Anda di halaman 1dari 12

“ Sejarah Perkembangan Epidemiologi “

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Epidemiologi

Dosen : Ns.Sunandar Mangiri,M.Kes

Oleh

JULIA ARIANA,AMK
NIM. 190102219

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES AL-INSYIRAH
PEKANBARU
TA.2019/2020
SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI

Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemilogi Menurut asal katanya epidemiologi


terdiri dari kata Epi = pada; Demos = penduduk / rakyat; logos = ilmu, jadi epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada populasi / penduduk (rakyat).
Definisi ini merupakan definisi yang sangat luas serta dapat diterapkan pada keadaan
apapun yang terjadi pada penduduk.Umumnya definisi ini mencakup hal yang berkaitan
erat dengan studi epidemi.Definisi lainnya menyebutkan epidemiologi sebagai ilmu
yang mempelajari penyebaran, perkembangan atau perluasan suatu penularan
penyakit di dalam suatu kelompok penduduk atau masyarakat.Berkembangnya suatu
keadaan masalah yang dialami oleh penduduk tidak hanya penyakit menular, namun
juga penyakit tidak menular, penyakit yang terkait dengan gizi, penyakit jiwa,
kecelakaan lalu lintas, bencana alam peledakan penduduk, dan lain-lain.Epidemiologi
pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi.Hal ini berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non
infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang
penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.Mencakup juga
studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit
tersebut.
Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa epidemiologi
merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang
bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
dengan yang lain. Hasil yang diperoleh dari studi penelitian dapat digunakan untuk
menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan, atau meramalkan
hasil pengobatan.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terlatak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus
demi kasus, sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu. Oleh
karena itu, pada epidemiologi selian membutuhkan ilmu kedokteran juga membutuhkan
disiplin ilmu lain. Epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks. Walaupun epidemiologi
telah dikenal dan dilaksanakan sejak zaman dahulu, tetapi dalam perkembangannya
mengalami banyak hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran pada saat
itu setuju dengan metode yang digunakan dalam epidemiologi. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli
pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masa berlakunya paradigma
bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan
epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892
yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert
koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang
masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
4. Eksprimen pada manusia
Hasil dari penemuan john snow ini mengingatkan bahwa penelitian-penelitian
Epidemiologi mampu menunjukan upaya-upaya penanggulangan penyakit yang tepat.
Sampai saat ini, Epidemiologi telah banyak mengalami perkembangan. Perkembangan
itu diantaranya yaitu dalam hal perkembangan pengertian. Berbagai batasan dan
definisi tentang epidemiologi telah dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:
1. Hirsh (1883)
Epidemilogi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis penyakit pada
manusi, pada saat tertentu dibumi dan kaitannya dengan kondisi eksternal.
2. Frost (1927)
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang fenomena masalah penyakit infeksi
atau sebagai riwayat alamiah penyakit menural.
3. Greenwood (1934)
Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang
mengenai kelompok penduduk.
4. Moris dan Tailor (1967)
Epidemiologi adalah studi atau pengetahuan tentang sehat dan penyakit dari suatu
populasi penduduk.
5. MacMahon (1970)
Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada
manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.
6. Omran (1974)
Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta
akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
7. Last (1988)
Epidemiologi adalah studi dari distibusi dan faktor determinan dari keadaan atau
peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan pada populasi penduduk yang spesifik,
serta aplikasinya untuk mengendalikan masalah kesehatan.
Dari beberapa batasan atau definisi yang telah disebutkan diatas, definisi yang paling
cocok dan masih digunakan hingga saat ini adalah definisi dari Last yang juga
digunakan oleh WHO.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih dari
para ahli seperti diantaranya :
a. Hippocrates (460 – 377 SM)
Kontribusi Hippocrates pada bidang kesehatan masyarakat sangat penting karena ia
adalah ahli epidemiologi pertama di dunia. Hippocrates mendapat pengakuan sebagai
ahli ideologi pertama karena ketiga buku yang ditulisnya yaitu Epidemic I, Epidemic
III, dan On Airs, Waters, and Places.
Dalam bukunya "On Airs, Waters and Places" (tentang Udara, Air, dan Tempat),
Hipoccrates mengatakan bahwa penyakit terjadi karena kontak dengan jasad hidup dan
berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Kontribusi terbesar dibidang epidemiologi yang diberikan Hippocrates adalah
