melaksanakan petunjuk teknis serta bahan


pembinaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Fungsi :

 Menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan pelaksanaan Program


Kesehatan Ibu dan Anak (KIA);
 Menyiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa, dan
mengevaluasi data pendukung sebagai penunjang perencanaan dan
pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak (KIA).
 Melaksanakan kegiatan program KIA (Ibu hamil,Ibu Melahirkan, Ibu
Nifas, Bayi, Balita dan Anak Usia Sekolah) baik melalui Upaya
Peningkatan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, Pengobatan Penyakit,
dan Pemulihan Kesehatan;
 Melaksanakan Pembinaan Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
pada seluruh wilayah kerja Puskesmas ( Pelayanan Kesehatan Dasar);
 Melaksanakan kegiatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat
dibidang KIA melalui penyuluhan dan pertemuan kelompok, dalam
rangka meningkatkan kemandirian keluarga dan masyarakat;
 Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan konferensi hak anak
dan perempuan;
 Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan hak reproduksi remaja
serta masalah kesehatan remaja;
 Menyusun dan menganalisa kebutuhan sarana dan prasarana yang
berkaitan dengan program Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja;
 Melakukan koordinasi lintas program maupun lintas sektor sesuai
dengan program Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja;
39

 Menyusun kebutuhan, pelatihan dan konsultasi teknis .


 Mengupayakan berbagai sumber anggaran sesuai dengan tupoksinya;
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan sesuai petunjuk atasan

IV. 4. Jenis Program Pelayanan KIA

 Pelayanan Antenatal
 Pertolongan Persalinan
 Deteksi Dini Ibu Hamil Beresiko
 Pelayanan Neonatal
 Pencegahan Penyakit Menular Pada Ibu
 Penanganan Penyakit Tidak Menular Pada Ibu

IV. 5. Struktur Organisasi dan Ketenagaan

Berdasarkan dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bengkalis, struktur organisasi dan tata
kerja unit kerja KIA adalah sebagai berikut:
40

KEPALA
PUSKESMAS
TURSINI, SKM

PENANGGUNGJAWAB
UKM
Ns. FITRAWATI, SKep

BIDAN KORDINATOR
PELAKSANA KIA, GSI/PKK
SRI RAHAYU SALI, STr.Keb

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA


KB, BKB, TUMBANG PELAKSANA DESA SIAGA
BKR, BKL, PP BAYI DAN PKPR, PMR, AKTIF, SMD,
PELAKSANA SKRINING IVA
DAN PA BALITA SAKA MMD
ANARIA, AMd.Keb
GINA SRI Drg. SINTA Ns. DESI
MAYASARI, WAHYUNI, PRADINA SAPUTRI,
AMd.Keb AMd,Keb S.Kep
Gambar 2. SOTK UNIT PELAYANAN KIA

IV. 6.Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Kesehatan yang tersedia di UPT Puskesmas Lubuk Muda
ialah:

IV. 6. 1. Puskesmas
Puskesmas di UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil tahun
2019 berjumlah 1 buah, terdiri dari 1 Puskesmas Rawat Inap dan 4
Puskesmas Pembantu,
IV. 6. 2. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas pembantu di UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak
Kecil tahun 2019 berjumlah 4 buah, yaitu :
 Pustu Tanjung Belit
 Pustu Koto Raja
 Pustu Langkat
 Pustu Lubuk Garam
41

IV. 6. 3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat


 Posyandu
Jumlah posyandu di UPT Puskesmas Dinas Kesehatan Kecamatan Siak
Kecil tahun 2019 sebanyak 20 posyandu. Posyandu pratama sebanyak 0
(0,0%), Posyandu Madya sebanyak 0 (0 %), posyandu Purnama
sebanyak 19 (95,0%), Posyandu Mandiri 0 (0,0%).
 Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah – masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri. Jumlah Desa siaga di UPT Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil tahun 2019 sebanyak 9 desa siaga yaitu Madya
sebanyak 8 desa dan Purnama sebanyak 1 desa yaitu desa Tanjung Belit
IV. 6. 4. Tenaga Kesehatan
Sumber daya manusia puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan
tenaga penunjang (non tenaga kesehatan). Jenis dan jumlah tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis
beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik
wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian
waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri
atas: dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian.
Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja.
IV. 7. Sumber Pembiayaan Kegiatan
42

