Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RAHMI AWALIAH

NIM : 70200117028
TUGAS 1 : DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI

SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI

Sesuai dengan sejarah kelahirannya, epidemiologi memberikan perhatian


terhadap penyakit yang menimpa penduduk. Penyakit yang banyak menimpa
penduduk pada saat itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemi
(penyakit yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan
perhatian tentang epidemi yang banyak menelan korban kematian.
Pada awal perkembangannya, epidemiologi mempunyai pengertian sempit.
Epidemiologi dianggap sebagai ilmu tentang epidemi. Pada perkembangan
selanjutnya hingga dewasa ini Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor-faktor penentu) masalah kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan
keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan demikian,
epidemiolgi tidak hanya mempelajari penyakit epidemi saja, tetapi menyangkut
masalah kesehatan secara keseluruhan.
A. Sejarah Epidemiologi
Sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa ketika manusia
mulai mengenal penyakit menular. Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab
penyakit masih dianggap berasal dari kekuatan gaib dan ruh jahat, tetapi cukup
banyak usaha pada zaman purba yang dapat dianggap sebagai usaha untuk
melawan epidemi. Umpamanya pada kira – kira 1000 tahun SM telah dikenal
variolasi di Cina untuk melawan penyakit variola (cacar), sedangkan orang India
pada saat tersebut selain menggunakan variolasi, juga telah mengenal bahwa
penyakit pes erat hubungannya dengan tikus, sedangkan kusta telah diketahui
mempunyai hubungan erat dengan kepadatan penduduk.
Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya proses
penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor
lingkungan. Hal ini telah dikemukakan oleh Hippocrates (abad ke-5 SM) dalam
tulisannya berjudul Epidemics serta dalam catatannya mengenai “Airs, Waters and
Places”, beliau telah mempelajari masalah penyakit di masyarakat dan mencoba
mengemukakan berbagai teori tentang hubungan sebab akibat terjadinya penyakit
dalam masyarakat. Walaupun pada akhirnya teori tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi telah memberikan dasar pemikiran tentang adanya hubungan
faktor lingkungan dengan kejadian penyakit sehingga dapat dikatakan bahwa
konsep tersebut adalah konsep epidemiologi yang pertama.
Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis
dan konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada
kelompok penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi
tertentu) dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni:
1. Faktor Atmosfir ( the atmospheric factor )
2. Faktor Internal ( internal factor )
3. Faktor Predisposisi ( predisposing factor )