observasi epidemiologi. Selain itu, Hippocrates juga membuat beberapa observasi
tentang perilaku manusia dalam populasi. Hal esensial dalam bidang epidemiologi,
menurut Hippocrates yang harus dimasukkan dalam observasi adalah bagaimana suatu
penyakit memengaruhi populasi dan cara penyakit menyebar.
b. Galen
Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis dan
konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada kelompok
penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu)
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :
1. Faktor Atmosfir (the atmospheric factor)
2. Faktor Internal (internal factor)
3. Faktor Presdiposisi (predisposing factor)
c. John Graunt (1620 – 1674)
Sedangkan John Graunt pada tahun 1603 di London sebuah laporan sistematis
tentangg kematian telah dimulai dan disebut dengan “Bills of Mortality”. Ini adalah suatu
kontribusi besar untuk tetap melaporkan populasi dan memulai aspek epidemiologi
yaitu statistik yang vital.
Menggunakan data dan informasi yg telah dia kumpulkan, Graunt menulis sebuah
buku: Natural and Political Observations Made Upon the Bills of Mortality.Graunt
memastikan informasi penting epidemiologi seperti seseorang mempunyai
kemungkinan yang lebih banyak untuk mati muda daripada mati tua, laki-laki lebih cepat
mati daripada wanita, dan lainnya. Graunt juga membagi mati dalam dua tipe, yaitu:
akut dan kronis.
d. Antonio Van Leeuwenhoek (1632 – 1732)
Leeuwenhoek seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan
parasit, penemu spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit
yang berguna untuk analisis epidemiologi selanjutnya.
e. Bernadino Ramazzini (1633 – 1714)
Ia diberitahu oleh pekerja bahwa jika seseorang terus bekerja pada lingkungan itu
maka akan menjadi buta. Ramazzini memeriksa mata para pekerja setelah mereka
bekerja, hasilnya terjadi kemerah-merahan pd mata dan remang-remang.
Akhirnya dia mulai menulis buku tentang pengaruh area pekerjaan terhadap
kesehatan pekerja dan menyajikan dengan direlasikan dengan implikasi epidemiologi.
Buku itu berjudul „The Disease of Workers” dan telah diselesaikan pada tahun 1690
tetapi tidak di publis hingga 1703. Ramazzini juga disebut sebagai bapak atau penemu
dari kesehatan pekerja.
f. Dr. Edward Jenner (1749 – 1823)
Dr. Jenner melakukan penelitian pada laki-laki dan gadis pemerah susu menderita
cacar sapi dan tidak terkena penyakit cacar. Dr. Jenner membuat hubungan zoonotik
dan epidemiologis antara smallpox dan cowpox dan ingin melazimkan penggunaan
proses inokulasi. Menurut pengamatan Jenner, jika seseorang menderita cowpox, ia
tidak akan terkena smallpox bila terpajan. Cowpox ternyata memberikan perlindungan
terhadap smallppox. Dr. Jenner menemukan vaksinasi untuk smallpox berdasarkan
pengetahuan ini. Vaksin ini digunakan untuk melindungi manusia terhadap smallpox.
g. William Farr (1807 – 1883)
Memperkenalkan sistem nasional dan mencatat penyebab kematian. Setelah
mekanisme itu berjalan, maka mekanisme tersebut dapat menyajikan data yang sangat
banyak dan mulailah Farr menganalisis data tersebut, membuat teknik tabel dan
prosedur untuk standarisasi. Farr juga berperan dalam membangun sebuah klasifikasi
penyakit untuk keperluan statistik nasional maupun internasional.
h. John Snow (1813 – 1858)
Snow yg paling terkenal sbg pelopor dibidang epidemiologi. Di bagian akhir karirnya,
Snow menyelenggarakan dua investigasi penting tentang kolera. Bagian karir
epidemiologi Snow mempelajari perjangkitan kolera di SoHo district London di Broad
Street Area.
Akhir karirnya pada epidemiologi, Snow mempelajari epidemic, dimana dia
membandingkan angka rata-rata kematian dari kolera dengan sumber air dari
perusahaan air yang berbeda di London yaitu Lambeth Water Company dan the
Southwark and Vauxhal Water Company. Snow menyadari bahwa faktor umum di
antara korban adalah penggunaan komunal tertentu pompa air. Snow langsung
menanganinya dan akhirnya wabah kolera pun mereda.
i. Emile Durkheim dan Alfred Yankauer (Epidemiologi Sosial)
Emile Durkheim merampungkan studinya yang terperinci mengenai bunuh diri
dihubungkan dgn psikopatologis, ras, hereditas, iklim, musim, perilaku, faktor-faktor
egoistik, alturism, anomie, dan fenomena sosial lainnya. Hasil penelitiannya dibukukan
dengan judul “Suicide: A Study In Sociology” yang merupakan contoh awal epidemiologi
sosial.
Namun nama epidemiologi sosial pertama kali dikemukakan oleh Alfred Yankauer
pada pertengahan abad ke-20. Epidemiologi sosial pertama kali muncul dalam artikel
Alfred yankauer yang diterbitkan dalam American socological riview tahun 1950 “The
Relationship Of Fetal And Infant Mortality To Residential Segregation: An Inquiry Into
Social Epidemiology”
j. Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell (1991)
Pada tahun 1991, Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell menjadi penggagas epidemiologi
klinik dan evidence-based medicine working group (1992) dari Kanada dan Amerika
Serikat. Mereka memperkenalkan konsep EBM (evidence-based medicine). EBM
menyediakan metode-metode untuk memilah-milah informasi yang bernilai tinggi untuk
mengoptimalkan intervensi yang diberikan klinisi kepada pasien.
Metode Epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mncari faktor
penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa pada suatu kelompok
penduduk tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk dapat berarti sekelompok objek
tertentu, baik bersifat organisme hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan,
maupun yang bersifat benda/material seperti hasil produk industri serta benda
lainnya. Dengan demikian, tidak mengherankan bila metode Epidemiologi tidak
terbatas pada bidang kesehatan saja, tetapi juga pada bidang lainnya termaksud
bidang manajemen. Oleh sebab itu, dalam penggunaannya Epidemiologi sangat erat
hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu diluar kesehatan, baik disiplin ilmu
eksakta maupun ilmu sosial. Metode Epidemiologi yang telah berkembang dari masa
lampau dengan pengamatan dan analisis masalah kesehatan pada penduduk
tertentu, telah mengembangkan suatu konsep yang dikenal dengan “Epidemiologi
Deskriptif”. Bentuk ini mencoba mengembangkan berbagai nilai atau variabel yang
dapat diukur berdasarkan berbagai kejadian yang ada dalam masyarakat dengan
berbagai ukuran standar yang telah disepakati, seperti insiden, prevalensi serta nilai
rate dan ratio.
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-
kurangnya 3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan
lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di
negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.
2. Populasi Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari
penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada
distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang
pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit
pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
Adapun bidang kajian epidemiologi antara lain:
1. Epidemiologi Penyakit Menural Epidemiologi penyakit menural merupakan
epidemiologi yang berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadi penyakit menural dimasyarakat.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menural Epidemiologi penyakit tidak menural
berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit tidak menural pada masyarakat.
3. Epidemiologi Klinis Epidemiologi klinis berkembang oleh para klinis. Dalam
penggunaan epidemiologi klinis, para klinisi atau dokter menggunakan prinsip
epidemiologi dalam menangani kasus secara individual, lebih berorientasi
pada penyebab penyakit serta cara menangani kasus.
4. Epidemiologi Sosial Epidemiologi sosial mempelajari pengaruh distribusi sosial
dan determianan-determinan sosial terhadapterjadinya penyakit pada populasi.
5. Epidemiologi Perilaku
Epidemiologi perilaku mempelajari perilaku-perilaku yang mempunyai
hubungan kausal dengan penyakit, seperti hubungan kebiasaan merokok
dengan kanker paru, perilaku seksual da infeksi harpes, diet rendah dan kanker
kolorektal, dan sebagiannya.
Epidemiologi sebagai suatau ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini dilatar
belakangi oleh beberapa hal, diantaranya :
a. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola
penyakit Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit
tidak menular dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah
penyakit semata tetapi hal yang berkaitan langsung atau pun tidak langsung
dengan penyakit serta masalah kesehatan secara umum. Hal ini berbeda
pada zaman John Snow epidemiologi diarahkan untuk masalah penyakit tidak
infeksi dan wabah saja.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya Perkembangan ilmu kedokteran dan
ilmu-ilmu lain seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku yang
berkembang pesat meniupkan angin kesegaran untuk perkembangan
epidemiologi.
Secara sederhana sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan atas
empat tahap, yakni :
1. Tahap Pengamatan Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran
suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi ini
dilakukan dengan pengamatan (observasi ). Hasil pengamatan hipocrates
berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit
dengan lingkungan tetapi Hipocrates tidak berhasil membuktikan
pendapatnya karena pengetahuan untuk itu belum berkembang. Dari yang
dikemukakan oleh Bapak ilmu kedokteran dipandang merupakan landasan
perkembangan epidemiologi. Tahap perkembangan epidemiologi ini dikenal
dengan nama tahap penyakit dan lingkungan.
2. Tahap Perhitungan Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut
dengan tahap perhitungan. Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi
dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan dengan bantuan ilmu
hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran angka
kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria
dan penduduk wanita.
3. Tahap Pengkajian Teknik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr
pada tahun 1839 yang melakukan pengkajian terhadap data yang ada dan
dari pengkajian ini berhasil dibuktikan adanya hubungan statistik antara
peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, adanya hubungan
antara angka kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara
tingkat social ekonomi dengan tingkat kematian penduduk. Dengan cara kerja
yang sama John Snow pada tahun 1849 berhasil membuktikan adanya hubungan
antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.