Sumber pembiayaan dana untuk kegiatan dari program kegiatan Dinas


Kesehatan Kabupaten Bengkalis berasal dari APBD Provinsi Dana Tugas
Pembantuan (TP) APBN, Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Dana Kapitasi BPJS. Pembiayaan kesehatan mengutamkan upaya
preventif dan promotif agar terlaksananya program-program unggulan/prioritas
nasional.
BAB V
ANALISIS SITUASI UNIT KERJA

V. 1. FUNGSI MANAJEMEN13

Dalam upaya kebijakan dinas kesehatan dalam penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Kabupaten Bengkalis menjadi tugas dan fungsi dari Bidan Kordinator
Unit Pelayanan KIA,yang akan dibahas yaitu mengenai fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang di peroleh dari temuan
berupa data-data yang ada, hasil dari wawancara yang serta observasi dilakukan

V. 1. 1. Fungsi Perencanaan

 Rencana Kegiatan Program

Bidan Kordinator Unit Pelayanan KIA UPT Puskesmas Lubuk Muda. sudah
membuat Rencana Kegiatan Tahunan serta Rencana Stategis KIA untuk
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Siak Kecil, tetapi dalam hal
anggaran tidak semua rencana kegiatan program tersebut disetujui dan
dilaksanakan karena terbatasnya dana.

 Standar Operasional Prosedur

Dalam melaksanakan kegiatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) Unit


Pelayanan KIA sudah mensosialisasikan regulasi kegiatan atau SOP kepada
Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Bidan Desa Poskesdes selaku ujung
tombok pelayanan kesehatan masyarkat untuk pertama agar semua paham akan
kebijakan kegiatan ini meskipun ini belum semua tenaga kesehatan yang
mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan.

 Stuktur Organisasi

Struktur organisasi khusus untuk upaya dalam penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) di UPT Puskesmas Lubuk berada langsung pada Program KIA. Merupakan
upaya bidang kesehatan meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

43
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi dan balita serta anak prasekolah.

44
45

 Uraian Tugas

Uraian Tugas masing-masing pengelola program sudah ada dan sudah


dilaksanakan.

V. 1. 2. Fungsi Pengarahan

 Motivasi Kerja

Motivasi kerja yang dilakukan oleh Bidan Kordinator kepada nakes sebagai
pelaku memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mampu meningkatkan
kualitas kinerja petugas kesehatan. Beban kerja yang tinggi diimbangi dengan
tenaga yang cukup menjadikan motivasi kerja sangat kuat dan mempengaruhi
kinerja tenaga kesehatan untuk dapat melakukan tugasnya.

 Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang dilingkungan UPT Puskesmas Lubuk Muda demikian


juga dalam unit pelayanan KIA sudah sejak lama dilaksanakan dengan
memperhatikan Undang–Undang dan peraturan yang berlaku agar upaya
penurunnan angka kematian ibu dapat ditekan.

 Supervisi

Supervisi merupakan proses untuk memastikan kegiatan sesuai dengan standar


dan tujuan yang akan dicapai. Kegiatan supervisi dapat diartikan dengan
pengawasan partisipatif yaitu proses pengawasan dengan menghargai dahulu
pencapaian atau hal positif yang telah dilakukan dan memberikan jalan keluar
bagi hal yang menjadi penghambat atau kurang agar meningkatkan pencapaian
kinerja.

 Manajemen Konflik

Manajemen konflik jarang terjadi, karena uraian tugas masing-masing pegawai


sudah jelas. Jika ada terjadi konflik antar sesama pegawai biasanya diselesaikan
dengan baik sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kepala Puskesmas
atau diselesaikan dengan cara musyawarah.
46

V. 1. 3. Fungsi Pengendalian Monitoring dan Evaluasi

Pengendalian, monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihat dan menilai


kinerja pencapaian program penurunan angka kematian ibu oleh Kepala
Puskesmas apakah sudah mencapai target yang ditentukan atau tidak. Kegiatan
monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal 4 kali setahun dalam rapat
triwulanan.