Pada abad ke – 14 dan 15 Masehi, masalah epidemi penyakit dalam


masyarakat semakin jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah penyakit
pes dan variola yang melanda sebagian besar penduduk dunia. Pada waktu itu,
orang mulai menyadari bahwa sifat penularan penyakit dapat terjadi terutama
karena adanya kontak dengan penderita. Dalam hal ini dikenal jasa Veronese
Fracastorius ( 1483 – 1553 ) dan Sydenham ( 1624 – 1687 ) yang secara luas telah
mengemukakan tentang teori kontak dalam proses penularan penyakit.
Berdasarkan teori kontak inilah dimulainya usaha isolasi dan karantina yang
kemudian ternyata mempunyai peranan positif dalam usaha pencegahan penyakit
menular hingga saat ini.
Konsep tentang sifat kontagious dan penularan penyakit dalam masyarakat
telah disadari dan dikenal sejak dahulu namun baru pada abad ke-17, teori tentang
germ dan perannya dalam penularan penyakit pada masyarakat mulai
dikembangkan. Dalam hal ini Sydenham dapat dianggap sebagai pioner
Epidemiologi walaupun sebagian dari teorinya tidak lagi diterima. Sydenham
dengan teori serta berbagai perkiraannya terhadap kejadian epidemi, perjalanan
epidemi dalam masyarakat serta perkiraan sifat epidemi merupakan suatu model
penggunaan metode epidemiologi. Pada saat yang sama, John Graunt telah
mengembangkan teori Statistik Vital yang sangat bermanfaat dalam bidang
epidemiologi. Walaupun Graunt bukan seorang dokter, tetapi hasil karyanya
sangat bermanfaat dalam bidang epidemiologi dengan menganalisis sebab
kematian pada berbagai kejadian kematian di London dan mendapatkan berbagai
perbedaan kejadian kematian antarjenis kelamin serta antara penduduk urban dan
rural, maupun perbedaan berbagai musim tertentu. Di samping Graunt yang telah
mengembangkan Statistik Vital, William Farr mengembangkan analisis sifat
epidemi berdasarkan hukum Matematika. William Farr mengemukakan bahwa
meningkatnya, menurunnya, dan berakhirnya suatu epidemi mempunyai sifat
sebagai fenomena yang berurutan.
Jakob Henle pada tahun 1840 mengemukakan teorinya tentang sifat epidemi
dan endemi yang sangat erat hubungannya dengan fenomena biologis. Dalam
tulisannya dikemukakan bahwa yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
adalah organisme yang hidup. Pendapat ini pada waktu yang sama telah
mendorong berbagai ilmuan terkemuka seperti Robert Koch, Pasteur dan lainnya
untuk menemukan mikroorganisme penyebab penyakit tertentu.
Sejak didapatkannya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, para ahli
segera mencoba mencari berbagai penyebab khusus untuk penyakit tertentu. Pada
awalnya mereka hanya melakukan pengamatan terhadap penderita perorangan,
tetapi kemudian mulai berkembang ke arah hubungan sebab akibat yang dapat
mengganggu keadaan normal masyarakat. Dari usaha pengembangan imunitas
perorangan serta kekebalan pejamu (manusia), mulailah dikembangkan usaha
pencegahan penyakit melalui vaksinasi. Perkembangan hubungan sebab akibat
yang bersifat tunggal mulai dirasakan ketidakmampuannya dalam hal memberikan
jawaban terhadap berbagai gangguan kesehatan masyarakat sehingga mulai
dipikirkan hubungan yang lebih kompleks dalam proses sebab terjadinya penyakit
serta gangguan kesehatan lainnya.
B. Perkembangan Epidemiologi
Pada pertengahan abad ke-19, para ilmuwan kesehatan masyarakat dan
kedokteran, lebih mengarahkan pengamatan dan penelitiannya terhadap konsep
baru tentang penyebab penyakit secara khusus serta teori tentang imunitas.
Banyak di antara para peneliti pada awal era mikrobiologi mulai mengarahkan
perhatiannya pada lingkungan fisik dalam mencari penyebab (agent) yang spesifik
sebagai faktor penyebab penyakit. Lingkungan fisik ditempatkan sebagai sumber,
media, bahkan sebagai penyebab terjadinya penyakit tertentu.
Di Inggris pada tahun 1842 telah diterbitkan laporan Edwin Chadwick yang
disertai dengan sejumlah gambaran dalam bentuk tabel mengenai peranan
lingkungan terhadap kejadian penyakit. Di dalam laporan ini diuraikan bahwa
faktor kemiskinan dan ketidaktahuan memegang peranan penting sebagai sebab
terjadinya kematian yang tinggi. Dalam hal ini, Chadwick dengan konsep kejadian
penyakit yang didasarkan pada teori Miasma, dan dianggap sangat berhasil dalam
menggunakan model pengumpulan, pengolahan, dan interprestasi data dalan
analisis kejadian penyakit dalam masyarakat. Di samping itu, Chadwick juga telah
melakukan suatu pengamatan longitudinal yang didasarkan pada sebelum dan
sesudah perlakuan khusus. Beliau mengamati serta membandingkan keadaan
angka mortalitas dengan berdasarkan pada penduduk yang terpapar terhadap
keadaan lingkungan pemukiman sebelum dan sesudah dilakukan sistem
pembuangan air limbah. Bentuk pengamatan tersebut merupakan penelitian
terhadap pengaruh lingkungan hidup yang selanjutnya mulai dikembangkan oleh
beberapa ahli epidemiologi pada abad itu, dan termasuk di antaranya kelompok
William Farr, John Snow dan John Simon sebagai kelompok peneliti yang sukses.
Dengan demikian mulailah berkembang konsep lingkungan dan sistem
pendekatan Numerik dalam memahami masalah kesehatan masyarakat dan
hubungannya dengan lingkungan yang dikembangkan melalui dasar pemikiran
epidemiologis.
Dengan perkembangan mikrobiologi secara pesat serta didapatkannya
mikroorganisme penyebab penyakit, disusul dengan pemunculan konsep pejamu
dan imunitas membawa perkembangan baru dalam dunia epidemiologi. Selama
periode tersebut, selain usaha menemukan jenis mikroorganisme tertentu sebagai
penyebab penyakit, juga mendorong dikembangkannya konsep hubungan kausal
yang berperan dalam proses kejadian penyakit. Namun demikian, sebagaimana
halnya dengan konsep miasma sebelumnya, konsep germ ini juga belum mampu
menjawab berbagai kejadian penyakit dan gangguan kesehatan masyarakat. Dari
sudut pandang epidemiologi, peranan pejamu dalam proses kejadian penyakit
mampu memberikan dorongan yang cukup berarti dalam perkembangan konsep
imunitas sehingga pusat perhatian para ilmuwan lebih diarahkan pada unsur
pejamu dan agent termasuk interaksi unsur tersebut dalam proses terjadinya
penyakit.