Tekhnik yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya
melakukan pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara
alamiah, bukan dari hasil percobaan, sehingga dikenal dengan tahap eksperimen
alamiah.
4. Tahap Uji coba Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada
tahun 1774 Lind melakukan pengobatan kekurangan vitamin C dengan
pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga melakukan uji coba klinis terhadap
vaksin cacar terhadap manusia.

Peristiwa Epidemiologi Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah


besar atau pandemi yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah
tersebut biasanya merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang
terjadi bersama dengan domestikasi hewan-seperti influensa dan tuberkulosa.
Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang pernah tercatat dalam
sejarah:
• Pes Plague of Justinian ("wabah Justinian"), dimulai tahun 541, merupakan wabah
pes bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir
dan merebak sampai Konstantinopelpada musim semi tahun berikutnya, serta
(menurut catatan Procopius dari Bizantium) pada puncaknya menewaskan 10.000
orang setiap hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota tersebut. Wabah
tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat populasi
manusia di Mediterania timur.
• The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir,
pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia, wabah
tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348 (mungkin oleh
para pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan menewaskan
dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari
seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang
paling parah dijangkiti.
• Kolera
• Pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak
benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820.
Penyebarannya sampai keRepublik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum
akhirnya berkurang.
• Pandemi kedua (182–1851) mencapai Eropa, London pada tahun 1832, Ontario
Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisirAA Pasifik Amerika
Utara pada tahun 1834.
• Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih
dari sejuta jiwa.
• Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.
• Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan
kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.
• Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut "kolera El Tor"
(atau "Eltor") sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai
Bangladesh pada tahun 1963, Indiapada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun
1966.
Ada 3 model transisi epidemiologi:
1. model klasik, seperti yang terjadi di eropa barat.
2. model dipercepat, seperti yang terjadi dijepang.
3. model lambat, seperti yang terjadi di negara-negara berkambang.

B. Penggunaan dan Manfaat Epidemiologi


a. Penggunaan Epidemiologi
1. menemukan faktor- faktor yang mempengaruhi ksehatan (agent, host, dan
lingkungan) sebagai dasar (ilmiah) untuk tindakan penyakit, kecelakaan
(injury) dan promosi kesehatan.
2. menentukan penyebab utama kesakitan, kecacatan, dan kematian untuk
menetapkan prioritas tindakan dan riset.
3. mengidentifikasi kelompok penduduk risiko tinggi dari suatu penyakit,
sehingga tindakan dapat segera diprioritaskan.
4. mengevaluasi efektifitas program-program kesehatan dan upaya
pelayanan dalam rangka peningkatan kesehatan penduduk. Penerapan
epidemiologi, khususya dalam konteks program kesehatan dan keluarga
berencana adalah sebagai alat dan sebagai metode atau pedekatan.
Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah,
dimana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan peyebaran masalah
tersebut terjadi? Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut
selalu dikaitkan dengan masalah, dimana atau dalam lingkungan
bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi.
Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah
ukuran-ukuran epidemiologi seperti, prevalensi, point of prevalence, dan
sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi,
kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya.