V. 2. ALUR PROSES KEGIATAN

Dari hasil wawancara mendalam, observasi dan telusur dokumen dalam upaya
kebijakan dinas kesehatan dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Kabupaten Bengkalis dapat digambarkan melalui alur proses kegiatan dibawah
ini.

KEPALA PUSKESMAS

AUDIT INTERNAL
KENDALI MUTU

BIDAN KORDINATOR KIA

PETUGAS PELAKSANA
IVA TEST

TEAM WORK
PELAKSANA

Gambar 3. ALUR PROSES KEGIATAN


47
BAB VI
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

VI. 1. Kebijakan Pemerintah Deteksi Dini Untuk Pencegahan Kanker Mulut


Rahim

Permenkes Nomor 34 Tahun 2015 yang ditindaklanjuti dengan Gerakan


Deteksi Dini yng di inisiasi oleh Ibu Negara bersama Organisasi Aksi Solidaritas
Era Kabinet Kerja (OASE-KK) adalah sebuah gerakan nasional yang
dimaksudkan untuk menghindari wanita dari kematian akibat kanker mulut rahim.
Gerakan ini begitu masif untuk mengejar target deteksi dini terhadap 50% sasaran
kegiatan dalam waktu 5(lima) tahun berturut-turut mulai tahun 2015 sampai 2019.

UPT Puskesmas Lubuk Muda bersama semua stake holder Kecamatan Siak
Kecil secara mengejutkan berhasil menjadi Juara 1 tingkat Kabupaten Bengkalis
sebagai pelaksana Skrining IVA Test terbaik dengan mengalahkan 10 Kecamatan
lain di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2018 meskipun 3(tiga) tahun sebelumnya
aktivitas skrining ini berjalan apa adanya.

VI. 1. 1. Kampanye Skrining IVA Test

Berawal dari pergantian Camat Kecamatan Siak Kecil pada bulan Januari
2017 dimana Camat yang baru pada awal masa kedinasannya bertugas sebagai
PNS di salah satu Puskesmas dan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Siak
Kecil seorang Bidan PNS senior yang dalam Rapat Kordinasi Kecamatan
meminta kepada Kepala UPT Puskesmas Lubuk Muda untuk segera
mempersiapkan rencana yang komprehensif untuk memenangkan Kecamatan
Terbaik dalam pelaksanaan Skrining Kanker Mulut Rahim dengan Metode IVA
Test pada tahun 2018.

Dalam rapat staf Puskesmas Lubuk Muda yang diadakan untuk menanggapi
permintaan Camat, terungkap beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam
melaksanakan skrining kanker mulut Rahim dengan metode IVA Test sebagai
berikut:

48
49

 UPT Puskesmas Lubuk Muda hanya memiliki 1(satu) orang Tenaga


Kesehatan(Nakes) terlatih yaitu dokter umum.
 Anggaran khusus untuk Pelaksanaan Skrining Metode IVA Test tidak
tersedia.
 Berdasarkan pendataan, kelompok sasaran yang menjasi peserta BPJS
hanya sedikit dan didominasi oleh PNS.
 UPT Puskesmas Lubuk Muda dan Dinas Kesehatan Kabupaten tidak
memiliki peralatan yang sesuai untuk pelaksanaan skring metode IVA
Test(disposable).

Tim advokasi segera dibentuk dan segera dilakukan pertemuan dengan Camat
serta Ketua TP PKK Kecamatan dan Camat serta Ketua TP PKK
menyanggupi untuk mengupayakan Pendanaan Operasional dan Penyediaan
Logistik yang diperlukan serta menugaskan Puskesmas untuk segera
memberikan Rencana Aksi.

Rencana Aksi segera disusun dan dilaksanakan dengan menggerakkan semua


sumber daya yang tersedia di Kecamatan Siak Kecil dan dengan dukungan
Pemerintah Kabupaten dan semua stake holder dimulai dari bulan April 2017
untuk menghasilkan pencapaian yang baik menjadi juara 1 tingkat Kabupaten
Bengkalis pada bulan April 2018 dan menjadi juara 1 tingkat Provinsi Riau
pada bulan Agustus 2018.