Perkembangan selanjutnya mengarah kepada pemahaman proses hubungan


sebab akibat terhadap berbagai peristiwa penyakit dan gangguan kesehatan
dengan melalui pendekatan metode epidemiologi. Hal ini lebih mengarahkan para
ahli epidemiologi untuk menggunakan model pendekatan sistem, di mana analisis
didasarkan pada sekelompok faktor yang saling berkaitan erat dalam suatu bentuk
hubungan yang konsisten. Dalam hal ini setiap sistem sangat berkaitan satu
dengan yang lain sehingga setiap perubahan pada faktor tertentu, kemungkinan
besar akan menimbulkan perubahan dalam sistem tersebut. Selain itu, juga
memiliki lagi keterkaitan antarsistem yang menuju kepada suatu universe atau
generalisasi.
Dari berbagai perkembangan tersebut di atas, maka para ahli epidemiologi
mulai mengembangkan apa yang sekarang dikenal dengan metode epidemiologi,
yakni suatu sistem pendekatan ilmiah yang diarahkan pada analisis faktor
penyebab serta hubungan sebab akibat di samping dikembangkannya
epidemiologi sebagai bagian dari ilmu kesehatan masyarakat.
ISTILAH – ISTILAH TENTANG EPIDEMIOLOGI
1. Carier : pembawa penyakit
Individu yang mengandung bibit penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis
yang jelas dan berpotensi sebagai penularan penyakit
2. Kontak : berhubungan
Individu yang berhubungan dengan individu/ binatang yang sakit / lingkungan
yang tercemar dan dapat menyebabkan infeksi
3. Kontaminasi : tercemar bibit penyakit
Bibit penyakit ditemukan pada permukaan tubuh, tempat tidur, pakaian,
mainan,alat kesehatan, makanan dan minuman
4. Desinfektan : cairan desinfektan
Upaya untuk membunuh bibit penyakit di luar tubuh manusia dengan
menggunakan bahan kimia
5. Desinfestasi
Tindakan baik fisis maupun kimia dengan maksud untuk menghancurkan
binatang – binatang kecil
6. Desinfeksi
Tindakan untuk membunuh kuman patogen tetapi tidak dengan sporanya yang
terdapat pada alat – alat kesehatan
7. Sterilisasi
Tindakan untuk membunuh kuman patogen beserta sporanya
8. Reservoir : habitat/ tempat tinggal
Habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme berupa manusia,
9. Penjamu : inang/ host
Tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman
10. Antiseptik : cairan antiseptik
Upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh / menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya
11. Epidemi : wabah
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ditemukan pada suatu daerah
dalam waktu yang singkat dengan frekuensi yang meningkat
12. Pandemi
Keadaan dimana masalah kesehatan, frekuensinya meningkat dalam waktu
yang singkat dan penyebarannya pada wilayah yang luas
13. Epidemi
Keadaan dimana masalah kesehatan, frekuensinya menetap dalam waktu yang
lama
14. Sporadik
Keadaan dimana masalah kesehatan, frekuensinya berubah menurut keadaan
waktu
15. Patogenisitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga
timbul penyakit
16. Virulensi
Kemampuan bibit penyakit menjadi invasi, menyesuaikan diri, bertempat
tinggal dan berkembangbiak dalam diri penjamu
17. Vektok : binatang kecil
18. Masa inkubasi
Interval waktu antara kontak awal dengan bibit penyakit sampai awal
munculnya gejala
19. Infeksi
Masuk dan berkembangbiaknya bibit penyakit / parasit sampai awal
munculnya gejala
20. Infeksi nosokomial
Infeksi yang terjadi saat dirawat di rumah sakit
21. Penderita : orang sakit
Orang yang menderita suatu penyakit
22. Personal hygiene :Kebersihan pribadi
23. Karantina : pembatasan aktivitas
24. Zoonosis : penularan infeksi
25. Imunitas : kekebalan tubuh
26. Rentan : mudah
27. Disease : penyakit
28. Insiden : angka kejadian
29. Mortalitas : kematian
30. Diagnosis : penentuan suatu penyakit
31. Morbilitas : kesakitan
32. Prognosis : ramalan kemungkinan penyakit
33. Komplikasi :Menimbulkan penyakit lain
34. Angka kesakitan : Jumlah orang yang sakit
35. Sumber infeksi :Tempat bibit penyakit
36. Tersangka : Penderita suatu penyakit
37. Penularan penyakit infeksi
Ditularkan dari sumber / reservoir ke seseorang
38. Angka kematian kasus
Orang yang meninggal karena suatu penyakit
39. Pembersihan : menghilangkan
40. Penyakit menular
Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit kepada manusia, baik secara
langsung a/ tidak langsung
41. Masa penularan : waktu penukaran
42. Fumigasi
Proses untuk membunuh binatang tertentu dengan menggunakan bahan kimia