b. Manfaat Epidemiologi
1. Untuk mengenali dan memahami penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Sesuai dengan batasannya ,maka epidemiologi bermanfaat untuk dapat
menguraikan dan memahami proses terjadinya dan penyebarannya
penyakit dan masalah kesehatan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Untuk melengkapi „body of knowledge‟ dan „riwayat ilmiah penyakit‟.
Suatu pengamatan epidemiologis hendaknya selalu merupakan upaya
„penelitian‟ yang hasilnya diharapkan akan dapat lebih melengkapi „ riwayat
alamiah penyakit‟ yang sekaligus juga merupakan „body of knowledge‟ dari
penyakit atau masalah kesehatan yang bersangkutan. 3. Untuk dapat
diaplikasikan dalam upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit atau
maslah kesehatan. Segala upaya untuk selalu lebih melengkapi pemahaman
kita tentang „riwayat alamiah penyakit‟ tidak lain maksudnya adalah agar
kita dapat menemukan jalan keluar dalam upaya menanggulangi masalah
penyakit tadi.
Peranannya Dalam Pemecahan Masalah Kesehatan Di Masyarakat
1. Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya
gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu
dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara
pencegahannya.
2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan
menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan
gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.
3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan
4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara
mengatasinya, baik penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam
kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam
masyarakat.
Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah
kesehatan masyarakat yaitu memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran
(distribusi), besar dan luasnya masalah kesehatan dan lainnya ,menjelaskan
interaksi faktor-faktor agent, host and environment, menguraikan kelompok
Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok Penduduk yang
tidak mempunyai Risiko ,mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan
kegiatan, membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning
(perencanaan), monitoring (pengamatan), dan evaluation (evaluasi), menerangkan
penyebab masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah-langkah
penanggulangannya, Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu Penyakit,
Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi,
Endemi, dan Sporadik.

TAHAPAN SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI


a. Tahap pengamatan
Epidemiologi dimulai sejak 4000 tahun SM, tepatnya pada zaman Mesir Kuno. Pada
saat itu, masyarakat Mesir sudah mengenal tentang penyakit, isolasi, karantina, dan
desinfeksi. Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan distribusi suatu masalah
kesehatan serta faktor – faktor yang mempengaruhinya, dilakukan dengan pengamatan
(observasi). Dari hasil pengamatan tersebut Hippocrates berhasil menyimpulkan
adanya hubungan antara timbul atau tidaknya pnyakit dengan lingkungan. Pendapat ini
dituliskan dalam bukunya yang terkenal yaitu On Airs, Waters, and Places.
Sekalipun Hippocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena
pengetahuan untuk itu belum berkembang, tetapi apa yang dikemukakan Hippocrates
dipandang sebagai landasan perkembangan selanjutnya dari epidemiologi
b. Tahap perhitungan
Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan distribusi suatu masalah
kesehatan, dilakuakan dengan bantuna ilmu hitung. Ilmu hitung termasuk dalam
epidemiologi karena berkat jasa John Graunt dalam melakukan pencatatan dan
perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota London.
John Graunt tidak melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi, tetapi beralih
kepada peristiwa – peristiwa kehidupan. John Graunt lebih dikenal dengan sebutan
Bapak Statistik Kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang seperti ini
dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan Mengukur”
c. Tahap pengakajian
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr yang melakukan pengkajian
data. Dari pengkajian ini dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa
kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, seperti : adanya hubungan status
pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi penduduk
Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow yang
menemukan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air
minum penduduk. John Snow menganalisa pada dua perusahaan air minum di London
yakni Lambeth Company dan Southwark dan Vauxhall Company.
Pekerjan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan
pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari data
hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka tahap perkembangan
epidemiologi pada waktu itu dikenal “Tahap Eksperimental Alamiah”
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bustan,MN. 2002 . Pengantar Epidemiologi. Jakarta, Rineka Cipta.

Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit


Buku Kedokteran . Jakarta.

Fidaus, J. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. CV. Trans Info Media.

Jakarta. Hikmawati, Isna. 2010. Buku Ajar Epidemiologi. Muha Djaya: Jakarta.

Noor, Nasri. 2000. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta . Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. CV. Trans Info Media. Jakarta.

Slome, C. R.B Donna. J.E. Sandra & W. Leader. 1982. Basic Epidemiological Methods
and Biostatistics: A Workbook. Baston: Jones and Bartlett Publishers.

U.S. Department of health and human services. 2006. Principles Of Epidemiology In


Public Health Practive: An Introduction To Applied Epidemiology And
Biostatistics. 3rd Edition. Georgia: U.S Department of health and human services,
centers of disease control and prevention (CDC).

Anda mungkin juga menyukai