VI. 1. 2. Pelaksanaan Kampanye Skrining IVA Test

Tim skrining IVA Test Puskesmas Lubuk Muda segera melakukan On The
Job Training dan mengikut sertakan nakes yang belum terlatih mengikuti
pelatihan dengan di biayai oleh Satgas Skrining IVA Test Kecamatan Siak
Kecil, sehingga dalam waktu singkat semua Bidan dan Dokter Umum yang
ada di Puskesmas Lubuk Muda semua terlatih dan memiliki sertifikat sebagai
pelaksana skrining IVA Test.

Kampanye dilaksanakan dengan menggerakkan semua sumber daya yang


tersedia di Kecamatan Siak Kecil dan dengan dukungan Pemerintah
Kabupaten dan semua stake holder dimulai dari bulan April 2017 dipimpin
50

langsung oleh Camat dan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Siak Kecil
yang ditandai dengan Acara Pencanangan dimulainya Skrining IVA Test
Kecamatan Siak Kecil.

VI. 2. Identifikasi Masalah

Dalam pelaksanaan residensi di UPT Puskesmas Lubuk Muda, penulis


melakukan pengamatan tentang pelaksanaan skrining IVA Test sesudah
Puskesmas bersama Kecamatan Siak Kecil menghasilkan kinerja yang baik pada
tahun 2018. Dengan meneliti dokumen pelaksanaan skrining IVA Test sampai
tahun 2020 terjadi penurunan cakupan.

Sesuai dengan pengamatan , wawancara internal dan eksternal UPT Puskesmas


Lubuk Muda dapat diidentifikasi beberapa masalah yang menyebabkan hal ini,
yakni:

1. Cakupan skrining IVA Test menurun


2. Lebih banyak Persalinan Non Faskes
3. Akseptor KB lebih banyak menggunakan Alkon Hormonal
4. Bayi tidak ASI/ASI Eksklusif

VI. 3. Prioritas Masalah

Untuk menentukan Prioritas adalah dengan Metode Urgency, Seriousness,


Growth (USG) Pembimbing Lapangan bersama dengan Penanggungjawab UKM,
Bidan Kordinator, Petugas Pelaksana Program Skrining IVA Test dan Dokter
Penanggungjawab skrining IVA Test bersama-sama membahas ke 4 (empat)
permasalahan untuk menentukan skala prioritas berdasarkan metode USG
(Urgensi, Seriousness dan Growth) dan didapati hasil sesuai dengan tabel 8.

Tabel 8. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH METODE USG


SKOR TOTAL
MASALAH RANKING
U S G
Cakupan skrining IVA
5 5 5 15 I
Test menurun
Lebih banyak
5 4 4 13 III
Persalinan Non Faskes
Akseptor KB lebih
banyak menggunakan 4 3 3 10 IV
Alkon Hormonal
Bayi tidak ASI/ASI
5 5 4 14 II
Eksklusif
51

Prioritas masalah :

I. Cakupan skrining IVA Test Menurun

II. Bayi tidak ASI/ASI Eksklusif

III. Lebih banyak Persalinan Non Faskes

IV. Akseptor KB lebih banyak menggunakan Alkon Hormonal


BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

VII. 1.Analisis Tulang Ikan (Fish Bone Analysis)

KURANG KEBIJAKAN PEMERINTAH


TENAGA PERMENKES 34 TAHUN 2015
TERLATIH TIDAK IMPLEMENTATIF
ANGGARAN METODE

MAN DISKONTINU KAMPANYE


DANA SKRINING
IVA TEST TIDAK
TERSEDIA

PENURUNAN
CAKUPAN
SKRINING
LINGKUNGAN IVA TEST
ALKES MATERIAL
TIDAK
TERSEDIA
SOSIAL
BUDAYA DAN
TRADISI

Gambar 4. Fish Bone Analysis


Analisis Penyebab Masalah dengan menggunakan Fish Bone Analysis atau
dikenal juga dengan Diagram Ishikawa atau Diagram Tulang Ikan atau cause
and effect matrix. Fish bone diagram digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah. Fish bone diagram akan mengidentifikasi
berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis
masalah tersebut melalui brain storming. Masalah akan dipecah menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab
yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming. (Erikusnadi, 2011)