43. Penyuluhan kesehatan
Ditujukan untuk individu / kelompok agar berprilaku sehat
44. Kekebalan kelompok
Kemampuan suatu kelompok untuk menangkal penyebaran penyakit
45. Individu yang kebal
Orang yang memiliki antibody
46. Infeksi yang tidak kelihatan
Terjadinya infeksi pada penjamu tanpa disertai gejala klinis yang jelas
47. Angka insiden : jumlah kasus
48. Case rate
Penggambaran insiden dari suatu kelompok
49. Attrart rate sekunder
Jumlah penderita baru dalam keluarga
50. Orang yang terinfeksi
Seseorang yang mengandung bibit penyakit
51. Orang yang infeksius
Diman bibit penyakit secara alamiah bisa didapat
52. Agent infeksius
Organisme yang menyebabkan bibit penyakit
53. Tingkat infeksius
Tingkat kemudahan dari bibit penyakit ditularkan dari satu penjamu ke
penjamu lain
54. Penyakit infeksius
Penyakit yang manifestasi secara klinis sebagai akibat dari infeksi
55. Infestasi
56. Tempat/ peralatan yang terinfeksi
Alat/ tempat yang memberikan antropoda u/ berteduh
57. Pelaporan penyakit
Laporan resmi yang dilaporkan kepada dinas kesehatan
58. Jalan masuk infeksi
Jalan masuknya mikroorganisme
59. Jalan keluar infeksi
Tempat leuarnya mikroorganisme dari reservoir
60. Jalur penyebaran infeksi
Jalur yang dapat menyebarkan mikroorganisme ke berbagai tempat
61. Survilans penyakit : Pengawasan penyakit
62. Cretinisin
Tertahannya pertumbuhan fisik dan mental
63. Pneumophythorax
Adanya udara, gas dan nanah di cavum fleura
64. Poly
Pertumbuhan yang menonjol dari embrana mukosa
65. Polyuria : Sekresi urine yang berlebihan
66. Cronik
Menetap untuk periode yang panjang
67. Dysplasia : kelainan perkembangan
68. Abortion
Pengeluaran hasil konsepsi dari uterus sebelum janin keluar
69. Acne : peradangan pada kulit
70. Hernia : Penonjolan bagian organ/ jaringan
71. Normochramia : Warna normal eritrosit
72. Notalgia : Nyeri bagian belakang
73. Keratitis : Peradangan pada kornea
74. Osteosis : Pembentukan jaringan bertulang
75. Kejadian Luar Biasa ( KLB ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan / kematian yang bermakna pada suatu daerah atau kelompok
masyarakat dalam kurun waktu tertentu, merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.
76. Resistensi Merupakan Resultante dari mekanisme tubuh yang dapat
menghalang- halangi atau mencegah invasi, meltipliksi dari bibit penyakit ke
dalam tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan
oleh racun yang dikeluarkan oleh bibit penyakit.
77. Infestasi merupakan Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan
berkembangbiakannya arthropoda dipermukaan tubuh manusia atau di
pakaian.
78. Insentisida : Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta,
pemakiannya bisa dalam bentuk tepung, cairan yang dibuat menjadi partikel,
aerosol, disemprotkan baik yang menggunakan residu mauppun tidak.
79. Fumigasi adalah Proses yang ditujukan untuk membunuh binatang tertentu
seperti arthropoda dan rodensia dengan menggunakan gas kimia ( lihat
insektisida dan rodentisida ).
80. Etiologi adalah Ilmu atau teori tentang penyebab penyakit, kumpulan
pengetahuan tentang penyebab-penyebab penyakit.
81. Exposure adalah Kesempatan dari suatu host yang rentan untuk mendapatkan
infeksi baik dengan cara penularan langsung maupun tidak langsung. Suatu
exposure / pemaparan yang efektif akan berakhir dengan infeksi.
82. Hipotesis adalah Suatu pernyataan yang belum terbukti berdasarkan informasi
yang ada, yang biasanya menyangkut identitas agent penyebab, sumber infeksi
dan cara penularan. Fungsinya adalah untuk memberikan suatu basis yang
rasional untuk penyelidikan lebih lanjut.
83. Host Primer ( pasti ) adalah Host dimana parasit menjadi dewasa atau
menjelma stadium seksualnya.
84. Imun Serum Globulin adalah Larutan steril dari globulin yang mengandung
antibody yang secara normal terdapat pada darah orang dewasa.
85. Masa Prodromal Tentang waktu antara timbulnya gejala pertama dari suatu
penyakit dan gejala lainnya yang mendasari diagnosis penyakit tersebut.
86. Higiene Perorangan adalah Dalam bidang pemberantasan penyakit menular
maka upaya untuk melindungi diri terhadap penyakit menjadi tanggung jawab
individu dalam menjaga kesehatan mereka dam mengurangi penyebaran
penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung
87. Isolasi adalah Pengasingan

Anda mungkin juga menyukai