52
53

VII. 2. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 9. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH PENYEBAB MASALAH
MASALAH
1. MENGUSULKAN PELATIHAN
NAKES SKRINING IVA TEST
KURANG TENAGA TERLATIH
MAN
UNTUK SKRINING IVA TEST
2. MENINGKATKAN KUALITAS SDM
DENGAN ON THE JOB TRAINING
1. PERMENKES NOMOR 34 1. MEMBUAT SURAT USULAN
TAHUN 2015 TIDAK KEPADA DINKES KABUPATEN
IMPLEMENTATIF BENGKALIS UNTUK
MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENKES NOMOR 34 TAHUN 2015
METHOD
2. DISKONTINU KAMPANYE 2. MEMBUAT SURAT USULAN
SKRINING IVA TEST KEPADA DINKES KABUPATEN
BENGKALIS AGAR MELANJUTKAN
KAMPANYE SKRINING IVA TEST
3. MEMBUAT SURAT USULAN
KEPADA DINKES KABUPATEN
ANGGARAN DANA SKRINING IVA TEST
BENGKALIS AGAR MENYEDIAKAN
TIDAK TERSEDIA
DANA OPERASIONAL SKRINING IVA
TEST
MEMBUAT SURAT USULAN KEPADA
DINKES KABUPATEN BENGKALIS
ALKES UNTUK SKRINING IVA UNTUK MENYEDIAKAN
MATERIAL
TEST TIDAK TERSEDIA PERALATAN/ALKES DAN BARANG
HABIS PAKAI UNTUK KEBUTUHAN
SKRINING IVA TEST
7. MENGINTENSIFKAN
ENVIRONMENT/ SOSIAL BUDAYA DAN TRADISI
PENYULUHAN MANFAAT SKRINING
PERILAKU SASARAN TIDAK MENDUKUNG
IVA TEST
BAB VIII
RENCANA INTERVENSI (Plan of Action)

Tabel 10. MATRIK RENCANA INTERVENSI


Hasil Yang
No Upaya Program Kegunaan Tujuan Sasaran Target Waktu
diharapkan
1. Mengusulkan 1. Memastikan Nakes 1. Peningkatan 1. Kepala Dinas 1. Meningkatkan
Pelatihan Nakes Puskesmas Lubuk Kompetensi Nakes Kesehatan Kualitas
Skrining IVA Test Muda Mendapatkan dalam skrining IVA Kabupaten 100% 1 Pelayanan
Pelatihan Test Bengkalis Tahun Puskesmas
Lubuk Muda
dalam Skrining
1 Man
2.Meningkatkan 2.Memberikan 2. Mempercepat 2. Semua Staf IVA Test
Kualitas SDM Pemahaman dan Transfer of Puskesmas Lubuk
dengan On The Job Mengajak semua Knowledge Skrining Muda 100% 1 2. Meningkatkan
Training Stakeholder terlibat IVA Test kepada Tahun Cakupan
dalam Sosialisasi Nakes Skrining IVA
Test
1. Membuat Surat 1. Untuk Penyusunan 1. Membuat 1. Kepala Dinas 1. Tersedianya
Usulan Kepada Perencanaan Program Perencanaan Kesehatan Program
Dinkes Kabupaten pelayanan skrining Kabupaten 100% 1 Puskesmas
Bengkalis untuk IVA Test di Bengkalis Tahun Lubuk untuk
Mengimplementasik Puskesmas Lubuk pelayanan
an Permenkes No. Muda Skrining IVA
34/2015 Test
2. Untuk Penyusunan Puskesmas
2 Method 2. Membuat Surat Perencanaan Program 2. Skrining IVA Test 100% 1 Lubuk Muda
2. Kepala Dinas
Usulan Kepada Mendapatkan Tahun
Kesehatan
DinkesKabupaten Dukungan
Kabupaten
Bengkalis agar Pemerintah 2. Meningkatkan
Bengkalis
MelanjutkanKampa Kabupaten Bengkalis Cakupan
nye SkriningIVA Skrining IVA
Test Test

Membuat Surat Penyediaan Alkes Tersedianya Alkes Kepala Dinas Meningkatkan


Usulan Kepada untuk Skrining IVA untuk Skrining IVA Kesehatan Cakupan
DinkesKabupaten Test Test Kabupaten 100% 1 Skrining IVA
3 Money Bengkalis agar Bengkalis Tahun Test
Menyediakan Dana
Operasional
Skrining IVA Test
Membuat Surat Penyediaan Anggaran Tersedianya Kepala Dinas Meningkatkan
Usulan Kepada Skrining IVA Test Anggaran Skrining Kesehatan Cakupan
DinkesKabupaten IVA Test Kabupaten 100% 1 Skrining IVA
4 Material Bengkalis agar Bengkalis Tahun Test
Menyediakan Alkes
untuk Skrining IVA
Test
Mengintensifkan Meningkatkan Membangun Staf Puskesmas, Meningkatkan
Penyuluhan Manfaat Pengetahuan Sasaran Kesadaran Sasaran tokoh masyarakat, Cakupan
Envoiront IVA Test Skrining IVA Test IVA Test dan tokoh wanita, 100% 1 Skrining IVA
5
men Masyarakat Manfaat tokoh agama, Tahun Test
Skrining IVA Test budayaan, tokoh
adat
Dari Hasil Identifikasi Masalah yang dari beberapa masalah yang ditemukan
selanjutnya dibuat Perencanaan Intervensi dalam Matrik Rencana Intervensi

54
BAB IX
PENUTUP

Rekomendasi

Pada Periode 2017-2018 UPT Puskesmas Puskesmas Lubuk Muda bersama


Pemerintah dan Tim Penggerak PKK Kecamatan Siak Kecil berhasil memperoleh
cakupan skrining IVA Test jauh melebihi target akhir kampanye skrining IVA
Test . Dari hasil analisis cakupan skrining IVA Test periode 2018-2020 terjadi
Penurunan Cakupan Skrining IVA Test yang terutama disebabkan oleh
Inkonsistensi Implementasi Kebijakan Pemerintah melaui Permenkes 34/2015
Perlu mempelajari kembali faktor-faktor pendukung keberhasilan ini dan kembali
mengupayakan perbaikan-perbaikan dalam sistem agar dapat meningkatkan
kinerja cakupan skrining IVA Test menjadi lebih baik lagi dan menerapkan
Rekomendasi Perencanaan Intervensi yang dirancang untuk membantu UPT
Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil meningkatkan cakupan skrining
IVA Test.

55
Daftar Pustaka

1. Amri. Yousa. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Laboratorium


Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Administrasi Negara. FISIP
Universitas Padjajaran, Bandung

2. Budi Winarno 2012, Kebijakan publik: Teori dan proses dan studi kasus
Yogyakarta: Media Pressindo
3. Buku Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara, Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

4. Buku Panduan Residensi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Magister


Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru TA 2020/2021

5. Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada


University Press

6. Dwiyanto Indiahono. 2009, Kebijakan Publik berbasis dynamic policy analisys


Gava Media

7. Eris Kusnadi. 2011. Fishbone Diagram dan Langkah-langkah Pembuatannya.


https ://eriskusnadi.wordpress.com

8. Hoogerwerf, 1982, Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Erlangga

9. Islamy, M. Irfan. 2000. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta.


Sinar Grafika.

10. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo.

11.Nugroho, Riant Dwijowijoto, 2004, Kebijakan Publik Formulasi,Implementasi,


dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015, Kementerian Kesehatan


RI 2015

13. Profil Tahun 2016-2021 UPT Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil

56
14. Public Health: Administration and Practice. George Eastman Pickett, John
Joseph Hanlon. Times Mirror/Mosby College Pub., 1990, Medical 583 
15. Purba, H. H. (2008, September 25). Diagram fishbone dari Ishikawa.
Retrieved from http://hardipurba.com/2008/09/25/diagram fishbone dari
Ishikawa. html

16. Robert Eyestone (1971). The Threads of Policy: A study in Policy Leadership.
Indianapolis: Bobbs-Merril,hlm.18

17. Tague, N. R. (2005). The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin:


ASQ Quality Press. Available from http://asq.org/quality-press/display-
item/index.html?item=H1224

18. Tri Efriandi, FISIP UI, 2010. Evaluasi kebijakan, Ilmu Pemerintahan, Jakarta:
Erlangga.

19. World Health Organization.(2012). World Cancer Day 2012.

20. Agustinus Subarsono - Google Cendekia - Google Scholar


scholar.google.co.id › citations
Analisis kebijakan publik: konsep, teori dan aplikasi. AG Subarsono.
Pustaka Pelajar, 2005. 1892, 2005. Kebijakan Publik dan Pemerintahan
Kolaboratif Isu-Isu 

21. DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA ...


journal.stikeskendal.ac.id › article › download
Hasil penelitian Ragan et al (2017) menyatakan bahwa hambatan dalam
skrining kanker serviks meliputi: kekhawatiran tentang efek samping,
ketakutan, dan ...

22.

Dinkes Bengkalis Jadikan Siak Kecil Pilot Project Program IVA ..


https://www.cakaplah.com › berita › baca › 2018/08/16
16 Agu 2018 Metode IVA test merupakan cara mendeteksi dini ...
Hasilnya, Bengkalis  di wakili oleh kecamatan Siak
Kecil mewakili Riau dalam penilaian program pelaksanaan IVA nasional

23. Panduan Pelaksanaan Hari Kanker Sedunia 2018 - P2PTM

57
http://p2ptm.kemkes.go.id › uploads › 2018/02 › Pand...
4 Feb 2018 — Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for
Research on ... Rangkaian kegiatan peringatan Hari Kanker
Sedunia 2018 dilaksanakan ... Deteksi dini kanker serviks (dengan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) dan
24. Pencegahan Kanker Serviks
iccc.id › Kanker_serviks_Nutrisi_Pasien_kanker
Imam Rasjidi, Sp.OG. (K), Onk ... Indonesia. ➢ Peringkat pertama dari
seluruh kanker di Indonesia (34.4% dari kanker pada
perempuan)1 ... Yayasan Kanker Indonesia. Kanker di ... Int J Gynecol
Cancer 2009;19:1166-76 ... Cervical cancer: ESMO clinical practice
guidelines for diagnosis, treatment and follow up. Ann Oncol .

25. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Penyelenggaraan ...


litbang.pu.go.id › pkpt › assets › announcements
Menurut Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu taktik atau
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Menurut Eulau
(1977):kebijakan ..5

26. Penelope Webb - QIMR Berghofer


www.qimrberghofer.edu.au › ...
Professor Webb moved to full-time research at the QIMR Berghofer in
2000 and now heads the Gynaecological Cancers Group which she
established in 2008.

27. Pengetahuan, Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV sebagai Faktor ...
journal.unnes.ac.id › index.php › kemas › article › view
Faktor Risiko Karakteristik dan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker
Serviks. ... Pratiwi, Muthiah Rissa. 2009. Pengaruh pemakaian alat
kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen terhadap kejadian kanker 

28. Professor Rebecca Fitzgerald — Department of Oncology


https://www.oncology.cam.ac.uk › ...
Professor Rebecca Fitzgerald. Professor of ... Interim Director of the
MRC Cancer Unit ... Co-Lead of CRUK Cambridge Centre Early
Detection Programme

29. RISKESDAS TAHUN 2010 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ...


biofarmaka.ipb.ac.id › biofarmaka › Anlan2014 - Info ...
RISKESDAS TAHUN 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
merupakan Riset Kesehatan berbasis komunitas berskala nasional sampai

58
30. Situasi Penyakit Kanker - Pusdatin Kemkes - Kementerian
https://pusdatin.kemkes.go.id › download › buletin-kan...
Oleh: Mugi Wahidin, SKM, M.Epid ... Pada Peringatan Hari Kanker
Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah mencanangkan

59

Anda mungkin juga menyukai